Anda di halaman 1dari 6

Shalahuddin Al-Ayubi dan Madrasah

12:05 PM

Sebelum abad keempat Hijriyah / Abad 10 M, Peradaban Islam belum mengenal


madrasah dengan makna yang sekarang kita pahami. Madrasah pertama yang
dibangun di Negeri Islam adalah madrasah Al-Baihaqiyyah di Naisabur, setelah itu
madrasah Nizhamiyyah di Baghdad. Kedua madrasah ini menjadi pioner tumbuh
kembangnya lembaga pendidikan dan madrasah lainnya di beberapa negeri seperti
di Iraq, Khurasan dan lain-lain. Di Mesir sendiri saat itu masih dikuasai oleh Dinasti
Fathimiyyah yang merupakan kerajaan berakidah Syiah. Dan lembaga pendidikan
disana semuanya bermazhab Syiah.

Shalahuddin Al-Ayubi, salah satu tokoh besar sejarah Islam yang kemudian
menduduki jabatan sebagai Sultan di Mesir, ketika memasuki Mesir pernah
berceletuk bahwa ‘Disini, tidak ada satu madrasah pun’, namun yang beliau maksud
adalah madrasah Syafi’iyyah dan Malikiyyah. Hal ini mengingat bahwa pada saat itu
sudah ada Al-Azhar, namun masih dalam kekausaan Syiah dan merupakan lembaga
pendidikan Syiah yang notabenenya adalah aliran sesat dan sempalan dari Islam
Ahlussunnah. Guru beliau, Nuruddin Mahmud Zanki yang berjasa atas berdirinya
beberapa madrasah –terutama Madrasah Syafi’iyyah dan Hanafiyah- di Negeri Syam
kemudian menganjurkan Shalahuddin Al-Ayubi untuk membangun madrasah di
Mesir.

Madrasah sendiri saat itu memiliki peran dan fungsi strategis di tengah masyarakat.
Selain sebagai lembaga pendidikan dimana transformasi ilmu berjalan dengan lancar
yang ditandai dengan bangkitnya Ilmu pengetahuan, ia juga berfungsi sebagai
tonggak peradaban. Makanya tidak heran kenapa Nuruddin Zanki dan Shalahuddin
Al-Ayubi banyak mendirikan madrasah di Mesir dan Syam, tujuannya selain hal
diatas adalah agar para penuntut ilmu tidak banyak menghabiskan waktunya untuk
rihlah ilmiah kesana kemari lantaran sudah ada madrasah di negeri mereka.
Madrasah pada masa itu juga terkenal sebagai tempat perkumpulan para sarjana dan
ilmuwan dari berbagai belahan negeri. Jabatan guru dan dosen merupakan jabatan
elit yang sangat dihargai oleh pemerintah. Pada masa Shalahuddin Al-Ayubi, gaji
seorang pengajar di Damaskus mencapai 300 ribu Dinar. Dengan jumlah pengajar
yang waktu itu mencapai 600 orang, tak heran kalau kita katakan bahwa Pemerintah
saat itu makmur dan berkah. Sumber dana untuk pendidikan sendiri kebanyakan
berasal dari wakaf dan infaq para dermawan yang dikelola dengan apik dan adil
sesuai standar Islam. Madrasah waktu itu pun menjadi tempat dimana seseorang
hanya fokus untuk mengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai tempat belajar
saja. Masalah nafkah dan kehidupan sudah diatur oleh Negara.

Tujuan Shalahuddin Al-Ayubi sendiri dalam mendirikan banyak madrasah selain


sebagai tonggak peradaban adalah sebagai counter terhadap perkembangan yang
dialami oleh Mazhab Syiah. Counter tersebut beliau implementasikan dalam bentuk
pengajaran kurikulum Fiqh dan akidah beraliran Ahlusunnah wal Jama’ah di
Madrasah-Madrasah tersebut. Adapun di bidang fiqh, Shalahuddin Al-Ayubi sendiri
merupakan penganut fiqh Syafi’i. Selain itu, beliau juga memposisikan madrasah
sebagai tempat pembinaan dan penempaan kader-kader umat Islam dimana saat itu
Perang Salib sedang berkobar. Dengan penanaman ruh jihad lewat proses taklim dan
tasawuf, Shalahuddin berhasil membentuk kader-kader mujahid tangguh hingga
berhasil memenangkan pertempuran di medan Perang.

Diantara Madrasah yang beliau dirikan di Mesir :

1. Madrasah An-Nashiriyyah. Madrasah ini dibangun di Fustat-Mesir pada tahun


566 H/1170 M. Shalahuddin Al-Ayubi pada waktu itu masih menjabat sebagai wazir.
Madrasah ini beliau konsentrasikan sebagai tempat pendidikan bermazhab Syafi’i.

