122 266 1 SM
122 266 1 SM
Raihana Kaplale
Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian FAPERTA-UNPATI, e-mail:
ABSTRAK
Desa Latu merupakan salah satu daerah penghasil kakao di Kecamatan Amalatu
Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai salah satu sumber pendapatan petani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani kakao,
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kakao, dan kelayakan
usahatani kakao. Sampel ditentukan dengan metode acak sederhana (simple
random sampling). Jumlah responden terpilih sebanyak 32 petani (25%) dari 128
Kepala Keluarga (KK) yang mengusahakan usahatani kakao.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendapatan usahatani
kakao adalah Rp 6,2 juta/ha/thn. Berdasarkan hasil analisis regeresi linier
berganda, factor-faktor utama penentu tingkat pendapatan usahatani kakao yaitu
luas lahan, biaya produksi, produksi dan harga jual. Usahatani kakao layak
karena menguntungkan berdasarkan nilai BCR 3,89.
61
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
62
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
mendapatkan pendidikan non formal misalnya, pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting
melakukan berbagai jenis penyuluhan kepada dalam proses usahatani (Daniel, 2002).
para petani. Lahan usahatani yang dimiliki petani pada
daerah penelitian berkisar antara 0,1 – 3 hektar
3.3. Jumlah Tanggungan Keluarga (Lampiran 1). Tingkat luas usahatani
Jumlah tanggungan keluarga adalah menggambarkan tingkat kesejahteraan petani,
banyaknya orang yang berada dalam rumah semakin luas lahan usahatani menggambarkan
tangga. Berdasarkan hasil penelitian, umumnya semakin tinggi produksi dan pendapatan yang
keluarga dari petani responden berkisar antara 2 – diterima. Pemilikan lahan yang sempit cenderung
9 orang (Lampiran 1). Lihat Tabel 6. akan berakibat pada sedikitnya hasil panen yang
Tabel 6, memperlihatkan bahwa petani didapat yang akan berimbas pada pendapatan
dengan jumlah tanggungan keluarga sedang (4 – petani serta kemampuan memenuhi kebutuhan
6 orang) memiliki persentase tertinggi yaitu hidup. Dan sebaliknya pemilikan lahan yang luas
68,75 % atau sebanyak 22 responden. Kemudian akan menghasilkan hasil panen yang melimpah
di ikuti oleh jumlah tanggungan kepala keluarga yang akan membuat terpenuhinya kebutuhan
dengan kategori tinggi (7 – 9 orang) sebesar hidup petani itu sendiri.
21,875 % atau sebanyak 7 responden. Sedangkan Menurut Hernanto (1996) petani dapat
jumlah tanggungan kepala keluarga dengan dikelompokkan berdasarkan luas lahan
kategori rendah (< 3 orang) adalah yang paling usahataninya yaitu :
terendah yaitu sebesar 9,375 % atau sebanyak 3 a. Golongan petani sempit ( < 0,5 Ha)
responden. b. Golongan petani sedang (0,5 – 2 Ha)
c. Golongan petani luas ( > 2 Ha)
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jumlah
Tanggungan Keluarga d. Golongan buruh tani tidak bertanah
Jumlah tanggungan Perbedaan golongan petani berdasarkan
Jumlah Persentase luas lahan tersebut akan berpengaruh terhadap
kepala keluarga
(orang) (%) sumber dan distribusi pendapatannya. Luas lahan
(orang)
Rendah ( < 3 ) 3 9,375 usaha petani kakao pada daerah penelitian dapat
Sedang ( 4 – 6 ) 22 68,75 dilihat pada Tabel 7.
