Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH DZIKIR UNTUK MENGURANGI SKALA NYERI PADA

IBU POST SECTIO CAESAREA (SC)

Naskah Publikasi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh


Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh
RIZKY PANYEKAR KUSWANDARI
20120320175

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016
IIALAMAN PENGESAHAN
Naskah Publikasi

PENGART]H DZIKIR I]NTI]K MENGT]RANGI SKALA I\IYERI PADA


IBU PO,ST SECTIO CAESAREA

Disusun Oleh:

RIZI(Y PAIYYEKAR KUSWA}{DARI


2At2A32An5

Telah diseminarkan dan disetujui pada tanggal 24 Jvrn2016

DosenPembimbing Dosen Penguji

$q
Yusi Riwayatul Afsah, S. Kep., Ns., MNS Shanti Wardaningsih., M.Kep., Ns., Sp.Kep.J
NIK: I 986 120324151017 3165 NIK: 173058

Mengetahui

Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sri Sumaryani, M.Kdp., Ns., Sp. Mat., HNC

NIK: 1 97703 I 320001 04173046


3

The Effect of Dzikir to Reduce Pain Scale on Post Sectio Caesarean


Mother

Pengaruh Dzikir untuk Mengurangi Skala Nyeri pada Ibu Post


Sectio Caesarea (SC)

Rizky Panyekar Kuswandari1, Yusi Riwayatul Afsah2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, 2Dosen Program
Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

ABSTRACT
Background: Sectio Caesarea (SC) is a methode to deliver the baby by doing
incision through the abdomen wall (WHO, 2010). Data from RISKESDAS
(2010) shows the SC rate was about 15.3% from 20.591 labor in the 33 provinces
of Indonesia. Mother who done the SC is suffering from high scale of pain in the
first 24 hours (Kalstrom, 2007). The bad pain management can result in
decreasing quality of life, longer hospitalization time, and hamper the early
mobilization in the first 10 hours of post SC. The pain management must be done
pharmacologically and non-pharmacologically. One of the non-pharmacological
pain management is Dzikir. Dzikir methode is having some advantages, it is like
giving peace because we pray and surrender to Allah.
Purpose: To examine the effect of dzikir in reducing pain of post Sectio
Caesarean Mother
Methode: Quasi-eksperiment with pre-test and post-test control group design. The
sample amount is 40 respondents, was taken by using Accidental Sampling. The
Simple Random Sampling Technique is used to devide the group. The data is
examined using parametric comparation Paired T-test and Independent T-test
Result:
There is effect of dzikir to reduce pain of post Sectio Caesarean Mother. The
result of Independent T-test is p value=0.003 (p<0,05) (95% CI: -2,114 - -0,486),
mean difference =-1.300. The result of mean difference on Paired T-test is 0.250
in the control group, and 1,850 in the intervention group. The p value is p=0.000
(p<0.05).
Conclution: There is effect of dzikir to reduce pain of post Sectio Caesarean
Mother.

Key word: Dzikir, Pain, Sectio Caesarea (SC)

INTISARI
4

Latar belakang: Sectio Caesarea (SC) merupakan tindakan bedah untuk


melahirkan bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen (WHO,
2010). Data RISKESDAS (2010) menunjukkan tingkat persalinan SC 15,3% dari
20.591 ibu yang melahirkan pada 33 provinsi di Indonesia. Ibu dengan persalinan
SC mengalami nyeri skala tinggi pada 24 jam pertama (Kalstrom, 2007).
Manajemen nyeri yang buruk dapat mengakibatkan menurunnya kualitas hidup,
memperpanjang waktu hospitalisasi dan terhambatnya mobilisasi dini pada 10 jam
pertama post SC. Penanganan nyeri dilakukan secara farmakologi dan non-
farmakologi. Upaya penanganan nyeri secara non-farmakologi salah satunya
adalah dzikir. Metode dzikir memiliki banyak manfaat seperti memberikan
ketenangan karena berdoa dan berserah diri.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh dzikir terhadap penurunan skala nyeri pada
ibu post Sectio Caesarea.
Metode: Quasi-eksperimen with pre-test and post-test with control group design.
Jumlah sampel sebesar 40 responden didapatkan dengan teknik Accidental
Sampling kemudian dilakukan teknik Simple Random Sampling untuk memilih
pasien masuk ke dalam kelompok kontrol dan intervensi. Data diuji dengan uji
komparasi parametrik Paired T-test dan Independent T-test
Hasil: Terdapat pengaruh dzikir terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post SC.
Dengan hasil dari uji Independent T-test p=0,003 (p<0,05) (95% CI: -2,114 - -
0,486), mean difference sebesar -1,300. Sedangakan hasil dari uji Paired T-test
didapatkan hasil mean difference sebesar 0,250 pada kelompok kontrol dan 1,850
pada kelompok intervensi dengan nilai Sig. p= 0,000 (p<0,05)
Kesimpulan: Terdapat pengaruh dzikir terhadap penurunan skala nyeri pada ibu
post Sectio Caesarea (SC).

