Rancang Bangun Detektor Nuklir
Rancang Bangun Detektor Nuklir
PENDAHULUAN
1
Alat yang dapat mendeteksi paparan radiasi disebut detektor radiasi. Pada
kenyataannya, detektor radiasi memiliki jenis dan fungsi yang berbeda-beda dimana
setiap jenis detektor radiasi yang ada hanya dapat digunakan untuk mendeteksi salah
satu jenis radiasi saja. Hal tersebut dirasa kurang efektif dan efisien sehingga diperlukan
detektor yang dapat digunakan untuk mendeteksi beberapa jenis radiasi namun
pembuatannya yang sederhana. Salah satu detektor yang memiliki spesifikasi tersebut
adalah detektor Geiger-Mueller tipe end window (jendela ujung). Detektor Geiger-
Mueller tipe end window termasuk jenis detektor isian gas dimana gas tersebut
berfungsi sebagai trandusernya dengan jendela ujung sebagai jalan masuk suatu radiasi.
Berdasarkan keduanya maka pembuatan detektor Geiger-Mueller tipe end window
secara umum harus memperhatikan jenis window dan gas isiannya.
Bahan window yang digunakan diharapkan dapat menyerap radiasi sekecil
mungkin sehingga harus mempunyai koefisien serapan bahan dan kerapatan memiliki
nilai yang kecil. Bahan window yang digunakan juga harus memiliki sifat tahan
terhadap vakum agar tidak terjadi kebocoran pada saat pembuatan detektor Geiger-
Mueller. Pada penelitian ini gas isian yang digunakan yaitu Argon dan Bromine sebagai
campurannya. Gas Bromine sebagai salah satu gas halogen diharapkan mampu
menambah umur detektor karena bersifat sangat reaktif. Dari latar belakang diatas
sehingga penulis membuat judul “Rancang Bangun Detektor Geiger Muller tipe end
window Dengan Isian Argon
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan makalah ini disusun yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana merancang bagun alat pendeteksi dengan
Detektor Geiger mulller tipe window dengan isian gas Argon..
2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari detektor Geiger muller dengan isian
gas argon
3. Untuk menguji baik atau tidak tabung Geiger mullernya.
2
BAB II
ISI
2.1.Counter
3
dihasilkan counter acak, shift counter (counter sebagai fungsi register) atau juga up-
down counter.
4
3. Pembalik Pulsa (INV) sebagai pembalik pulsa keluaran dari detektor GM
4. Pembentuk pulsa berfungsi sebagai pembentuk pulsa yang akan masuk pada
rangkaian selanjutnya.
5. Mikrokontroler AT89C52 berfungsi sebagai pengendali (controller) pada
sistem rangkaian secara keseluruhan.
6. Modul 7 segmen berperan untuk menampilkan informasi berupa data dosis dari
hasil pendeteksian oleh sistem pencacah nuklir.
7. Keypad berfungsi untuk memasukkan (input) data berupa data angka sebagai
batas waktu yang ditentukan.
Sebuah tabung Geiger-Müller terdiri dari tabung yang diisi gas dengan tekanan
rendah (0,1 ~ ATM) seperti helium, neon atau Argon, dalam beberapa kasus pada
Penning mixture dan uap organik atau halogen berisi gas dan elektroda, diantaranya
ada beberapa ratus tegangan volt, tapi tidak ada arus listrik yang mengalir. Dinding
dari tabung yang baik di dalam atau di luarnya adalah logam, atau bagian dalammnya
hanya dilapisi dengan logam atau grafit untuk membentuk katoda sedangkan anode
adalah kawat yang lulus dari pusat tabung.
Ketika ionisasi radiasi melewati tabung, beberapa molekul gas terionisasi,
menciptakan ion positif dan elektron. Kuatnya medan listrik dibuat oleh tabung
5
elektroda yang membuat ion-ion bergerak menuju katoda dan elektron menuju anode.
Pasangan ion yang cukup mendapatkan energi untuk mengionisasi molecules gas
melalui tabrakan pada prosesnya, menciptakan avalanche dari partikel.
