Anda di halaman 1dari 6

TERAPI ULTRASOUND

Oleh

Maya Nabilah

1606869034

Terapi Ultrasound adalah suatu terapi dengan menggunakan getaran mekanik gelombang
suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Yang digunakan dalam fisioterapi adalah 0,5-5 MHz
dengan tujuan untuk menimbulkan efek terapeutik melalui proses tertentu.Manfaat dari terapi
Ultrasound cukup banyak diantaranya, yaitu

 Pengobatan cedera muskuloskeletal


 Pelebaran pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi darah sehingga membantu prose
penyembuhan.
 Menghancurkan timbunan zat asing di dalam tubuh, seperti timbunan kalkulus, mis.
batu ginjal dan batu empedu; ketika telah dipecahkan menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil, dapat dikeluarkan dari tubuh dengan aman dan mudah
 Meningkatkan proses penyerapan dan keberhasilan obat di bagian tubuh tertentu, mis.
memastikan bahwa obat kemoterapi mengenai sel kanker otak yang tepat
 Menghilangkan timbunan kotoran ketika tindakan pembersihan gigi dan penghalang
darah di otak (blood-brain barrier) agar obat dapat diserap tubuh dengan baik
 Membantu sedot lemak dan skleroterapi atau perawatan laser endovenous, yang dapat
digunakan sebagai metode penghilangan varises non-bedah
 Memicu agar gigi atau tulang dapat tumbuh kembali (hanya ketika menggunakan
denyut ultrasound intensitas rendah)
 Bekerja bersama antibiotik untuk menghancurkan bakteri
Untuk mendapatkan manfaat dari terapi ini, ultrasound harus dipancarkan pada kulit dari
bagian tubuh yang mengalami kerusakan dengan menggunakan transduser atau alat yang
dirancang khusus untuk terapi ini. Saat gelombang suara telah dipancarkan, gelombang
tersebut akan diserap oleh jaringan halus tubuh, seperti ligamen, tendon, dan fascia.
Saat ini, terapi ultrasound lebih banyak digunakan dalam pengobatan cedera
muskuloskeletal. Pasien yang dapat memanfaatkan teknologi ultrasound sebagai terapi
muskuloskeletal adalah mereka yang menderita penyakit berikut:

 Plantar fasciitis (peradangan pada  Metatarsalgia (peradangan sendi


fascia plantar di tumit) metatarsal di telapak kaki)
 Siku tenis  Iritasi sendi facet
 Nyeri pada bagian bawah punggung  Sindrom tabrakan (impingement
 Penyakit temporomandibular syndrome)
 Ligamen yang terkilir  Bursitis (peradangan bursa/kantung
 Otot yang tegang cairan sendi)
 Tendonitis (peradangan tendon)  Osteoartritis (pengapuran sendi)
 Peradangan sendi  Jaringan luka
 Artritis rheumatoid

Prinsip Kerja

Prinsip kerja terapi ultrasound adalah efek yang didapat tergantung dari diagnosis penyakit
seseorang dan tujuan terapi yang diberikan dengan dosis yang berbeda-beda untuk setiap individu,

Efek Melakukan Terapi Ultrasound

Setelah dipancarkan pada bagian tubuh yang membutuhkan pengobatan, teknologi


ultrasound akan menyebabkan dua efek utama: termal dan non-termal. Efek termal disebabkan
oleh penyerapan gelombang suara ke jaringan halus tubuh, sedangkan efek non-termal
disebabkan oleh microstreaming, streaming akustik, dan kavitasi, atau akibat bergetarnya
jaringan yang menyebabkan terbentuknya gelembung mikroskopis

1. Efek Fisiologis Thermal


 Efek Mekanik
Bila gelombang ultrasound masuk ke dalam tubuh maka akan menimbulkan
pemampatan dan peregangan dalam jaringan sama dengan frekuensi dari mesin ultrasound
sehingga terjadi variasi tekanan dalam jaringan.

