Proposal Mini Project
Proposal Mini Project
(AIRA, SOUHOKU,RUTAH,HARUO,YAINWELO)
Disusun Oleh :
Dokter Pembimbing :
1.1.LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang besar dan serius bagi
dunia. Menurut World Health Organization (WHO) , hipertensi merupakan faktor
risiko dari tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular di seluruh dunia akibat
meningkatnya prevalensi dari faktor-faktor yang berkontribusi. Secara global,
tingginya tekanan darah diperkirakan menjadi penyebab 7,1 juta kematian atau
sekitar 13% total kematian. Sekitar 62% penyakit serebrovaskular dan 49%
penyakit jantung iskhemik disebabkan oleh tingginya tekanan darah .1,3
Hipertensi menjadi beban finansial yang cukup besar di dunia, baik bagi
masyarakat maupun sistem sistem kesehatan dan menghabiskan banyak sumber
daya. Secara umum, prevalensi hipertensi di dunia cukup tinggi dan semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000, sekitar 26,4% masyarakat dunia
menderita hipertensi, dan meningkat pada tahun 2003 menjadi 28%.2
Menurut catatan WHO ada satu milyar orang di dunia menderita
hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah dan sedang. Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus
meningkat dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh
dunia menderita hipertensi. Laporan statistik kesehatan dunia Tahun 2012
menyebutkan bahwa satu dari tiga orang dewasa diseluruh dunia menderita
tekanan darah tinggi yang merupakan penyebab sekitar setengah dari semua
kematian akibat stroke dan serangan jantung. Di Dunia prevalensi hipertensi
tertinggi berada dibeberapa Negara yang berpendapatan rendah seperti di Afrika.
Diperkirakan lebih dari 40% orang dewasa di Negara tersebut terkena hipertensi.3
Di Indonesia pada tahun 1995 satu dari sepuluh orang berusia 18 tahun
keatas menderita hipertensi, kemudian kondisi ini meningkat menjadi satu dari
tiga orang menderita hipertensi pada tahun 2007. Prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 31,7% atau satu dari tiga orang dewasa mengalami hipertensi,
76,1% diantaranya tidak menyadari sudah terkena hipertensi, 4,5
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001, menyebutkan
prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar 17-21%
dengan proporsi hipertensi pada pria 27% dan wanita 29%, sedangkan hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, prevalensi hipertensi di
Indonesia pada orang yang berusia diatas 35 tahun ≥ 15,6% dengan proporsi pria
12,2% dan wanita 15,5%.6 Menurut Data Riskesdas 2007 juga disebutkan
prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi
penyakit kardiovaskular lebih banyak perempuan (52% )dibandingkan laki-laki
(48%).7
Kejadian penyakit hipertensi ini, pemerintah Indonesia sudah banyak
melakukan upaya untuk mengatasi kejadian hipertensi diantaranya adalah
mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif
(skrining), meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini
melalui kegiatan posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM), meningkatkan akses
pasien terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi puskesmas untuk
pengendalian PTM.8
Black dan Hawks menyatakan bahwa ada beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian hipertensi. Faktor risiko ini diklasifikasikan menjadi
faktor yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko
yang tidak dapat diubah yaitu riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, genetik dan
etnis. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah yaitu olahraga, obesitas, stress,
kebiasaan merokok, pola makan makanan asin/garam, konsumsi alkohol,
konsumsi kalium, konsumsi lemak dan konsumsi kafein.9
Berbagai penelitian telah membuktikan berbagai faktor risiko yang
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Hasil studi sebelumnya menyebutkan
faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi yang tidak dapat diubah seperti
riwayat keluarga, jenis kelamin, dan usia, serta faktor yang dapat dikontrol seperti
pola konsumsi makanan yang mengandung natrium, lemak, perilaku merokok,
obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik.10
Dalam penelitian Ade et al Tahun 2009 melaporkan hasil penelitiannya
bahwa, hipertensi terjadi karena oleh berbagai faktor antara lain yaitu oleh usia
>45 tahun (89,1%), berjenis kelamin wanita (56,5%), genetik (65,2%), merokok
(56,5%) dan pola asupan garam (65,2%). Kenyataan yang didapatkan angka
kejadian hipertensi masih cukup tinggi. 11
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti berniat untuk
melakukan penelitian mengenai salah satu faktor risiko hipertensi yaitu gambaran
riwayat hipertensi yang dimiliki keluarga.
