Anda di halaman 1dari 24

Keperawatan Komunitas II

Terapi Komlementer Dalam Keperawatan Komunitas

Dosen Pembimbing :

Ns. Fatimah S.Kep., M.Kep.Kom

Disusun Oleh:

Nanda Putiharsyani (1032161012)

Nur Hilaliyah Fathull Jannah (1032161011)

Putri Wahyuni (1032161036)

Suci Lestari (1032161044)

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMAD HUSNI THAMRIN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif di indonesia menurut


UU NO 36 tahun 2009 adalah elayanan kesehatan tradisional, elayanan
kesehatan ini mendapat perhatian dari pemerintah karena presentasi
penggunaannya oleh masyarakat cukup tinggi. Berdasarkan data
Riskesdas, 2013 proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan ini sebesar 30,4% bentuk perhatian pemerintah khususnya
kementrian kesehatan RI melalui pembentukan direktorat bian kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer melalui Permenkes 1144 tahun
2010. Pelayanan kesehatan tradisional yang digunakan oleh masyarakat
77,8% berupa keteramilan tanpa alat, sedangkan ramuan sebesar
49%(Riskesdas, 2013)
Perkembangan terapi komplementer di indonesia ramai dibahas melalui
seminar, workshop ataupun pelatihan sebagai salah satu cara menjawab
kebutuhan pengembangan sesuai amanah undang-undang yang
menjadikan terapi komplementer sebagai salah satu intervensi yang dapat
digunakan dalam keperawatan. Adapun Florence Nightingale sebagai
perintis keperawatan juga mengakui kekuatan penyembuhan melalui terapi
komplementer diantaranya melalui terapi musik (snyder & linquist,2010)
hal ini menunjukan berbagai teknik terapi perlu diketahui oleh perawat.
Perkembangan terapi komplementer di Indonesia mengalami kemajuan
pesat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya institusi pendidikan tinggi yang
ikut mengembangkan berbagai jenis terapi. Misalnya telah dibukanya
paska sarjana akupuntur dan herbal. Perkembangan lain adapula yang
menjadikan salah satu kompetensi profesi tertentu sehingga dimasukan ke
dalam kurikulum pendidikan misalnya kedokteran, keperawatan,
kefarmasian, dan fisioterapi. Perkembangan keilmuan ini sejalan dengan
pemanfaatan berbagai jenis terapi yang ada di masyarakat. Perkembangan
ilmu yang ada juga didukung mulai munculnya organisasi yang mewadahi
peminat keilmuan komplementaer yang bertujuan memberikan intervensi
yang holistic.
Penggunaan terapi komplementer di Indonesia berbeda-beda tergantung
dari minat, kebutuhan, ketersediaan dan keinginan klien ataupun
keluarganya. Pengetahuan masyarakat di Indonesia tentang tindakan
tradisional bervariasi sehingga dalam menggunakan terapi komplementer
berbeda-beda. Disamping itu pemanfaatannya tergantung dari jenis
penyakit yang diderita, paling umum dan sudah membudaya adalah
pemanfaatan produk alami yang dikenal dengan jamu. Istilah ini berasal
dari Bahasa jawa dipakai di seluruh Indonesia yang merupakan obat
tradisional Indonesia (WHO,2010). Jenis terapi komplementer tradisional
lainnya adalah pijat, yang berkembang saat ini dipraktikkan dalam
pelayanan SPA adalah pijat Jawad dan Bali sedangkan shiatsu, tuina, lomi-
lomi, Swedish, akupresur, refleksi termasuk yang berasal dari negara lain
(kementerian Kesehatan RI, 2014). Hal ini menunjukkan jamu dan pijat
termasuk pengobatan atau pelayanan kesehatan tradisional khas Indonesia.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari pokok pembahasan diatas
adalah apakah terapi komplementer dapat digunakan di komunitas dan
apasajakah terapi yang daat digunakan dikomunitas?

C. Tujuan
Dari pokok masalah di atas memiliki tujuan umum dan khusus, yaitu :
a. Tujuan Umum
Makalah ini di buat secara umum bertujuan untuk mengetahui tentang
terapi komplementer yang dapat dilakukan di komunitas