Tinggi (7–9) 7 21,875
Jumlah 32 100 Tabel 7. Distribusi Petani Responden Menurut
Sumber : Data Primer 2010 Luas Lahan Usaha
Luas
Jumlah tanggungan kepala keluarga dapat Kategori Jumlah Persentase
Lahan
dijadikan sebagai faktor pendorong bagi petani Lahan (orang) (%)
(Ha)
untuk bekerja lebih giat dalam mengolah
usahataninya untuk memenuhi kebutuhan Sempit < 0,5 6 18,75
keluarganya. Sedang 0,5 – 2 25 78,125
Sejalan dengan itu, Hernanto (1996) Luas > 2 1 3,125
mengatakan bahwa semakin besar beban Jumlah 32 100
tanggungan dalam suatu keluarga maka petani Sumber : Data Primer 2010
akan lebih giat dengan berusaha dan bekerja
dalam kegiatan usahataninya untuk memperoleh Hasil penelitian pada Tabel 7. menunjukkan
pendapatan yang lebih besar sehingga bahwa petani kakao yang berada pada daerah
kesejahteraan petani dan seluruh anggota penelitian lebih banyak mengusahakan usahatani
keluarga dapat terpenuhi. kakao pada lahan sedang yaitu sebanyak 25 orang
(78,125 persen), pada kategori lahan sempit
3.4. Luas Lahan Usaha sebanyak 6 orang (18,75 persen), dan pada
Ketidakmerataan pendapatan rumah tangga kategori lahan luas hanya 1 orang (3, 125
di pedesaan yang berbasis pertanian berkaitan persen).
erat dengan ketidakmerataan struktur penguasaan
lahan pertanian (Nurmanaf, 2001). Sebagian 3.5. Tenaga Kerja
besar rumah tangga petani yang berlahan sempit Setiap usahatani yang dilakukan pasti
mengandalkan usahatani sebagai sumber utama memerlukan tenaga kerja yang dapat diperoleh
pendapatan. Lahan adalah tanah yang digunakan dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Hasil
untuk usaha pertanian. Luas penguasaan lahan penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
63
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
tenaga kerja pada usahatani kakao berasal dari Tanpa biaya pengorbanan-pengorbanan tidak
dalam keluarga dan juga dari luar keluarga yang akan dapat diperoleh suatu hasil dan
dicurahkan untuk setiap kegiatan mulai dari pengorbanan-pengorbanan itu harus diukur
pemeliharaan sampai pada pasca panen. dengan nilai uang.
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan Biaya yang dikeluarkan oleh seorang
pembibitan dan penanaman umumnya dilakukan petani dalam proses produksi serta membawanya
sendiri oleh petani responden, hanya satu menjadi produk disebut biaya produksi yang
responden yang menggunakan tenaga kerja dari meliputi biaya tetap dan biaya variabel, biaya-
luar keluarga untuk tahapan kegiatan ini. Untuk biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
pembibitan Rp 200.000 per 5 orang, dan untuk usahatani kakao tersebut tersaji dalam (Lampiran
penanaman menggunakan 3 tenaga kerja dengan 5). Lebih jelasnya mengenai biaya produksi pada
upah Rp 1.500 per pohon. usahatani kakao dapat dilihat pada Tabel 8.
Pemeliharaan pohon kakao dilakukan Berdasarkan hasil penelitian biaya tetap yang
dengan cara pemangkasan dan perampasan buah dikeluarkan oleh petani kakao adalah biaya
yang busuk dan rusak akibat terserang hama dan penyusutan peralatan pertanian dan biaya PBB
juga pembersihan terhadap gulma yang berada (Pajak Bumi dan Bangunan). Biaya penyusutan
disekitar tanaman induk. Tenaga kerja yang peralatan pertanian yang dikeluarkan seperti
digunakan adalah tenaga kerja dari dalam biaya untuk membeli parang, cangkul, linggis,
keluarga dan juga dari luar keluarga. Berdasarkan garpu, penggait, dan arit. Sedangkan biaya
hasil penelitian hanya sebagian kecil petani yang variabel meliputi biaya tenaga kerja, biaya
hanya menggunakan tenaga kerja dari luar pengangkutan, biaya pemasaran dan pembelian
keluarga. Untuk kegiatan pemeliharaan, petani benih.