2.1. DEFINISI
2.2. KLASIFIKASI
Terdapat beberapa klasifikasi untuk hipertensi seperti dari World Health
Organization (WHO), International Society of Hypertension (INH), European
Society of Hypertension (ESH), British Hypertension Society (BSH), Canadian
Hypertension Education Program (CHEP) tetapi umumnya digunakan JNC VII.13
Tabel 2.1. Klasifikasi menurut Joint National Committee VII (2003)
Klasifikasi Sistolik (Mmhg) Diastolik (Mmhg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120 – 139 atau 80 -89
Hipertensi stage 1 140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi stage 2 160 atau 100
2.3. EPIDEMIOLOGI
Hipertensi diperkirakan diderita oleh 20 % orang dewasa di seluruh dunia
dan meningkat pada usia lebih dari 60 tahun.18 Prevalensi hipertensi mencapai 1
miliyar di dunia dan menyebabkan kematian pada 9.4 juta penduduk dunia setiap
tahunnya.19 Angka kejadian hipertensi diperkirakan akan meningkat sebesar 60%
pada tahun 2025.20 Secara umum angka kejadian hipertensi lebih tinggi di negara
berkembang dibanding dengan negara maju.21 Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013, hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan
prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%.15
Prevalensi hipertensi juga tergantung dari komposisi ras populasi yang
dipelajari dan kriteria yang digunakan.Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan
pada populasi kulit hitam. Pada wanita, prevalensinya berhubungan erat dengan
usia, dengan terjadinya peningkatan setelah usia 50 tahun. Peningkatan ini
mungkin berhubungan dengan perubahan hormone saat menopause, meskipun
mekanismenya masih belum jelas. Dengan demikian, rasio frekuensi hipertensi
pada wanita disbanding pria meningkat dari 0,6 sampai 0,7 pada usia 30 tahun
menuju 1,1 sampai 1,2 pada usia 65 tahun.12
2.5. PATOGENESIS
Hipertensi terjadi apabila keseimbangan antara curahan jantung dan
tahanan perifer terganggu.17 Beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian
tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar : Tekanan Darah = Curah Jantung
x Tahanan Perifer, dapat dilihat pada gambar:14
Sejumlah faktor secara khusus terlibat dalam terjadinya hipertensi,
termasuk asupan garam, obesitas, pekerjaan, asupan alkohol, ukuran keluarga, dan
kepadatan.Faktor ini penting dalam peningkatan tekanan darah bersamaan dengan
bertambahnya usia pada masyarakat yang lebih makmur, sebaliknya tekanan
darah menurun dengan bertambahnya usia pada kebudayaan yang lebih primitif.12
Gambar 2.1. Faktor-Fakor yang Berpengaruh pada Pengendalian Tekanan Darah14
2.6. KOMPLIKASI
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ – organ target yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah : jantung (hipertrofi ventrikel kiri, angina /
infark miokardium, gagal jantung), otak (strok, transient ischemic attack),
penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, retinopati.12
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ –
organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi aterhadap
reseptor AT I angiotensinogen II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi
nitric oxide synthase, dan lain – lain.
Jantung
Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh
darah, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan
mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan tibulnya penyakit
kardiovaskular.
Faktor resiko :
1. Merokok
2. Obesitas
3. Kurangnya aktivitas fisik
4. Dislipidemia
5. Diabetes mellitus
6. Mikroalbuminuria atau LFG < 60 mL/menit
7. Usia (laki-laki > 55 tahun, perempuan > 65 tahun)
8. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur
(laki-laki < 55 tahun, perempuan < 65 tahun)14
Penyakit jantung adalah penyebab kematian yang paling umum pada
pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensif merupakan adaptasi fungsi dan
struktur yang mengarah pada hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi diastolik, gagal
jantung kronik, abnormalitas gangguan darah akibat penyakit jantung koroner
aterosklerotik, penyakit mikrovaskuler, dan aritmia jantung.12
Baik faktor genetik maupun hemodinamik berpengaruh terhadap hipertrofi
ventrikel kiri.Seseorang dengan hipertrofi ventrikel kiri beresiko tinggi untuk
strok, gagal jantung kronik, dan mati mendadak.Pengendalian hipertensi yang
agresif dapat menekan atau melawan perkembangan hipertrofi ventrikel kiri dan
mengurangi resiko penyakit kardiovaskular. Hipertrofi ventrikel kiri dapat
dievaluasi dengan elektrokardiogram.12
Abnormalitas fungsi diastolik, meliputi penyakit jantung tanpa gejala
sampai gagal jantung yang jelas terlihat, umum ditemukan pada pasien
hipertensi.Pasien dengan gagal jantung diastolik memiliki fraksi ejeksi yang tetap,
yang mana merupakan ukuran untuk fungsi sistolik.Kurang lebih 1/3 dari pasien
dengan gagal jantung kronik tidak memiliki gangguan pada fungsi sistolik namun
memiliki abnormalitas fungsi diastolik. Abnormalitas fungsi diastolik merupakan
konsekuensi awal dari penyakit jantung yang berhubungan dengan hipertensi dan
dipicu oleh hipertrofi dan iskemia ventrikel kiri. Fungsi diastolik dapat dievaluasi
dengan ekokardiografi dan angiografi radionuklir.12
Otak
Hipertensi adalah sebuah faktor resiko untuk infark dan perdarahan
otak.Kurang lebih 85 % dari pasien stroke disebabkan infark dan sisanya
disebabkan perdarahan, baik intraserebral maupun sub araknoid.Insidensi strok
meningkat secara progresif dengan meningkatnya tekanan darah, khususnya pada
tekanan sistolik individu berusia > 65 tahun. Pengobatan hipertensi secara pasti
menurunkan resiko strok baik iskemik dan perdarahan.12
Hipertensi juga berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif pada
populasi usia lanjut, dan penelitian longitudinal memberi kesan bahwa adanya
hubungan antara hipertensi usia pertengahan dengan penurunan kognitif usia
lanjut. Gangguan kognitif yang berhubungan dengan hipertensi dan pikun bisa
jadi merupakan sebuah konsekuensi dari infark tunggal akibat penyumbatan pada
pembuluh darah besar atau infark lakunar yang banyak akibat penyumbatan
pembuluh darah kecil yang berdampak iskemia substansi alba sub kortikal.
Beberapa uji klinis menyatakan bahwa terapi anti-hipertensif memiliki efek
menguntungkan pada fungsi kognitif, walaupun hal ini masih dalam
penyelidikan.12
Aliran darah serebral tetap tidak berubah di sekitar jarak luas tekanan
arteri ( tekanan arteri rata-rata 50 – 150 mmHg) melalui sebuah proses yang
disebut autoregulasi aliran darah. Pada pasien dengan sindroma klinis hipertensi
maligna, ensefalopati berhubungan dengan kegagalan autoregulasi aliran darah
serebral pada ambang batas atas tekanan, yang mengakibatkan vasodilatasi dan
hiperperfusi. Gejala dan tanda ensefalopati hipertensif dapat meliputi sakit kepala
berat, mual dan muntah ( biasanya proyektil), tanda neurologis fokal, dan
perubahan status mentalis. Tidak diobati, ensefalopati hipertensif dapat
berkembang menjadi stupor, koma, kejang, dan kematian dalam hitungan jam.
Sangat penting untuk membedakan ensefalopati hipertensif dari sindroma
neurologis yang mungkin berhubungan dengan hipertensi, seperti iskemia
serebral, strok perdarahan atau trombotik, gangguan kejang, lesi massa,
pseudotumor cerebri, delirium tremens, meningitis, porfiria intermiten akut,
kerusakan otak akibat trauma atau zat kimia, dan ensefalopati uremikum.12
Ginjal
Penyakit ginjal primer adalah penyebab hipertensi sekunder paling
umum.Sebaliknya, hipertensi adalah sebuah faktor resiko untuk kerusakan ginjal
dan Penyakit Ginjal Stadium Akhir.Penigkatan resiko berhubungan dengan
tekanan darah yang tinggi bertahap, terus – menerus, dan ada pada seluruh
distribusi tekanan darah di atas nilai optimal. Resiko ginjal tampak lebih erat
hubungannya dengan tekanan sistolik daripada diastolik, dan orang kulit hitam
lebih beresiko menjadi Penyakit Ginjal Stadium Akhir dibanding orang kulit putih
pada seluruh tingkat tekanan darah.12
Lesi vaskuler aterosklerotik yang berhubungan dengan hipertensi pada
ginjal pada awalnya mempengaruhi arteriol preglomerular, mengakibatkan
perubahan iskemik pada glomerulus dan struktur postglomerular.Kerusakan
glomerulus dapat juga merupakan konsekuensi dari kerusakan langsung pada
kapiler glomerulus akibat hipoperfusi pada glomerulus.Patologi glomerulus
berkembang menjadi glomerulosklerosis, dan tubulus renalis dapat juga menjadi
iskemik dan secara perlahan menjadi atrofi. Lesi ginjal yang berhubungan dengan
hipertensi maligna terdiri dari nekrosis fibrinoid dari arteriol aferen, terkadang
memanjang hingga ke glomerulus, dan dapat mengakibatkan nekrosis fokal pada
glomerulus.12
Secara klinis, makroalbuminuria (rasio albumin/kreatinin sewaktu >300
mg / g) atau mikroalbuminuria (rasio albumin / kreatinin urin sewaktu 30 – 300
mg / g) adalah petanda awala dari kerusakan ginjal. Ini juga merupakan faktor
resiko untuk berkembanganya penyakit ginjal dan penyakit kardiovaskuler.12
Arteri perifer
Sebagai tambahan untuk yang berperan dalam patogenesi hipertensi,
pembuluh darah mungkin merupakan organ target penyakit aterosklerotik yang
muncul akibat meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang lama.Pasien
hipertensi dengan penyakit arteri pada tungkai bawah memilki resiko yang
meningkat untuk penyakit kardiovakular di masa mendatang.Walaupun pasien
dengan lesi stenosis pada tungkai bawah bisa jadi tanpa gejala, klaudikasi
intermiten adalah gejala klasik penyakit arteri perifer.Hal ini dikarakteristikan
dengan sakit nyeri pada betis atau bokong saat berjalan yang hilang dengan
beristirahat.Ankle-brachial Index adalah metode yang efektif untuk mengevaluasi
penyakit arteri perifer dan diartikan sebagai rasio tekanan sistolik arteri pada
pergelangan kaki terhadap lengan.Ankle-brachial index< 0,9 dianggap sebagai
diagnosis penyakit arteri perifer dan berhubungan dengan > 50 % stenosis pada
paling tidak satu pembuluh darah utama tungkai bawah. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa ankle-bracial index < 0,8 berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah, khususnya tekanan darah sistolik.12
2.7 DIAGNOSIS
2.7.1 Anamnesis
Penilaian awal pasien hipertensi harus mencakup riwayat lengkap dan
pemeriksaan fisik untuk memastikan diagnosis hipertensi, menyaring faktor resiko
penyakit kardiovaskuler yang lain, menyaring penyebab sekunder hipertensi,
identifikasi konsekuensi kardiovaskuler dari hipertensi dan komorbid yang lain,
menilai tekanan darah-berhubungan dengan gaya hidup, dan menentukan
kekuatan untuk intervensi.17
Kebanyakan pasien dengan hipertensi tidak memiliki gejala khusus yang
dapat merujuk pada peningkatan tekanan darahnya.Walaupun sangat lazim
dianggap sebuah gejala peningkatan tekanan arteri, sakit kepala secara umum
terjadi hanya pada pasien dengan hipertensi berat.Secara karakteristik,sakit kepala
terjadi pada pagi hari dan terlokalisasi pada daerah oksipital. Gejala tidak spesifik
lainnya yang dapat berkaitan dengan peningkatan tekanan darah termasuk pusing,
berdebar – debar, mudah lelah, dan impotensi. Saat gejala muncul, secara umum
berhubungan dengan penyakit kardiovaskular atau manifestasi dari hipertensi
sekunder.17
7. Bukti kerusakan oragan target: riwayat serangan iskemik sementara, stroke, buta
sementara, sakit dada, infark miokard, gagal jantung kongestif, fungsi seksual
8. Komorbid lainnya
Sistem Pemeriksaan
Organ
Metabolik Gula darah puasa, total cholesterol, HDL dan LDL, cholesterol,
triglycerides
Indikasi Terapi
Pasien dengan tekanan darah diastolik >90 mmHg atau tekanan sistolik >140
mmHg dan telah diukur berulang kali, harus memulai pengobatan kecuali bila
terdapat kontraindikasi yang spesifik.17Tatalaksana hipertensi dapat dimulai
dengan modifikasi gaya hidup, namun terapi antihpertensi dapat langsung dimulai
untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta dan hipertensi derajat 2.22 Terapi non
farmakologis berupa modifikasi gaya hidup direkomendasikan pada semua
individu dengan pre-hipertensi dan sebagai keharusan tambahan selain terapi
farmakologis pada penderita hipertensi.17
Terapi Farmakologis
Pemilihan agen obat anti hipertensi dan kombinasi nya harus
mempertimbangkan kondisi setiap individu dan melihat berbagai faktor seperti
umur, derajat hipertensi, resiko penyakit kardiovaskuler lainya, kondisi komorbid,
dan memperhitungkan hal seperti biaya, frekuensi dosis dan efek samping.17
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis yang dianjurkan oleh
JNC 7:
Diuretika, terutama jenis Thiazide atau Aldosterone Antagonist
Beta Blocker
Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker 14
Sekali terapi antihipertensi dimulai, pasien harus rutin kontrol dan mendapat
pengaturan dosis setiap bulan sampai target tekanan darah tercapai. Frekuensi
kontrol untuk hipertensi derajat 2 disarankan lebih sering. Setelah tekanan darah
mencapai target dan stabil, frekuensi kunjungan dapat diturunkan hingga menjadi
3-6 bulan sekali. Namun, jika belum tercapai, diperlukan evaluasi terhadap
pengobatan dan gaya hidup, serta pertimbangan terapi kombinasi.Setelah tekanan
darah tercapai, pengobatan harus dilanjutkan dengan teteap memperhatikan efek
samping dan komplikasi hipertensi. Pasien perlu diedukasi bahwa terapi
antihipertensi ini bersifat jangka panjang (seumur hidup) dan terus dievaluasi
secara berkala. 22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
- Usia
- Jenis Kelamin
- Genetic
- Riwayat keluarga
- Etnis Hipertensi
Sosial ekonomi:
- Obesitas
- Konsumsi makanan
asin
- Alcohol
- Konsumsi lemak
- Komsumsi kalium
- Konsumsi kafein
- merokok
1.8. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1.8.1. Pengolahan data
Data yang terkumpul selanjutnya diproses dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Editing
Pada tahap ini akan dilakukan pengecekan terhadap hasil pengisian kuesioner,
apakah diisi dengan lengkap, relevan dengan pertanyaan dan konsisten.
b. Coding
Pada tahap ini data yang telah diedit akan dilakukan pengkodean, yaitu data
yang berbentuk kalimat atau huruf akan diubah menjadi data angka atau
bilangan, dengan tujuan mempermudah peneliti pada saat analisis data dan
mempercepat dalam memasukan data (data entry) di komputer.
c. Memasukkan data (data entry)
Pada tahap ini jawaban dari masing–masing responden yang dalam bentuk
kode dimasukkan ke software komputer.
1.8.2. Analisis
Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan yaitu secara manual dan
komputerisasi dengan software Microsoft Excel. Analisis data secara univariat
dilakukan untuk menggambarkan karakteristik, tingkat pendidikan, tindakan yang
dilakukan ketika sakit, alasan tidak berobat ke Pustu, anggapan responden tentang
Pustu dan kualitas pelayanan petugas menurut responden. Data yang diperoleh
adalah kategorikal maka hasil dari analisis disajikan dalam jumlah (n) dan
persentase (%).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lima daerah yaitu Negeri Souhoku, Dusun Haruo
Dusun Aira, dan Dusun Dusun Yanweilo. Kelima daerah ini termasuk didalam
wilayah Administratif dari Kecamatan Amahai. KecamatanAmahai terletak di
pulau Seram, dengan luas wilayah kecamatan mencapai 1.149,07 Km2.
Kecamatan Amahai terdiri dari 13 desa dan 1 kelurahan. Desa yang memiliki
luas terbesar adalah desa Tamilouw.
Kepadatan penduduk tertinggi berada di Negeri Administratif Yainuelo
dan Negeri Administratif Hatuhenu dengan kepadatan penduduk diatas 7000
jiwa/km2 hal ini disebabkan karena penentuan luas dan batas wilayah kedua
negeri terbatas pada permukiman penduduk sedangkan penggunaan lahan
lainnya masih menjadi kewenangan bersama dengan Negeri Sepa sebagai negeri
induk dari kedua negeri pasca pemekaran kedua dusun tersebut menjadi Negeri
Administrati Sedangkan desa yang memiliki luas terkecil adalah desa
Nuweletetu Kecamatan Amahai terletak pada 3°7” -3°27” Lintang Selatan dan
128°10” - 129°45” Bujur Timur yang dibatasi oleh :
- Pegunungan sembilan(Kec. Seram Utara) : Sebelah Utara
- Laut Banda : Sebelah Selatan
- Teluk Elpaputih :Sebelah Barat
- Kecamatan Tehoru : Sebelah Timur
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
hipertensi cukup tinggi, yaitu sebanyak 79 orang dari 165 pasien yang datang ke
Pusling.
1. Subyek dalam penelitian ini hanya pasien yang datang ke Pusling saja
2. Penelitian ini hanya bersifat deskriptif sehingga tidak dapat melihat ada
5.2. SARAN
1. Tesfaye, F. dkk. 2007. “Association Between Body Mass Indeks and Blood
pressure Across Three Population and Africa and Asia”. Journal of
Human Hypertension Vol 21 (28-37).
2. Adediran, O. et.al. 2009. “Relationship Between BMI Ana Blood Pressure
and Rural Nigerian dwellers”. Internet Journal of Nutrition and Wellness
Vol.7 No.1.
3. WHO. World Health Organization Hipertension Report. 2011
4. InfoKes Depkes RI. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan
Hipertensi. Jan 23 2007. [ cited 2018 20 agust].
Available from:
http://74.125.153.132/search?q=cache:HxfllCanz4J:dinkeskotasemarang.g
o.id
5. Kementrian kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012.
6. Puskom Depkes RI. Kendalikan stress dan hipertensi, raih produktifitas.
Jul 3,2008 [ cited 2018 20 agust]
Available From:
http://www.depkes.go.id/index.php?option=newsblik&task=viewarticle&s
id
7. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.Jakarta:
Balitbang.Kemenkes RI.
8. Kementrian kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012.
9. Black, J.M & Hawks, J.H. 2005. Medical surgical nursing: clinical
magament for positive outcomes. 7th.Edition. St. Louis: Elsevier Saunders.
10. Anggraini, dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008.
11. Asdie, Ahmad Husein dkk. Faktor-Faktor Kejadian Hipertensi pada
Perempuan Usia 20-50 tahun di Kota Bengkulu. April 21, 2009 [ cited
2018 20 agust ]
Available from :
http://fetpugm.com/index.php?option=com_content&view=artcle&id=14
12. Fisher N.D.L, William G.H. Hypertensive Vascular Disease. Harrison’s
Principle Of Internal Medicine.16th Edition. New York: The Mc Graw
Hill. 2005. 230: 1463 – 81.
13. Yogiantoro, M. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. 143: 610-14.
14. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo Jr
JL, Et Al.; National Heart, Lung, And Blood Institute Joint National
Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High
Blood Pressure National High Blood Pressure Education Program
Coordinating Committee. The Seventh Report Of The Joint National
Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High
Blood Pressure. NIH Publication. 2004.
15. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. 2013.
16. Kotchen, A.T. Hypertensive Vascular Disease. Harrison’s Principles Of
Internal Medicine. 17th Edition. New York: The Mcgraw-Hill Companies,
Inc. 2008. 241: 1549-62.
17. Hypertensive Vascular Disease. Robbins And Contran’s Pathologic Basis
Of Disease. 7th Edition. Elsevier Saunders. 2005. 525 – 29
18. The World Health Report 2002-Reducing Risks, Promoting Healthy Life.
Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2002.
19. The World Health Organization. A Global Brief Of Hypertention, Silent
Killer Global Public Health Crisis. Geneva : World Health Organization
Press. 2013.
20. Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, Muntner P, Whelton PK, He J.
Global Burden Of Hypertension: Analysis Of Worldwide Data. The
Lancet 2005; 365: 217–223
21. World Health Organization Media Center. [cited 2018 august 20 ]
avalaible from:
Http://Www.Who.Int/Mediacentre/News/Releases/2013/World_Health_D
ay_20130403/En/
22. Ed. Tanto C Et Al. Kapita Selekta Kedokteran Ed 4. Jakarta: Media
Aesculapius. 2014 : 635-639.
23. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-Himmelfarb C,
Handler J, Et Al. 2014. Evidence-Based Guidlines For The Management
Of High Blood Pressure In Adults: Report From The Panel Members
Appointed To The Eight Joint National Committee (JNC 8). JAMA. 2013.
24. Hasurungan, Jefri 2002. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
hipertensi pada lansia di kota depok tahun 2012. Tesis program pasca
sarjana Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.