Anda di halaman 1dari 12

February 18, 2015

Di dalam diri kita masing-masing pasti memiliki rasa kecintaan terhadap tanah air,

tanah kelahiran, rasa bela negara, dan bangga terhadap tanah air Indonesia. Namun,

apakah Anda sudah mengetahui dengan benar mengenai dasar dan silsilah negara

tercinta kita, Indonesia? Seperti yang telah Anda ketahui, Indonesia adalah Negara

Kesatuan yang berbentuk Republik. Republik adalah keadaan suatu negara dimana

pemerintahan berasal dari rakyat, dan bukan berdasarkan keturunan dari

bangsawan. Republik dikepalai atau dipimpin oleh seorang Presiden. Saat ini

Presiden Republik Indonesia adalah Ir. H. Joko Widodo yang dilantik pada tanggal 20

Oktober 2014, dan akan menjabat menjadi Presiden Republik Indonesia selama lima

tahun ke depan. Jika masa jabatan telah berakhir, Beliau dapat dipilih kembali

menjadi Presiden Republik Indonesia hanya untuk satu kali lagi masa jabatan,

dengan jabatan yang sama.

Republik berbeda konsep dengan demokrasi. Terdapat anggapan bahwa Negara

Republik akan lebih demokratik jika dibandingkan dengan Negara Monarki. Hal ini

sebenarnya bergantung pada pemegang kuasa eksekutif. Namun biasanya Negara

Republik sering disamakan dengan demokrasi, karena pemimpin dipilih oleh rakyat.

Dalam Negara Monarki, kepala pemerintahan menjabat seumur hidup dan kuasanya

akan diberikan kepada penerus dalam keluarganya. Untuk Konsep Republik,

sebenarnya telah diterapkan sejak lama, salah satunya yaitu oleh Republik Roma.

Ketua Negara Republik pada saat ini biasanya hanya dipimpin oleh satu orang saja,

yakni Presiden.

Selain berbentuk Republik, Indonesia juga merupakan sebuah Negara Kesatuan.

Negara Kesatuan adalah negara berdaulat yang dipimpin sebagai satu kesatuan

tunggal. Pemerintahan pusat adalah pemegang kekuasaan tertinggi dan

berkewajiban menjalankan kekuasaan-kekuasaan serta kebijakan-kebijakan yang

telah ditetapkan serta dipilih oleh pemerintah pusat untuk dilaksanakan oleh masing-

masing kepala daerah dalam satu Negara Kesatuan. Selain di Indonesia, Saat ini
bentuk pemerintahan Negara Kesatuan telah banyak diterapkan di banyak negara

lainnya.

Seorang Presiden di dalam Negara Republik mempunyai dua tugas dan jabatan,

yakni sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Begitu pula yang terjadi di

Indonesia. Karena Negara Indonesia ini merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk

Republik, maka Presiden juga memiliki dua fungsi yaitu sebagai Kepala Negara dan

Kepala Pemerintahan. Untuk lebih memahami perbedaan antara Kepala Negara dan

Kepala Pemerintahan, mari kita simak penjelasan berikut ini.

Perbedaan Kepala Negara dan


Kepala Pemerintahan
Kepala Negara adalah jabatan yang dilaksanakan secara individu maupun kolektif,

namun tetap memiliki peranan sebagai ketua atau pemimpin tertinggi dari sebuah

Negara. Negara yang dimaksud adalah Negara Republik, Negara Monarki, Negara

Federasi, Negara Persekutuan, serta bentuk-bentuk negara lainnya. Tanggung jawab

Kepala Negara antara lain yaitu memiliki hak politis yang ditetapkan sesuai dengan

konstitusi sebuah Negara. Oleh sebab itu, Kepala Negara dapat dibedakan

berdasarkan konstitusi yang berbeda-beda di tiap-tiap Negara tertentu di seluruh

dunia.

Kepala Negara berdasarkan sifat dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

 Kepala Negara Simbolis : Kepala Negara yang tidak memiliki Hak Prerogratif

serta Hak Politik. Artinya, Kepala Negara tidak dapat mencampuri masalah

pemerintahan dan legislatif. Kepala Negara Sombolis juga memiliki sedikit

kewenangan jika Kepala Pemerintahan adalah seorang Perdana Menteri serta

mempunyai sistem Parlementer.

 Kepala Negara Populis : Kepala Negara yang memiliki Hak Prerogratif dan

Politik. Kepala Negara dapat mencampuri masalah pemerintahan dan legislatif.


Kepala Negara Populis memiliki banyak kewenangan jika Kepala Pemerintahan

adalah seorang Presiden atau seorang Perdana Menteri yang memiliki sistem

Presindensiil atau Semi-presidensiil.