2. Madrasah Al-Qamhiyyah. Madrasah ini dibangun oleh Shalahuddin juga pada


masa jabatannya sebagai wazir. Madrasah ini beliau konsentrasikan sebagai tempat
pendidikan bermazhab Maliki.

3. Madrasah Ash-Shalahiyyah. Madrasah ini dibangun saat beliau telah menjadi


Sultan di Mesir. Dibangun disisi makam Imam Syafi’i di daerah Qarafah. Madrasah
ini juga beliau konsentrasikan sebagai tempat pendidikan bermazhab Syafi’i.
Pengajar pertama di Madrasah ini adalah Imam Faqih dan Zuhud yang bernama
Najmuddin al-Khabusyani (587 H/1191 M). Beliau digaji oleh Shalahuddin
perbulannya sekitar 40 Dinar plus 10 dinar sebagai konselor Madrasah. Selain itu
beliau juga mendapatkan tunjangan berupa Roti, lauk dan air. Bukti tingginya
kesejahteraan guru pada masa itu.

4. Madrasah As-Saifiyyah. Madrasah ini juga didirikan saat Shalahuddin telah


menjadi penguasa di Mesir. Madrasah ini beliau konsentrasikan sebagai tempat
pendidikan bermazhab Hanafi. Diantara ulama yang pernah mengajar disini adalah
Syekh Majduddin Muhammad bin Muhammad al-Jini. Setiap bulan beliau digaji 11
dinar serta tunjangan kehidupan lainnya.

Adapun madrasah yang beliau dirikan di Negeri Syam, diantaranya :

1. Madrasah Ash-Shalahiyyah di Damaskus. Didirikan oleh Shalahuddin Al-Ayubi


sebagai tempat pendidikan bermazhab Syafi’i.

2. Madrasah Al-Kalasah. Didirikan saat pemerintahan Nuruddin Mahmud Zanki


dimana Shalahuddin mendapatkan perintah untuk mendirikan bangunannya pada
tahun 575 H / 1179 M.

3. Madrasah Al-Ghazaliyyah. Didirikan juga pada masa pemerintahan Nuruddin


Zanki dimana Shalahuddin diperintahkan untuk memugarnya kembali. Diantara
ulama yang pernah mengajar disini adalah Quthbuddin Mas’ud An-Naisaburi Asy-
Syafi’i (578 H/ 1182 M)

4. Madrasah Ash-Shalahiyyah di al-Quds Palestina. Didirikan tahun 588 H/1192


M. Madrasah ini juga merupakan tempat pendidikan bermazhab Syafi’i.

5. Madrasah Dar Al-Ghazal. Madrasah ini dikonsentrasikan sebagai tempat


pendidikan bermazhab Maliki.

Adapun saat beliau memerintah Dinasti Ayyubiyyah, ada beberapa madrasah yang
juga didirikan atas perintah beliau, diantaranya :

1. Madrasah Al-Iqbaliyah. Didirikan oleh Jamaluddin bin Jamal Ad-Daulah, salah


seorang khadim Shalahuddin. Madrasah ini kemudian diklasifikasikan sesuai
mazhab yakni mazhab Syafi’i dan Hanafi.

2. Madrasah Manazil Al-Uzza. Madrasah ini awalnya adalah sebuah bangunan yang
menyatu kedalam kekaisaran Fathimiyah di Cairo-Mesir. Lalu bangunan ini dibeli
oleh Al-Amir Taqiyuddin bin Umar bin Ayyub, keponakan Shalahuddin Al-Ayubi.
Bangunan ini lalu dijadikan madrasah yang bermazhab Syafi’i pada tahun 574
H/1178 M. Al-Amir Taqiyuddin sendiri, selain membangun madrasah ini, juga
membangun madrasah At-Taqwiyyah di Damaskus, serta dua madrasah lain di
Fayyum yang bermazhab Syafi’i dan Maliki.

3. Madrasah al-Adiliyah. Didirikan oleh saudara Shalahuddin yang bernama Abu


Bakar bin Ayyub di Cairo.

4. Madrasah Asy-Syamiyah. Didirikan oleh saudari perempuan Shalahuddin di


Syam. Madrasah ini bermazhab Syafi’i.

5. Madrasah Ash-Shahibiyyah. Didirikan oleh Rabi’ah Khaton di Damaskus yang


dikonsentrasikan sebagai lembaga pendidikan bermazhab Hanbali.