b. Tujuan Khusus
a) Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan terapi komplementer
b) Agar mengetahui jenis jenis dari komplementer yang dapat di
gunakan di komunitas
c) Agar mengetahui fokus dari terapi komplementer di komunitas
d) Agar mengetahui peran perawat dalam terapi komplementer di
komunitas
e) Agar mengetahui teknik dari terapi komplementer di komunitas
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kramlich (2014) menyebutkan terapi komplementer merupakan cara atau
terapi tambahan bersamaan dengan pengobatan konvensional.
Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa pengobatan
komplementer alternatif sebagai pengobatan non konvensional yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menggunakan
upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif yang diperoleh
melalui pendidikan terstruktur dengan melalui kualitas,
keamanan,efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik, upaya ini belum diterima kedokteran konvensional (Permenkes
RI, No. 1109, 2007).
Menurut definisi yang dijelaskan diatas menunjukan bahwa terapi
komplementer adalah tindakan yang diberikan sebagai bagian dari
keperawatan kesehatan, terdiri dari berbagai macam bentuk praktik
kesehatan selain tindakan konvensional, ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan di tahap pencegahan primer, sekunder, dan tersier dan
diperoleh melalui pendidikan khusus yang didasari oleh ilmu-ilmu
kesehatan.
Terapi komplementer setiap jenisnya memiliki teknik tertentu. Berikut ini
dijelaskan beberapa teknik sesuai dengan tipe terapi komplementer atau
alternatif. Lima tipe berikut sesuai dengan klasifikasi NCCAM tahun 2012
yaitu : pikiran dan tubuh (mind body therapies) sistem pemeliharaan
kesehatan,produk alami, praktik manipulasi sitem tubuh dan terapi energi
(Linquist, Snyder, & Tracy, 2014). Klasifikasi terapi pikiran dan tubuh
(mind and body therapies) contohnya yaitu meditasi, yoga, terapi musik,
berdo’a, terapi seni imagery, journaling (menulis jurnal/sebuah diari yang
berbentuk formal) biofeedback, humor, dan tai-chi. Alternatif sistem
pemeliharaan kesehatan contohnya pengobatan tradisional cina, ayuvedia
(pengobatan india), dan curanderismo (pengobatan asli amerika), terapi
biologis yaitu natural dan praktik biologikal dan hasil-hasilnya misalnya
herbal, terapi diet, pengobatan orthomolekuler (suplemen nutrisi dan
makanan) terapi energi misalnya reiki, healing touch, dan magnet. Di
bawah ini akan dibahas beberapa teknik sesuai klasifikasi tersebut.

B. Jenis Jenis Terapi Komplementer

Terapi komplementer yang dapat dilakukan di indonesia sangat beragam.


National Center Complementary and Integratif Health (NCCIH, 2016) di
bagi atas 2 tipe yaitu produk alami; herbal, vitamin, mineral, probiotik dan
praktik pikiran dan tubuh. Pendapat lain menyebutkan ada 4 tipe terapi
komplementer, yaitu :
a. Terapi Pikiran dan Tubuh
Terapi ini mempraktikkan pikiran dan tubuh agar fokus pada interaksi
otak, pikiran, tubuh, dan kebiasaan dengan tujuan untuk menggunakan
pikiran dakam mempengaruhi fungsi tubuh dan mempromosikan
kesehatan. Terdapat banyak terapi jenis menggunakan beberapa teknik
seerti meditasi, yoga, akupuntur, latihan nafas dalam, guided imagery,
hipnoterapi, relaksasi, dan tai chi.
b. Produk Alami
Produk alami berarti dari bahan bahan yang di ambil dari alam dan
tanpa zat zat berbahaya. Terapi yang di gunakan zat yang di temukan
pada alam. Contoh produk alami seperti prearat turunan
tumbuhan(herbal dan minyak esensial), engaturan diet khusus,
pengobatan orthomolecular(nutrisi dan suplemen makanan), dan
beberapa produk lain.
Saat ini tumbuhan yang di gunakan sebagai pengobatan yaitu bawang
putih karena daat mencegah penyakit kardiovaskular terutama
memengaruhi tingkat lipid pada tubuh.
c. Praktik Manipulasi dan Sistem Tubuh
Praktik manipulasi dan dasar tubuh fokus utamanya pada struktur dan
sistem tubuh termasuk tulang dan sendi, jaringan lunak, serta sistem
sirkulasi dan limpa. Contoh terapi ini yang paling sering digunakan
adalah manipulasi spinal, chiropractic, dan terai masase seperti rolfing.
Menurut penelitian yang dilakukan di RS Arizona terapi pijat sangat
mempengaruhi penurunan rasa nyeri, kesejahteraan emosional,
relaksasi, kemampuan untuk tidur.
d. Terapi Energi
Terapi yang berfokus pada penggunaan energi dari lingkungan seperti
magnetik dan biofields yang dipercaya sebagai energi yang didapatkan
dari lingkungan sekitar dan dapat diserap oleh tubuh. Contohnya
Healing touch, Reiki Energi Qi-gong dan Magnet.
e. Terapi sistem pemeliharaan kesehatan
Sistem pemeliharaan kesehatan adalah suatu sistem besar yang
murupakan unit pelayanan yang di buat berdasarkan teori dan fakta
praktik. Terapi yang sudah di sebutkan pada item di atas berasal dari
sistem pemeliharaan. Beberapa teknik yang sudah berkembang di
masyarakat dari budaya dan tradisional spiritual digunakan sebagai
praktik seperti pengobatan ayuverdic, tradisional cina, folk,
homeopathy, dan naturopathy.
Setiap tindakan dilakukan melalui persiapan diri, alat, klien dan
lingkungan. Persiapan yang sesuai akan mendapatkan hasil yang optimal,
demikian pula setelah tindakan hendaknya dievaluasi sampai diyakini
bahwa tidak ada keluhan dari efek terapi.

