A. SYARAT UMUM
Pasal 1
PERATURAN-PERATURAN TEKNIS UNTUK PELAKSANAAN
1.1 Untuk melaksanakan kegiatan ini digunakan lembar-lembar ketentuan dan peraturan
yang sesuai dengan bidang kegiatan seperti tercantum dibawah ini termasuk segala
perubahannya hingga kini ialah :
a. Peraturan-peraturan umum (Syarat Umum) disingkat S.U.
b. Peraturan Beton Indonesia disingkat PBI-NI-2/1971
c. Peraturan Konstruksi kayu Indonesia disingkat PKKI-NI-5/1961
d. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 disingkat PPBBI.
e. Peraturan Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1987
f. Pedsoman Plumbing Indonesia, tahun 1979
g. Peraturan Dinas Pemadam Kebakaran
h. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahan Umum Listrik Negara
i. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum
j. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Umum Telekomunikasi
k. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja tentang
penggunaan tenaga, keselamatan dan kesehatan kerja.
l. Persyaratan umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disingkat DPPI
1980
m. Pedoman tata cara penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung Negara
oleh departemen Pekerjaan Umum.
n. Peraturan Pembenaan Indonesia untuk gedung 1983
o. Peraturan perencanaan tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1981 beserta
pedomanya
p. Standard Industri Indonesia ( SII )
q. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI – 1982
r. Peraturan Cat Indonesia – N4
s. Pedoman sistem Instalasi Telepon/PABX dari instansi yang mengeluarkan.
1.2 Kontraktor harus mengikuti dan melaksanakan semua ketentuan-ketentuan dan
peraturan-peraturan yang dinyatakan didalam butir 1.1 pada pasal ini, temasuk segala
perubahanya hingga kini.
1.3 Jika ternyata pada rencana kerja dan syarat ini terdapat kelainan/penyimpangan dari
peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan didalam butir 1.1 pada pasal ini maka
rencana kerja dan syarat yang mengikat.
Pasal 2
PENGAWASAN
Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh direksi lapangan.
Setiap saat direksi lapangan harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan
menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Kontraktor harus mengadakan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
Pasal 3
PIMPINAN PELAKSANAN (SITE MANAGER)
Kepala pelaksanaan (Site Manager) yang ditunjuk kontraktor dalam pelaksanaan
kegiatanini harus ahli dan berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sebagai Site
Manager. Kepala pelaksana ini harus mendapat kuasa penuh dari kontraktor untuk
bertindak atasnamanya, dan senantiasa harus ditempat kegiatan.
Dengan adanya pelaksanaan, tidak berarti bahwa kontraktor lepas dari tanggung
jawabsebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya. Kontraktor wajib memberi
tahusecara tertulis kepada Tim pengelola Teknis Wilayah dan Pengawas, nama dan
jabatanpelaksana untuk mendapatkan persetujuan. Bila kemudian hari, menurut pendapat
TimPengelola Teknis dan Pengawas, pelaksana kurang mampu atau tidak cakap
memimpinkegiatan, maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara tertulis untuk
menggantipelaksana. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan,
kontraktorharus sudah menunjuk pelaksana baru atau kontraktor sendiri (penanggung
jawab/DirekturPerusahaan) yang akan memimpin pelaksana.Tempat tinggal (domisili)
kontrak danpelaksanaan.Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja diluar jam kerja
apabila terjadihal-hal mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara
tertulis, alamatdan nomor telepon di lokasi kepada Tim Pengelola Teknis dan Pengawas.
Pasal 4
RENCANA KEGIATAN
Kontraktor harus membuat rencana pelaksanaan kegiatan berupa
NetworkPlanning/Barchart selambat-lambatnya 2 (dua) minggu disyahkan oleh pengawas
dandiketahui oleh pemberi tugas. Kontraktor berkewajiban melaksanakan kegiatan
menurutrencana ini, hanya dengan persetujuan Direksi harus menyimpang dari rencana
semula,maka kerugian yang dideritanya adalah tanggung jawab kontraktor.
Pasal 5
PEMBAGIAN HALAMAN
Sebelum kontraktor memulai pelaksana kegiatan maka kontraktor harus lebih
dahulumerunding dengan Direksi mengenai pembagian halaman kegiatan, tempat
penimbunanbarang-barang, tempat mendirikan los-los Direksi atau los kerja dan lain
sebagainya agarkegiatan dapat berjalan lancar.
Pasal 7
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
Kontraktor bertanggung jawab atas:
1. Ketelitian/kebenaran hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh pelaksana harus sesuai
dengan rencana dan syarat-syarat serta gambar-gambar pelaksanaan.
2. Pengangkutan bahan baku/personil dan lain-lainnya, yang diperlukan guna
pelaksanaan, serta diwajibkan menjaga atau mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan yang dilakukan kontraktor selama pembangunan gedung maupun masa
pemeliharaan.
