TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari
dalam uterus (rahim) melalui jalan lahir. Saat persalinan terjadi proses membuka
dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan yang normal
terjadi pada umur kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) (Bobak, 2012; Sukarni
pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui
jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat
Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran.
dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu),
1) Passanger (Penumpang)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta dianggap juga
11
12
sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul
3) Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-oto
perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan
dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai
Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi membuat rasa letih
hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam
persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan
jongkok. Posisi tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan
darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat
13
membuat kerja otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim
Wahyu, 2013). Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai
dengan cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi
nyeri persalinan. Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu
Kebiasaan adat; Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al,
2011).
1) Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak awal kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekueni, intensitas dan durasi) hingga servik menipis dan membuka lengkap (10
cm). Kala I terdiri dari atas dua fase, yaitu fase inisial (laten) dan fase aktif. Fase
laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan fase aktif dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm. face aktif dibagi
dalam tiga fase lagi, yakni: fase akselerasi yaitu pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
14
dalam waktu 2 jam; dan fase deselerasi yaitu pembukaan lambat kembali, dari
pembukaan 9 cm sampai pembukaan lengkap (10 cm) dalam waktu 2 jam. Fase-
terjadi fase tersebut, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi lebih
2) Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
(Wiknjosastro, 2008).
3) Kala III
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Tahap ini berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Karakteristik pelepasan plasenta ditandai dengan uterus bulat dan keras, tiba-tiba
darah keluar dan tali pusat memanjang (Manurung, 2011 & Wiknjosastro, 2008).
4) Kala IV
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
pertama post partum. Tahap ini disebut juga dengan tahap pemulihan (Bobak,
2012). Hal yang perlu dievaluasi dalam kala IV yaitu tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, perdarahan pervaginam dan kondisi vesika urinaria (Manurung, 2011 &
Wiknjosastro, 2008).
15
Perubahan psikologi dapat terjadi pada ibu dalam persalinan Kala I, terutama bagi
Menurut Sukarni & Wahyu (2013) menyatakan bahwa pada kala I tidak jarang ibu
(orang tua ibu), dan saudara kandung bayi (Bobak, 2012). Kakek-Nenek atau orang
tua ibu yang melahirkan dapat dilibatkan sebagai dukungan terhadap ibu yang akan
Selain itu mereka dapat menggantikan ayah/pasangan ibu yang bersalin. Dukungan
dari saudara kandung bayi/anak yang lebih besar juga dapat dilibatkan, selain untuk
16
membantu persiapan anak menerima perubahan yang akan terjadi dengan kehadiran
anak baru juga dapat memberi semangat pada ibu (Bobak, 2013). Kehadiran suami
atau pasangan sangat dianjurkan untuk mendampingi ibu selama persalinan karena
Chapman (1992) dalam buku Bobak (2012) menyatakan ada tiga peran yang dapat
dilakukan oleh pria selama proses persalinan dan melahirkan, yakni peran sebagai
pelatih, teman satu tim, dan saksi. Sebagai pelatih suami secara aktif membantu istri
selama dan sesudah kontraksi persalinan. Suami bertindak sebagai teman satu tim
akan membantu istri selama proses persalinan dan melahirkan dengan berespon
terhadap permintaan istri akan dukungan fisik atau dukungan emosi atau keduanya.
Dalam berperan sebagai saksi, suami bertindak sebagai teman dan memberikan
dukungan emosi dan moral serta hadir disamping istri untuk memperhatikan segala
pendamping tersebut dapat terus menemani ibu berjalan-jalan dengannya jika ibu
pereda nyeri, dan mendorong mekanisme koping apapun yang ibu pilih (Fraser et
al, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Mukhoirotin dan Khusniyah pada tahun
ibu pada proses persalinan kala I. Dengan data yang diperoleh menunjukan bahwa
2.2 Kecemasan
Kecemasan atau ansietas adalah ketegangan, rasa tidak aman, dan kekhawatiran
yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi
emosi tanpa obyek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui dan didahului oleh
pengalaman baru. Kecemasan berbeda dengan rasa takut. Takut mempunyai sumber
yang jelas dan obyeknya dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian terhadap
stimulasi yang mengancam dan cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian
tersebut (Stuart dan Sundeen, 2006). Cemas adalah sebuah emosi dan pengalaman
subjektif dari seseorang dan merupakan suatu keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman yang terbagi dalam beberapa tingkatan (Kusuma & Hartono, 2011).