C. Fokus Terapi Komplementer


Perawat dalam melaksanakan terapi komplementer perlu berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosio kurtural dan spiritual klien. Perawat
dapat menggunakan prinsip ini karena mengakui adanya kemampuan
alami dalam pemulihan tubuh dalam menggabungkan berbagai intervensi
sebagai komplementer termasuk memberikan terapi musik, life review,
relaksasi, healing touch, dan guided imanegery(imajinasi tertuntun) karena
terapi tersebut menyesuaikan kondisi dan kemampuan klien, non invansif
yang ekonomis, dan non farmakologi (Potter, Perry, Strocket & Hall).
Pandangan yang memenuhi semua aspek ini dapat diterapkan dalam
beberapa level pencegahan.
Level pencegahan terdiri dari primer, sekunder, dan tersier (Edelman &
Mandle, 2010). Terapi komplementer dapat dilakukan di semua level
pencegahan tersebut misalnya seseorang yang ingin lebih cepat sehat
dengan konsumsi suplemen nutrisi, pencegahan sekunder misalnya
menggunakan herbal, untuk menyembuhkan penyakitnya dan contoh
tersier menggunakan massase untuk embantu anggota gerak yang lumpuh
atau meningkatkan fungsi dan mempertahankan tubuhnya. Terapi
komplementer mengajarkan individu untuk mengubah perilaku seseorang
untuk memperbaiki respon fisik terhadap stress dan peningkatan tanda
masalah fisik seperti kekakuan otot, ketidaknyamanan pada perut, nyeri
atau gangguan tidur (Potter, Perry, Strocket & Hall, 2013).Penerapan
terapi komplementer dalam semua level ini sesuai dengan prinsip
komperhensif dalam keperawatan (Potter, Perry, Strocket & Hall). Terapi
komplementer untuk semua level pencegahan tersebut juga
memperhatikan sistem klien.
terapi komplementer dapat digunakan diberbagai level pencegahan dengan
memperhatikan sistem yang ada pada klien. Intervensi keperawatan
melalui pencegahan diberbagai level ini dapat dilakukan dalam keadaan
sehat dan sakit, di berikan disemua tingkat pelayanan kesehatan.
Pemberian terapi yang berkelanjutan baik di pelayanan rumah ataupun di
pelayanan kesehatan secara konvensional maupun komplementer
diharapkan dapat memberikan intervensi terbaik untuk kebutuhan klien
(Stanthope & Lanchaster, 2014). Artinya terpaut komplementer dapat
diberikan diberbagai level layanan sesuai dengan kebutuhan dan
ketersediaannya, hal ini menunjukkan bahwa terapi komplementer apabila
diberikan pada seseorang telah sesuai prinsip dan konsep keperawatan.

D. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer


Perawat berperan penting dalam mengoptimalkan penggunaan terapi
tradisional dan komplementer yang mendukung perawatan secara holistik.
Perawat memiliki peran secara utuh dalam melakukan terapi
komplementer (Lindquist, Snyder, Tracy 2014). Peran yang dilakukan
perawat diharapkan dapat membantu masyarakat memilih pengobatan
tradisional dan komplementer yang masuk akal dan menghindari dampak
yang tidak diinginkan.
Peran perawat dalam terapi komplementer dari salah satu jurnal
mengatakan bahwa peran perawat yaitu memberikan asuhan keperawatan
komperhensif yang tidak hanya mengkaji fisik atau biologik, namun juga
psikologik, sosial, dan spiritual, sehingga kesemasan yang mempengaruhi
psikososial klien dapat diantisipasi (Shari, Suryani & Emaliyawati, 2014).
Peran perawat di Indonesia dalam memberikan intervensi keperawatan
komplementer dilindungi oleh UU No.38 tahun 2014 Pasal 30 yang
menjelaskan tentang tugas dan wewenang perawat dalam memberi asuhan
keperawatan dibidang upaya kesehatan masyarakat adalah melakukan
penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif.
Intervesi keperawatan berupa terapi komplementer perlu memperhatikan
kode etik keperawatan,. Persatuan Perawat Nasional Indonesia telah
menetapkan diantaranya bahwa perawat dalam memberikan pelayanan
senantiasa memelihara nilai, budaya, adat istiadat dan lingkungannya
(PPNI, 2002)
Perawat harus menerapkan infromed consent sebelum melakukan terapi
komplementer dan juga mengacu pada prinsip beneficence (kemanfaatan)
yang didasari hasil kajian dan evaluasi respons terhadap terapi yang
dilakukan sebelumnya (Norton, 2007)
Perawat dalam memberikan terapi komlementer dalam asuhan
keperawatan dilakukan sesuai langkah proses keperawatan. Proses
keperawatan penting digunakan bertujuan tuntuk mengidentifikasi,
mencegah, mengatasi masalah aktual atau potensial dalam status kesehatan
(Berman et al, 2015). Proses ini membantu perawat memahami klien,
dengan memperlakukannya secara holistik. Saat melakukan tindakan
terapi komplementer yang perlu diidentifikasi tidak hanya kesehatan
emosional dan mental serta fisik klien, tetapi juga latar belakang klien
seperti, nilai-nilai, keyakinan, etnis, agama, dan budaya serta
mengidentifikasi berbagai faktor ini penting untuk kesehatan klien.

E. Teknik Terapi Komlementer


a. Meditasi
Meditasi dapat menjadikan seseorang santai, menurun konsumsi
oksigen, mengurangi frekuensi pernafasan dan denyut jantung. Hal ini
dapat menjadikan tubuh merasa rileks, pikiran lebih tenang,
meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional dengan kondisi
lingkungan tenang, posisi yang nyaman dan kadangkala menggunakan
sebuah alat pengukuran mental seperti mantra (fontaine, 2005; Mantle
& tiran, 2009). Meditasi merupakan sarana seseorang unruk fokus
terhadap suatu objek. Terapi ini menggunakan sikap tubuh yang
spesifik, memfokuskan perhatian atau sikap terbuka terhadap
gangguan. Indikasi meditasi dilakukan pada saat stress, cemas, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat. Kontra indikasi melakukan
meditasi adalah klien yang kurang mampu menganalisis sebab akibat
yang kompleks. Cara melakukan meditasi ada berbagai macam teknik,
proses sederhana yang dapat dilakukan misalnya melatih napas klien.
Cara meditasi :
a) Persiapan ruangan yakni tempat yang tenang dan waktu yang
dianggap paling sesuai oleh klien, gunakan pakaian yang longgar
dan nyaman, serta dapat menggunakan musik (misalnya musik
klasik).
b) Menyiapkan posisi yang nyaman, misalnya dengan mengambil
posisi duduk atau berbaring asalkan tulang belakang tetap terjaga
dalam posisi lurus.
c) Memulai meditasi dengan mata ditutup atau dibuka, fokus pada
keluar masuknya napas terutama gunakan pernapasan perut,
rasakan sensasinya, tahap ini dilakukan dengan hati ikhlas
sehingga tercapai tujuan untuk mengatasi masalah.
d) Melakukan evaluai sesuai dengan masalah yang dirasakan
misalnya kemampuan merubah diri, fisik lebih segar dan bugar,
perasaan lebih menerima keadaan.

Meditasi yang sukses biasanya membutuhkan latihan setidaknya


satukali perhari selama 10-20 menit (snyder & linquist,2010).