Berdasarkan tanggung jawab serta hak politis yang ditetapkan oleh

masing-masing konstitusi suatu Negara, maka Kepala Negara berdasarkan

jenis konstitusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

 Sistem Presindensiil : Berbentuk Negara Republik dengan Presiden menjabat

sebagai Kepala Negara. Presiden adalah seorang pemimpin dari seperangkat

pemerintahan serta kementerian-kementerian negara pada suatu negara yang

diimplementasikan pada kementerian-kementerian yang ada pada kabinet. Presiden

memiliki hak secara luas sebagai Kepala Birokrasi atau Aparatur Negara. Presiden

mewakili Negara untuk perjanjian kerjasama dengan Luar Negeri, serta berkewajiban

menjalankan kebijakan dalam Negeri yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

konstitusi dan perundangan-undangan yang berlaku. Contoh Negara dengan sistem

Presindensiil adalah Filipina, Amerika Serikat, serta Indonesia.

 Sistem Semi-presidensiil : Sistem ini memiliki Presiden atau gelar lain serta

Perdana Menteri yang membagi tanggung jawab serta hak dalam menjalankan

pemerintahan. Perdana Menteri yang akan membentuk kabinet, ditunjuk dan dipilih

oleh Presiden sendiri. Tugas Perdana Menteri secara Konstitusional adalah

bertanggung jawab kepada parlemen. Namun parlemen tidak dapat atau tidak

memiliki hak untuk memberhentikan atau memecat Perdana Menteri. Pada kasus ini,

perlemen juga tidak dapat meminta pertanggungjawaban dari Presiden. Negara-

negara yang menganut sistem semi-presidensiil adalah Rusia, Perancis, Oman, serta

Taiwan.

Kepala Pemerintahan adalah pemimpin kabinet atau pemerintah, yang mana harus

memastikan berjalannya suatu pemerintahan suatu Negara. Di dalam sistem

Presidensiil maupun Monarki, Kepala Pemerintahan biasanya juga menjabat sebagai

Kepala Negara yang disebut sebagai Presiden atau Raja. Dalam sistem Parlementer,
yang menjabat sebagai Kepala Pemerintahan adalah Perdana Menteri. Dalam

menjalankan tugas sebagai Kepala Pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri-

menteri dalam kabinet untuk melakukan tugas pemerintahan serta memegang

tampu kekuasaan legislatif.

Tugas Presiden sebagai Kepala


Negara
Sebagai Kepala Negara, Presiden tentu memiliki tugas-tugas khusus yang harus

dilakukan oleh Presiden selaku Kepala Negara. Untuk menentukan tugas-tugas

tersebut, perlu suatu peraturan perundangan-undangan dasar yang telah disusun

sebelumnya agar dapat menjadi pedoman seorang Presiden untuk menjalankan

tugasnya sebagai Kepala Negara. Maka dari itu di dalam sebuah Negara, peran

Undang-Undang Dasar sangat penting untuk menentukan tugas Presiden sebagai

Kepala Negara. Tugas Presiden sebagai Kepala Negara tercantum dalam peraturan

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut :

1. UUD 1945 Pasal 10: Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas

Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

2. UUD 1945 Pasal 13 ayat 1: Presiden mengangkat duta dan konsul.

3. UUD 1945 Pasal 13 ayat 3: Presiden menerima penempatan duta negara lain

dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

4. UUD 1945 Pasal 29 Ayat 2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

agamanya dan kepercayaannya itu

5. UUD 1945 Pasal 31 Ayat 4: Negara memprioritaskan anggaran pendidikan

sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja


negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi

kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional

6. UUD 1945 Pasal 32 Ayat 1: Negara memajukan kebudayaan nasional

Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat

dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

7. UUD 1945 Pasal 32 Ayat 2: Negara menghormati dan memelihara bahasa

daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

8. UUD 1945 Pasal 34 Ayat 1: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara

oleh negara.

9. UUD 1945 Pasal 34 Ayat 2: Negara mengembangkan sistem jaminan sosial

bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

sesuai dengan martabat kemanusiaan

10. UUD 1945 Pasal 34 Ayat 3: Negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak

Tugas Presiden sebagai Kepala


Pemerintahan
Dalam menjalankan tugasnya sebagai Kepala Pemerintahan, seorang Presiden tentu

memerlukan landasan atau dasar sebagai pedoman dalam menjalankan

pemerintahan suatu Negara. Maka dari itu, di dalam sebuah Negara, pastilah

memiliki landasan atau aturan dasar untuk menentukan pedoman tersebut. Aturan

dasar tersebut terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945. Di Indonesia, tugas

Presiden sebagai Kepala Pemerintahan tertuang dalam peraturan perundangan-

undangan sebagai berikut :

1. UUD 1945 Pasal 4 ayat 1: Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan

pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.