3. Kesehatan/kesejahteraan /penginapan karyawan selama pelaksanaan kegiatan.
a. Kelancaran pelaksanaan kegiatan.
b. Keamanan/kerusakan dari equipment yang dipakai selama pelaksanaan
kegiatan.
c. Penerangan pada tempat pelaksanaan kegiatan
d. Penjagaan keamanan lapangan
e. Tidak diperkenankan :
Pekerja menginap ditempat kegiatan kecuali dengan ijin direksi lapangan.
Memasak di tempat bekerja kecuali ijin direksi lapangan.
Membawa masuk penjual-penjual makanan, buah, minuman, rokok dan
sebaginya ke tempat kegiatan.
Keluar masuk dengan bebas.
Pasal 8
SYARAT-SYARAT DAN PEMERIKSAAN MATERIAL
1. Semua material yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
2. Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan kontraktor wajib
memberitahukan.
3. Semua material yang digunakan harus diperiksa dulu kepada pengawas untuk
mendapat persetujuan.
4. Material yang telah didatangkan oleh kontraktor dilapangan kegiatan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh pengawas, harus segera dikeluarkan dari lapangan kegiatan,
selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) kali 24 jam terhitung dari jam penolakan
Pasal 9
LAPORAN – LAPORAN
Pelaksana diharuskan membuat laporan harian, mingguan dan laporan dari
pelaksanaankegiatan yang sedang berjalan, secara berkesinambungan.
Pasal 10
DOKUMENTASI
Kontraktor harus membuat dokumentasi kegiatan berupa poto-poto berukuran post
cardpada bagian-bagian kegiatan yang penting sedapat mungkin diusahakan dengan
potoberwarna.
1. Sebelum kegiatan dimulai prestasi 0 (nol) % (Persen).
2. Saat penggalian pondasi dan pemasangan pondasi.
3. Saat pemasangan besi dan sloof pondasi, kolom, plat beton, ring balk.
4. Saat kegiatan prestasi 35%, 55%, 75% dan 100% serta masa pemeliharaan
5. Untuk setiap pengajuan termin kontraktor harus melampirkan foto kemajuan
kegiatan sesuai kontrak (diambil 1 titik bidik).
Pasal 11
RENCANA KEGIATAN SYARAT-SYARAT SERTA GAMBAR KERJA
1. Peraturan dan syarat-syarat teknik pelaksanaan ini bersama dengan gambar
kegiatannya digunakan sebagai pedoman dasar ketentuan dalam melaksanakan
kegiatan ini.
2. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan pada
peraturan dan syarat-syarat teknis pelaksanaan.
3. Jika terdapat perbedaan antara gambar-gambar dengan hal diatas, maka pemborong
menanyakan secara tertulis kepada perencana / direksi.
4. Kontraktor diwajibkan mentaati keputusan perencana/Direksi dalam hal
menyangkut masalah tersebut diatas.
5. Ukuran yang berlaku adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka, tidak
diperkenankan mengukur gambar dengan skala gambar.
6. Jika terdapat kekurangan penjelasan dalam gambar kegiatan atau diperlukan
gambar tersebut dan dibuat 3 (tiga) rangkap atas biaya kontraktor, sebelum
dilaksanakan harus mendapat ijin dari direksi.
Pasal 13
PEKERJAAN DI WAKTU MALAM
Orang harus meminta izin kepada pengawas/direksi pelaksana dalam hal
melaksanakankegiatan atau bagian kegiatan dimalam hari. Akan diberikan kalau
penerangan cukup ataumemakai penerangan generator.
Pasal 14
IJIN –IJIN
Kontraktor harus memiliki izin-izin sesuai dengan bidangnya, sehubungan dengan
dilaksanakannya kontrak kegiatan yang dilaksanakan.
Pasal 15
GAMBAR PELELANGAN (TENDER DRAWING)
Gambar–gambar dimaksudkan sebagai gambar yang akan dilaksanakan dan yang
termasukdidalam kontrak. Gambar dimensi-dimensi atau detail yang lain, kontraktor
harusmengecek dan menyesuaikan dengan gambar-gambar yang lain, baik sipil
maupunarsitektur.
Pasal 16
GAMBAR PELAKSANAAN
Kontraktor harus membuat gambar-gambar pelaksanaan kegiatan dilapangan
(shopdrawing). Gambar-gambar tersebut harus dibuat berdasarkan gambar-gambar
pelelangandan penjelasan kegiatan yang diberikan. Sebelum gambar-gambar pelaksanaan
disetujuioleh pihak direksi lapangan, kontraktor tidak diperbolehkan memulai kegiatan
dilapangan.Gambar-gambar pelaksaan harus memenuhi syarat-syarat ditentukan oleh
direksi lapangan.Banyaknya gambar-gambar yang disampaikan kepada pihak direksi
lapangan harus sesuaidengan kontrak. Kontraktor harus memberikan waktu yang cukup
kepada direksi lapanganuntuk meneliti gambar-gambar pelaksanaan. Persetujuan terhadap
gambar-gambarpelaksanaan bukan berarti pemberian garansi terhadap dimensi-dimensi
yang telah dibuatoleh kontraktor, dan tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor
terhadap pelaksanaan.