Kata kunci: Dzikir, Nyeri, Sectio Caesarea (SC)


5

PENDAHULUAN

Sectio Caesarea (SC) Manajemen nyeri yang buruk


merupakan tindakan bedah untuk akan mengakibatkan menurunnya
melahirkan bayi yang dilakukan kualitas hidup dan memperpanjang
dengan cara insisi pada dinding waktu hospitalisasi, yaitu lebih dari 4
abdomen ibu (WHO, 2010). hari (Sariyem, 2013). Berdasarkan
Sebanyak 18.5 juta SC dilakukan survei yang dilakukan di RSUP Dr.
setiap tahunnya di seluruh dunia dan Karyadi, 80% dari ibu post SC takut
sekitar 10 % dari negara-negara di terjadi sesuatu dengan jahitannya
dunia memiliki tingkat SC 10-15 % ditambah dengan nyeri pada area
(WHO, 2010). Berdasarkan data insisi yang masih terasa sehingga
RISKESDAS tahun 2010 takut untuk melakukan mobilisasi
menunjukkan tingkat persalinan dini 10 jam post SC (Dwijayanti,
sectio caesarea sebanyak 15,3% dari Sumarni dan Ariyanti, 2014). Nyeri
sampel 20.591 ibu yang melahirkan juga berdampak pada menurunnya
dalam 5 tahun terakhir pada 33 kualitas tidur, stres, ansietas, dan
provinsi di Indonesia. Ibu dengan takut apabila dilakukan tindakan
persalinan SC mengalami nyeri skala bedah kembali (Arora, Hurley,
tinggi selama 24 jam pertama Murthy, Sharma, 2010). Nyeri post
(Kalstrom, 2007). SC tentunya juga mengganggu
Nyeri yang dapat ditolerir berlangsungnya laktasi sehingga
oleh pasien adalah rentang 1-3. akan berakibat berkurangnya nutrisi
Apabila nyeri yang dirasakan adalah pada bayi, dan berkurangnya
level 4 atau lebih dari 4, pasien bonding attachment antara ibu dan
masih merasakan nyeri setelah bayi (Alexander et al, 2010).
diberikan obat analgesik sehingga Penanganan nyeri dilakukan
membutuhkan tindakan non- secara farmakologi dan non-
farmakologi yang efektif. farmakologi. Pasien masih merasa
(Gerbershagen, Rothaug, Kalkman, nyeri dan tidak mampu beradaptasi
& Meissner, 2011). dengan nyeri yang dirasakan apabila
efek dari analgetik hilang sehingga
6

dibutuhkan terapi non-farmakologis efek medis dan psikologis yaitu akan


(Sujatmiko, 2013). membuat seimbang kadar serotonin
Penelitian menunjukkan dan norepineprin di dalam tubuh. Hal
bahwa penggunaan terapi tersebut merupakan morfin alami
farmakologi bersama dengan terapi yang bekerja di dalam otak yang
non-farmakologi membantu pasien dapat membuat hati dan pikiran
dalam beradaptasi dengan nyerinya merasa tenang setelah berdzikir
sehingga dapat meningkatkan quality (Hidayat, 2014). Allah berfirman
of life, berkurangnya penggunaan “Orang-orang yang beriman dan
analgesic, pasien dapat segera hati mereka menjadi tentram dengan
kembali bekerja, dan memberikan mengingat Allah SWT (dzikrullah).
pandangan yang berbeda tentang Ingatlah, hanya dengan mengingat
nyeri dan dampaknya dalam Allahlah hati menjadi tentram” (QS.
kehidupan pasien (Jorgensen, 2014). Ar-Ra’du: 29)
Saat ini telah dikembangkan Dari uraian di atas, nyeri
terapi non-farmakologi berdasarkan memberikan dampak negatif
Islam, yaitu dzikir. Dzikir adalah sehingga harus ditangani. Metode
rangkaian kalimat yang diucapkan dzikir memiliki banyak manfaat
dalam rangka untuk mengingat seperti memberikan ketenangan
Allah, serta usaha untuk selalu dengan berdoa, dan berserah diri,
menjalankan segala perintah-Nya sehingga peneliti ingin meneliti
dan menjauhi segala larangan-Nya apakah dzikir mampu menurunkan
(Winarko, 2014). Secara fisiologis, nyeri pada ibu post SC.
dzikir akan menghasilkan beberapa