Tanda dan gejala umum yang berkaitan dengan kecemasan dapat dibagi menjadi
pada otot skelet: sakit kepala, kontraksi pada bagian belakang leher atau dada,
18
2) Gejala psikologis antara lain: 1) gangguan mood: sensitive sekali, cepat marah,
mudah sedih; 2) kesulitan tidur: insomnia, mimpi buruk, mimpi yang berulang-
menentukan pilihan bahkan untuk hal-hal kecil; 10) gelisah, resah, tidak bisa
1) Faktor Presipitasi:
(2) Faktor psikologi: ketakutan akan menjadi orang tua baru, hubungan
keluarga yang tidak harmonis, adanya trauma akan persalinan yang lalu
19
(3) Faktor sosial: tidak adanya dukungan dalam keluarga (Susanti, 2008).
2) Faktor Predisposisi
Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang persalinan baik dari orang
terdekat, keluarga, tenaga kesehatan, maupun dari berbagai media seperti majalah
dan lainnya. Pasangan suami istri yang berpendidikan tinggi dan mengikuti kelas
ibu hamil serta banyak membaca buku tentang kelahiran mereka lebih tenang dan
(2) Usia
Usia ibu dapat memberikan dampak terhadap perasaan cemas saat persalinan. Ibu
usia di bawah 20 tahun kesiapan mental masih sangat kurang sehinngga dalam
meskipun secara fisik risiko terjadinya komplikasi lebih besar, tetapi secara mental
(3) Paritas
kecemasan karena tidak adanya bayangan mengenai apa yang akan terjadi saat
bersalin nanti dan mendengar cerita mengerikan dari teman atau kerabat tentang
pengalaman saat melahirkan seperti ibu atau bayi meninggal dan hal ini dapat
multigravida muncul perasaan cemas biasanya diakibatkan oleh bayangan rasa sakit
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita sakit. Jika seorang ibu yang hamil
disertai dengan suatu penyakit penyerta maka ibu tersebut akan lebih cemas lagi
ibu saat persalinan. Kehadiran suami membuat ibu merasa lebih tenang dan siap
Menurut Stuart dan Sundeen (2006) cemas terdiri dari empat tingkatan yaitu:
1) Kecemasan ringan
bermasalah, dapat mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan yang akan
datang. Perasaan relative aman dan nyaman. Tanda-tanda vital normal, ketegangan
otot minimal, pupil normal atau kontriksi. Pada tingkat ini dapat memotivasi belajar
2) Kecemasan Sedang
Pada kecemasan sedang dapat menyebabkan persepsi sempit dan terfokus pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain, namun dapat melakukan sesuatu
21
pada saat ini berkaitan dengan masa lalu dan dapat mengabaikan kejadian dalam
situasi tertentu; kesulitan dan membutuhkan usaha yang lebih dalam beradaptasi
bergetar.
3) Kecemasan Berat
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terkini dan spesifik serta tidak
dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Pembelajaran sangat
pengalaman saat ini berkaitan pada masa lalu. Hampir tidak mampu mengerti
situasi yang dihadapi saat ini. Tanda-tanda vital meningkat, diaphoresis, ingin
kencing, nafsu makan turun, pupil dilatasi, otot-otot tegang, pandangan menurun,
4) Panik
orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
22
minimal. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat
bahkan kematian.
Untuk menangani kecemasan dapat dilakukan dengan metode farmakologi dan non-
meditasi dan lain-lain (Elliot et al, 2011). Di Amerika Serikat terapi musik sudah
banyak dilakukan untuk mengatasi kekurangan dalam aspek fisik, emosi, kognitif
dan sosial pada orang dewasa. Musik dan ritme-ritme tertentu dimainkan dengan
berbagai alat dan diyakini dapat membawa ketenangan pikiran dan memberikan
(Djohan, 2006).