Pasal 18
INSRUKSI UNTUK SISTEM INSTALASI (OPERATING INSRUCTION)
1. Sesudah kegiatan instalasi selesai dan berjalan dengan baik, kontraktor
diharuskanmenyediakan tenaga yang cakap, untuk memberi pelajaran/traning
kepada operatoryang ditunjuk oleh pemberi tugas, guna untuk pemeliharaannya.
2. Sesudah kegiatan instalasi selesai, kontraktor diwajibkan pula menyerahkan
dokumen yang berisi cara operasi maupun cara pemeliharaan dari sistim instalasi.
Dokumen ini harus disetujui dahulu oleh direksi lapangan, sebelum diserahkan
kepada pemberi tugas. Banyaknya dokumen yang diserahkan adalah 3(tiga) set.
Pasal 19
PEMELIHARAAN DAN MASA PEMELIHARAAN
1. Kontraktor diharuskan menyediakan tenaga yang cakap guna keperluan
pemeliharaanterhadap instalasi yang telah selesai dipasang dan termasuk didalam
kontrak, selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender dihitung dari masa
penyerahan instalasi kepada pemberi tugas.
2. Kontraktor harus bersedia datang sewaktu-waktu jika terjadi problem atau
kerusakan, serta memperbaiki problem tersebut dengan segera. Semua kegiatan
kegiatan tersebut harus menjadi tanggung jawab kontraktor kalau disebabkan
kwalitas kegiatan maupun kwalitas kegiatan yang jelek.
3. Kontraktor harus mengadkan pengecekan berkala terhadap instalasi yang telah
berjalan dan membuat catatan-catatan yang perlu guna pemeliharaan dari system
instalasi tersebut.
Pasal 20
PEMERIKSAAN (TESTING)
1. Kontraktor harus melaksanakan testing terhadap sistim yang telah selesai
dipasang,baik secara sebagian maupun secara keseluruhan, sesuai dengan peraturan
yangberlaku atau yang ditentukan oleh spesifikasi.
2. Kontraktor harus mengadakan pengecekan dimana pihak direksi lapangan hadir dan
pihak direksi akan menentukan apakah testing yang dilakukan cukup baik atau
Pasal 21.
PENGECATAN
Kontraktor harus mengecat sistem instalasi yang dikerjakan, dimana pengecatan
tersebutdiharuskan menurut peraturan dan standart yang berlaku atau ditentukan oleh
spesifikasi.
Pasal 22.
PEMBERSIHAN
Kontraktor harus berusaha agar tempat kegiatan selalu bersih dari sampah-sampah.
Padawaktu-waktu tertentu dan pada waktu kegiatan telah selesai Kontraktor harus
membuangsampah-sampah sebagai hasil pekerjaan, tempat di luar kegiatan atau tempat
yang telahditunjuk oleh direksi lapangan.
Pasal 23
KERJA SAMA DENGAN KONTRAKTOR LAIN
Berhubung dengan adanya kegiatan instalasi yang dikerjakan oleh beberapa
kontraktor,maka kontraktor-kontraktor harus bekerja sama guna pelaksanaan dari pada
sistem-sisteminstalasi secara keseluruhan. Kontraktor utama harus bertanggung jawab atas
mutu bahan/hasil pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan.
Pasal 24.
PERLINDUNGAN TERHADAP BARANG-BARANG DAN INSTALASI
1. Kontraktor harus melindungi semua barang-barang dan instalasi yang ada
terhadapkerusakankerusakan maupun terhadap pencurian yang mungkin timbul.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap barang-barang maupun instalasi
sampai diserah terimakan kepada pemberi tugas.
Pasal 25.
BAHAN (MATERIAL) DAN MUTU KEGIATAN
1. Semua barangbarang dan peralatan yang digunakan harus baru dan
memenuhipersyaratan yang telah ditentukan.
2. Jika barang-barang dan peralatan tidak ditentukan oleh spesifikasi, maka barang-
barang dan peralatan yang normal yang harus dipergunakan.
3. Guna menjaga mutu kegiatan, kontraktor harus menyediakan pelaksana lapangan
yang cakap dan berada dilapangan setiap waktu dan bertanggung jawab terhadap
mutu dari kegiatan tersebut.
Pasal 26
LUBANG- LUBANG, PONDASI LANDASAN (SUPPORT) DAN SEMACAMNYA.