METODE

Penelitian ini adalah dengan pre-test dan diakhiri post-


penelitian eksperimen dengan desain test. Pada kelompok eksperimen,
Quasy-eksperiment dan rancangan setelah dilakukan pre-test,
pre test – post test with control dilanjutkan dengan intervensi berupa
group. Kedua kelompok diawali dzikir selama 30 menit setelah itu
7

dilakukan post-test. Pada kelompok HASIL DAN PEMBAHASAN


kontrol, dilakukan pre-test terlebih A. Analisa Univariat
dahulu, lalu ditunggu selama 30 1. Gambaran Karakteristik
menit tanpa perlakuan dan diakhiri Responden
dengan post-test. Intervensi dzikir Adapun karakteristik responden
tetap diberikan pada kelompok adalah sebagai berikut:
kontrol setelah dilakukan post-test.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Responden dalam penelitian Karakteristik Responden
ini adalah seluruh ibu post SC 12-24 Kelompok Kontrol dan
Intervensi
jam pertama yang mengalami nyeri
Kontrol Intervensi
sedang hingga berat, beragama Karakteristik
n (%) n (%)
Islam, dan tidak mengalami Usia
<20 - - - -
komplikasi post SC. Populasi yang 20-35 18 90% 15 75%
ada diambil sebagai responden >35 2 10% 5 25%
Pendidikan
menggunakan teknik Accidental SMP 1 5% 1 5%
Sampling. Terdapat 40 orang SMA 10 50% 13 65%
Diploma 3 15% 3 15%
responden yang kemudian dibagi ke Sarjana 6 30% 3 15%
Suku
dalam kelompok kontrol dan
Jawa 19 95% 19 95%
intervensi menggunakan Simple Non-Jawa 1 5% 1 5%
Frekuensi SC
Random Sampling, sehingga terdapat 1 9 45% 12 60%
20 orang dalam kelompok kontrol 2 10 50% 8 40%
3 1 5% - -
dan 20 orang pada kelompok Indikasi
intervensi. dilakukan SC
Elective - 1 5%
Analisa data dilakukan secara Emergency 20 100% 19 95%
Total 20 100% 20 100%
univariat, dan bivariat. Analisa
Sumber: Data Primer 2016
bivariat menggunakan uji Paired
Berdasarkan data distribusi
Sample t-Test dan Uji Independent
frekuensi karakteristik responden di
T-test. Selain itu digunakan uji
atas, didapatkan hasil bahwa
korelasi Spearman untuk mengetahui
golongan usia responden terbanyak
korelasi antar variabel-variabel
adalah yang berusia 20-35 tahun
dengan skala nyeri.
8

dikedua kelompok. Tingkat 2. Gambaran Tingkat Nyeri


pendidikan responden terbanyak pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi
adalah SMA di kedua kelompok,
yaitu sebanyak 10 responden (50%) Tingkat nyeri responden post
pada kelompok kontrol, dan 13 SC pada kelompok kontrol dapat
responden (65%) pada kelompok dilihat sebagai berikut:
intervensi. Data suku responden Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nyeri pada
Kelompok Kontrol
paling banyak adalah Jawa 19 (95%)
di kedua kelompok, dan pada Distribusi Skala Nyeri Responden

masing-masing kelompok terdapat 1 7

responden (5%) dengan suku non- 6


5
Jawa. Pada kelompok kontrol,
4
Frekuensi
mayoritas memiliki pengalaman SC
3
sebanyak 2 kali yaitu sejumlah 10 2
orang (15%). Sedangkan pada 1
kelompok intervensi, mayoritas 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
memiliki pengalaman SC sebanyak 1
Skala Nyeri
kali yaitu 12 responden (60%). Pada Nyeri Pre-Test Kontrol
kelompok kontrol, 20 orang (100%) Nyeri Post-Test Kontrol

indikasi SC dilakukan karena alasan Sumber: Data Primer 2016


emergency. Sedangkan pada
Berdasarkan data distribusi
kelompok intervensi, sebanyak 19
frekuensi tingkat nyeri di atas,
responden (95%) responden
menunjukkan bahwa tingkat nyeri
dilakukan operasi SC karena alasan
paling banyak saat pre-test adalah
medis tertentu, dan sebanyak 1
skala 5, nyeri paling tinggi adalah
responden (5%) dilakukan operasi
skala 8 dan nyeri yang paling rendah
SC atas keinginan pribadi.
adalah skala 4. Sedangkan skala
nyeri yang paling banyak pada saat
post-test adalah pada skala 6 yaitu
sebanyak 6 responden (30%). Nyeri
9

yang paling tinggi adalah skala 8 skala nyeri terendah adalah skala 2
yaitu sebanyak 1 orang, dan nyeri yaitu sebanyak 1 orang (5%). Skala
paling rendah adalah skala 2 nyeri terbanyak pada saat post test
sebanyak 1 orang (5%). adalah skala 4 yaitu sebanyak 8
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nyeri pada orang (40%).
Kelompok Intervensi
B. Uji Normalitas Data
Grafik 2. Distribusi Skala Nyeri Setelah mendapatkan hasil
Intervensi
pre-post dari kedua kelompok,
9
8 kemudian data dianalisis
7
Frekuensi

6 menggunakan Shapiro-Wilk. Analisa


5
masing-masing data diperoleh nilai p
4
3 > 0,05 yang menunjukkan sebaran
2
1 data adalah normal (Dahlan, 2013).
0
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skala Nyeri Kelompok Sig.p Ket