2. UUD 1945 Pasal 5 ayat 2: Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk

menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.

3. UUD 1945 Pasal 17 ayat 2: Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan

oleh Presiden.

4. UUD 1945 Pasal 18B Ayat 1: Hubungan wewenang antara pemerintah pusat

dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau provinsi dan

kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan

kekhususan dan keragaman daerah

5. UUD 1945 Pasal 18B Ayat 2: Hubungan keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat

dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan

undang-undang.

6. UUD 1945 Pasal 20 Ayat 4: Presiden mengesahkan rancangan undang-undang

yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang.

7. UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2: Rancangan undang-undang anggaran pendapatan

dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan

Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.

8. UUD 1945 Pasal 23F Ayat 1: Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh

Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan

Daerah dan diresmikan oleh Presiden.

9. UUD 1945 Pasal 24A Ayat 3: Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial

kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya

ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden

10. UUD 1945 Pasal 24B Ayat 3: Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat


11. UUD 1945 Pasal 24C Ayat 3: Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang

anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-

masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat,

dan tiga orang oleh Presiden.

12. UUD 1945 Pasal 28I Ayat 4: Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan

pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama

pemerintah.

13. UUD 1945 Pasal 31 Ayat 2: Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan

dasar dan pemerintah wajib membiayainya

14. UUD 1945 Pasal 31 Ayat 3: Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan

dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

yang diatur dengan undang-undang

15. UUD 1945 Pasal 31 Ayat 5: Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan

teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk

kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Wewenang Presiden
Selain harus melaksanakan tugas dan kewajiban seorang Presiden sebagai Kepala

Negara dan Kepala Pemerintahan, Presiden juga memiliki hak atau wewenangnya

sendiri dalam memimpin suatu Negara. Hak atau wewenang Presiden tersebut juga

telah tertuang dalam peraturan perundangan-undangan, yaitu Undang-Undang

Dasar 1945. Dalam menjalankan kewenangan Presiden yang cukup banyak, Presiden

dapat dibantu oleh Wakil Presiden serta membentuk jajaran kabinet kementerian.

Wewenang tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. UUD 1945 Pasal 5 Ayat 1: Presiden berhak mengajukan rancangan undang-

undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.


2. UUD 1945 Pasal 11 Ayat 1: Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara

lain

3. UUD 1945 Pasal 11 Ayat 2: Presiden dalam membuat perjanjian internasional

lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat

yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan

atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat.

4. UUD 1945 Pasal 12: Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan

akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang.

5. UUD 1945 Pasal 14 Ayat 1: Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan

memperhatikan pertimbangan Mahkamah agung.

6. UUD 1945 Pasal 14 Ayat 2: Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

7. UUD 1945 Pasal 15: Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda

kehormatan yang diatur dengan undang-undang.

8. UUD 1945 Pasal 16: Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang

bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya

diatur dalam undang-undang.

9. UUD 1945 Pasal 22 Ayat 1: Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa,

Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-

undang

10. UUD 1945 Pasal 33 Ayat 2: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara

dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara
11. UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung

di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.

Di Luar Kekuasaan
Selain tugas Presiden sebagai Kepala Negara, tugas sebagai Kepala Pemerintahan,

serta Wewenang Presiden, masih terdapat peraturan di luar kekuasaan seorang

Presiden, yaitu tertuang dalam UUD 1945 Pasal 7C: "Presiden tidak dapat

membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat." Peraturan ini telah

tercantum dalam peraturan perundangan-undangan yang berlaku di Negara Republik

Indonesia.

Pemilihan Umum Presiden


Di Indonesia, Pemilihan Umum Presiden dilakukan setiap lima tahun sekali, serta

maksimal dua kali periode masa jabatan dengan nama kandidat Presiden yang sama.

Satu masa periode jabatan seorang Presiden adalah lima tahun. Menurut Undang-

Undang Pemilu tahun 2008, partai yang dapat mengajukan kandidatnya sebagai

calon Presiden adalah partai yang menguasai lebih dari 205 kursi di Dewan

Perwakilan Rakyat atau memenangi sebanyak 25% suara.

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dipilih berdasarkan perolehan suara

sebanyak lebih dari 50% dari total jumlah perolehan suara dan dengan minimal 20%

suara di masing-masing Provinsi dari 50% jumlah Provinsi di Negara Indonesia. Jika

dalam Pemilu tersebut tidak diperoleh pasangan calon Presiden yang unggul dengan

suara terbanyak atau sesuai dengan persyaratan, maka dua pasangan calon

Presiden yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua berhak melakukan

pemilihan umum putaran kedua untuk menentukan pemenang berdasarkan suara

terbanyak yang diberikan masyarakat terhadap dua kandidat pasangan calon

Presiden tersebut.
Syarat untuk menjadi calon Presiden menurut peraturan Undang-Undang Dasar 1945

adalah :

 Calon Presiden menurut UUD 1945 Pasal 6 ayat 1 adalah WNI sejak lahir.