b. Akupresur dan Akupuntur


Jenis terapi ini termasuk dalam salah satu pengobatan tradisional cina
yang dikenal dengan Traditional Chinese Medicine disingkat dengan
TCM (mantle & tiran, 2009). Tindakannya melibatkan stimulasi dari
titik-titik spesifik pada tubuh. Akupresur menggunakan jari atau alat
(kayu, magnet) yang ditekan pada titik dipermukaan kulit tersebut
sedangkan pada akupuntur menggunakan jarum yang kemudian
dimanipulasi dengan tangan atau stimulasi elektrik. Pada titik tertentu
seperti kedua telapak tangan merupakan titik bagi jantung, paru, mata,
kelenjar tiroid, hati pankreas, dan sinus (Fengge, 2012).
Akupresur dan akupuntur memiliki komponen dasar yang dikenal
dengan ci sie (energi vital), sistem meridien dan titik akupresur. Ci
diartikan sebagai sari makanan, sedangkan sie diartikan sebagai darah
sehingga merujuk pada arti tersebut ci sie sering diartikan sebagai
energi vital (snyder & linquist,2010).
Komponen selanjutnya adalah sistem meridien yang menjadi saluran
energi vital yang beredar keseluruh bagian tubuh. Sistem meridien
berfungsi untuk menghubungkan bagian tubuh satu dengan yang
lainnya, hubungan yang terbentuk adalah hubungan dua arah antar
organ tersebut.
Titik akupresur dibagi menjadi tiga yaitu titik akupresur umum yang
dijumpai disepanjang saluran meridien, titik akupresur istimewa yaitu
titik yang tidak menentu disepanjang ataupun diluar jalur meridien
yang terakhir adalah titik nyeri yaitu titik yang berada pada daerah
keluhan (Fengge, 2012)
Akupresur dan akupuntur merupakan terapi yang memiliki efek
samping minimal, namun terapi ini tidak dapat dilakukan pada bagian
tubuh yang mengalami bengkak, patah atau retak tulang serta kulit
terbakar (Sukanta, 2008). Pemijatan pada titik akupresur dilakukan
setelah menemukan titik meridien yang tepat yang ditandai timbulnya
rasa nyeri. Durasi dan kuantitas tekanan ditentukan berdasarkan jenis
pijatan. Pijatan yang ditunjukan untuk penguatan (Yang) dilakukan
sebanyak 30 kali tekanan pada masing-masing titik dilakukan
pemutaran pijatan searah jarum jam. Sedangkan pemijatan yang
berfungsi untuk melemahkan (Yin) dapt dilakukan sebanyak 30-50
kali tekan dan cara pemijatan dilakukan berlawanan arah jarum jam
(Sukanta, 2008; Fengge, 2012). Artinya pemberian pijatan tergantung
kebutuhan, misalnya kondisi tubuh demam; maka pijatan yang
diberikan adalah pelemahan (Yin) karena kondisi demam adalah
situasi yang kuat bertujuan untuk diturunkan.
Proses terapi akupuntur atau akupresur membutuhkan pemeriksaan
sehingga penting
1. tersedia ruagan yang nyaman dan memenuhi privecy klien.
2. Pemeriksaan melalui pengamatan pada bagian tubuh klien,
misalnya mengalami pembengkakan, luka ataupun perubahan
warna kulit. Setelah pengamatan kasat mata dilakukan,
3. terapis juga harus memperhatikan adanya bau, cek kondisi lidah,
palpasi abdomen, titik tubuh yang akan dilakukan tindakan, dan
palpasi nadi di area radial pergelangan tangan (Snyder & Lindquis,
2010).
4. melakukan wawancara mengenai sebab penyakit, riwayat
penyakit, keluhan, riwayat pengobatan, pola makan, kebiasaan
buang air besar dan kecil, serta kebiasaaan tidur.
5. menentukan titik-titik yang akan dipijat atau ditusuk sesuai dengan
masalah dan kebutuhan klien. Selama tindakan, observasi respons
klien untuk mengantisipasi tindakan yang diperlukan misalnya
tanda-tanda shock (keluar keringat dingin, pucat, lemah, lemas,
mual dan pusing), kejang otot (kram, kaku otot), dan bengkak
apabila ada tanda-tanda tersebut maka hentikan pijatan, tenangkan
dan istirahatkan.
6. Evaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
c. Terapi masase
Teknik ini dengan cara menekan, mengusap dan memanipulasi otot
dan jaringan lunak lainnya pada tubuh. Pengertian masase telah
mengalami proses penyempurnaan berdasarkan ilmu-ilmu mengenai
tubuh manusia serta gerakan-gerakan tangan yang bersifat mekanis
terhadap tubuh manusia yang dilakukan dengan berbagai teknik.
(Snyder & Lindquis, 2010). Masase dapat berfungsi sebagai salah satu
terapi untuk meredakan berbagai keluhan fisik seperti rasa kembung
menghilangkan nyeri dan meredakan stress serta kelelahan fisik.
Masase membantu mengurangi ketegangan otot dengan menstimulasi
sirkulasi darah dalam tubuh, relaksasi, mengurangi nyeri, sedangkan
pada bayi melancarkan sirkulasi sehingga efektif menghilangkan berat
badan (Snyder & Lindquis; Mantle & Tiran, 2009). Tindakan masase
untuk dewasa dan anak-anak caranya berbeda-beda.
Teknik masase ada berbagai macam cara gerakan, misalnya
menggunakan cara mengusap, friction (gerakan melingkar kecil-kecil
menggunakan jari dengan penekanan), meremas, mencincang,
memukul, dan menggetar (vibrasi) merupakan gerakan dasar (Mantle
& Tiran, 2009; Kementrian Kesehatan RI, 2014). Disetiap cara
gerakan memiliki ritme dan teknik sesuai dengan tujuan dan area
tubuh tertentu.
d. Yoga
Yoga merupakan suatu saran untuk mencapai suatu tingkat aktivitas
untuk pikiran dan jiwa agar berfungsi bersama secara harmonis
(Shindu, 2013). Yoga merupakan salah satu terapi yang memiliki
dasar pengetahuan mengenai seni pernapasan, anatomi tubuh manusia,
pengetahuan tentang cara mengatur napas disertai gerakan anggota
badan , cara melatih konsentrasi dan kedamaian pikiran.
Teknik ini mengkombinasikan postur fisik, teknik napas dalam, dan
meditasi atau relaksasi. Teknik yoga bermacam-macam tergantung
aliran yang ada (Snyder & Lindquis, 2010; Kinasih 2010). Latihan
yoga harus memperhatikan kemampuan dan keterbatasan individu
seperti faktor usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, kondisi fisik dan
emosional. Jenis yoga yang direkomendasikan adalah mild yoga.