Nyeri Pre-Test Intervensi


Nyeri Post-Test Intervensi
Hasil Kontrol 0,078 Normal
Sumber: Data Primer 2016 pre-test
Intervensi 0,102 Normal
Berdasarkan data distribusi
frekuensi tingkat nyeri di atas,
menunjukkan bahwa tingkat nyeri Hasil Kontrol 0,428 Normal
post-test Intervensi 0,101 Normal
paling banyak saat pre-test adalah
pada skala 6 yaitu sebanyak 8 Sumber: Data Primer 2016

responden (40%). Nyeri yang paling Hasil dari analisis uji


tinggi adalah skala 8 dengan normalitas, didapatkan keseluruhan
responden sebanyak 2 orang (10%), hasil dengan nilai p > 0,05 sehingga
sedangkan paling rendah adalah dapat disimpulkan bahwa distribusi
skala 4 sebanyak 2 orang (10%). keseluruhan data adalah nomal.
Tingkat nyeri paling tinggi saat post-
test adalah pada skala 6 yaitu
sebanyak 2 orang (10%), sedangkan
10

3. Analisa Bivariat (p < 0,05). Hal ini menunjukkan


Berikut adalah hasil dari analisa bahwa nilai post-test pada kelompok
bivariat: kontrol dan intervensi berbeda secara
Tabel 5. Hasil Uji Statistik dengan signifikan.
Independent T-test Tabel 6. Hasil Uji Statistik dengan Paired
Kelompok Data T-test
Pre-test Post-test
Kelompok Data
Ket. Kon- Inter- Kon- Inter-
Kontrol Intervensi
Ket.
trol vensi trol vensi Pre Post Pre Post
Min 4 4 2 2 Min 4 2 4 2
Max 8 8 8 6 Max 8 8 8 6

Mean 5,60 5,90 5,35 4,05 Mean 5,60 5,35 5,90 4,05
SD 0,550 0,366
Std.
Sig.p 0,056 0,000
Error
0,365 0,402 Sumber: Data Primer 2016
Differ
Hasil analisis statistik dari
ence
Sig.p 0,416 0,003
paired sample t-test pada kelompok

Sumber: Data Primer 2016 uji terdapat nilai p=0,000 (p<0,05).


Signifikansi pada Levene’s test Nilai p<0,05 menunjukkan adanya
dari kelompok pre-test dan post-test perbedaan yang signifikan dari
adalah sama, yaitu bernilai p=0,424 hubungan antar variabel dalam satu
atau p > 0,05, yang berarti kedua kelompok. Nilai signifikansi (p) yang
varian adalah sama. Varian yang kurang dari 0,05 juga menunjukkan
sama digunakan untuk membaca adanya pengaruh dari intervensi
nilai signifikansi pada kolom dzikir yang diberikan pada kelompok
Equality of Means. Pada tabel di atas, eksperimen. Sedangkan pada
nilai signifikansinya adalah p = kelompok kontrol terdapat nilai
0,416 (p > 0,05) pada kelompok pre- p=0,056 (p>0,05), yang berarti tidak
test, yang berarti tidak terdapat terdapat perbedaan yang bermakna.
perbedaan nilai yang bermakna pada
kelompok kontrol ataupun intervensi.
Sedangkan nilai signifikansi pada
kelompok post-test adalah p = 0,003
11

Tabel 7. Hasil Uji Statistik Korelasi 35 tahun. Hanya sedikit responden


Menggunakan Spearman
dengan usia lebih dari 35 tahun,
Hasil sedangkan usia paling tua tidak
Variabel
Correlation Nilai lebih dari usia 40 tahun.
Coefficient Sig. p
Usia 20-35 tahun
Usia ,204 ,206
Pendidikan -,337 ,033
merupakan kelompok usia
Frekuensi SC ,081 ,620 produktif, dan menghadapi masalah
Suku -,262 ,103 tidak berfokus emosi sehingga
Indikasi SC ,194 ,231 memiliki koping yang adaptif
Sumber: Data Primer 2016
(Karabulut, 2013). Pada penelitian
Dari tabel di atas didapatkan
yang dilakukan oleh Boggero et al.
hasil bahwa nilai p pada variabel usia,
(2015) menyatakan bahwa
frekuensi SC, suku dan kesiapan
seseorang yang berada pada rentang
adalah p > 0,05. Sehingga dapat
usia 20-35 tahun lebih mudah
disimpulkan bahwa pada variabel
dalam mentoleransi nyeri dibanding
tersebut tidak ada korelasi dengan
dengan usia lebih dari 40 tahun,
skala nyeri. Akan tetapi, nilai p dari
dan pada usia 60 tahun ke atas telah
pendidikan < 0,05 sehingga dapat
mengalami penurunan sensitifitas
disimpulkan bahwa terdapat korelasi
terhadap nyeri yang signifikan.
pendidikan dengan skala nyeri pada
Potter & Perry (2010)
penelitian ini.
menyatakan bahwa usia yang
PEMBAHASAN
berpengaruh terhadap nyeri adalah
A. Karakteristik Responden
usia pra sekolah karena pada usia
Penelitian
tersebut, anak cenderung belum
1. Usia
bisa mengekspresikan nyeri yang
Pada penelitian ini, usia
dirasakan, sedangkan pada usia
tidak mempengaruhi skala nyeri
lebih dari 60 tahun, kemampuan
pada ibu post SC. Hal tersebut
metabolisme tubuh telah menurun,
dapat dikarenakan karakteristik
dan sering terjadi penurunan
responden pada penelitian ini yaitu
kepekaan saraf sehingga pada usia
berusia 22 tahun hingga 40 tahun.
tersebut presepsi nyeri telah
Usia yang paling banyak adalah 20-
12