23
Perilaku non verbal dapat sebagi signal atau tanda mengalami kecemasan.
Depression Anxiety and Stress Scales (DASS), Beck Anxiety Inventory (BAI) dan
pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton
dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada
penelitian trial clinic. Skala HaRS-A telah dibuktikan memiliki validitas dan
trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran
kecemasan dengan menggunakan skala HaRS-A akan diperoleh hasil yang valid
Skala HaRS-A yang sudah dianggap baku memiliki 14 item symptom pertanyaan
gejala vegetative atau autonomy, gejala perilaku (Stuart dan Sunden, 2006).
Memiliki lima tingkatan skor yaitu skor 0= Tidak ada gejala (keluhan), skor 1= Satu
dari gejala yang ada, skor 2= Dua atau separuh dari gejala yang ada, skor 3= Lebih
dari separuh gejala yang ada, skor 4= Semua gejala ada. Dengan penentuan derajat
kecemasan nilai dari item 1-14 maka skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi 56,
dan hasilnya sebagai berikut skor < 14= tidak ada kecemasan, skor 14-20=
kecemasan ringan, skor 21-27= kecemasan sedang, skor 28-41= kecemasan berat,
DASS digunakan untuk menilai keparahan gejala inti depresi, kecemasan dan
stress. Intrumen ini terdiri atas 42 pertanyaan atau seperangkat skala subjektif yang
dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan
stress. Setiap skala subjektif tersebut terdiri dari 14 butir pernyataan. Masing-
masing pernyataan yang akan diukur dipilih dengan pilihan jawaban (skor) 0= tidak
pernah dialami sama skali, 1= jarang dialami, 2= sering dialami, 3= selalu dialami.
diinterpretasikan. Untuk kecemasan 0-7= normal, 8-9= ringan, 10-14= sedang, 15-
BAI digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan sesuai dengan keluhan pasien
dan dirancang khusus untuk meminimalkan perancu dengan gejala depresi. BAI
terdiri dari 21 item pertanyaan yang mengukur kejala somatik terdiri dari 14 item
dan tujuh item mencerminkan aspek subjektif dari kecemasan tersebut. Kuesioner
BAI dapat diisi sendiri oleh pasien atau melalui wawancara oleh peneliti. Masing-
25
masing item pertanyaan dijawab oleh responden jika gejala tidak dialami diberi skor
nol, gejala dirasakan ringan atau tidak merasa terganggu skornya satu, gejala
dirasakan sedang atau cukup merasa terganggu skornya dua dan gejala dirasakan
berat atau sangat merasa terganggu skornya tiga. Skor setiap item kemudian
Skor 0-7= normal, 8-15= cemas ringan, 16-25= cemas sedang, 26-63= cemas berat
(McDowell, 2006).
mengukur skala kecemasan ibu bersalin. Alat ukur ini biasanya digunakan peneliti
tanggapan “Ya” mendapat skor satu sedangkan “Tidak” mendapat skor nol.
Penjumlahan skor dapat dikategorikan jika < 6= cemas ringan, 7-12= cemas sedang,
hormon stres. Peningkatan kadar katekolamin pada kala I dapat menyebabkan aliran
darah yang semestinya ke rahim dan plasenta beralih ke organ-organ penting seperti
jantung, paru-paru, otak dan otot rangka sehingga aliran darah ke rahim dan
Persalinan merupakan proses alamiah yang dialami seorang ibu hamil akan tetapi
tidak setiap ibu hamil akan selalu siap menghadapi parsalinan karena persalinan
disertai rasa nyeri dan pengeluaran darah. Ketidaksiapan akan menimbulkan rasa
takut dan cemas pada ibu terutama pada wanita yang baru pertama kali melahirkan
karena pada umumnya belum memiliki gambaran mengenai kejadian yang akan
dialami pada persalinan (Maramis, 2009). Disamping itu masyarakat juga masih
memiliki paradigma persalinan merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga ibu
yang akan melahirkan mengalami ketakutan dan kecemasan, umumnya takut mati
baik terhadap dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkannya (Kartono,
2007).