e. Bekam
Bekam dikenal dari masa kuno, cina dan tmur tengah sebagai salah
satu teknik pengobatan tertua didunia. Pengertian bekam adalah
melakukan suction pada bagian tertentu (lokal) dengan menggunakan
cups pada area yang telah dipilih pada tubuh. Setelah beberapa menit,
cup akan dipindahkan dan dilakukan penyayatan kecil dengan
menggunakan scalpel. Suction kedua menggunakan cup pada bagian
tersebut akan mengeluarkan darah dari dalam tubuh dengan kuantitas
kecil yang berfungsi untuk mengeluarkan racun dari tubuh.
Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk mempercepat aliran darah
dan membantu mengeluarkan darah yang sudah tidak memiliki
manfaat bagi tubuh. Bekam juga berguna untuk mengeluarkan racun
dari sirkulasi kulit dan kompartemen interstisial (Kim et al, 2012).
Pada klien terapi bekam terdapat berhubungan dari kulit dengan organ
internal lainnya seperti sistem peredaran limpa dan sistem imun.
Terdapat dua tipe utama dari bekam yaitu kering (dry cupping) yaitu
dengan melakukan suction pada kulit sacara langsung dilakukan
penyedotan oleh vakum pada cup. Bekam Basah (wet cupping) pada
area tersebut di insisi pada bagian superfisial kulit, lebih aman apabila
menggunakan lancet, sehingga darah dapat keluar pada bagian kulit
yang dilakukan penyedotan oleh vakum. Kedua tipe tersebut sangat
dianjurkan meningkatkan intake air terlebih dahulu sebelum tindakan.
Bekam keringan selalu digunakan sebelum bekam basah.
f. Terapi Benson
Terapi ini dikenal dengan respons relaksasi, yaitu kondisi fisiologis
dan psikologis yang melawan stress (Dusek & Benson, 2009). Benson
dan proctor mendefinisikan teknik relaksasi benson adalah upaya
mengembangkan metode releksasi pernafasan dengan melibatkan
keyakinan klien mengenai kondisi kesehatannya sehingga dapat
membantu menciptakan lingkungan internal dan membantu klien
mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi
(Purwanto, 2006).
Teknik relaksasi Benson menggabungankan antara meditasi dengan
relaksasi napasan dalam. Tujuan kombinasi tersebut adalah
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurasi stress fisik
maupun emosional serta membantu keluhan sulit tidur. Hal perlu
diperhatikan selama intervensi pada terapi ini adalah kondisi
lingkungan yang tenang agar tercapai efek optimal, kemampuan fisik
memungkinkan tindakan.
g. Hipnoterapi

Kamus besar bahasa Indonesia Hipnosis adalah keadaan seperti tidur


karena sugesti, pada taraf permulaan orang tersebut berada dibawah
pengaruh orang yang mengsugestinya, tetapi pada taraf berikutnya
menjadi tidak sadar sama sekali. Keadaan hypnosis dikaitkan dengan
adanya peningkatan sugesti, memfasilitasi interaksi antara terapis dan
subjek yang memungkinkan praktisi membuat sugesti untuk
memfasilitasi seseorang orang agar mengubah cara berfikir, perasaan
atau reaksi terhadap peristiwa atau situasi tertentu (Mantle & Tira,
2009).