Hasilnya secara singkat, pulsa yang saat ini yang lewat (atau cascades) dari
elektroda negatif ke elektroda positif diukur atau dihitung.
Jumlah pulsa per detik menunjukan intensitas medan radiasi. Beberapa
pencacah Geiger menampilkan rata-rata pengeksposan (mR·h), namun ini tidak
berhubungan dengan mudah ke tingkat dosis.
Sejak ditemukan detektor radiasi pengion oleh Hans Geiger pada tahun 1908,
kemudian tahun 1928 disempurnakan oleh Walther Mueller menjadi tabung detektor
Geiger-Mueller yang konstruksinya sederhana dibandingkan dengan jenis detektor
yang lain. Detektor Geiger-Mueller terdiri dari suatu tabung logam atau gelas dilapisi
logam yang biasanya diisi gas seperti argon, neon, helium atau lainnya (gas mulia dan
gas poliatomik) dengan perbandingan tertentu. Skema detektor Geiger-Mueller
ditunjukkan pada Gambar 1:
Detektor Geiger-Mueller merupakan salah satu jenis detektor isian gas yang
bekerja berdasarkan prinsip ionisasi oleh radiasi yang masuk terhadap molekul yang
berada dalam detektor. Dinding tabung sebagai katoda sedangkan kawat di poros
sebagai anoda. Apabila antara anoda dan katoda diberikan tegangan maka akan terjadi
medan listrik dalam tabung. Kuat medan listrik yang terjadi bergantung pada tegangan
yang diberikan, besar jari-jari anoda dengan katoda dan jarak antara anoda dengan
katoda seperti pada Gambar 2:
6
Gambar 2. Skema parameter yang mempengaruhi medan listrik dalam detektor
Detektor berbentuk silider dengan dengan jari-jari r berpusat pada poros silinder, maka
garis gaya yang menembus seluruh selimut silinder akan berbanding lurus dengan kuat
medan listriknya E(r) dinyatakan dalam persamaan berikut
7
dihasilkan berlebihan maka digunakan external quenching dengan tambahan
resistor-kapasitor. External quenching dengan tambahan resistor-kapasitor akan
menurunkan pemakaian tegangan tinggi pada tabung detektor sehingga akan
memberikan hasil ionisasi yang rendah dan proses avalanche tidak terbentuk
meskipun sebuah elektron bebas melepaskan diri dari katoda. Rangkaian ekivalen
detektor Geiger-Mueller ditunjukkan pada Gambar 3:
8
Bahan untuk pembuatan anoda dipilih dari suatu bahan yang mempunyai sifat
tahan terhadap campuran gas isian dalam tabung detektor. Bahan untuk membuat
katoda menggunakan bahan yang mempunyai tenaga ikat elektron tinggi, tahan
terhadap vakum yang tinggi serta bahannya juga harus tahan terhadap gas isian.
Bahan katoda juga harus mempunyai daya hantar listrik yang baik, mudah melekat
pada gelas, murah dan mudah diperoleh[3]. Variasi bahan komponen detektor
Geiger-Mueller yang dapat dibuat adalah sebagai berikut: (1) Bahan katoda:
tembaga, perak, perunggu, nikel dan lain-lain. (2) Bahan Anoda: wolfram, kawat
baja, nikel, tungsten dan lain-lain. (3) bahan jendela untuk detektor Geiger-
Mueller tipe end window berupa millar, aluminium foil, plastik, mika, titanium foil
dan lain-lain.
3. Tekanan vakum
Kevakuman pada tabung detektor yang tinggi dan stabil dapat menyebabkan
karakteristik detektor yang stabil. Kevakuman akan menentukan banyak sedikitnya
molekul- molekul gas yang ada dalam tabung detektor sebelum diisi dengan gas
yang akan digunakan. Tekanan vakum yang rendah akan menyebabkan sisa
molekul gas yang berada dalam sistem vakum masih banyak sehingga konsentrasi
gas isian akan terpengaruh yang membuat karakteristik detektor menjadi tidak
optimal.