yang menggunakan tenaga kerja dari luar Berdasarkan Tabel 8. biaya penyusutan
keluarga umumnya menyewa buru tani dengan peralatan pertanian yang dikeluarkan sebesar Rp
upah Rp 100.000 untuk 3 orang pekerja dalam 3.274.024,04 dengan rata-rata Rp 102.313,25,
satu kali kerja. Untuk frekuensi waktu biaya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) sebesar
pembersihan dalam satu tahun dengan Rp 221.000 dengan rata-rata Rp 6.906,25, biaya
menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga tenaga kerja sebesar Rp 5.350.000 dengan rata-
tergantung dari keadaan perkebunan petani. rata Rp 167.187,5, biaya pengangkutan sebesar
Kegiatan pembersihan biasanya paling banyak Rp 740.000 dengan rata-rata Rp 23.125, biaya
dilakukan tiga kali dalam satu tahun. pemasaran sebesar Rp 770.000 dengan rata-rata
Kegiatan panen untuk tanaman kakao Rp 24.062,5 dan untuk biaya benih sebesar Rp
meliputi pengambilan buah yang masak dan 165.000 dengan rata-rata Rp 5.156,25 sehingga
memecahkan buah kemudian mengambil bijinya total biaya produksi yang dikeluarkan untuk
yang basah. Untuk kegiatan panen, petani selain usahatani kakao adalah sebesar Rp 10.520.024,04
menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga dengan rata- rata sebesar Rp 328.750,8/tahun.
juga menggunakan tenaga kerja dari luar Dimana biaya produksi tertinggi adalah pada
keluarga. Upah yang diterima dari tenaga kerja upah tenaga kerja dengan persentase sebesar
luar keluarga untuk kegiatan panen adalah Rp (50,86 persen), hal ini disebabkan karena petani
50.000 per orang, dengan frekuensi lima sampai responden tidak hanya saja mengandalkan tenaga
tujuh kali dalam musim panen. kerja dari dalam keluarga tetapi juga
Tenaga kerja dalam keluarga umumnya mengandalkan tenaga kerja dari luar keluarga
tidak diupah secara langsung, sehingga biaya atau menyewa orang lain, sehingga harus
tunai yang dibayar tidak ada. Sejalan dengan itu, mengeluarkan biaya untuk memberi upah kerja
Mubyarto (1994) mengatakan bahwa tenaga kerja kepada pekerja atau buru tani.
yang berasal dari dalam keluarga yang terdiri dari Kemudian biaya penyusutan peralatan
ayah, ibu dan anak merupakan sumbangan pertanian dengan dengan persentase sebesar
keluarga petani pada produksi pertanian secara 31,12 persen, hal ini disebabkan karena dalam
keseluruhan yang tidak pernah dinilai dengan satu tahun frekuensi petani untuk membeli
uang. peralatan pertanian adalah 2 sampai 3 kali beli
karena cepat rusak dan alat ini tidak saja untuk
3.6. Biaya Produksi dipakai pada usahatani kakao tetapi juga
Menurut Wasis (1992), biaya produksi digunakan untuk usahatani tanaman lainnya
ialah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak sehingga cepat rusak dan harus menggantinya
harus diadakan agar dapat diperoleh suatu hasil. dengan yang lain.
64
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
65
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
66
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
produksi agar kontribusi pendapatan usahatani 52,8 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang
meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat tidak dimasukkan dalam model regresi seperti
Gittinger (1986) bahwa untuk meningkatkan kesuburan tanah, iklim, dan cuaca.
pendapatan petani dapat ditempuh dengan
melaksanakan upaya peningkatan produksi dan 3.10. Analisis Kelayakan Usahatani Kakao
perbaikan kualitas hasil. Dengan demikian tujuan Sistem usahatani kakao adalah bagaimana
pembangunan nasional di bidang pertanian untuk memadukan faktor-faktor produksi untuk
meningkatkan kesejahteraan petani dapat dicapai memperoleh suatu hasil dalam usahatani kakao.
melalui perbaikan dan penganekaragaman Usahatani yang baik adalah suatu usahatani yang
usahatani. layak. Layak atau tidak layaknya suatu usahatani
dapat dianalisis dengan beberapa formula,
3.9. Analisis Regresi Linier Berganda faktor- misalnya NPV, BCR, IRR, ROI, R/C.
faktor yang berhubungan dengan Analisis kelayakan usahatni kakao di
Tingkat Pendapatan Rumah Tangga daerah penelitian dianalisis dengan metode
Petani Kakao Benefit Cost Ratio (BCR). Nilai BCR yang
Hubungan antara faktor umur, tingkat diperoleh merupakan perbandingan antara
pendidikan, jumlah beban tanggungan keluarga, pendapatan yang diperoleh dengan besarnya
luas lahan, tenaga kerja, dan biaya produksi biaya yang dikeluarkan petani selama proses
terhadap pendapatan usahatani kakao produksi.