McCann (2008) menjelaskan hipnonis sebagai suatu bentuk komunitas


dengan klien untuk terlibat dalam menyerap proses tetapi dan
perubahan; kondisi hypnosis adalah salah satu dari “penyerapan
terfokus”, agar klien lebih mudah dalam mempertimbangkan dan
memoditifikasi pandangan subjektif dirinya. Syarat dalam melakukan
hypnosis di antaranya membuat mata lelah dan memejamkan mata,
munculnya relaksasi, terbentuknya kepercayaan dan hubungan
emosional yang baik dengan terapis, diikuti dengan sugesti yang
diformat baik melalui kata-kata ataupun ekologis (gerakan), dilakukan
berulang dan melibatkan emosionalnya serta membawa hati klien
kepada sugesti (Elias, 2009). Perawat dapat membantu klien
melakukan terapi ini misalnya klien yang menghentikan kebiasaan
buruk seperti adiktif pada nikotin, makanan, obat-obatan, alcohol dan
kebiasaan lainnya (Elias).

h. Food Combining
Food combining adalah pola makan yang diselaraskan dengan
mekanisme alamiah tubuh manusia. Artinya cara ini menggunakan
pola makan yang benar sesuai dengan siklus pencernaan sehingga
mengatur waktu makan dan kombinasi makanan yang serasi. Tujuan
dilaksanakannya food combining adalah untuk mempermudah
pekerjaan system pencernaan sehingga pemakaian energy tubuh lebih
efisien dan tubuh menjadi sehat serta membentuk berat badan dan
tinggi badan yang ideal.
Prinsip food combining menyesuaikan dengan siklus pencernaan
tubuh manusia. Siklus tersebut terbagi dalam tiga periode yaitu siklus
pencernaan, siklus penyerapan, siklus pembuangan. Penjelasan lebih
lanjut bahwa siklus pencernaan berlangsung pada pukul 12.00-20.00
Waktu ini merupakan saat yang tepat untuk mengkonsumsi makanan
padat secara aktif. Siklus penyerapan dimulai pada pukul 20.00-04.00
WIB. Sebagai besar zat makanan yang telat dicerna dibagikan ke
seluruh tubuh. Pada saat ini sebaiknya jangan banyak melakukan
aktivitas dan tidak makan pagi, karena sel-sel tubuh yang rusak
digantikan pada periode ini. Siklus pembuangan merupakan siklus
terakhir yang terjadi pada pukul 04.00-12.00 WIB. Energi sangat
banyak dikeluarkan pada periode ini. Sebaiknya menghindari makan
makanan padat pada periode ini cukup dengan meminum segelas jus.
Ketiga periode tersebut bukan hanya memperhatikan jam waktu
makan, tetapi juga keseimbangan asam dan basa (nilai pH makanan)
yang dimakan.
i. Jamu
Obat tradisional Indonesia dikenal dengan istilah jamu (WHO, 2010;
Chaudhury & Rafei). Perkembangan jamu yang dikelola secara
modern sudah semakin maju dengan adanya pabrik yang
memproduksi secara masal dan ada yang telah menggunakan resep
dokter. Jamu yang sudah menggunakan resep dokter tersebut kenal
dengan obat herbal, adapun jumlahnya masih sedikit. Di Indonesia ada
3 jenis pembagian yaitu jamu ( obat tradisional), obat herbal terstandar
dan fitofarmaka (BPOM, 2005). Obat tradisional adalah bahan baku
atau ramuan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sari
atau campuran dari bahan tersebut yang digunakan secara turun
temurun berdasarkan pengalaman untuk pengobatan. Obat herbal
terstandar adalah sediaan obat bahan yang telah terbukti keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah melalui uji praklinik dan bahan bakunya
telah terstandar. Fitofarmaka adalah sediaan obat dari alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya selain dari uji praklinik juga di
uji klinik secara ilmiah serta berbahan baku dan produknya
terstandarisasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Puskesmas pasar minggu sedang mengadakan penelitian terkait dengan
tingkat stres siswa dalam menghadai Ujian Nasional. Pihak puskesmas
memerintahkan perawat komunitas untuk melakukan pengkajian di SMK
kesehatan Mulia Karya Husada. Di SMK Kesehatan Mulia Karya Husada
terdapat 240 siswa/i kelas 3 yang akan menghadapi ujian nasional.
Terdapat 168 orang siswi (70%) dan 72 orang siswa(40%).
Menurut hasil wawancara Siswa/i sedang disibukkan dengan try out dan
pendalaman materi yang di lakukan selama 3 bulan menjelang Ujian
Nasional. Siswa dan siswi tampak sangat stress. siswa/i mengeluh pada
perawat sudah tidak konsentrasi dalam belajar dan mengalami penurunan
motivasi belajar dikarenakan sudah merasa lelah dalam belajar. Siswa/i
merasa ada tekanan dari guru dan orang tua untuk terus meningkatkan
belajarnya hingga waktu tidur pun terganggu. 44 (5%)orang mengalami
gangguan tidur yaitu sulit tidur sebanyak 18 orang(2%) dan tidur yang
gelisah terdapat 26 orang(3%).
Sesuai dengan keluhan perawat komunitas membuat intervensi yang akan
dilakukan kepada siswa/i yaitu terapi penerapan untuk mengurangi
keluhan yang dirasakan siswa/i menggunakan beberapa terapi
komlementer yaitu hipnoterapi dan relaksasi.