4. Gas isian
Gas isian ini bergantung pada jenis detektor yang akan dibuat, karena detektor
Geiger- Mueller bila ditinjau dari jenis gas isian ada dua yaitu non self quenching
yang diisi dengan satu jenis gas mulia dan self quenching yang diisi dengan gas
mulia ditambah dengan gas quenching. Gas pengisi detektor tersebut diantaranya
adalah gas mulia atau gas monoatomik seperti argon, kripton, helium, neon dan
xenon. Jenis gas quenching berupa gas poliatomik seperti alkohol, metana, ethyl
atau gas halogen seperti bromine, iodine, chlorine
9
yang dioperasikan di bawah tegangan kerja menyebabkan pulsa-pulsa yang
tercacah masih sedikit, karena elektron dan ion yang terjadi akibat ionisasi masih
banyak yang mengalami penggabungan kembali atau rekombinasi. Detektor yang
dioperasikan di atas tegangan kerja akan menyebabkan terjadinya pelucutan ion
yang sangat banyak dan sudah tidak sebanding lagi dengan intensitas radiasi yang
datang.
Kurva yang menyatakan hubungan antara jumlah cacah per satuan waktu terhadap
tegangan kedua elektroda ditampilkan pada Gambar 4: Kemiringan garis kurva
plateau disebut slope. Detektor Geiger-Mueller dikatakan baik apabila
mempunyai daerah plateau yang panjang dan slope yang kecil. Panjang plateau
dinyatakan dalam persamaan berikut:
2. Resolving time
Resolving time adalah waktu minimum yang diperlukan agar radiasi berikutnya
dapat dicacah setelah terjadinya pencacahan radiasi yang datang sebelumnya.
Resolving time dapat ditentukan dengan cara mencacah dua sumber radioaktif
yang sama. Mula-mula, dicacah secara terpisah dan memberikan hasil pencacahan
N1 dan N2, kemudian dicacah bersama-sama yang akan memberikan hasil
pencacahan N1-2, selanjutnya dilakukan pencacahan tanpa sumber radasi atau
cacah latar. Resolving time dapat dihitung dengan persamaan berikut:
10
3. Dead time
Pelepasan muatan dalam tabung detektor menyebabkan terbentuknya muatan
ruang ion positif di sekitar kawat anoda. Adanya muatan ruang menyebabkan kuat
medan listrik pada daerah anoda menurun. Radiasi yang datang dalam keadaan ini
tidak akan tercacah oleh detektor, dengan kata lain detektor tidak mampu
menghasilkan pulsa keluaran. Waktu dimana detektor tidak mampu mencacah
radiasi yang masuk dinamakan waktu mati (dead time). Dead time dikatakan
berakhir ketika ion positif bergerak menjauhi anoda.
Pada akhir dead time, multiplikasi ion (avalanche) sudah terjadi, tetapi pulsa
keluaran masih kecil karena medan listrik belum cukup kuat. Pulsa keluaran yang
dihasilkan dari zarah radiasi sudah dapat dicacah oleh detektor ketika ion positif
mencapai katoda. Pada keadaan ini detektor dikatakan telah pulih kembali atau
disebut juga dengan waktu pulih (recovery time). Jumlah waktu mati dan waktu
pulih disebut dengan resolving time yang ditunjukkan seperti pada Gambar 5.
11
sebagai instrumen survei radiasi genggam , mungkin salah satu instrumen radiasi
paling terkenal di dunia .
Prinsip deteksi awal ditemukan pada tahun 1908, tetapi tidak sampai
pengembangan tabung Geiger-Müller pada tahun 1928 yang counter Geiger-Müller
menjadi instrumen yang populer untuk digunakan dalam seperti dosimetri radiasi,
proteksi radiologi, fisika eksperimental dan nuklir industri. Hal ini terutama
disebabkan oleh elemen penginderaan yang kuat dan biaya yang relatif rendah,
namun ada keterbatasan dalam mengukur tingkat radiasi yang tinggi dan dalam
mengukur energi radiasi
12
Detektor Geiger Muller meupakan salah satu detektor yang berisi gas. Selain
Geiger muller masih ada detektor lain yang merupakan detektor isian gas yaitu
detektor ionisasi dan detektor proporsional. Ketiga macam detektor tersebut secara
garis besar prinsip kerjanya sama, yaitu sama-sama menggunakan medium gas.