berkurang (Abdo, 2008). Dapat tentang nyeri. Dalam jurnal tersebut


disimpulkan bahwa pada usia juga disebutkan bahwa seseorang
dewasa ambang nyeri seseorang dengan pendidikan tinggi akan
meningkat, akan tetapi pada usia berwawasan lebih luas, dan
tersebutlah seseorang dapat memiliki ketrampilan bahasa yang
mentoleransi nyeri yang dirasakan. bagus sehingga dapat mempelajari
Sehingga pada penelitian ini, usia literatur dalam bahasa lain (Smith,
tidak mempengaruhi skala nyeri. 2014). Dapat disimpulkan bahwa
2. Pendidikan pendidikan yang rendah memiliki
Hasil penelitian ini pengetahuan yang rendah pula.
menunjukkan bahwa mayoritas Pengetahuan yang rendah dapat
tingkat pendidikan responden adalah berpengaruh terhadap strategi
bukan perguruan tinggi. Pada koping yang dimiliki. Strategi
penelitian ini, terdapat korelasi koping yang buruk akan berdampak
antara pendidikan dengan skala pada peningkatan skala nyeri.
nyeri. Level pendidikan Sehingga pada penelitian ini,
berhubungan dengan meningkatnya pendidikan mempengaruhi tingkat
skala nyeri yang diakibatkan dari skala nyeri.
kurangnya strategi koping sehingga 3. Suku
seseorang dengan level pendidikan Responden pada penelitian
rendah kurang mampu beradaptasi ini paling banyak adalah dari suku
dengan nyeri (Thomten, Soares & Jawa di kedua kelompok. Pada
Sumdin, 2012). penelitian ini, tidak terdapat korelasi
Smith et al. (2014) antara budaya dengan skala nyeri.
mengatakan bahwa pendidikan Budaya berkaitan dengan suku yang
formal mempengaruhi persepsi dianut. Potter&Perry (2010)
seseorang terhadap nyeri. menyatakan bahwa Budaya
Seseorang dengan level pendidikan mempengaruhi ekspresi nyeri.
formal yang rendah mengalami Beberapa budaya percaya bahwa
kesulitan dalam mengakses sumber menunjukkan rasa sakit adalah suatu
belajar khususnya pengetahuan hal yang wajar. Sementara yang lain
13

cenderung untuk lebih introvert traumatik karena nyeri. Hasil


(Potter & Perry, 2010). Budaya juga penelitian menyebutkan bahwa
mempengaruhi cara pengobatan, persalinan SC lebih menimbulkan
seperti pemilihan pengobatan dan trauma dalam jangka lama dari pada
cara mengekspresikan nyeri persalinan normal, sehingga adaptasi
sehingga dibutuhkan pengkajian ibu terhadap keadaan pasca
lebih dalam terkait dengan budaya persalinan sangatlah penting
(Robbins, 2011). Sehingga dapat (Verdult, 2009). Griensven (2010)
disimpulkan bahwa budaya mengatakan bahwa sebanyak 12%
cenderung berpengaruh terhadap ibu post SC merasakan nyeri dalam
cara seseorang dalam waktu lebih dari seminggu.
mengekspresikan nyeri dan cara Dapat disimpulkan bahwa
seseorang mencari pengobatan, akan meskipun pengalaman nyeri yang
tetapi tidak berpengaruh terhadap dirasakan adalah untuk kedua
tingkat skala nyeri. kalinya, akan tetapi ibu post SC
4. Pengalaman nyeri dan masih mengalami trauma karena
kesiapan nyeri skala tinggi. Selain itu nyeri
Tidak terdapat perbedaan yang dirasakan timbul beberapa
tingkat skala nyeri responden hari. Sehingga pengalaman ibu post
dengan pengalaman SC baik untuk SC baik dengan pengalaman nyeri
pertama ataupun yang kedua yang pertama kali ataupun kedua
kalinya. Berdasarkan hasil kalinya tidak berpengaruh terhadap
wawancara, sebanyak 95% skala nyeri.
responden dengan pengalaman SC Untuk kesiapan responden,
kedua kalinya, menyatakan bahwa mayoritas indikasi SC adalah
SC yang kedua lebih terasa nyeri dengan alasan emergency. Pasien
dibanding dengan SC yang pertama. yang menjalani operasi SC
Selain itu, mayoritas ibu post emergency tidak dapat
SC mengalami nyeri skala tinggi mempersiapkan diri untuk
pada 12-24 jam pertama post SC. menghadapi kemungkinan-
SC dapat menjadi pengalaman yang kemungkinan yang terjadi setelah
14