berdasarkan analisis Regresi Linier Berganda Hasil penelitian pada Tabel 10.
dapat dilihat pada Tabel 8. Menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang
Berdasarkan hasil analisis dengan diperoleh lebih besar dari rata-rata total biaya
menggunakan Regresi Linier Berganda, produksi yang dikeluarkan dan rata-rata nilai
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut. BCR adalah sebesar 23,65. Nilai ini
menunjukkan bahwa usahatani kakao di Desa
Y = 8899351 – 65713,0 X1 – 807304 X2 –
Latu layak untuk dikembangkan karena nilai
154446 X3 + 4703296 X4 + 195750,1 X5 +
BCR yang diperoleh lebih besar dari 1. Hal ini
1,601 X6.
berarti bahwa setiap penambahan satu satuan
Dari persamaan di atas maka dapat input produksi, maka akan memberikan
disebutkan bahwa faktor umur, pendidikan, keuntungan sebesar 23,65 rupiah.
beban tanggungan keluarga, luas lahan, tenaga
kerja dan biaya produksi berpengaruh terhadap IV. KESIMPULAN DAN SARAN
tingkat pendapatan usahatani kakao di Desa Latu. 4.1. Kesimpulan
Hal ini dapat dipertegas dengan membuktikan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
nilai F hitung > F tabel pada hasil analisis varians. disimpulkan bahwa :
Hasil analisis varians menunjukkan bahwa nilai F 1. Tingkat pendapatan yang diperoleh petani dari
hitung yang diperoleh sebesar 3,725 dan F tabel hasil usahatani kakao tergolong sedang jika
sebesar 2,60, sehingga persamaan regresi diatas dibandingkan dengan Upah Minimum
adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan Regional (UMR) untuk tanaman perkebunan
bahwa faktor umur, pendidikan, beban pada Provinsi Maluku yaitu sebesar Rp
tanggungan keluarga, luas lahan, tenaga kerja dan 840.000 per bulan dengan rata-rata
biaya produksi berpengaruh signifikan (nyata) pendapatan petani kakao di Desa Latu per
terhadap tingkat pendapatan usahatani kakao. tahun adalah sebesar Rp 7.488.154,83.
Besarnya pengaruh faktor umur, 2. Usahatani kakao memberikan kontribusi yang
pendidikan, beban tanggungan keluarga, luas sedang yaitu 17,7 persen jika dibandingkan
lahan, tenaga kerja dan biaya produksi terhadap dengan kontribusi dari usahatani lainnya
tingkat pendapatan usahatani kakao dapat dilihat maupun dari sektor non usahatani.
berdasarkan nilai Koefisien Determinasi (r2). 3. Berdasarkan hasil analisis dengan Regresi
Nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah Linier Berganda, faktor umur, pendidikan,
sebesar 0,472 berarti penggunaan faktor umur, jumlah beban tanggungan keluarga, luas
pendidikan, beban tanggungan keluarga, luas lahan, tenaga kerja, dan biaya produksi
lahan, tenaga kerja, dan biaya produksi yang mempengaruhi tingkat pendapatan rumah
dimasukkan ke dalam model regresi berpengaruh tangga petani kakao sebesar 47,2 persen.
sebesar 47,2 persen terhadap pendapatan 4. Kelayakan usahatani kakao di Desa Latu
usahatani kakao di Desa Latu, sedangkan sisanya dilihat dari nilai BCR sebesar 23,65. Nilai ini
67
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
lebih besar dari 1 yang menunjukkan bahwa 2. Kepada petani agar lebih memperluas area
setiap penambahan satu satuan input produksi perkebunan kakao karena kakao memiliki
akan memberikan penambahan keuntungan nilai ekonomi yang tinggi sehingga
usahatani sebesar 23,65 rupiah. pendapatan meningkat. Dan juga perlu lebih
ditingkatkan kegiatan pemeliharaan secara
4.2. S a r a n intensif agar pertumbuhan tanaman menjadi
1. Kepada Pemerintah daerah untuk mengadakan lebih baik dan produksi yang diharapkan akan
penyuluhan dan pelatihan agar petani dapat meningkat
meningkatkan kuantitas dan kualitas kakao.
DAFTAR PUSTAKA
68