Kegiatan-kegiatan pada pasal ini untuk sistem instalasi dan yang yang merupakan
bagiandari pada kegiatan sipil secara keseluruhan termasuk dalam lingkup kegiatan
kontraktor.
Pasal 27.
PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN
1. Sebelum dimulai pelaksanaan, kontraktor diwajibkan mempelajari dengan
seksamaGambar kegiatan dan Rencana kegiatan dan Syarat pelaksanaan serta
Berita AcaraPenjelasan Kegiatan
2. Kontraktor wajib menyerahkan hasil kegiatannya hingga selesai dan lengkap yaitu
membuat (menyuruh membuat) memasang serta memesan maupun penyediaan
barangbarang bangunan, alat-alat kegiatan dan pengangkutan, membayar upah
kegiatan dan lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan.
3. Setiap kegiatan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang
dilaksanakan, kontraktor diwajibkan berhubungan dengan Direksi
lapangan/Pengawas, untuk bisa menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk
mendapatkan pengesahan/persetujuan.
4. Setiap usul perubahan dari pemborong atupun persetujuan pengesahan dari
pengawas dianggap berlaku, sah serta mengikat, jika dilakukan secara tertulis.
5. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan kegiatan ini
harus benar-benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran,dan lain-lain
disesuaikan standard/peraturan-peraturan yang dipergunakan didalam RKS ini.
Semua bahanbahan tersebut diatas harus mendapat pengesahan/persetujuan dari
Pejabat Pembuat Komitmen anggaran/pengawas sebelum akan dimulai
pelaksanaannya.
6. Ketelitian dan kerapihan kegiatan akan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh
pengawas, terutama yang menyangkut kegiatan penyelesaian maupun perapihan
(Finishing Works)
Pasal 28.
PEIL DAN PENGUKURAN.
1. Kontraktor wajib memberitahukan kepada pengawas setiap kali suatu bagian
kegiatanakan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketetapan peil-peil dan ukuran-
ukurannya.
2. Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain
dalam setiap kegiatan, dan segera melaporkan secara tertulis kepada
pengawas/setiap terdapat selisih /perbedaan –perbedaan ukuran, untuk diberikan
keputusan pembetulannya. Tidak dibenarkan kontraktor membetulkan sendiri
kekeliruan tersebut, tanpa persetujuan pengawas.
3. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan kegiatan menurut
peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kegiatan dan syarat ini
Pasal 29
PEMAKAIAN UKURAN
1. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang
tercantumdalam rencana kegiatan dan syarat dan gambar kegiatan berikut tambahan
danperubahanya.
2. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagian-bagianya dan memberitahukan direksi lapangan tengtang setiap perbedaaan
yang ditemukan didalam rencana kegiatan dan syarat dan gambar kegiatan maupun
dalam pelaksanaan, kontraktor baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan
melaksanakanya setelah ada persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan.
3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun
menjadi tanggung jawab kontraktor. Oleh Karena itu sebelumnya kepadanya
diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar kegiatan
yang ada.
Pasal 30
ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT PEMBANTU
1. Kontraktor harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan
danmenyelesaikan kegiatan secara sempurna dan efisien, misalnya : Truk, katrol,
steger, mesin bor, Mesin pemotong besi tulangan, mesin las, Mesin Molen
Pencampur beton, vibrator, dan alat bantu lainya yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan.
2. Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran perjalanan alat-alat yang
menggunakan jalan umum agar tidak mengganggu lalu lintas
3. Bila kegiatan telah selesai, kontraktor diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat-
alat tersebut, serta memperbaiki kerusakan yang diakibatkanya dan membersihkan
bekas-bekasnya.
4. Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan, kontraktor harus
menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun, seperti
tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan dan lain-lain.
Pasal 31
PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR
1. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan kegiatan, harus
diadakanoleh kontraktor, termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran,
upah dantagihan serta pembersihanya kembali pada waktu kegiatan selesai, adalah
bebankontraktor.
2. Air untuk keperluan kegiatan harus diadakan dan bila memungkinkan didapat dari
sumber air yang sudah ada dilokasi kegiatan. Kontraktor harus memasang pipa-pipa
Pasal 32
IKLAN
Kontraktor tidak diizinkan memasang iklan dalam bentuk apapun dilapangan kerja atau
ditanah yang berdekatan tanpa izin dari Pejabat Pembuat Komitmen anggaran/
DireksiLapangan.
Pasal 33
JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA
1. Pemakaian jalan ketempat kegiatan menjadi tanggung jawab pihak kontraktor
dandisesuaikan dengan kebutuhan kegiatan tersebut.
2. Kontraktor diwajibkan untuk membersihkan kembali jalan masuk pada waktu
penyelesaian, dan memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkannya dan menjadi
beban kontraktor.