persalinan dan berakibat pembukaan kurang lancar. Dampak dari kecemasan dapat
menimbulkan rasa sakit pada persalinan dan berakibat timbulnya kontraksi uterus
uterus sehingga vaskularisasi uterus berkurang dan hal ini menyebabkan kontraksi
Proses persalinan tidak hanya bersifat somatis, akan tetapi juga bersifat
emosi penting lainnya. Pada proses melahirkan bayi pengaruh-pengaruh psikis bisa
kelahiran bayi, maka fungsi biologis dari reproduksi itu sangat dipengaruhi oleh
kehidupan psikis dan kehidupan emosional ibu yang bersangkutan (Dahro, 2012).
2.3 Nyeri
dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin
selama persalinan dan kelahiran (Stright, 2004). Terdapat pernyataan yang sama
dari Arifin (2008) bahwa nyeri persalinan merupakan pengalaman subyektif tentang
sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks
Nyeri persalinan pada kala I persalinan disebabkan oleh dua hal yaitu, kontraksi
rahim yang menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia rahim
28
(penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi
myometrium. Impuls rasa nyeri pada kala I persalinan ditranmisi melalui segmen
saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik
lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan servik. Nyeri ini mulai
dari bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke
Nyeri akibat perubahan servik dan iskemia rahim merupakan nyeri viseral. Pada
dasarnya, semua nyeri viseral dijalarkan melalui serabut saraf nyeri kecil tipe C,
sehingga hanya dapat menjalarkan rasa nyeri tipe pegal dan pedih. Nyeri viseral
akibat iskemia rahim terbentuk dari produk akhir metabolik yang asam atau produk
yang dihasilkan oleh jaringan, seperti bradykinin dan enzim proteolitik atau bahan
lain yang merangsang ujung saraf nyeri. Nyeri yang timbul akibat viskus spastik
dicetuskan dalam bentuk kram dengan rasa nyeri yang menghebat dan kemudian
menghilang. Proses ini berlanjut secara berulang, timbulnya setiap beberapa menit
otot polos (Guyton & Hall, 2007). Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya
selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antara kontraksi (Bobak,
2004).
Rasa nyeri memiliki tiga komponen yaitu stimulus (penyebab nyeri), ambang nyeri
sehingga menambah potensi keluhan nyeri. Ambang nyeri dalam persalinan dapat
(Farrer, 2001).
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh
individu (Tamsuri, 2006). Nyeri merupakan masalah yang sangat subjektif yang
dipengaruhi oleh psikologis, kebudayaan, dan hal lainnya. Ada beberapa metode
Metode ini suatu word list untuk mendeskripsikan nyeri yang dirasakan. Pasien
yang dirasakan dari word list yang ada. Metode ini dapat digunakan untuk
mengetahui intensitas nyeri saat pertama kali muncul hingga tahap penyembuhan.
Penilaian ini terbagi menjadi beberapa kategori nyeri, yaitu: tidak nyeri (none),
nyeri ringan (mild), nyeri berat (servere), nyeri sangat berat (very severe) (Benzon,
2005).
30
nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari
(Benzone, 2005). Skala ini merupakan skala paling efektif yang digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapiutik (Potter & Perry,
2005). Skala numerik dapat digunakan mulai anak-anak usia dari 9 tahun, dewasa
hingga tua (McCaffery dan Beebe, 1993 cit National Institut of Health Grant
ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori nyeri yaitu: tidak nyeri (0), nyeri ringan
(1-3), nyeri sedang (4-6), nyeri berat (7-9), nyeri yang tidak tertahankan (10) (Potter
Metode VAS sering digunakan dalam mengukur intensitas nyeri. Metode ini
sampai nyeri yang sangat berat. Keuntungan menggunakan metode ini adalah
adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah delapan tahun dan mungkin
susah diterapkan pada pasien nyeri hebat (Potter & Perry, 2005).
31
Pada kala satu persalinan terjadi dilatasi dan penipisan servik. Mekanisme
ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga servik akan mendatar
dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multipara
2007).