Perbedaannya hanya terletak pada tegangan yang diberikan pada masing-masing
detektor tersebut.
Apabila ke dalam labung masuk zarah radiasi maka radiasi akan mengionisasi
gas isian. Banyaknya pasangan eleklron-ion yang lerjadi pada deleklor Geiger-
Muller tidak sebanding dengan tenaga zarah radiasi yang datang. Hasil ionisasi ini
disebul elektron primer. Karena antara anode dan katode diberikan beda tegangan
maka akan timbul medan listrik di antara kedua eleklrode tersebut. Ion positif akan
bergerak ke arah dinding tabung (katoda) dengan kecepatan yang relative lebih
lambat bila dibandingkan dengan elektron-elektron yang bergerak ke arah anoda
(+) dengan cepat. Kecepatan geraknya tergantung pada besarnya tegangan V.
Sedangkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk membentuk elektron dan ion
tergantung pada macam gas yang digunakan. Dengan tenaga yang relatif tinggi
maka elektron akan mampu mengionisasi atom-atom sekitarnya. sehingga
menimbulkan pasangan elektron-ion sekunder. Pasangan elektron-ion sekunder ini
pun masih dapat menimbulkan pasangan elektron-ion tersier dan seterusnya,
sehingga akan terjadi lucutan yang terus-menerus (avalence).
Kalau tegangan V dinaikkan lebih tinggi lagi maka peristiwa pelucutan elektron
sekunder atau avalanche makin besar dan elektron sekunder yang terbentuk makin
banyak. Akibatnya, anoda diselubungi serta dilindungi oleh muatan negative
elektron, sehingga peristiwa ionisasi akan terhenti. Karena gerak ion positif ke
13
dinding tabung (katoda) lambat, maka ion-ion ini dapat membentuk semacam
lapisan pelindung positif pada permukaan dinding tabung. Keadaan yang demikian
tersebut dinamakan efek muatan ruang atau space charge effect.
Tegangan yang menimbulkan efek muatan ruang adalah tegangan maksimum
yang membatasi berkumpulnya elektron-elektron pada anoda. Dalam keadaan
seperti ini detektor tidak peka lagi terhadap datangnya zarah radiasi. Oleh karena
itu efek muata ruang harus dihindari dengan menambah tegangan V. penambahan
tegangan V dimaksudkan supaya terjadi pelepasan muatan pada anoda sehingga
detektor dapat bekerja normal kembali. Pelepasan muatan dapat terjadi karena
elektron mendapat tambahan tenaga kinetic akibat penambahan tegangan V.
Apabila tegangan dinaikkan terus menerus, pelucutan alektron yang terjadi
semakin banyak. Pada suatu tegangan tertentu peristiwa avalanche elektron
sekunder tidak bergantung lagi oleh jenis radiasi maupun energi (tenaga) radiasi
yang datang. Maka dari itu pulsa yang dihasilkan mempunyai tinggi yang sama
sehingga detektor Geiger muller tidak bisa digunakan untuk mengitung energi dari
zarah radiasi yang datang.
Kalau tegangan V tersebut dinaikkan lebih tinggi lagi dari tegangan kerja Geiger
Muller, maka detektor tersebut akan rusak, karena sususan molekul gas atau
campuran gas tidak pada perbandingan semula atau terjadi peristiwa pelucutan
terus-menerus yang disebut continuous discharge. Hubungan antara besar tegangan
yang dipakai dan banyaknya ion yang dapat dikumpulkan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
14
Adapun pembagian tegangan tersebut dimulai dari tegangan terendah adalah
sebagai berikut:
I. = daerah rekombinasi
II. = daerah ionisasi
III. = daerah proporsional
IV. = daerah proporsioanl terbatas
V. = daerah Geiger Muller
Kurva yang atas adalah ionisasi Alpha, sedangkan kurva bawah adalah ionisasi oleh
Beta. Kedua kurva menunjukkan bahwa pada daerah tegangan kerja tersebut, detektor
ionisasi dan detektor proporsional masih dapat membedakan jenis radiasi dan energi
radiasi yang datang. Dengan demikian, detektor ionisasi dan detektor proporsional dapat
digunaknan pada analisis spectrum energi. Sedangkan detektor Geiger Muller tidak
dapat membedakan jenis radiasi dan energi radiasi.