PASAL 34
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM
1. Selama masa pelaksanan kegiatan, kontraktor bertanggung jawab penuh atas
segalakerusakan akibat operasi pelaksanan pekerjaan terhadap bagunan yang ada,
utilitas,jalan,saluran dan lain-lain yang ada dilinkungan kegiatan.
2. Kontraktor juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi
atas perlenkapan umum seperti saluran air, telepon, listrik dan sebagainya yang
disebabkan oleh operasi kontraktor segala biaya untuk pemasangan kembali beserta
pebaikan-perbaikannya adalah menjadi beban kontraktor.
PASAL 35
KECELAKAAN DAN KESEHATAN
1. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama kegiatan berlangsung menjadi
bebankontraktor.
2. Sehubungan dengan pasal ini, kontraktor diwajibkan menyediakan kotak P3K terisi
menurut kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang terlatih dalam soal-soal
mengenai pertolongan pertama.
3. Terhadap kecelakaan-kecelekaan yang timbul akibat Bencana Alam, segala
perongkosannya menjadi beban kontraktor.
4. Kebakaran-kebakaran yang timbul, adalah tanggung jawab kontraktor.
5. Sehubungan dengan butir di atas pada kontraktor diwajibkan menyediakan alat
pemadam kebakaran jenis ABC (segal jenis api), pasir dan baik kayu, galah-galah
secukupnya serta pemeliharaanya.
6. Kontraktor diwajibkan memberitahukan kesehatan karyawan-karyawannya.
PASAL 36
PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN
Setelah kontraktor mengetahui batas-batas daerah kegiatan dan lain-lainnya,
sebagaimanadiuraikan dalam pasal-pasal dimuka, maka kontraktor bertanggung jawab
penuh atassegala sesuatu yang ada didaerahnya ialah sebagaimana :
1. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan yang sengaja
ataupuntidak.
2. Penggunaan sesuatu yang keliru/salah
3. Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada didaerahnya.
4. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut diatas kontraktor harus melaporkan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen Anggaran / direksi lapangan dalam waktu
paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.
5. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut di atas. Kontraktor diharuskan
mengadakan pengamanan, antara lain : penjagaan penerangan malam, pemagaran
sementara dan sebaginya.
PASAL 37
PENEMUAN BENDA KUNO DAN FOSIL
1. Penemuan dilapangan kegiatan seperti posil, barang kuno tulang belulang
danbarang-barang berharga lainnya agar diserahkan kepada pihak yang berwajib
melaluiPejabat Pembuat Komitmen Anggaran.
2. Pada waktu menemukan benda-benda tersebut, kontraktor wajib segera mengambil
tindakan sebagai berikut :
a. Berusaha sebaik-baiknya agar tidak menganggu benda-benda tersebut,
penggalian atau pemindahan harus dihindarkan atau dicegah.
b. Mengambil langkah yang perlu untuk melindungi benda itu dalam keadaan dan
posisi waktu ditemukan.
c. Melaporkan penemuan tersebut pada Pejabat Pembuat Komitmen Anggaran
secara tertulis, dengan menjelaskan secara tepat lokasi penemuan tersebut.
PASAL 38
PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN
Dalam rencana kegiatan & syarat-syarat disebutkan nama dan pabrik buatan dari
suatubahan & barang, untuk menunjukan standard /kualitas bahan maka :
1. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan harus disampaikan kepada
Direksi,untuk mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen Anggaran.
2. Setiap usulan penggunaan nama dan pabrik dan pembuatan dari suatu bahan dan
barang harus mendapat rekomondasi dari Direksi lapangan berdasarkan petunjuk
dalam rencana kegiatan dan syarat serta gambar kegiatan dan risalah penjelasan
untuk selanjutnya usulan tersebut diteruskan untuk mendapatkan persetujuan dari
Pejabat Pembuat Komitmen Anggaran.
PASAL 39
GAMBAR-GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA
1. Gambar kegiatan hanya dapat berubah dengan perintah tertulis pemilik Kegiatan
berdasarkan pertimbangan dari direksi lapangan.
2. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang
diperlihatkan perbedaan antara gambar kegiatan dan gambar perubahan rancangan.
3. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya
(gambar asli) dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh kontraktor.
4. Gambar Perubahan yang disetujui oleh pemilik Kegiatan/Direksi lapangan
kemudian dilampirkan dalam Berita Acara kegiatan tambah kurang.
PASAL 40
PEMBONGKARAN OLEH KONTRAKTOR
1. Setiap kerusakan oleh kontraktor tidak dibenarkan merusak bagian-bagian
bangunanyang telah selesai dilaksanakan oleh kontraktor bidang lain (merusak
bidang kegiatanlainnya).
2. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari maka kontraktor yang
bersangkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaaan
semula dan disetujui pemilik kegiatan/direksi lapangan secara tertulis.
Pasal 41
PEMERIKSAAN KEGIATAN
1. Sebelum memulai kegiatan lanjutan kontraktor diwajibkan memintakan
persetujuankepada pengawas.
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2x24 jam, (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan), tidak dipenuhi oleh konsultan
pengawas, kontraktor dapat meneruskan kegiatan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab
kontraktor.
Pasal 2
PERATURAN TEKNIS KHUSUS UNTUK PELAKSANAANDISAMPING
PERATURAN-PERATURAN TEKNIS
Kegiatan harus diselesaikan menurut dan sesuai :
1. Peraturan dan syarat-syarat yang tercantum dalam rencana kegiatan dansyarat-
syaratini.
2. Gambar-gambar bestek, detail konstruksi dan instalasi.
3. Perubahan-perubahan dan penambahan yang tercantum dalam berita Acara yang
sedang berlangsung dan telah mendapat persetujuan dari Direksi/ Pejabat Pembuat
Komitmen Anggaran.
4. Gambar-gambar kegiatan yang dibuat oleh kontraktor pada waktu kegiatan
berlangsung dan telah mendapat peresetujuan dari direksi/ Pejabat Pembuat
Komitmen.
5. Petunjuk-petunjuk dan keterangan yang diberikan direksi pada waktu kegiatan
berlangsung.
Pasal 3
DASAR UKURAN DAN UKURAN-UKURAN POKOK
1. Sebagai dasar peraturan tinggi lantai dasar 0,00 (Titik duga) dipakai tinggi lantai
padadenah bangunan yang akan dilaksanakan, selanjutnya titik ditentukan
secarapermanent, dan oleh kontraktor diberi tanda jelas dengan neut beton yang
kokoh danbaru boleh dibongkar setelah kegiatan selesai untuk penyerahan pertama.
Ukuran-ukurantinggi ini diambil 50 cm diatas ketinggian jalan dimuka bangunan.
2. Untuk kegiatan penambahan bangunan, titik lantai dasar 0,00 (titik duga)
disesuaikan dengan peil bangunan yang sudah ada.
3. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail tertera pada gambar bestek dan
detail. Kontraktor hendaknya meneliti kembali ukuran-ukuran tersebut. Jika
perbedaan dan ketidakcocokan, kontraktor melapor/ membicarakan dengan direksi
/PTP dan Pejabat Pembuat Komitmen Anggaran. Kontraktor harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar konstruksi beton harus disesuaikan
dengan ukuran jadi.
b. Ukuran-ukuran pada konstruksi kayu (Kosen pintu dan jendela adalah ukuran
jadi setelah diserut).
Pasal 4
PENGUKURAN DAN PAPAN BANGUNAN
Kontraktor wajib meneliti ukuran-ukuran dilapangan dan melaporkan segala sesuatukepada
Direksi.Pasangan patok-patok untuk menentukan situasi harus dilakukan bersama dan
ataspersetujuan direksi.Segala kegiatan pengukuran persiapan (Uitzet) adalah tanggungan
Pasal 5
PEKERJAAN TANAH
Galian tanah.
a. Galian tanah dilaksanakan untuk :
Mendapatkan peil yang sesuai dengan peil permukaan lantai yang terteradalam
gambar.
Konstruksi pondasi.
b. Jika terdapat air menggenang dalam parit/galian pondasi, harus digali dan ditimbun
kembali dengan pasir urug, disiram air dan dipadatkan.
c. Galian harus mencapai kedalaman seperti tercantum dalam gambar bestek dan
cukup lebar untuk bekerja dengan leluasa.
d. Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan dan bila hal ini
terjadi pengukuran kembali harus dilakukan dengan pasangan atau beton tumbuk
tanpa biaya tambahan dari pemberi tugas.
Urugan tanah.
a. Untuk bagian-bagian diluar bangunan dilakukan pengurugan tanah sampai
mencapaitebal sesuai dengan ketentuan gambar. Urugan tanah harus dilaksanakan
pemadatanlapis demi lapis setebal maksimum 20 cm setiap lapisnya.
b. Tanah humus tidak diperkenankan untuk mengurug. Tanah yang berasal dari tanah
galian tidak dapat untuk maksud-maksud penambahan (Penimbunan) harus
dibuang/ditimbun ditempat yang akan ditentukan oleh Direksi.
c. Urugan tanah harus dilaksanakan segera urugan kembali dari parit/galian pondasi
kaki kolom selesai dikerjakan agar cukup waktu untuk dipadatkan.
