Anda di halaman 1dari 2

Sang senja mulai menampakkan kilaunya yang indah dan berganti dengan datangnya rembulan.

Keramaian yang biasa terdengar kini telah berganti dengan kesunyian yg nyata. Seorang gadis tetap
mempertahankan kegiatannya, membaca. Entah apa yg dibacanya sehingga membuat ia, Asyifa
Apriliyana Setyarsono setia dengan kegiatannya.
Baginya ditengah malam yang sunyi ada ketenangan didalamnya.
"Tok tok tok" suara pintu kamarnya diketuk beberapa kali dan ternyata itu ibunya.
"Syifa kamu belum tidur? Sudah belajarnya ini sudah larut, besuk kamu kesiangan" tutur ibunya.
Syifa hanya tersenyum menanggapi ibunya.
"Ya sudah cepat bereskan lalu tidur" ucap ibunya sambil mengelus puncak kepalanya sesekali.
"Baik bu" Syifa tersenyum. Ia menyukai semua perhatian kecil yg diberikan ibunya.

Sang surya terbit dengan sinarnya yang terang, pertanda bermulainya semua aktifitas manusia, tak
lain dengan Syifa. Ia bersiap untuk pergi sekolah. Syifa mengayuh sepedanya untuk sampai disekolah.
Tak disangka, ada sebuah mobil yg menyerempet dia. Alih-alih membantu, tapi mobil tersebut malah
mempercepat tetap melanjutkan lajunya.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya seorang lelaki berkemeja sambil membantu Syifa berdiri.
"Aku tidak apa-apa. Hanya lecet sedikit. Terimakasih" ucap Syifa sambil membersihkan bekas
lukanya.
"Yakin tidak apa-apa? Atau mau aku antar ke RS?" Tanya lelaki tersebut.
"Iya aku tidak apa-apa. Terimakasih sudah membantuku"
"Iya sama-sama. Tapi sepedamu mungkin harus diperbaiki"
Syifa melihat keadaan sepedanya yg mungkin sudah seperti rosokan. Tapi ia bersyukur hanya
sepedanya yg rusak, dirinya tidak terluka parah.
"Wah kalau ini mungkin sudah tidak bisa diperbaiki" jawab Syifa dengan lesu.
"Nanti coba dibawa ke bengkel, siapa tahu masih bisa diperbaiki"
"Iya"

“Kamu sekolah di SMA... kan?

Syifa hanya menggangguk lesu.


“Ayo sekarang berangkat bersamaku, jalan kampusku searah dengan sekolahmu” ajak lelaki
berkemeja tersebut.
"Eumm tidak. Aku menunggu angkutan umum saja" tolak Syifa
"Yakin menunggu angkutan umum? Ini sudah hampir telat"
"Benar juga yg dikatakannya" batin Syifa
"Jangan berpikir terus itu membuang waktu dan kau akan semakin telat" ujar lelaki tersebut.
Dan akhirnya mereka berangkat bersama dengan Syifa dibonceng motor lelaki tersebut. Kurang
beberapa menit gerbang sekolah ditutup, akhirnya mereka sampai.
"Terimakasih" ucap Syifa berlari menuju kelas. Lelaki tersebut hanya tersenyum dan melanjutkan
perjalanannya.

ting. Ting. Ting


setelah melewati hari yang panjang, akhirnya bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi juga. Semua
siswa berbondong-bondong meninggalkan kelas mereka masing². Sama halnya dengan Syifa. Dia juga
meninggalkan kelasnya bersama dengan 2 orang gadis lain disebelahnya.

"syif, habis ini kamu mau kemana?" tanya gadis berkacamata

"pulanglah. Kemana lagi. Aku harus membantu ibuku di toko." jawab syifa sambil terus berjalan
menyusuri koridor yang sudah mulai sepi.

"yah. Padahal aku sama ratna mau mampir makan dulu. Masa kamu gak ikut. Kan gak seru syif." kata
gadis itu lagi

"gimana lagi. Dirumah lagi banyak pesanan nad. Gak tega ah mau ninggal main. Lain kali aja ya girls."
sesal syifa. Gadis yang dipanggil nad itu hanya diam sambil memandang temannya yg bermain
handphone sedari tadi.

"ratnaa. Ih kamu mah, ajakin syifa dong. Main hp mulu ih" katabya sambil menghentakkan kaki dan
merebut hp gadis lain yang dipanggil ratna itu.

"apasih nad? Ganggu aja. Sini balikin." katanya sambil berusaha merebut hp nya lagi.

"ajakin syifa dulu."

"udah syif, ikut aja. Biar hpku balik." kata ratna pada syifa

"maaf banget ya na. Serius aku gak tega liat ibu kerja sendiri. Lain kali aja ya. Janji deh, nanti aku pasti
ikut main. Tapi gak hari ini yah."

"yaudah deh. Tapi janji loh syif?" sahut nadia lesu

"iya cantik." jawabnya sambil

"yaudah. Kita duluan ya syif. Hati²" pamit ratna.

Setelah mengatakan hal tersebut, ketiga gadis itu berpisah ditempat parkir. Ratna dan nadia pergi
terlebih dahulu. Sedang syifa diam disana sambil berfikir dimana ia memarkirkan sepedanya. Ia
melihat kesana kemari. Namun tak kunjung menemukan sepedanya itu

"o iya, kan sepedanya masih dibengkel. Bodoh banget sih." batinnya sambil menepuk jidat perlahan.

Setelah menyadari kebodohannya itu, ia segera berjalan meninggalkan sekolah. Menuju tempat
pemberhentian bus yang ada didepan sekolah. Ia berencana naik bus saja. Karena cuaca yang sangat
panas, tidak mungkin dia akan jalan kaki sampai

Anda mungkin juga menyukai