operasi seperti nyeri. Berbeda pernah mengalami SC pada


dengan operasi elektif, pasien sudah kelahiran anak pertama, persalinan
dipersiapkan sejak lama sesuai normal pada anak kedua, dan anak
jadwal sehingga pasien dapat terakhir dilahiran dengan SC. Selisih
mempersiapkan diri untuk persalinan SC yang pertama dan
menghadapi nyeri setelah selesai kedua terdapat jeda dapat
operasi. Akan tetapi pada penelitian mengurangi kesiapan ibu untuk
ini, tidak terdapat korelasi antara melahirkan SC. Sehingga dapat
kesiapan dengan skala nyeri. Pasien disimpulkan bahwa tidak terdapat
yang melakukan operasi SC dengan korelasi antara indikasi SC dengan
kemauannya sendiri juga merasakan tingkat skala nyeri.
nyeri dalam skala yang tinggi. Persepsi nyeri setiap pasien
Montgomery et al. (2011) berbeda-beda sehingga perlu
mengatakan bahwa stres pra-operasi dilakukan eksplorasi untuk
sangat berkontribusi pada menentukan nilai nyeri tersebut.
peningkatan nyeri pasien post Menurut Syahriyani (2010)
operasi. Respon psikologi tidak perbedaan tingkat nyeri yang
hanya mempengaruhi tingkat dipersepsikan oleh responden
kecemasan namun akan disebabkan oleh kemampuan sikap
mempengaruhi komplikasi individu dalam merespon dan
selanjutnya pada pasien dengan mempersepsikan nyeri yang dialami.
sectio caesarea yaitu nyeri. Kemampuan mempersepsikan nyeri
Penelitian lain juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
menyebutkan bahwa terdapat dan berbeda diantara individu.
hubungan yang signifikan antara Meskipun seseorang terpajan
tingkat kecemasan pre operasi terhadap stimulus yang sama,
dengan derajat nyeri post sectio seseorang dapat mengalami
caesarea (Apriansyah, Romadoni & intensitas nyeri yang berbeda.
Andrianovita, 2015). Selain itu, Dengan kata lain, meskipun seluruh
responden yang memilih SC elective responden mengalami operasi yang
pada penelitian ini, sebelumnya juga sama yaitu operasi SC, nyeri yang
15

dirasakan berbeda-beda karena kelompok intervensi didapatkan


terdapat beberapa faktor yang dapat p=0,001 (p<0,05) sehingga dapat
mempengaruhi skala nyeri. Faktor- disimpulkan bahwa terdapat
faktor yang dapat mempengaruhi penurunan nyeri setelah dilakukan
skala nyeri dalam penelitian ini Dzikir pada pasien post Laparotomi
adalah usia, pendidikan, frekuensi yang mengalami nyeri.
SC, suku dan indikasi SC. Semua Jurnal selanjutnya yang
faktor-faktor tersebut dapat mendukung penelitian ini adalah
berkombinasi untuk mempengaruhi jurnal mengenai pengaruh dari
skala nyeri seseorang. agama dan spiritualitas terhadap
2. Perbedaan Intensitas Nyeri nyeri post SC. Pada jurnal tersebut,
Sebelum dan Sesudah usia rata-rata responden adalah 27
Dilakukan Intervensi pada
hingga 28 tahun. Intervensi yang
Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol diberikan adalah dengan
Berdasarkan hasil mendengarkan syahadat melalui
perhitungan uji Paired T-test telpon. Didapatkan hasil terdapat
didapatkan hasil tidak signifikan penurunan skala nyeri yang dikaji
terjadi pengurangan nyeri pada dengan VAS. Terjadi penurunan
kelompok kontrol. Hasil penelitian skala nyeri yang signifikan
pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok
menunjukkan terdapat pengaruh kontrol, dengan nilai p=0,003
dzikir terhadap intensitas nyeri pada (Beiranvand et al, 2014).
kelompok intervensi secara Penelitian ini juga didukung
signifikan. oleh penelitian dari Soliman &
Penelitian yang dilakukan Muhamed (2013) mengenai dzikir
oleh Rudyana & Bangun (2013) di untuk mengurangi nyeri post
bangsal bedah RSUP Dr. Hasan pembedahan abdmen. Karakteristik
Sadikin Bandung, mengenai Dzikir responden pada penelitian tersebut
(Asmaul Husna). Hasil dari berusia 20 hingga lebih dari 45
penelitian tersebut setelah dilakukan tahun, dan pengukuran skala nyeri
uji dengan Mann-Whitney pada menggunakan Pain Rating Scale
16