Pasal 6
URUGAN PASIR DAN TANAH
1. Urugan pasir dilaksanakan untuk :
a. mengurug kembali galian yang ada dibawah lantai dan Pondasi.
b. Tempat-tempat lain yang dianggap perlu sebagai syarat teknis yang baik
sempurna (sesuai gambar bestek).
c. Urugan pasir dilaksanakan lapis demi lapis setebal 10 cm dan tiap lapis harus
ditumbuk serta diairi sampai padat sebelum lapis berikutnya dipasang.
2. Urugan Tanah
Pasal 7
PEKERJAAN PONDASI
1. Pekerjaan pondasi harus berdasarkan pengukuran dan papan bouwplank yang
diteliti, sesuaidengan ukuran yang tercantum dalam gambar.
2. Perubahan pada konstruksi pondasi diperbolehkan setelah mendapat persetujuan
dari Direksi,apabila terdapat penyesuaian pekerjaan dilokasi/tempat pekerjan.
3. Pekerjaan Pondasi harus menggunakan bahan batu dasar yaitu batu gunung/
BatuKali. Atau batu belah yang menurut Direksi/ Pengawas telah sesuai dan
memenuhisyarat.
4. Pekerjaan pondasi secara keseluruhan harus mengikuti persyaratan dan
ketentuansbb :
a. Pondasi batu dasar dengan campuran 1 pc : 5 ps
b. Pada setiap sisi luar dan dalam pondasi yang telah selesai atau
sedangdilaksanakan Sebelum diurug dengan pasir maka pada setiap pori /
sambunganbatu harus diberapen terlebih dahulu dengan campuran yang sama
yaitu 1 pc :5 ps
c. Sebelum pekerjaan pasangan pondasi dilaksanakan maka diatas urugan
pasiralas pondasi harus ditimbris dengan timbrisan batu koson yang di
padatkandengan pasir pasangan dan disiram dengan air. Batu dasar yang
dipakai adalahbatu pecah/batu belah jenis keras,yang ukurannya tidak boleh
lebih dari ukuranyang tercantum dalam gambar kerja. batu keropos bulat
tipis/kecil dan batukarang tidakboleh dipakai
d. Sebagai dasar pelaksanaan yang baik dan sempurna maka pada setiap
jaraktertentu sesuai yang ditentukan oleh Direksi/ Pengawas diatas
permukaanpondasi harus dibuat lubang dengan kedalaman minimal 30 cm, dan
dicordengan cor beton bertulang sebagai pengikat hubungan antara pondasi dan
sloof beton atau sesuai gambar.
Pasal 8
PASANGAN DALAM ADUKAN KUAT
Dinding harus dibuat dengan adukan kuat 1 pc : 4 pas adalah :
1. Bagian-bagian dinding tembok dimana menurut petunjuk gambar bestek dan
gambardetail harus dibuat kedap air (Waterdict/trasram).
2. Didalam ruangan-ruangan toilet/kamar mandi/WC dan pantry setinggi 1,5 Meter
diataslantai atau sesuai dengan gambar.
3. Bak pengontrol saluran pembuangan dan septicktank.
Pasal 10
KEGIATAN BETON BERTULANG
1. Bagian-bagian yang dibuat dari beton bertulang ialah yang tertera pada
gambarkonstruksi serta bagian-bagian lain yang digambarkan pada gambar
konstruksibertulang seperti kolom pengaku dinding balok, pengaku dinding, balok
latei dll.
Pada garis besarnya konstruksi beton bertulang dibuat pada :
a. Pondasi poer/telapak, Kolom utama, kolom praktis, sloof, balok, plat lantai,
balok lateidan ring balk.
b. Tutup bak pengontrol dan septicktank (syarat pelaksanaan yang baik
dansempurna, harus dikerjakan dan dibuat dari konstruksi beton bertulang).
1. Persyaratan Pelaksanaan Kegiatan beton bertulang :
a. Sebelum kegiatan dimulai pelaksana wajib meneliti dimensi /ukuran.
b. Pelaksanaan kegiatan berpedoman pada Peraturan Beton Indonesia (PBI
71)N.1.2. dengan mutu beton K 250 dan mutu baja U.24.
c. Untuk konstruksi ini disyaratkan memakai beton siap pakai (ready mix).
Pasal 11
KEGIATAN BETON TIDAK BERTULANG
Dengan campuran 1 pc : 2 psr : 3 krl dan campuran 1 pc : 3 psr : 5 krl dilaksanakan untuk :
a. Bagian yang tercantum dalam gambar kerja seperti beton dibawah lantai separasi.
b. Lain-lain pekerjaan dimana dianggap perlu menurut syarat-syarat pelaksanaan
yangbaik dan sempurna sesuai petunjuk direksi dan dianggap perlu.
