PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya mewujudkan Banyumas Sehat, pembangunan kesehatan di
Banyumas tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor
kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan
peran serta swasta dan masyarakat. Upaya kesehatan yang dilakukan selama ini
tidak hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi juga tidak luput peran dari sektor
non kesehatan dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya
mengatasi permasalahan kesehatan.
Agar proses pembangunan kesehatan dapat berjalan sesuai dengan arah
dan tujuan, maka diperlukan manajemen yang baik sebagai langkah dasar
pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan
kesehatan. Untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan
perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based diarahkan untuk
penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Untuk
itu, peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin
dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat
semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan
yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah
kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka.
Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai
positif bagi pembangunan kesehatan itu sendiri. Untuk itu pengelola program
harus bisa menyediakan dan memberikan informasi yang dibutuhkan
masyarakat dengan dikemas secara baik, sederhana, informatif, dan tepat
waktu.
Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi
B. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Profil Kesehatan Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 ini disusun
berdasarkan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi penjelasan tentang maksud, tujuan dan sistematika
penyajiannya.
BAB VI : KESIMPULAN
Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan porgram /
kegiatan berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk
dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan
pembangunan kesehatan serta pengambilan keputusan di
Puskesmas I Sumpiuh.
A. KEADAAN GEOGRAFI
Puskesmas I Sumpiuh merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Banyumas yang letaknya cukup strategis karena terletak ditepi jalan raya
Provinsi dan berada di daerah perbatasan dengan kabupaten Cilacap, wilayah
Puskesmas I Sumpiuh secara administratif mencakup 7 desa, seluas 2.028,115
Ha dengan rincian sebagai berikut :
1) Kelurahan Kebokura : 2.029.48 Ha
2) Desa Karanggedang : 2.024.58 Ha
3) Desa Kemiri : 2.840.00 Ha
4) Desa Kuntili : 3.275.00 Ha
5) Desa Pandak : 2.759.30 Ha
6) Desa Lebeng : 2.286.56 Ha
7) Desa Ketanda : 5.421.79 Ha
2. Aksesibilitas/Kemudahan
Jarak Puskesmas ke kabupaten : 100 % aspal 40 km
Jarak Puskesmas ke desa : 0,5 – 6 km
Ke 7 desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2
Komunikasi berita : Kantor Pos, Telepone, Radio, TV, Surat Kabar
B. KEADAAN PENDUDUK
1. Pertumbuhan dan persebaran penduduk
Data tabel 3 tingkat pendidikan, Jumlah paling banyak adalah pada
tingkat pendidikan SD/MI sebanyak 7.268 Orang, sedangkan dengan
tingkat pendidikan terendah adalah tingkat S2 / S3 ( Master Dolktor )
sebanyak 47 orang.
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan
menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam
pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih
tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut
berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan
keluarganya.
Data pada tahun 2016 penduduk terbanyak berpendidikan SD/MI
sejumlah 7.268 jiwa. Sedangkan penduduk berpendidikan S2/S3
(Master/Doktor) sejumlah 47 jiwa.
A. ANGKA KEMATIAN
Angka kematian dari waktu ke waktu menggambarkan status kesehatan
masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi
lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka tersebut dapat
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan
dan program pembangunan kesehatan. Angka kematian yang disajikan pada
bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI dan Angka Kematian Kecelakaan Lalu
Lintas
B. ANGKA KESAKITAN
1. AFP/ Acute Flaccid Paralysis
Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit Polio, pemerintah telah
melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian
imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans AFP. Surveilans AFP
merupakan pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara
mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada
poliomyelitis.
Selama tahun 2016 tidak didapatkan kasus AFP di wilayah Puskesmas I
Sumpiuh (0%). (Tabel 9)
5. Pnemonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli).
Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga
dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia.
Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2
tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah
kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Pada tabel 10 bisa dilihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh
terdapat jumlah perkiraan penderita Pnemonia sebanyak 274 (12.60%) dari
2.175 balita dengan perbandingan penderita balita perempuan 50,36% dan
balita laki-laki 49,64% (hampir sama). Penderita ditemukan dan ditangani
sebanyak 263 balita (95.98%). Dibanding tahun 2015 diwilayah Puskesmas I
Sumpiuh yang terdapat 121 kasus, berarti jumlah kasus meningkat 2X lipat
lebih.