 Menurut UUD 1945 Pasal 6A ayat 1, Presiden dan Wakil dipilih dalam satu

pasangan secara langsung oleh rakyat.

Presiden terpilih akan memegang jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia

selama lima tahun penuh dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang

sama namun hanya untuk satu kali masa jabatan.

Pengangkatan Presiden dan Wakil


Presiden
Proses pengangkatan Presiden Republik Indonesia tidak sesulit dan mencekam pada

masa revolusi. Namun proses pengangkatan presiden tetap harus dijalankan sesuai

dengan undang-undang yang berlaku. Di tahun 2015 ini, undang-undang yang

berlaku untuk proses pengangkatan presiden mengacu pada UUD 1945 Pasal 3 ayat

2, dimana isinya mengatur badan yang melantik Presiden dan Wakil Presiden adalah

Majelis Permusyawaratan Rakyat dan menurut ketetapan MPR yang menjadi ketua

pelaksana adalah presiden sebelumnya.

Tidak hanya dipilih dan dilantik oleh MPR, menurut UUD 1945 Pasal 9, sebelum

memangku jabatannya seorang Presiden dan Wakil Presiden wajib mengucapkan

sumpah menurut agamanya, dan berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat. Berikut adalah

Sumpah dan Janji Presiden dan Wakil Presiden:

Sumpah Presiden (Wakil Presiden) :

“Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia

(Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,


memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang

dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan

Bangsa.”

Janji Presiden (Wakil Presiden) :

“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden

Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik – baiknya dan

seadil – adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala

undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti, kepada

Nusa dan Bangsa”.

Tercantum juga dalam UUD 1945 Pasal 9 ayat 2 bahwa jika MPR dan DPR tidak dapat

mengadakan sidang untuk proses pengangkatan Presiden maka Presiden dan

wakilnya mengucapkan sumpah dan janji di hadapan Pimpinan MPR yang disaksikan

Pimpinan Mahkamah Agung. Jika seorang Presiden tidak mengucapkan sumpah maka

secara hukum presiden ini masih belum dianggap sepenuhnya sah dan dapat

menimbulkan masalah seperti yang terjadi pada pengangkatan Presiden B.J. Habibie

karena menurut pasal 8 yang berhak menggantikan Presiden yang mengundurkan

diri adalah wakil presiden yang saat itu adalah Bapak B.J. Habibie, namun beliau

belum mengucapkan sumpah sesuai UUD 1945 pasal 9.

Pemberhentian Presiden
Jabatan Presiden memegang peranan dan wewenang yang paling besar dalam

menjalankan pemerintahan. Oleh karenanya peran seorang Presiden diawasi agar

tidak sampai diselewangkan atau disalahgunakan. Jika karena suatu hal seperti

penyalahgunaan atau karena pengunduran diri dari Presiden atau terjadi hal darurat

seperti mangkatnya Presiden maka MPR berhak memberhentikan presiden tersebut

sesuai UUD 1945 pasal 7A, “Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya

oleh MPR atas usul DPR”


Proses pemberhentian presiden awalnya diajukan oleh DPR ke Mahkamah Konstitusi.

DPR berhak melaporkan tindakan yang melanggar hukum dan tindakan lainnya yang

membuat seorang presiden tidak lagi memenuhi syarat memangku jabatannya.

Gugatan yang dibuat oleh DPR harus disetujui sekurang-kurangnya 2/3 suara dari

anggota DPR seperti yang dimaksudkan dalam pasal 7B ayat 3.

Proses selanjutnya Mahkamah Konstitusi memeriksa gugatan dari DPR paling lama

sembilan puluh hari dari hari pengajuan. Jika Mahkamah Konstitusi menyetujui

gugatan maka DPR da[at mengajukan rapat paripurna untuk mengajukan gugatan

kedua ke MPR. MPR akan memberikan keputusan paling lama tiga puluh hari dari

rapat paripurna. MPR harus mengadakan rapat yang dihadiri setidaknya 3/4 anggota

MPR dan dihadiri pula oleh Presiden untuk memberikan penjelasan. Apabila gugatan

pemeberhentian Presiden disetujui sedikitnya 2/3 anggota MPR maka barulah

Presiden diharuskan untuk turun dari jabatan presiden dan memberikan laporan

pertanggungjawabannya selama menjadi presiden.

Anda mungkin juga menyukai