6. Madrasah Al-Azkisyiyah. Didirikan oleh Al-Amir Saifuddin Al-Asadi, salah satu


panglima Shalahuddin. Madrasah ini bermazhab Hanafi.

7. Madrasah Al-Asyuriyyah. Awalnya, madrasah ini adalah rumah seorang yahudi


yang bernama Ibn Jami’ Ath-Thayyeb yang merupakan sekretaris Al-Amir
Baha’uddin Qaraqawuys. Madrasah ini bermazhab Hanafi.

8. Madrasah Al-Fadhiliyyah. Didirikan oleh Qadhi Al-Fadhil Abdurrahim bin Ali Al-
Baysani (596 H/1200M). Madrasah ini beliau dirikan pada tahun 580 H/1184 M dan
diwakafkan sebagai madrasah bermazhab Syafi’i dan Maliki. Selain itu, beliau juga
mewakafkan kurang lebih 100 ribu kitab.

9. Madrasah Al-Ashruniyyah. Didirikan oleh Qadhi Al-Qudhah (Hakim Agung) Al-


Faqih Syarafuddin Abu Sa’id Abdullah bin Muhammad bin Abi Ashrun (585 H/1189
M)

10. Madrasah Al-Quthbiyyah. Didirikan oleh Quthbuddin Khasru bin Balbal bin
Syuja’ Al-Hadbani pada tahun 570 H/1174 M. Madrasah ini bermazhab Syafi’i.

11. Madrasah Al-Arsuqiyyah. Didirikan oleh seorang pedagang kaya bernama


Afifuddin Abdullah bin Muhammad Al-Arsuqi (593 H/1197 M). Madrasah ini berdiri
tahun 570 H/1175 M).

12. Dan Madrasah-madrasah lainnya

Selain hal diatas, salah satu prestasi besar Shalahuddin Al-Ayubi adalah berhasil
mengkonversi Universitas Al-Azhar awalnya bermazhab Syiah menjadi sebuah
lembaga tempat pendidikan bermazhab Ahlussunnah wal Jama’ah . Lembaga
pendidikan yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dimaksudkan
sebagai pencetak kader Syiah untuk melawah Ahlussunah, pada masa Shalahuddin
berbalik arah menjadi lembaga pendidikan dan pencetak kader Ahlusunnah yang
tangguh.

Kegemilangan dan prestasi Shalahuddin Al-Ayubi dalam memajukan pendidikan


dan peradaban Umat Islam adalah contoh yang luar biasa. Pada masa beliau, Ulama
dan Ilmu dijadikan pioner utama dalam membentuk bangsa. Salah satu penyebab
hal ini tentu saja adalah posisi beliau yang juga merupakan seorang alim dan Fakih
dalam Mazhab Syafi’i Beliau juga raja yang senantiasa menyibukkan diri di Majelis
Ilmu para Ulama serta banyak mendengar dari mereka.

Selain hal diatas, salah satu ciri khas Shalahuddin dalam pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Peradaban Islam adalah dengan memadukannya dengan Ilmu
Tasawuf. Hal ini dibuktikan sejarah bahwa Shalahuddin adalah seorang yang sangat
tawadhu dan zuhud. Beliau sendiri dikabarkan sangat terinspirasi oleh kitab Ihya’
Ulumiddin karangan Imam Ghazali.

Dan yang juga sangat menarik dari sejarah dan peran penting beliau dalam
memajukan Ilmu pengetahuan dan Peradaban Islam adalah beliau tidak membeda-
bedakan ikhtilaf mazhab dalam fiqh. Hal ini kita lihat bahwa pada masa beliau,
seluruh mazhab memiliki madrasah masing-masing yang juga disubsidi oleh negara.
Kondisi ini menjadikan wilayah kekuasaan beliau, terutama Mesir sebagai tempat
berlangsungnya harmonisasi dan pergaulan antar mazhab fiqh dalam Ahlusunnah
wal jama’ah tanpa adanya gontok-gontokan dan egoisme menang sendiri.
Harmonisasi ini bahkan menjadikan Mesir dan Al-Azhar sebagai rujukan dan Kiblat
ilmu umat Islam hingga saat ini.

Wallahu A'lam bish-Shawab

catatan :
1. Wilayah Kekuasaan Shalahuddin al-Ayubi waktu itu meliputi Mesir, sedikit Sudan,
Syria, Yaman, Iraq, Hijaz dan daerah al-Quds

2. 1 dinar = sekitar Rp.1.900.000 , jadi gaji guru/dosen waktu itu mencapai 77 juta
dalam konversi Rupiah saat ini.

Anda mungkin juga menyukai