PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Epidemiologi carpal tunnel syndrome di USA 1-3 kasus dari 100 populasi
per tahun. Insiden mungkin meningkat menjadi 150 per 1000 subyek per tahun
dengan prevalensi rata-rata 500 kasus per 1000 subyek di populasi yang resiko
tinggi. Berdasarkan mortalitas dan morbiditas, carpal tunnel syndrome tidak lah
fatal tetapi bisa menyebabkan kerusakan saraf medianus yang irreversibel dengan
konsekuensi kehilangan fungsi tangan yang berat dan tidak bisa diterapi lagi.
Untuk perbandingan rasio nya wanita dan laki-laki 10:1. Berdasarkan usia, carpal
2
tunnel syndrome rentan terjadi pada usia 45-60 tahun. Hanya 10% pasien yang
menderita CTS pada umur dibawah 30 tahun.5
2.3 Etiologi
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh saraf medianus juga
dilalui beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada saraf
medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrome.
3
7. Neoplasma : Kista ganglion, lipoma,infiltrasi metastase dan mieloma
8. Penyakit kolagen vaskular : Reumatoid artritis, polimialgia reumatika,
skleroderma, dan SLE
9. Degeneratif : Osteoartritis
10. Iatrogenik : Punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk
dialisis, hematoma, komplikasi dan terapi anti koagulan
11. Faktor stress
12. Inflamasi : Inflamasi dari membran mukosa yang mengelilingi tendon
yang menyebabkan saraf medianus tertekan.6
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari sehinga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini
umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan
tangannya atau dengan meletakan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri
juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila
penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan
yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terus
terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di
daerah distal pergelangan tangan.
4
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi
kurang terampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil.
Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan
adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol
atau menggenggam. Pada penderita carpal tunnel syndrome pada tahap lanjut
dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinervasi oleh
saraf medianus.7
2.5 Patogenesis
5
2.6 Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
e. Torniquet test
Dilakukan pemasangan tourniquet dengan menggunakan tensimeter
diatas siku dengan tekanan sedikit diatas sistolik. Bila dalam 1 menit
timbul gejala CTS maka tes ini menyokong.
f. Tinel’s sign
6
Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
g. Pressure test
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan
ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti
CTS, tes ini menyokong
h. Luthy’s sign
Penderita diminta melingkari bu jari dan jari telunjuk pada botol atau
gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat maka tes ini menyokong diagnosa.
i. Pemeriksaan fungsi otonom
Diperhatikan adakah perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin
yang terbatas pada daerah inervasi nervus medianus.
j. Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus,
tes dianggap positif.
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukan adanya fibrilasi, polifasik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot
thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot
lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus carpal tunnel syndrome.
Kecepatan hantar saraf pada 15-20% kasus bisa normal. Pada yang
lainnya KHS akan menurun dan masa latent distal dapat memanjang,
menunjukan adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan
tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
3. Pemerksaan Radilogis
Pemeriksaan foto roentgen pada pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah penyebab dari CTS terdapat penyebab lain seperti fraktur
atau artritis.
7
4. Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi dari CTS belum jelas seperti pada usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
2.7 Penatalaksanaan
Terapi yang ditujukan pada carpal tunnel syndrome adalah terapi terhadap
penyakit yang mendasari keadaan tersebut atau penyakit yang menyebabkan
terjadinya carpal tunnel syndrome. Oleh karena itu sebaiknya terapi dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu:10
a. Terapi konservatif
1. Istirahatkan pergelangan tangan
2. Obat anti inflamasi non steroid
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai
dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama
2-3 minggu.
4. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil,
suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan
operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan
setelah diberi 3 kali suntikan.
5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretik
6. Vitamin B6. Beberapa hipotesis menyatakan bahwa CTS terjadi
karena adanya defisiensi vitamin B6 sehingga dianjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi
8
beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin
tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar
7. Fisioterapi. Dianjurkan untuk perbaikan vaskularisasi tangan.
b. Terapi operatif
Tindakan operasi pada carpal tunnel syndrome disebut neurolisis
nervus medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan
pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif
atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-
otot thenar. Indikasi relatif tindakan operasi adalh hilangnya
sensibilitas persisten.
9
Disamping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang
sering mendasari terjadinya carpal tunnel syndrome seperti: trauma akut
maupun kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal
ginjal, penderita yang sering hemodialisa, myxedema akibat hipotiroid,
akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil
kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi
pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabakan
retensi cairan atau menyebabakan bertambahnya isi terowongan.
2.8 Pencegahan
2.9 Prognosis
10
1. Kesalahan menegakan diagnosis, mungkin penekana terhadap
nervus medianus terletak lebih proksimal
2.10 Komplikasi
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Dejong RN. The Neurological Examination Revised by AF. Haerer, 5th ed,
JB Lippincott, Philadelphia, 2012; 557-9.
2. Maurice Victor, Allan H. Ropper “ Disease of Spinal Cord, Peripheral
Nerve and Muscle”. Adams and Victors Principle’s of neurology. 7th ed.
USA: Mc Graw-Hill, 2011: 1433-4.
5. De krom NC, Krips child PG, Kesler AD, et al. Carpal Tunnel Syndrome:
prevalence in the general population. J.clin. 2012: 373-6.
7. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. 6th ed. New
york: Mc Graw-Hill; 2017.p 1358-9.
8. Weimer LH. Nerve and Muscle disease. In: Marshall RS, Mayer SA, ed.
On call neurology. Philadelphia.p.453-556
9. Dejong RN. The Neurological Examination Revised by AF. Haerer, 5th ed,
JB Lippincott, Philadelphia, 2012; 557-9.
10. Walshe III. Manual of neurology therapeutics. 5th ed. Boston: little Brown
and co; 2015.p 381-2.
13
14