6. HIV
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan
sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat
diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling, and
Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan perilaku (STBP).
Berdasar tabel 11 dapat dilihat kasus HIV AIDS selama tahun 2016
terdapat 14 kasus dan 4 diantaranya sudah meninggal dunia. Dan kasus Syphilis
sebanyak 2 kasus.
7. Penyakit IMS
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin
adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS meliputi
Syphilis, Gonorhoe, Bubo, Jengger ayam, Herpes, dan lain-lain. Infeksi
Menular Seksual (IMS) yang diobati adalah kasus IMS yang ditemukan
berdasarkan sindrom dan etiologi serta diobati sesuai standar.
Jumlah kasus baru IMS lainnya di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016
sebanyak 103 kasus, meningkat hampir 3X dari tahun 2016 sebanyak 39 kasus.
Dari kunjungan layanan IMS, ditemukan IMS sebanyak 17 (16,50%), suspek
sifilis 21 kasus, hasil sifilis positif sebanyak 3, GO positif 6 kasus dan
trikomoniasis sebanyak 2 kasus. Meskipun demikian kemungkinan kasus yang
sebenarnya di Masyarakat masih banyak yang belum terdeteksi. Program
8. Penyakit Diare
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi
feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare
bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau
lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
Berdasar tabel 13 tercapai kasus diare yang ditangani sebesar 81% dari
jumlah target penemuan (4,22% dari jumlah penduduk). Jumlah target
penemuan kasus diare sebesar 0.04% dari jumlah penduduk masing-masing
wilayah.
9. Penyakit Kusta
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan
kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf,
anggota gerak dan mata.
Pada tahun 2015 diwilayah Puskesmas I Sumpiuh terdapat 2 kasus Kusta
(7,77%), sedang pada tahun 2016 tidak terdapat kasus baru. Dengan begitu
penyakit menular ini bisa tertangani dengan baik.
a. Difteri
Tahun 2016 tidak ada kasus.
b. Pertusis
Tahun 2016 tidak ada kasus.
c. Tetanus ( Non Neonatorum)
Tahun 2016 tidak ada kasus.
d. Tetanus Neonatorum
Tahun 2016 tidak ada kasus.
e. Campak
Tahun 2016 sebanyak 26 kasus.
f. Polio
Tahun 2016 tidak ada kasus.
C. STATUS GIZI
1. Presentasi Berat Bayi baru Lahir Rendah
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain
karena ibu hamil mengalami anemia, kurang suply gizi waktu dalam
kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan
rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah
sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ
tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi.
Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas I Sumpiuh pada
tahun 2016 sebanyak 17 (3,9%), menurun apabila dibandingkan tahun 2015
sebanyak 36 (7,8%). Dengan begitu dapat digambarkan bahwa gizi ibu hamil
meningkat, penanganan ibu hamil lebih baik. (Tabel 37)
3. Pelayanan Gizi
a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar
diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua
umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan
berbagai jenis penyakit yang merupakan “Nutrition Related Diseases” yang
dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit.
Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang
umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 4 tahun yang menjadi penyebab
utama kebutaan di negara berkembang.
b. Peserta KB Aktif
Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi
untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta
KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan PUS di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif
menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS.
Cakupan peserta KB aktif Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 sebesar
83,8%, mengalami kenaikan dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015
(77,8%). Angka ini sudah mencapai target SPM sebesar 70%. Cakupan
tertinggi di desa Lebeng (86,3%) dan terendah di desa Ketanda (80,3%). (Tabel
36)
5. Pelayanan Imunisasi
a. Persentase Desa yang Mencapai “Universal Child Immunization”
(UCI)
Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa
pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang berdasarkan indikator
cakupan DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 80% dari
jumlah sasaran bayi di desa. Pencapaian UCI desa tahun 2016 (100%) sama bila
dibandingkan dengan tahun 2015 (100%). (Tabel 41)
Kabupaten/kota yang belum mencapai target imunisasi dasar lengkap
pada bayi disebabkan antara lain :
1) Adanya perbedaan jumlah dibandingkan dengan sasaran yang ada,
hal ini dikarenakan penentuan jumlah sasaran masih berdasarkan
angka estimasi jumlah penduduk, bukan dari hasil pendataan.