(PRS). Setelah dilakukan pre-test, intervensi keperawatan untuk


kemudian diberikan intervensi, mengurangi nyeri post SC. Selain itu
didapatkan hasil terdapat penurunan penelitian ini juga telah memfasilitasi
skala nyeri pada kelompok intervensi pasien dalam kebutuhan spiritualnya.
dengan nilai p=0,004 (p<0,05) Terpenuhinya seluruh kebutuhan
(Solimah & Muhamed, 2013). pasien merupakan praktik
Penelitian ini juga didukung keperawatan holistik.
oleh penelitian yang dilakukan oleh Dzikir akan membuat
Mardiyono, Songwathana & seseorang merasa tenang sehingga
Wongchan (2011) mengenai kemudian menekan kerja sistem saraf
pengaruh intervensi spiritual sebagai simpatis dan mengaktifkan kerja
pelaksanaan keperawatan holistik. sistem saraf parasimpatis. Allah
Keperawatan holistik adalah berfirman “Orang-orang yang
pemberian intervensi keperawatan beriman dan hati mereka menjadi
secara utuh atau keseluruhan sebagai tentram dengan mengingat Allah
mahluk hidup yang memiliki SWT (dzikrullah). Ingatlah, hanya
keterkaitan antara body, mind, social, dengan mengingat Allahlah hati
cultural dan spiritual aspect menjadi tentram” (QS. Ar-Ra’du:
(American Holistic Nurses 29). Relaksasi dan doa (prayer)
Association, 2009). Jurnal tersebut menggunakan keterpaduan dan
mengkaji jurnal-jurnal dan buku- hubungan (interconnectedness) tubuh
buku yang diterbitkan sejak tahun dan jiwa (mind and body) untuk
1994 hingga 2010. Hasil dari jurnal perbaikan kesehatan, dalam arti lain
tersebut adalah Islamic Spirituality pikiran dapat dilatih untuk
Intervention atau intervensi menginisiasi saraf parasimpatik
berdasarkan spiritualitas Islami memulai perbaikan secara natural
memberikan efek terhadap untuk menurunkan metabolisme
keberhasilan nursing outcome atau tubuh yang terlalu tinggi, denyut
hasil dari intervensi keperawatan nadi, kecepatan perfasan, tekanan
yang telah diberikan. Penelitian ini darah, dan ketegangan otot sehingga
juga mengangkat nilai Islami dalam kembali normal sehingga memicu
17

relaksasi dan kesembuhan (Lloyd & memiliki pengalaman yang baik


Dunn 2007). tentang nyeri.
Efek lain yang dipengaruhi REFERENSI
oleh terapi dzikir adalah pacuan
Alexander, L.L., LaRosa, J.H.,
sinyal molekul dan neurotransmitter. Bader, H., Garfield, S.,
Alexander, W.J. (2010). New
Otak akan memacu keluarnya
Dimensionsin Women’s
neurotransmiter di otak, Health,(Fifth edition), Jones
and Barlett Publishers, ISBN:
mengeluarkan opiat endogen yaitu
978-0-7637-6592-7. USA:
endorfin dan enkefalin yang akan Sudbury.
Apriansyah, Romadhoni &
menimbulkan rasa senang, bahagia,
Andrianovita. (2015).
euforia dan enak, sehingga dapat Hubungan Antara Tingkat
Kecemasan Pre-Operasi
memperbaiki kondisi tubuh dengan
Dengan Derajat Nyeri Pada
respon relaksasinya (Potter & Perry, Pasien Post Sectio Caesarea Di
Rumah Sakit Muhammadiyah
2010).
Palembang Tahun 2014.
Dari uraian di atas dapat Diakses
dari:http://ejournal.unsri.ac.id/i
disimpulkan bahwa dzikir memiliki
ndex.php/jk_sriwijaya/article/d
efek terapi yaitu dapat mengurangi ownload/2324/1187. Pada
tanggal: 9 Juni 2016
skala nyeri post SC. Dzikir dapat
Arora, Hurley, Murthy & Sharma.
dijadikan sebagai terapi non- (2010). Clinical Aspect of Acute
Post-Operative Pain
farmakologi untuk dikombinasikan
Management and its
dengan terapi farmakologi sehingga Management. Diakses dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
skala nyeri seseorang dapat semakin
mc/articles/PMC3255434/?repo
dikendalikan. Dengan dapat rt=reader. Pada tanggal: 2
September 2015.
dikendalikannya skala nyeri
Boggero, Geiger, Segerstrom &
seseorang, maka dampak negatif dari Carlson. 2015. Pain Intensity
Moderates the Relationship
nyeri dapat tertangani. Selain itu
Between Age and Pain
dzikir memberikan kekuatan Interference in Chronic
Orofacial Pain Patients.
sehingga dapat membantu ibu untuk
Diakses dari:
melakukan mobilisasi dini post SC, http://lib.ui.ac.id/file?file=digit
al/124910-
dan membantu ibu post SC untuk
TESIS0605%20Har%20N09f-
18