Pasal 12
KEGIATAN PLESTERAN/PENGHALUS ACIAN BETON
Pada pasangan batu bata, sebelum diplester bidang tembok dibasahi sampai
jenuh.Begituselesai memasang batu siar-siar dikeruk dalam kurang lebih 1 cm dengan
tujuan supayaplesteran yang akan diplester, harus dibuat sesungguhnya kemudian
dilakukanpemelesteran. Dengan adukan 1 pc : 3 ps dilakukan untuk semua plesteran dasar
sudut-sudut,pinggir-pinggir tembok dan transram. Semua permukaan pasangan batu bata
danbatu kali yang terpendam dalam tanah harus diplester kasar (berapen) dengan adukan
yangsama. Adukan kuat 1 pc : 4 ps digunakan untuk plesteran biasa. Tebal plesteran
tembokbata diambil maksimum 1,5 cm, plesteran tembok boleh dilakukan, dengan
pemasanganpipa-pipa saluran air dan listrik telah selesai, pembobolan plesteran untuk
instalasitersebut tidak diperkenankan setelah kegiatan plesteran selesai maka dilanjutkan
aciandinding semen kemudian diplamur.
Pasal 13
KEGIATAN KERAMIK
1. Bahan lantai :
a. Tegel Keramik 40x40 cm untuk lantai
b. Tegel keramik 20x20 cm (anti slip) untuk lantai KM/WC
c. Tegel keramik 20x25 cm untuk dinding
Pasal 14
KEGIATAN BESI DAN LOGAM LAINYA
1. Angker, baut begel dan sebagainya harus disediakan dan dipasang
perkuatanperkuatandari besi pada tempat-tempat yang menurut sifat konstruksinya
ataumenurut pendapat direksi dianggap perlu.
Pasal 15
ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Tiap daun pintu dipasang 3 (tiga) tiga buah engsel ring nylon sejenis ARCH.
2. Untuk pintu yang berhubungan dengan luar dipasang kunci tanam 2 slaag
merksejenis LPIS, dan untuk pintu KM/WC dipasang kunci tanam 1 (Satu) slaag
ditambah1 (satu) buah grendel yang dipasang pada bagian dalam.
3. Alat gantung jendela lengkap dengan grendel, engsel, kait angin dan
gagang.Pemasangan penyetelan alat-alat harus tepat dan dapat berfungsi dengan
baik, tidakmacet dan pintu dapat tertutup dengan rapat.
Pasal 16
KEGIATAN CAT DAN POLITUR
1. Untuk cat tembok, cat kayu, cat besi, cat manie dipergunakan cat dengan
kualitasmerk seperti ketentuan berikut : => (a, b, dan c)
2. Teknik pengecatan harus mengikuti ketentuan dari pabrik
a. Cat tembok dan plafond merk Catylac atau sejenis
b. Cat kayu dan cat besi merk Glotex atau sejenis
3. Daun pintu rangka dipolitur vernis kualitas baik.
a. Manie besi merk glotex atau sejenis
4. Finishing/Pengecatan
a. Cat tembok
Dilaksanakan untuk semua permukaan didinding tembok plesteran
beton.Beberapa tempat dalam ruangan akan diberikan warna lain sebagai aksen
akanditentukan kemudian, cat tembok terdiri dari tembok dalam dan tembok
luar.
Pasal 18
KEGIATAN KACA
1. Kaca minimal 5 mm dan 12 mm dipergunakan pada semua pemasangan kaca mati.
2. Kaca dipasang didalam sponing dengan list kaca.
3. Bahan kaca dipakai dalam negeri kualitas baik tidak cacat seperti rengat, retak,
putuspinggiranya, berlobang, berbintik-bintik dan lain sebagainya.
4. Untuk pintukaca dipakai kaca tempred tebal 12 mm (tidak cacat), pemasangan kaca
cermin harusdibebaskan dari permukaan dinding.
Pasal 19
PENUTUP ATAP, BUBUNGAN DAN TALANG
1. Penutup atap dipergunakan atap Genteng Bitumen
Pasal 21
PERATURAN PENUTUP
1. Jika dalam rencana kegiatan dan syarat-syarat ini tidak disebut perkataan “yang
dilever kontraktor“ maka harus dianggap bahwa perkataan itu sudah tercantum,
apabila kegiatan ini jelas termasuk kegiatan kontraktor dan tidak
diterangkansebaliknya.
2. Kalau dianggap perlu kontraktor diwajibkan membuat gambar-gambar revisi
padagambar-gambar bestek dan detail yang telah dilaksanakan gambar dibuat
dalamrangkap 2 (dua) diserahkan kepada Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen pada
waktu penyerahan pertama, satu copy dari gambar tersebut diserahkan kepada
perencanapada waktu yang sama.
3. Jika dalam Spesifikasi Teknis ini belum tercakup beberapa jenis kegiatan atau
persyaratan lainya, maka hal tersebut akan diatur dalam addendum Spesifikasi
Teknis ini dan berita acara penjelasan kegiatan.
Mengetahui
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
(KPA)