Tampak dari gambar tersebut bahwa daerah kerja detektor Geiger Muller terletak
pada daerah V. Pada tegangan kerja Geiger Muller elektron primer dapat dipercepat
membentuk elektron sekunder dari ionisasi gas dalam tabung Geiger Muller. Dalam hal
ini peristiwa ionisasi tidak tergantung pada jenis radiasi dan besarnya energi radiasi.
Tabung Geiger Muller memanfaatkan ionisasi sekunder sehingga zarah radiasi yang
masuk ke detektor Geiger Muller akan menghasilkan pulsa yang tinggi pulsanya sama.
Atas dasar hal ini, detektor Geiger Muller tidak dapat digunakan untuk melihat
spectrum energi, tetapi hanya dapat digunakan untuk melihat jumlah cacah radiasi saja.
Maka detektor Geiger Muller sering disebut dengan detektor Gross Beta gamma karena
tidak bisa membedakan jenis radiasi yang datang.
Besarnya sudut datang dari sumber radiasi tidak mempengaruhi banyaknya cacah
yang terukur karena prinsip dari detektor Geiger Muller adalah mencacah zarah radiasi
selama radiasi tersebut masih bisa diukur. Berbeda dengan detektor lain misalnya
detektor sintilasi dimana besarnya sudut datang dari sumber radiasi akan mempengaruhi
banyaknya pulsa yang dihasilkan
15
Biaya murah
Operasional mudah
16
Rangkaian Pembentuk Pulsa berfungsi sebagai penguat dan pembentuk
pulsa kotak standar TTL dengan tinggi pulsa 4 volt dan lebar pulsa dapat diatur.
Pulsa kotak tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam rangkaian pencacah untuk
dihitung berapa jumlah pulsa keluaran yang berasal dari keluaran detektor GM.
Rangkaian ini menggunakan IC type MC 14001 BCP yang digunakan sebagai
pembentuk pulsa dan pengatur lebar pulsa yang dengan menvariasi harga
resistensi VR. VR berfungsi pula sebagai pengkalibrasi dengan simulasipulsa
dari pembangkit (generator) pulsa. Gambar 4menjelaskan rangkaian pembentuk
pulsa dengan IC type MC 14001 BCP.
17
2.3.7. Untai Pengali Tegangan serta Penyearah
Pada untai ini tegangan dikali dua dengansuatu rangkaian “Doubler” dan
kemudiandisearahkan. Untai ini menggunakan 2 buahdioda tegangan tinggi dan
2 kapasitor.Prinsipnya adalah pengisian dan pengosonganmuatan pada kapasitor
sehingga keluarnya akandua kali dari masukannya.
18
dimana bertugas memproses data input maupun output dari berbagai sumber.
Sedang mikrokontroler lebih sesuai untuk tugas-tugas yang lebih spesifik..
Konfigurasi pin AT89C51 ditunjukan pada Gambar 1. Sebagai berikut;
19
Keterangan diagram alir di bawah :
Pertama operasi, alat hidup setelah alat hidup maka, pada operasi
selanjutnya adalah pilih waktu operasi yang ada serta atur tegangan tinggi sesuai
dengan tegangan kerja detektor yang dipakai, setelah tegangan kerja sesuai maka
lakukan pencacahan, pada saat cacah dilakukan perintah henti atau tidak, jika
Ymaka akan dilakukan pembacaan; jika tidak maka terus dilakukan operasi
pencacahan sesuai dengan waktu yang ada dalam program. Setelah itu adalah
waktu selesai baca hasil, untuk perintah selanjutnya adalah ulang, pada perintah
ini jika N, maka operasi berhenti, jika Y berarti akan dilakukan pencacahan
ulang maka cacah mulai lagi dari atur waktu untuk operasi selanjutnya.