Dilatasi servik primipara pada kala I fase aktif 1,2 cm/jam, sedangkan pada
multipara 1,5 cm/jam. Rata-rata durasi total kala I persalinannya berkisar 3,3 jam
sampai 19,7 jam pada primipara dan 0,1 jam sampai 14,3 jam pada multipara.
Durasi persalinan yang semakin panjang atau lama, membuat ibu merasa semakin
letih. Hal ini membuat peningkatan nyeri seperti suatu lingkaran setan (Bobak,
2004)
analgesia sitemik dan anastesia blok saraf. Yang termasuk analgesia sistemik yaitu
pembangkit efek analgesic. Sedangkan yang termasuk anastesia blok saraf yaitu
32
karena hal ini dapat menimbulkan gejala putus obat. Sedangkan penggunaan
serta ibu tidak bisa mengedan secara efektif. Anastesia blok paraservikal dapat
Berbagai metode non farmakologi untuk mengontrol rasa nyeri diterapkan, yang
meliputi metode Dick-Read, metode Lamaze, metode Bradley, tehnik relaksasi dan
pernafasan, effleurage dan tekanan sacrum, yoga, umpan balik biologis, sentuhan
terapiutik, terapi aroma. Metode ini dikembangkan untuk mengurangi nyeri pada
wanita tanpa meningkatkan risiko pada janin atau pada ibu atau mempengaruhi
Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan
2008).
fisik, dan kesehatan emosi (Djohan, 2009). Menurut Federasi Terapi Musik Dunia
(WMFT) terapi musik adalah “penggunaan musik dan/atau elemen musik (suara,
irama, melodi dan harmoni) oleh seorang terapis musik yang telah memenuhi
mengunakapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai berbagai tujuan terapi
lainnya. Proses ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, mental,
Musik sebagai gelombang suara diterima dan dikumpulkan oleh daun telinga
Menbran timpani bersama dengan rantai osikule dengan aksi hidrolik dan
mengungkit, memperbesar energi bunyi menjadi 25-30 kali (rata-rata 27 kali) untuk
ke organ korti dalam kokhlea dimana getaran akan diubah dari sistem konduksi ke
sistem saraf melalui nervus auditorius (N. VIII) sebagai impuls saraf (Prasetyo,
2009).
34
Impuls saraf terdiri dari suatu gelombang depolarisasi membran yang disebut
Potensial Aksi dan merambat sepanjang sel saraf. Impuls saraf diteruskan menuju
korteks auditorius kemudian jaras berlanjut ke sistem limbik. Dari korteks limbik,
Amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat
vegetative dan fungsi endokrin tubuh seperti pengarturan aspek perilaku emosional,
menuju serat saraf otonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf yaitu
sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem saraf ini
pusat rasa ganjaran sehingga timbul ketenangan (Prasetyo, 2009). Midbrain sebagai
ejektor dari rasa rileks dan ketenangan akan mengeluarkan gamma amino butyric
acid (GABA), enkhephalin, beta endorphin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek
analgesia yang akan mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat tingkat
Terapi musik merupakan salah satu terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah ataupun kekurangan dalam aspek fisik, emosi, kognitif, dan sosial baik
pada anak-anak maupun dewasa, dengan demikian terapi musik dapat dikatakan
35
sebagai terapi yang bersifat humanistik (Djohan, 2006). Secara umum terapi musik
Terdapat beberapa manfaat terapi musik menurut Pusat Riset Terapi Musik dan
Gelombang Otak diantaranya: (a) relaksasi, mengistirahatkan tubuh dan pikiran; (b)
Waktu yang diperlukan dalam pemberian terapi musik untuk menghasilkan efek
yang diinginkan belum memiliki pedoman yang baku. Menurut Kate Mucci &
Richard Mucci (2004) pemberian terapi musik dengan jenis musik yang tepat tidak
akan membahayakan meskipun dalam jangka waktu agak lama, bahkan terapi
musik yang diberikan dalam jangka waktu singkat sudah dapat menghasilkan efek
terapiutik atau efek positif bagi klien. Musik dapat di dengarkan selama 10 menit
atau lebih untuk dapat membuat seseorang rileks. Tubuh memiliki ritme tersendiri,
musik dengan tempo konstan dan melodi sederhana yang diulang secara teratur
dapat memberikan efek rileks pada pasien (Mucci, 2004). Pada penelitian yang
kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi yang diberikan terapi musik
frekuensi nadi dan tekanan darah pada kelompok eksperimen yang diberikan terapi
36
musik. Sedangkan menurut Dofi (2010) terapi musik untuk setiap klien idealnya
Pemilihan jenis musik juga penting dalam memberikan efek relaksasi. Perlu diingat
mempunyai tempo yang teratur. Musik yang kurang cocok dipilih sebagai media
terapi adalah musik jazz yang rumit, heavy rock dan musik klasik yang menggelora.