B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Core inti komunitas meliputi :
1) Riwayat kesehatan yang ada
i. Bagaimana terjadinya resiko penyakit
ii. Jenis penyakit yang sering ada
iii. Mengenai siapa saja
iv. Berapa lama
v. Didaerah mana
vi. Bagaimana upaya masyarakat
vii. Bagaimana program yang ada
2) Kultur
i. Bagaimana perkembangan masyarakat itu sendiri
ii. Bagaimana nilai atau keyakinan masyarakat
iii. Tradisi
3) Support
i. Dukungan dari profesi
ii. Dukungan dari masyarakat
iii. Bagaimana bentuk dukungan yang ada
4) Statistik
i. Distribusi usia
ii. Jenis kelamin
iii. Tingkat pendidikan
2. Data Sub Sistem
1) Data Lingkungan Fisik
2) Pelayanan kesehatan dan sosial
3) Ekonomi’
4) Keamanan dan transportasi
5) Politik dan pemerintahan
6) Komunikasi
7) Pendidikan
8) Rekreasi
3. Persepsi
1) Warga masyarakat
2) Persesi perawat

b. Analisa Data
No Data Masalah
1
2
3
c. Kriteria prioritas masalah
Dx 1 ansietas
No Kriteria Bobot Score Total Pembenaran
(1-10) (1- maksi
10) mal
(600)
1 Kesadaran 7 9 63 51% siswa mengetahui
siswa/i akan tentang masalah yang sedang
masalah dihadapi.
2 Motivasi 6 3 18 50% siswa mengatakan
siswa/i sering kabur dalam
untuk pendalaman materi.
menyelesaik
an masalah
3 Kemampua 9 10 90 Terapi relaksasi dan musik
n perawat diberikan perawat untuk
dalam mengurangi kecemasan
mempengar Siwa/i
uhi
penyelesaia
n masalah
4 Ketersediaa 9 7 63 UKS disekolah tersedia dan
n ahli atau siswa/i sering menggunakan
pihak UKS
terkait
dalam
penyelesaia
n masalah
5 Beratnya 8 6 48 Tingkat stress siswa/i yang
konsekuensi semakin banyak jika tidak
jika ditangani
masalah
tidak di
selesaikan
6 Mempercep 8 7 56 Dengan memberikan teknik
at relaksasi dan terapi musik
penyelesaia
n masalah
dengan
resolusi
yang dapat
di capai
Total penilaian 344

Dx2 koping komunitas tidak efektif’


No Kriteria Bobot Score Total Pembenaran
(1-10) (1- maksi
10) mal
(600)
1 Kesadaran 7 4 28 51% siswa mengatakan
siswa/i akan bahwa belum mengetahui
masalah bagaimana cara mengatasi
masalah yang dihadapi.
2 Motivasi 6 4 24 37.5% siswa mengatakan
siswa/i mengkonsumsi alkohol untuk
untuk mengatasi masalah .
menyelesaik
an masalah
3 Kemampua 9 8 72 Memberikan dukungan
n perawat pengambilan keputusan dan
dalam promosi koping
mempengar
uhi
penyelesaia
n masalah
4 Ketersediaa 7 4 28 Guru BK disekolah tersedia
n ahli atau dan siswa/i jarang konseling
pihak
terkait
dalam
penyelesaia
n masalah
5 Beratnya 8 7 56 Tingkatnya masalah yang
konsekuensi tidak bisa ditangani siswa/i
jika
masalah
tidak di
selesaikan
6 Mempercep 8 6 48 Dengan memberikan
at dukungan dukungan
penyelesaia pengambilan keputusan dan
n masalah promosi koping
dengan
resolusi
yang dapat
di capai
Total penilaian

d. Rencana Tindakan
Data pendukung masalah kesehatan komunitas :
e. POA(Planning Of Action)
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai