Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada Penulis berupa ilmu dan kesehatan, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Keutamaan dan Ancaman Meninggalkan Shalat”
tepat pada waktunya.
Terimakasih Penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang membangun. Penulis berharap
makalah ini bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Solo, Agutus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim dan shalat merupakan sarana
komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhannya sebagai suatu bentuk ibadah yang di
dalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, dan dilakukan sesuai dengan
syarat maupun rukun shalat yang telah ditentukan (Imam Bashari Assayuthi, 30). Shalat terdiri
dari shalat fardhu (wajib) dan shalat sunnah. Shalat fardhu (wajib) sendiri terdiri atas lima
waktu, antara lain subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya.
Shalat dapat membentuk kecerdasan spiritual bagi siapa saja yang melakukannya. Sholat
memiliki manfaat yang positif bagi yang menjalankannya, baik manfaat untuk rohani maupun
jasmani, menjadikan sholat memiliki keistimewaan. (Agustian, 2001). Adapun manfaat dari
melaksanakan shalat menurut Imam Ja’far Al-Shadiq, antara lain yaitu mengajarkan
bagaimana agar kita selalu mengawali suatu perbuatan dengan niat yang baik, memperkuat
iman, membangun akhlak yang baik dan moralitas yang tinggi, mengajarkan tentang
kesabaran, serta dapat mencegah dari segala perbuatan yang keji dan mungkar (QS. Al-
Ankabut: 45).
Setiap manusia yang diciptakan Allah di muka bumi ini dituntut untuk beriman kepada-
Nya dan mempunyai satu kewajiban yang paling utama dalam ibadah adalah Sholat. Kelak di
akhirat, amalan yang pertama kali akan diperhitungkan adalah Sholat. Sholat membedakan
antara orang yang mu’min (beriman) dan kafir (ingkar) kepada Allah. Ibnu Abbas, berkata:
“Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Awalnya orang yang meninggalkan sholat itu,
bukanlah dia termasuk golongan islam. Allah tidak terima tauhid dan imannya dan tidak ada
faedah shadakah, puasa dan syahadatnya” (Al-Hadits)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa keutamaan shalat?
2. Bagaimana bila muslim dan muslimah meninggalkan shalat?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui keutamaan shalat
2. Mengetahui ancaman meninggalkan shalat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shalat


Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminologi (istilah), para ahli Fiqih
mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam, yang dengannya kita
beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan (Sidi Gazalba: 88).
Secara hakiki shalat ialah berhadapan hati, jiwa dan raga kepada Allah, secara yang
mendatangkan rasa takut kepada-Nya atau mendhairkan hajat dan keperluan kita kepada
Allah yang kita sembah dengan perkataan dan perbuatan’ (Hasbi Asy-syidiqi: 59).

Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang didalamnya merupakan amalan yang tersusun dari
beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam,
serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Basyahri
Assayuthi: 30). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah
suatu ibadah kepada Allah, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir
dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ berupa
penyerahan diri secara lahir batin kepada Allah dalam rangkah ibadah dan memohon ridho-
Nya.

2.2 Dalil yang Mewajibkan Shalat


Solat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki kedua setelah syahadat dalam
rukun islam. Sehingga di dalam Al-Qur’an dan hadits banyak sekali dijelaskan mengenai
kewajiban untuk mengerjakan solat. Diantara dalil Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai
kewaiban salat adalah:
1. Firman Allah dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.”
2. Firman-Nya yang lain dalam Surah An-Nisa ayat 103
Artinya:“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.”
Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain:
1. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu
terdiri atas lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
sesungguhnya Muhammat itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadlan. [HR. Ahmad,
Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]
َّ ‫الر ُج ِل َو بَيْنَ اْل ُك ْف ِر ت َْركُ ال‬
‫ فى نيل االوطار‬،‫ الجماعة اال البخارى و النسائى‬.ِ‫صالَة‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫َع ْن َجا ِب ٍر قَال‬
َّ َ‫ بَيْن‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬
340 : 1
2. Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara
seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali
Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]

َّ ‫ ا َ ْل َع ْهد ُ الَّذِى بَ ْينَنَا َو بَ ْي َن ُه ُم ال‬:ُ‫س ْو َل هللاِ ص يَقُ ْول‬


‫ فى نيل‬،‫ الخمسة‬.‫ فَ َم ْن ت ََر َك َها فَقَدْ َكفَ َر‬.ُ‫صالَة‬ َ :َ‫َع ْن ب َُر ْيدَة َ رض قَال‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬
‫ االوطار‬343 : 1
3. Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa
meninggalkannya, maka sungguh ia telah kufur”. [HR. Khamsah, dalam
Nailul Authar juz 1, hal. 343]

َ‫ي ِمن‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬ َ ‫ اَ ْخ ِب ْرنِى َما فَ َر‬،ِ‫س ْو َل هللا‬ُ ‫ َيا َر‬:َ‫ فَقَال‬،‫الرأْ ِس‬ َّ ‫س ْو ِل هللاِ ص ثَائِ َر‬ ُ ‫ط ْل َحةَ ب ِْن‬
ُ ‫ع َب ْي ِد هللاِ ا َ َّن اَع َْرا ِبيًّا َجا َء اِلَى َر‬ َ ‫َع ْن‬
‫صيَ ِام‬
ّ ‫ي ِمنَ ال‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬
َ ‫ ا َ ْخبِ ْرنِى َما فَ َر‬:َ‫ قَال‬.‫ش ْيئًا‬َ ‫ع‬ َ َ ‫ اِالَّ ا َ ْن ت‬،‫س‬
َ ‫ط َّو‬ ُ ‫صلَ َواتُ اْل َخ ْم‬ َّ ‫ ال‬:َ‫صالَةِ ! قَال‬ َّ ‫ضانَ اِالَّ !ال‬ َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ :َ‫قَال‬
َ
‫ قا َل‬.‫ش ْيئا‬ ً َ ‫ع‬ َ َ َ َّ
َ ‫ا ْن تَط َّو‬: ‫ي ِمنَ الزكَاةِ ! قا َل‬ َ
َّ ‫ض هللاُ َعل‬ ْ َ ّ ُ َ ْ
َ ‫اخبِ ْرنِى َما َف َر‬: ‫ فَقَا َل‬.‫س ْو ُل هللاِ ص بِش ََرائِعِ ا ِال ْسال ِم كل َها‬ ُ ‫فَاخبَ َرهُ َر‬: ‫َو الَّذِى‬
ْ َ
. َ‫صدَق‬ َ ‫صدَقَ اَ ْو دَ َخ َل اْل َجنَّةَ ا ِْن‬ َ ‫ ا َ ْفلَ َح اِ ْن‬.‫س ْو ُل هللاِ ص‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬.‫ش ْيئًا‬ َ ‫ي‬َّ َ‫ض هللاُ َعل‬ َ ‫ص ِم َّما فَ َر‬ُ ُ‫ع َش ْيئًا َو الَ ا َ ْنق‬ ُ ‫ط َّو‬ َّ َ ‫ الَ ا‬، َ‫ا َ ْك َر َمك‬
335 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫احمد و البخارى و مسلم‬
4. Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada
Rasulullah SAW dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya
Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari
shalat?” Beliau bersabda: “Shalat-shalat yang lima, kecuali kamu mau
melakukan yang sunnah”. Ia bertanya: “Beritahukanlah kepadaku, apa yang
Allah wajibkan kepadaku dari puasa?” Beliau bersabda: “Puasalah bulan
Ramadhan, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya lagi:
“Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat?’.
Thalhah berkata: Lalu Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya tentang
syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu orang Arab gunung itu berkata: “Demi
Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak akan menambah sesuatu dan
tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan oleh
Allah kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Pasti ia akan bahagia,
jika benar. Atau pasti ia akan masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR.
Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]
5. Dari Anas bin Malik RA, ia berkata: “Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW
pada malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima
kali, kemudian Nabi dipanggil: “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti
(diubah) ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan
lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi
menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334]
6. Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata: “Sungguh telah
difardlukan shalat itu dua rakaat dua rakaat ketika di Makkah. Maka tatkala
Rasulullah SAW tiba di Madinah (Allah) menambah pada masing-masing dua
rekaat itu dengan dua rekaat (lagi), kecuali shalat Maghrib, karena
sesungguhnya shalat Maghrib itu witirnya siang, dan pada shalat Fajar
(Shubuh), karena panjangnya bacaannya”. Asy-Sya’bi berkata, “Dan adalah
Rasulullah SAW apabila bepergian (safar), beliau shalat sebagaimana pada
awalnya (dua rekaat)”. [HR. Ahmad 6 : 241]

2.3 Manfaat Setiap Gerakan Shalat

1. Takbirotul Ikhrom
Gerakan ini memperlancar aliran darah, getah bening dan kekuatan
otot lengan. Posisis jantung dibawah otak memungkinkan darah
mengalir lancar keseluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot
bahu meregang sehingga aliran darah kaya dengan oksigen menjadi
lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan didepan perut atau dada
bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan
persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
2. Ruku’
Gerakan ini menjaga kesempuranaan posisi dan fungsi tulang
belakang(corpus vertebrea) sebagai penjaga tubuh dan pusat syaraf,
selain itu ruku’ adalah latihan kemih untuk menjaga dari gangguan
prostat.
3. I’tidal
Gerak berdiri bungkuk berdiri sujut ini,merupakan latihan pencernaan
yang baik. Organ-organ pencernaan didalam perut mengalami pemijatan
dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya pencernaan menjadi lancar.
4. Sujud
Pada posisi tersebut aliran getah bening dipompa kebagian leher dan
ketiak. Posisi jantung diatas otak menyebabkan darah kaya akan oksigen
mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh terhadap daya pikir
seseorang. Posisi ini juga menghindarkan dari gangguan wasir. Khusus
bagi wanita baik ruku’ ataupun sujud memiliki manfaat yang luar biasa
bagi kesuburan dan kesehatan organ wanita.
5. Duduk Iftirosy dan Tawarruk
Saat iftirosy kita bertumpu pada pangkal paha yang tersambung dengan
syaraf nervus ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri dari pangkal
paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan.
Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran
kandung kemih, kelenjar kelamin pria, dan saluran vas deferens. Jika
dilakukan dengan benar posisi ini mencegah impotensi. Variasi posisi
telapak kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot
tungkai turut meregang dan kemudian rileks kembali, gerak dan tekanan
harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ
gerak kita.
6. Salam
Untuk relaksasi otot sekitar leher, kepala, dan menyempurnakan aliran
darah di kepala.

2.4 Keutamaan dan Keistimewaan Shalat


Shalat lima waktu diwajibkan secara langsung pada malam Isra Mi’raj.
Sebagaimana telah kita ketahui perintah shalat lima waktu langsung diterima
oleh Nabi SAW pada waktu beliau di Isra’kan dan di-Mi’rajkan oleh Allah
SWT. Yaitu diperjalankannya beliau oleh-Nya pada suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsa, dan dari Masjidil Aqsa ke Sidratil Muntaha, suatu
tempat yang ghaib yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh panca indera.
Dalam peristiwa sangat penting itulah beliau menerima kewajiban shalat lima
waktu.
Shalat sebagai tiang agama. Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh
Baihaqi dari Umar ra disebutkan bahwa shalat adalah merupakan tiang agama.
Lengkapnya hadits ini sebagai berikut: “Shalat itu adalah tiang agama, siapa
yang menegakkannya berarti telah menegakkan agama dan siapa yang
meninggalkannya berarti merobohkan agama”. Dalam hadits lain disebutkan
bahwa shalat adalah merupakan tonggak agama Islam, demikian hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Bilal bin Yahya.
Shalat adalah kewajiban yang pertama kali difardhukan sebelum ibadat-
ibadat badaniah yang lain. Shalat adalah akhir wasiat Nabi. Diriwayatkan oleh
Ahmad dalam Risalah Ash-Shalah diterangkan bahwa Nabi Muhammad SAW
mewasiatkan kepada umatnya mengerjakan shalat dengan baik menjelang
beliau wafat. “Ingatlah akan Allah, ingatlah akan Allah, terhadap shalat, dan
terhadap hamba sahaya yang kau miliki”.
Keistimewaan shalat sebagaimana yang telah disebutkan dalam salah
satu akhir dari wasiat Nabi SAW, adalah sebagai berikut: “Diantara akhir wasiat
Nabi ialah: “Kerjakanlah shalat, lestarikanlah shalat, dan berbuat baiklah
kepada hamba sahayamu”. (H.R. Ahmad). Sayyidina Ali berkata: “Akhir
perkataan Nabi SAW adalah: “Peliharalah shalat dan bertaqwalah kepada Allah
terhadap hamba sahayamu”. (H.R. Ahmad).
Shalat merupakan amal ibadah yang pertama kali dihisab pada hari
kiamat. Mengenai hal ini disebutkan sabda Nabi: “Pertama kali dihisab dari
seorang manusia dihari kiamat adalah shalatnya, jika diterima maka diterimalah
amal-amal yang lain. Jika ditolak maka ditolaklah amal-amal yang lain”. (H.R.
Thabrani). Dalam sabdanya yang lain disebutkan: “Yang mula-mula dicabut
dari manusia ialah amanah dan yang akhir tinggal dari agama mereka adalah
shalat. Betapa banyak mereka yang shalat, mereka tidak memperoleh apa-apa
dari shalatnya”. (H.R. Hakim).
Shalat merupakan syiar Islam dan merupakan dialog antara hamba
dengan Tuhannya. Dalam shalat seorang hamba melakukan dialog dengan Allah
SWT misalnya dalam bacaan do’a iftitah, dalam al-Fatihah, dalam tasbih, dalam
takbir dan sebagainya. Dalam hadits disebutkan: “Hamba Allah yang terdekat
dengan Tuhannya ialah pada saat ia bersujud maka perbanyaklah do’a dalam
sujud itu”. (H.R. Muslim).
Mengenai shalat sebagai syiar agama atau syiar Islam dapat kita ketahui
dari kegiatan shalat tersebut, dimana dijumpai banyak orang yang melakukan
shalat jama’ah di masjid-masjid maka akan nampaklah syiar Islam. Hal ini
adalah merupakan peran penting di bidang da’wah. Shalat juga menjalin
hubungan sesama manusia, dalam shalat berjama’ah manusia satu sama lain
saling mengadakan hubungan sosial dan sebagainya, dan dalam shalat juga
seorang manusia muslim mendo’akan manusia muslim lain. Seperti disebutkan
dalam bacaan tasyahud “assalamu’alaina wa’ala ibadilla hissolihin”,
kesejahteraan dan keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang
shaleh.