tempo teratur yang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi stess,
cemas dan menimbulkan kondisi rileks pada seseorang. Musik relaksasi yang
terbaik adalah musik instrumental, musik alam sekitar atau musik mediatif (Mucci,
2004).
stabilitas atau perubahan secara bertahap pada volume, irama, timbre, pitch, dan
harmoni; testur yang konsisten; garis melodi yang terprediksi; pengulangan materi;
Menurut Elliot et al (2011) musik yang dapat menyebabkan rileks dan mengurangi
dimainkan dengan alat-alat musik dengan harmonisasi yang indah. Subyek tidak
37
perlu berfokus pada kata-kata yang ada pada lagu dengan mendengarkan musik
Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang otak, membagi teknik pemberian terapi
musik menjadi 2 jenis yaitu terapi musik aktif dan terapi musik pasif.
Terapi musik aktif merupakan jenis terapi musik yang melibatkan klien secara aktif
dalam musik. Kegiatan yang termasuk terapi musik aktif antara lain bernyanyi,
belajar memainkan alat musik, menirukan nada, bahkan menciptakan lagu singkat.
Terapi jenis ini membutuhkan bimbingan dari seorang terapis yang kompeten
Terapi musik pasif merupakan pilihan terapi yang mudah, murah, dan efektif.
Kegiatan yang termasuk terapi musik pasif adalah mendengarkan musik. Terapi ini
klien.
Menurut Elliot et al (2011) musik untuk mengatasi kecemasan dibagi menjadi dua
metode pendekatan yaitu pemusatan pada pasien dan pemusatan pada terapis.
Metode pemusatan pada pasien dimana pasien diminta untuk memilih musik yang
disukai kemungkinan mempunyai bias yang lebih dalam mengetahui efek musik.
Sedangkan metode pemusatan pada terapis dimana terapis yang memilih musik
yang sesuai untuk terapi yang dilakukan walaupun juga mempunyai kemungkinan
38
bias akan tetapi musik yang dipilih oleh terapis dapat mencakup keseluruhan,
musik tersebut.
Menurut Lai dan Good (2005) dalam Yanti (2011) hal yang perlu dilakukan klien
saat terapi musik berlangsung sebaiknya memejamkan mata, posisi berbaring atau
duduk dengan kepala ditopang, mengikuti tempo dan irama musik serta rileks
menerima efek dari frekuensi yang ditimbulkan dalam musik tersebut. Alat
Respon sistem saraf saat terjadi cemas adalah mengaktifkan saraf simpatis yang
Musik dapat menghasilkan efek menenangkan pada aktivitas sistem saraf yang
berlebihan akibat stress dengan cara menutup stimulus pada saat terjadinya cemas
kandung kemih, dan bagian bawah ureter. Kerja parasimpatis berlawanan dengan
senang, rasa puas, dan ketenangan sehingga berperan dalam penurunan cemas
dopamin sehingga menimbulkan rasa rileks (Guyton & Hall, 2008). Musik juga
efek narkotika alami yaitu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kegembiraan.
suasana hati menjadi rileks (Ganong, 2008). Midbrain yang merupakan sistem
limbik pada bagian korteks serebri yang berfungsi sebagai ejektor dari rasa rileks
yang timbul, akan mengeluarkan gamma amino butyric acid (GABA), encephalin
sebagai agens antiansietas alami tubuh (Prasetyo, 2005 & Videbeck, 2008).
Musik dapat berperan sebagai distraksi yang kuat. Intervensi musik dapat