 Efek Panas
Meningkatkan sirkulasi darah, Rileksasi Otot, Meningkatkan Permeabilitas
Membran, Mempercepat proses penyembuhan jaringan, Mengurangi Nyeri
2. Efek fisiologik non thermal
 mengurangi nyeri dan spasme otot, memperbaiki aliran darah serta menginduksi perbaikan
non union bone, regenerasi jaringan dan perbaikan jaringan lunak.
 menstimulasi pelepasan histamin dari sel mast oleh adanya degranulasi, serotonin dari sel
darah, pelepasan chemotactic agents dan growth factor dari makrofag, pembentukan
kapiler darah baru oleh sel-sel endotel, fibroblast untuk meningkatkan sintetis protein,
 meningkatkan kandungan kolagen, konduksi saraf motor dan sensor yang akan
meningkatkan ambang nyeri

Fisika Dasar Ultrasound

A. Efektif Radiating Area (ERA)

Permukaan tranduser tidak semuanya memancarkan gelombang ultrasound melainkan


hanya permukaan tertentu yang disebut efektif radiating area. Oleh sebab itu ERA merupakan tolak
ukur yang tentu dalam penentuan dosis. Sifat bekas gelombang Ultrasound. Sifat berkas
gelombang ultrasound dibedakan atas dua bagian yaitu :

1. Area Convergensi, yaitu terjadi gejala interferensi pada daerah yang tidak homogen pada
berkas tersebut sehingga timbul variasi intensitas yang besar disebut dengan intensity peaks
sedangkan gejala interferensi yang tidak homogen disebut Beams Non Uniformity Ratio (BNR).
BNR tidak bisa dihilangkan sama sekali. Nilai normalnya adalah 4 sampai 6 kali intensity peaks.
Bentuk berkasnya convergensi dimana panjang area convergensi ditentukan oleh diameter
tranduser. Penyebaran berkasnya lebih terpusat, hal ini juga tergantung pada frekuensi dan
diameter tranduser, dimana bila frekuensi tinggi maka panjang area convergensi akan panjang
demikian pula jika tranduser besar maka area konvergensi semakin panjang
2. Area Divergensi, yaitu tidak terjadi gejala interferensi yang menyebabkan berkas gelombang
sama, berkas gelombang yang menyebar

B. Fenomena fisik yang terjadi pada ultrasound


1. Bentuk Gelombang ultrasound adalah longitudinal yang memerlukan medium yang elastis
sebagai media perlambatan. Setiap medium elastis kecuali yang hampa udara. Gelombang
elastis longitudinal menyebabkan kompresi dan ekspansi medium pada jarak separuh
gelombang yang menyebabkan variasi tekanan pada medium
2. Refleksi atau pemantulan terjadi bila gelombang ultrasound melalui dua media yang berbeda.
Banyaknya energi yang dipantulkan tergantung independence acuistik spesifik dari berbagai
media. Karena faktor pemantulan gelombang pada permukaan media, maka energi paling besar
pada jaringan interface.
3. Penyebaran Gelombang ultrasound atau divergensi dalam tubuh timbul karena adanya
divergen dan adanya refleksi. Di dalam jaringan bundel ultrasound dapat menyebar oleh karena
adanya refleksi sehingga timbul efek-efek di luar daerah pancaran bundel ultrasound
4. Penyerapan dan Penetrasi Ultrasound ke dalam jaringan maka efek yang diharapkan adalah
efek biologis. Oleh karena adanya penyerapan tersebut maka semakin dalam gelombang
ultrasound masuk dan intensitasnya semakin berkurang. Gelombang ultrasound diserap oleh
jaringan dalam berbagai ukuran tergantung pada frekuensi, frekuensi rendah penyerapannya
lebih sedikit dibandingkan dengan frekuensi tinggi. Jadi ada ketergantungan antara frekuensi,
penyerapan dan kedalaman efek dari gelombang ultrasound. Disamping itu refleksi, koefisien
penyebaran menentukan penyebarluasan ultrasound di dalam jaringan tubuh.