D. Keadaaan Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat
kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program Lingkungan
A. SARANA KESEHATAN
1. Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat
Pada tahun 2016 dari 34 jenis obat dengan penggunaan terbanyak adalah
Paracetamol 500 mg sebanyak 98.600 tablet. Penggunaan terendah adalah
Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg-1ml sebanyak 5 ampul. Persentase
ketersediaan tertinggi adalah Fitomenadion (Vit. K) tablet salut gula 10 mg (1.040%),
persentase ketersediaan terendah adalah Obat Batuk Hitam (7,45%). (Tabel 66)
b) Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang
atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
Posyandu yang mencapai Strata Mandiri tahun 2016 dengan nilai
tertinggi Kelurahan Kebokura (37,5%), sedangkan desa Karanggedang, Kuntili,
Pandak, Lebeng dan Ketanda (0%) belum memenuhi target SPM, namun secara
keseluruhan pencapaian Strata Mandiri adalah (9,76%) sudah melebihi target
SPM (> 2%) yaitu (9,76%). (Tabel 69)
B. TENAGA KESEHATAN
Tenaga kesehatan di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 sejumlah tenaga yang
terdiri dari tenaga medis, perawat, bidan, tenaga farmasi, sanitasi, dan kesehatan
masyarakat serta tenaga penunjang lainnya. Jumlah tenaga kesehatan tersebut
meningkat. Peningkatan jumlah tenaga kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan
mutu pelayanan kesehatan yang semakin tinggi. Kebutuhan tenaga kesehatan belum
dapat terpenuhi, khususnya di tingkat Puskesmas dikarenakan beban terhadap
penganggaran pegawai serta belum berjalannya kegiatan mobilisasi tenaga kesehatan
yang sesuai dengan penempatan tugas tenaga tersebut. Sehingga menyebabkan
sulitnya dalam menentukan kebutuhan tenaga kesehatan di tingkat Puskesmas.
Kekurangan lain disebabkan belum adanya formasi bagi tenaga baru dan makin
kompleksnya masalah-masalah yang ditangani oleh tenaga kesehatan.
Untuk mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut, maka kami telah
mengusulkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas untuk memenuhi
kekurangan tenaga tersebut.
c. Dokter Gigi
Jumlah tenaga dokter gigi di Puskesmas I Sumpiuh sebanyak 1 sehingga
rasio dokter gigi di Puskesmas I Sumpiuh per 100.000 penduduk tahun 2016
sebesar 3,64. Rasio tersebut masih di bawah target nasional 11 per 100.000
penduduk. (Tabel 72)
b. Bidan
Jumlah Tenaga Bidan Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 adalah 11 orang,
jadi Rasio Tenaga Bidan per 100.000 penduduk tahun 2016 sebesar 40.09.
(Tabel 73)
b. Tenaga Sanitasi
Tenaga sanitasi terdiri dari D-I sanitasi, D-III sanitasi dan D-IV sanitasi.
Jumlah Tenaga Sanitasi di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 adalah 1 orang.
Rasio tenaga sanitasi per 100.000 penduduk sebesar 3,664 sama bila
dibandingkan dengan tahun 2015 (3,644). (Tabel 75)
c. Tenaga Gizi
Tenaga gizi terdiri dari D-IV/S-1 Gizi, D-III Gizi, dan D-1 Gizi. Jumlah
tenaga gizi di Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2016 adalah 1 orang. Rasio
tenaga gizi per 100.000 penduduk pada tahun 2016 sebesar 3,644 sama apabila
dibandingkan dengan tahun 2015. (Tabel 76)
b. Tenaga Fisioterapi
Jumlah tenaga fisioterapi di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 tidak ada.
Rasio jumlah tenaga fisioterapi 0 sama bila dibanding tahun 2015. (Tabel 77)
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas I Sumpiuh masih belum tercukupi
dan belum merata sesuai kebutuhan Puskesmas.
Mobilitas tenaga atau distribusi tenaga kesehatan yang tersebar di wilayah
pelayanan kesehatan diupayakan dengan peningkatan sarana-sarana kesehatan
yang ada.