Faktor-faktor-Analisis.pdf. Adolescent and Advance Age


Pada tanggal 10 Juni 2016 Pregnancies: Comparison with
Courtenay dan Carey. (2008). The Normal Reproductive Age.
Impact and Effectiveness of Diakses dari:
Nurse-Led Care in the http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
Management of Acute and ubmed/23654312. Tanggal 31
Chronic Pain: a Review of the Mei 2016
Literature.Diaksesdari:http://w Kalstrom, Olofsson, Morbergh,
ww.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ Sjoling, Hildingsson. (2007).
18705780.Pada tanggal 14 Postoperative Pain After
September 2015. Cesarean Birth Affects Breast
Dahlan, S. M. (2013). Statistik untuk Feeding and Infant Care.
Kedokteran dan Kesehatan. Diakses dari:
Jakarta: Salemba http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
Dwijayanti, Sumarni dan Ariyanti. ubmed/17880313. Pada tanggal
(2014). Efek Aromaterapi 16 September 2015.
Lavender Inhalasi terhadap Lestari, R. (2011). Pengaruh
Intensitas Nyeri Pasca Sectio Relaksasi Benson terhadap
Caesarea. Diakses dari: nyeri pada pasien post sectio
http://www.google.co.id/url?q= caesarea di RSU PKU
http://medicahospitalia.rskariad Muhammadiyah Bantul.
i.co.id/index. Pada tanggal: 14 Montgomery, G. H., Schnur, J.
September 2015. B.,Erblich, J., Diefenbach, M.
Gerbershagen, H. J., Rothaug, J., A., &Bovbjerg, D. H. (2011).
Kalkman, C. J., & Meissner, Pre-Surgery Psychological
W. (2011). Determination of Factors Predict Pain,Nausea
moderate-to-severe and Fatigue One Week
postoperative pain on the Following Breast Cancer
numeric rating scale: a cut-off Surgery. Department of
point analysis applying four Oncological Sciences, Mount
different methods. British Sinai School of Medicine,
Journal of Anaesthesia . Madison Avenue, New York,
Hidayat, S. (2014). Dzikir Khafi USA.
Untuk Menurunkan Skala Potter & Perry. (2010). Fundamental
Nyeri Osteoartritis Pada on Nursing 3th edition. Jakarta:
Lansia. Salemba Medika.
Jorgensen. (2014). Change in Illness Robbins Whitworth. (2011). The
Perception to Improve Quality Influence of Culture,
of Life for Chronic Pain Socioeconomic Status and
Patients. Diakses dari: Genetic on the Perception of
http://commons.pacificu.edu/cg Pain and Efficacy of Pain
i/viewcontent.cgi. Pada Treatment. Diakses dari:
tanggal: 6 September 2015. http://commons.emich.edu/cgi/
Karabulut, Ozkan, Bozkurt, Karahan, viewcontent.cgi?article=1280&
Kayan. (2013). Perinatal context=honors. Pada tanggal:
Outcomes and Risk Factors in 1 Desember 2015.
19

Sariyem. (2013). Ketepatan Waktu Soliman, H., & Mohamed, S. (2013).


Pelayanan Sectio Caesarea Effects of Zikr Meditation and
dan Lama Rawat Inap di RSU Jaw Relaxation on
Santa Maria Pemalang. Thesis. Postoperative Pain, Anxiety
Diakses dari: and Physiologic Response of
http://etd.repository.ugm.ac.id/i Patients Undergoing
ndex.php?mod=penelitian_deta Abdominal Surgery . Journal of
il&sub=PenelitianDetail&act= Biology, Agriculture and
view&typ=html&buku_id=619 Healthcare.
31. Pada tanggal: 22 September Thomten, Soares & Sumdin. 2012.
2015. Pain among women:
Sujatmiko. (2013). Pemberian Associations with socio-
Metode Relaksasi Napas economic factors over time and
Dalam terhadap Penurunan the mediating role of
Nyeri pada Pasien Post depressive symptoms Volume
Operasi. Jurnal Kesehatan vol 3.
1. http://www.scandinavianjourna
Diaksesdari:http://www.google lpain.com/article/S18778860%
.co.id/url?q=https://adysetiadi.f 2812%2900002-X/abstract.
iles.wordpress.com/2012/03/jur Diakses tanggal: 5 Juni 2016.
naljadi-word-september- Winarko, S. A. (2014). Dzikir-Dzikir
2013wordpress.doc.Pada Peredam Stres. Depok:
tanggal 30 November 2015. Mutiara Allamah Utama.
Sousa, Pitangui, Gomez, Nakano,
Ferreira. (2009). Measurement
and Characteristics of Post
Cesarean Section Pain and the
Relationship to Limitation of
Physical Activities. Diakses
dari:
http://www.scielo.br/pdf/ape/v
22n6/en_a03v22n6.pdf. Pada
tanggal 22 September 2015
Smith, Sullivan, Chen, Burnett &
Briggs. 2014. Low Back Pain
Beliefs Are Associated To Age,
Location Of Work, Education
And Pain-Related Disability In
Chinese Healthcare
Professionals Working In
China: A Cross Sectional
Survey.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
mc/articles/PMC4118206/.
Diakses pada tanggal 5 Juni
2016

Anda mungkin juga menyukai