2.5 Ancaman Meninggalkan Shalat


Rasulullah bersabda: ”sesungguhnya antara seseorang dengan
kesyirikan dan kekafiran adalah sholat”, sehingga makna hadits ini adalah,
orang yang tidak sholat adalah KAFIR, dan beliau juga bersabda: ”perjanjian
antara kita dan mereka (orang musyrik) adalah sholat, barangsiapa yang tidak
sholat, berarti KAFIR”. Rasulullah juga bersabda: “yang pertama yang dihisab
pada hari kiamat kelak adalah sholat, kalau sholatnya baik, maka seluruh
amalnya baik, dan apabila sholatnya rusak maka seluruh amalnya rusak”. Selain
itu, Allah juga akan mencabut keberkahan hidupnya, menghapus amal
sholehnya, mencabut keislamannya, rizkinya tidak mendapat berkah, amalnya
tidak mendapat pahala, dan do’anya ditolak Allah SWT.
Saat berada di padang mahsyar, ia akan merasa susah (untuk menjawab)
terhadap pertanyaan (serta menerima hukuman) dari Malaikat Munkar dan
Nankir yang sangat menakutkan. Kuburnya akan menjadi sangat gelap.
Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang-tulang rusuknya berkumpul
(seperti jari bertemu jari). Menerima Siksaan oleh binatang-binatang berbisa
seperti ular, kala jengking dan lipan.
Malaikat Jibril AS, telah menemui Nabi Muhammad SAW, dan berkata:
“Ya Muhammad.. Tidaklah diterima bagi orang yang meninggalkan shalat
yaitu: puasanya, shadaqahnya, zakatnya, hajinya dan amal baiknya. Orang yang
meninggalkan Shalat akan diturunkan kepadanya tiap-tiap hari dan malam
seribu laknat dan seribu murka. Begitu juga para malaikat di langit ke-7 akan
melaknatnya. Ya Muhammad, orang yang meninggalkan shalat tidak akan
mendapat syafa’atmu dan ia tidak tergolong dari umatmu. Tidak boleh diziarahi
ketika ia sakit, tidak boleh mengiringi jenazahnya, tidak boleh beri salam pada
nya, tidak boleh makan minum dengan nya, tidak boleh bersahabat dengannya,
tidak boleh duduk besertanya, tidak ada agama baginya, tidak ada kepercayaan
bagi nya, tidak ada baginya rahmat Allah dan ia dikumpulkan bersama dengan
orang Munafiqiin pada lapisan Neraka yang paling bawah (diazab dengan amat
dahsyat).”
Siapakah orang yang sombong? Orang yang sombong adalah orang
yang diberi penghidupan tapi tidak mau sujud pada yang menjadikan kehidupan
itu yaitu, Allah Rabbul Alaamin, Tuhan sekalian alam. Maka bertasbihlah
segala apa yang ada di bumi dan di langit pada TuhanNya kecuali Iblis dan
manusia yang sombong diri. Siapakah orang yang telah mati hatinya? Orang
yang telah mati hatinya adalah orang yang diberi petunjuk melalui ayat-ayat
Qur’an, Hadits dan cerita-cerita kebaikan namun merasa tidak ada kesan apa-
apa di dalam jiwa untuk bertaubat. Siapakah orang dungu kepala otaknya?
Orang yang dungu kepala otaknya adalah orang yang tidak mau melakukan
ibadah tapi menyangka bahwa Allah tidak akan menyiksanya dengan
kelalaiannya itu dan sering merasa tenang dengan kemaksiatannya. Siapakah
orang yang bodoh? Orang yang bodoh adalah orang yang bersungguh-sungguh
berusaha sekuat tenaga untuk dunianya sedangkan akhiratnya diabaikan.
Masuk Ke Dalam Neraka Saqar. “Apakah yang menyebabkan kamu
masuk ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat” (Q.S. Al-Mudatsir: 42 - 43)
Mendapat Celaka. “Maka celakalah bagi orang-orang yang lalai dalam
mengerjakan shalatnya” (Q.S. Al-Ma’un: 4 - 5)
Menemui Kesesatan. “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti
(yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya.
Maka mereka kelak akan menemui kesesatan” (Q.S. Maryam: 59)
Dibenci Allah S.W.T. “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat sangat besar kebencian
di sisi Allah S.W.T bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan” (Q.S. As-Shof: 2 - 3)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Shalat merupakan penyerahan diri secara talalitas untuk menghadap Tuhan, dengan
perkataan dan perbuatan menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syarat. Shalat
merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa kecuali.
Shalat merupakan syarat menjadi taqwa. Taqwa merupakan hal yang penting dalam
Islam karena dapat menentukan amal atau tingkah laku manusia, orang – orang yang betul –
betul taqwa tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan sebaliknya. Salah
satu persyaratan orang – orang yang betul betul taqwa ialah diantaranya mendirikan shalat
sebagimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah.
Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji
dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin efektiflah benteng
kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat.
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan khusu
tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu berbuat zina. Maksiat,
merampok dan sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi sebaliknya kalau ada yang
melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan.
Hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut: 45.
Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur Dengan mendirikan shalat, maka banyak hal yang
didapat, shalat akan mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusus.
Shalat Akan membangun etos kerja Sebagaimana keterangan – keterangan di atas
bahwa pada intinya shalat merupakan penentu apakah orang – orang itu baik atau buruk, baik
dalam perbuatan sehari – hari maupun ditempat mereka bekerja. Apabila mendirikan shalat
dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi terhadap etos kerja mereka tidak akan
melakukan korupsi atau tidak jujur dalam melaksanakan tugas
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.dinus.ac.id/18852/9/bab1_17898.pdf
http://darmi-ar.blogspot.com/2008/05/keutamaan-dan-keistimewaan-shalat.html
Abidin, S.A. Zainal, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang, 2001)
Hamid ,Abdul. Beni HMd Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009).
Al-Qor’an dan terjemahannya
Asas Agama Islam, Bulan Bintang, 1976
Bimbingan Shalat lengkap,Mitra Umat,1998
Mimbar Utama, Edisi September 2004
http://fajri-makalahsholat.blogspot.co.id/
http://dalamislam.com/shalat/shalat-fardhu
https://tuntunansholatsunah.wordpress.com/category/macam-macam-sholat-sunnah/
http://www.sman1ciasem.com/ada-15-ancaman-bagi-orang-yang-meninggalkan-sholat.html
https://www.facebook.com/notes/stop-fesbuk-saat-adzan/ancaman-meninggalkan-shalat-by-
echi-sofwan/96009986712
http://kabarnet.wordpress.com/2012/11/13/azab-mengerikan-bagi-yang-meninggalkan-sholat/
Hambal, Iman Ahmad Ibnu, Betulkan Shalatmu, Jakarta: Bulan Bintang, 1974
Thaha, Mahmoud Muhammad, Maknai Terus Shalatmu, Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara,
2001.
Shalih, Su’ad Ibrahim, Fiqh Ibadah Wanita, Jakarta: Amzah, 2011.

Anda mungkin juga menyukai