A. Derajat Kesehatan
1. Mortalitas/Angka Kematian
a. AKB di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 sebesar 9,2/1.000 kelahiran
hidup. Berdasarkan dengan berarti pelayanan komprehensif pada bayi
sudah bagus karena AKB di bawah 12/1.000 KH.
b. AKABA Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 sebesar 4,6/1.000 kelahiran
hidup. Sehingga sudah memenuhi sesuai cakupan yang diharapkan dalam
capaian SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu 25/1.000 kelahiran
hidup.
c. Angka Kematian Ibu (AKI) Puskesmas I Sumpiuh tahun sebesar
0/100.000 (nihil). Sesuai capaian SDGs (Sustainable Development Goals)
sebesar 70/100.000 kelahiran hidup, maka Puskesmas I Sumpiuh
memenuhi target SDGs AKI.
2. Morbiditas/Angka Kesakitan
a. Pada tahun 2016 di Puskesmas I Sumpiuh tidak ditemukan kasus AFP.
b. Jumlah kasus TB paru positif tahun 2016 sebanyak 20 kasus, sementara
pada tahun sebelumnya didapatkan 12 kasus TB paru positif atau
mengalami peningkatan kasus sebanyak 8 kasus.
c. Pencapaian CDR di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 sebesar 81,48 %
(22 kasus) masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 100%. Meskipun
masih dibawah target yang ditentukan, capaian CDR tahun 2016 sebesar
(69,89%).
d. Angka kesembuhan (Cure Rate) TB paru Puskesmas I Sumpiuh tahun
2016 sebesar 100% sam seperti tahun sebelumnya (2015).
e. Penderita pneumonia balita dari 2.174 balita, ditemukan dan ditangani
balita dengan pnemonia sebanyak 263 balita (95.98%). Dibanding tahun
3. Status Gizi
a. Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas I Sumpiuh pada
tahun 2016 sebanyak 17 (3,9%), menurun apabila dibandingkan tahun
2015 sebanyak 36 (7,8%). Dengan begitu dapat digambarkan bahwa gizi
ibu hamil meningkat, penanganan ibu hamil lebih baik.
b. Persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Puskesmas I Sumpiuh tahun
2016 terdapat 1 anak dari desa Kuntili dengan kasus gizi buruk dan
mendapat perawatan (100%). Dibanding tahun 2015 di Puskesmas I
Sumpiuh terdapat 0 anak dengan kasus gizi buruk ( 0%) kasus gizi buruk,
hal ini berarti terjadi penurunan gizi pada balita.
B. Upaya Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan
a. Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 tahun 2016 jumlah ibu hamil sebanyak
502 dan kunjungan K-1 sebanyak 485 (96,61%), menurun bila dibanding
dengan tahun 2015 jumlah Ibu Hamil sebanyak 471 dengan kunjungan K-
1 sebanyak 4491 (104,2%). (Tabel 29)
b. Adapun ibu hamil yang mendapatkan pelayanan K-4 adalah sebesar 404
ibu hamil (80,5%) mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2015
dengan 471 ibu hamil, ibu hamil yang mendapatkan pelayanan K-4
adalah sebesar 460 ibu hamil (97,7%).
c. Jumlah ibu bersalin tahun 2016 adalah 502 orang, jumlah yang ditolong
cc. Prosentase jumlah murid yang diperiksa untuk tahun 2016 (35,4%)
menurun bila dibandingkan pencapaian tahun 2015 (37,4%).
dd. Jumlah Murid SD/MI diperiksa dan memerlukan perawatan tahun 2016
sebanyak 696 anak dan yang mendapat perawatan sebanyak 513 (73,7%).
ff. Puskesmas rawat inap dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang
dapat diakses masyarakat Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016 sebanyak 1
puskesmas atau 100%.
gg. Jumlah desa/kelurahan yang terkena KLB yang ditangani kurang dari 24
jam 100%, di Puskesmas I Sumpiuh desa/kelurahan KLB tahun 2016 ada
2 di desa kemiri dan kebokura dan tertangani kurang dari 24 jam (100%).
Sama bila dibanding pada tahun 2015 yaitu sebanyak 1 kasus dan
tertangani kurang dari 24 jam sebesar 100%.
hh. Jumlah penduduk terancam KLB tahun 2016 sebanyak 27.436 jiwa.
Sedangkan yang menderita akibat kejadian luar biasa tersebut sebanyak 5
2. Tenaga Kesehatan