Tabel 1. Koefisien Penyerapan pada Frekuensi 1 MHz dan 3 MHz

Medium Frek. 1 MHz Frek. 3 MHz


Darah 0,028 0,084
Pembuluh darah 0,4 1,2
Tulang 3,22 -
Kulit 0,62 1,86
Tulang rawan 1,16 3,48
Udara 2,27 8,28
Tendon 1,12 3,38
Otot 0,76 2,28
Lemak 0,28 0,84
Air (20 C) 0,14 0,42
Serabut saraf 0,0006 0,0018
0,2 0,6
Dari tabel di atas, nampak ada dua nilai absorbsi di dalam jaringan otot. Adanya
perbedaan yang penting disini adalah karena arah dari bundel ultrasound terhadap jaringan
otot. Pertama, jika bundel ultrasound jatuh secara tegak lurus terhadap jaringan otot. Kedua,
jika bundel ultrasound berjalan sejajar dengan jaringan otot. Pada keadaan yang kedua nilai
absorbsinya hampir tiga kali lebih kecil. Sebuah satuan yang lebih praktis dalam hal
penyebaran adalah Half Value Depth atau jarak nilai setengah (HVD). Yang dimaksud jarak
nilai setengah adalah jarak dimana intensitas dari ultrasound dalam suatu media tertentu
tinggal separuh. Jarak nilai setengah ini ditentukan koefisien penyerapan

Tabel 2. Jarak Nilai Setengah Pada Beberapa Medium

Medium Frek. 1 MHz Frek. 3 MHz


Tulang 2,1 mm -
Kulit 11,1 mm 4 mm
Tulang rawan 6m 2 mm
Udara 2,5 mm 0,8 mm
Tendon 2,5 mm 0,8 mm
Otot 9 mm 3 mm
Lemak 24,6 mm 16,5 mm
Air (200C) 50 mm 16,5 mm
11500 mm 3833,3 mm
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa banyaknya energi ultrasound diserap dalam
jaringan tendon dan jaringan tulang rawan. Penetrasi terdalam, dimana efek terapeutik masih
bisa kita harapkan dinyatakan dalam istilah “Penetration Depth” adalah merupakan suatu
titik dimana intensitas ultrasound yang diberikan masih tersisa 10%

5. Pembiasan
Pembiasan gelombang ultrasound ditentukan oleh nilai indeks tiap-tiap media pada
jaringan, dimana indeks bias ditentukan oleh kecepatan gelombang ultrasound pada tiap-tiap
medium. Nilai indeks bias (n) = 1 berarti tiap pembiasan sedangkan nilai indeks bias lebih
dari 1 berarti pembiasan mendekati garis normal dan jika indeks bias kurang dari 1 berarti
pembiasan menjauhi garis normal. Besarnya pembiasan ditentukan oleh sudut datang dan
kecepatan gelombang suara pada media yang dilaluinya.

6. Coupling Media

Untuk dapat meneruskan gelombang ultrasound ke dalam jaringan tubuh maka


dibutuhkan suatu medium yang berada antar tranduser dan permukaan tubuh yang akan
diultrasound Adapun ciri-ciri coupling media yang baik pada penggunaan ultrasound secara
umum adalah :

 Bersih dan steril


 Tidak terlalu cair kecuali metode under water
 Tidak terlalu cepat diserap oleh kulit
 Transparansi
 Mudah dibersihkan

SUMBER
http://wahyupalguna.blogspot.co.id/2010/12/ultrasound.html
https://web.docdoc.com/id/info/procedure/terapi-ultrasound
http://fisioterapi-lydaaswita.blogspot.co.id/2016/01/ultrasound-therapy.html

Anda mungkin juga menyukai