Gambar LCD
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.ALAT
NO NAMA ALAT JUMLAH HARGA
1 ALAT PEMBUATAN DETEKTOR
GEIGER MULLER
a. ultrasonic cleaner Rp 525.000
b. hairdryer Rp 150.000
c. lem strength epoxy 1 botol Rp. 320.000
d. pompa rotari dan pompa difusi (VANE 2.2 kw XD - 100 Rp.6.500.000
VACUUM)
e. system pendingin (Hawa expas 1 buah Rp. 65.800
G. civic)
f. vacuum leak detector (krisbow - Rp 2.200.000
KW0600566)
2 PENGUJIAN DETEKTOR Geiger Muller
3.2.BAHAN
No Nama bahan Jumlah harga
1 Argon 1liter Rp. 220.000
2 Stainless steel 1 buah
3 kawat tungsten Secukupnya
4 Mika D= 18 mm dan
ketebalan 0,03 mm
5 Kaca
21
7 alkohol 90%. Secukupnya
8 Bromine ½ liter
9 gelas lunak 1 buah
10 Mikrokontroler AT89C51 1 buah
11 Liquid Crystal Display (LCD) 1 buah
12 Resistor 1 M 4 buah
13 Resistor 120 K 1 buah
14 Resistor 10K 1 buah
15 Transistor BC109 1 buah
16 Diode 200v zener dan 100 v 2 buah
17 Capasitor 470p 1 buah
18 Potensio 50K 1 buah
19 Resistor 3K, 1 K 2 buah
20 IC MC 14001 BCP 1 buah
21 Trafo 1 buah
22 Transistor tipe 120 1 buah
23 Transistor RF511 1 buah
24 Baterai 9 v 1 buah
25 IC 555 1 buah
26 Kapasitor 0.01 mF 1 buah
27 Kapasitor 200 MF 1 buah
28 Kapasitor 1 MF 1 buah
3.3.PROSEDUR
Pembuatan detektor Geiger-Mueller tipe end window dimulai dari penentuan koefisien serapan
bahan yang akan digunakan melalaui percobaan sesuai dengan skema pengujian detektor pada Gambar 4.
22
Gambar 4. Skema pengujian detektor Geiger-Mueller tipe end window.
Tahap selanjutnya yaitu pembuatan detektor yang meliputi pembuatan bahan-bahan detektor,
pencucian bahan-bahan detektor, perakitan bahan-bahan detektor, proses pemvakuman detektor dan
proses pengisian gas argon dan bromine. Skema pembuatan detektor dapat dilihat dari Gambar 5.
Apabila detektor Geiger-Mueller tipe end window telah selesai dibuat maka tahapan selanjutnya
yaitu pengujian karakteristik detektor. Skema peralatan untuk pengujian karakteristik detektor
Geiger-Mueller sama dengan skema penentuan koefisien serapan bahan (gambar 4).
1. untuk pembuatan detector terdiri dari bahan anaoda tempat anoda jendela
(window) dan penutup samping detector. Bahan katode menggunakan stainless
stell dengan diameter luar sebesar 18,5 mm dan diameter dalam 16 mm dan
panjang sebesar 35 mm. bahan anoda menggunakan kawat tungsten dengan
23
diameter 1 mm, sedangkan untuk bahan window atau jendelanya dengan
menggunakan bahan mika yang memiliki diameter 18 mm dan ketebalan 0,03
mm, serta bahan penutup samping detector dengan menggunakan kaca yang
berdiameter sebesar 18 mm dan keebalan 3 mm sedangkan untuk tempat
terminal katoda dan anoda dengan menggunakan kawat tembaga.
2. Bahan yang digunakan untuk penyambuang detector dengan system
pemvakumaan dan pengisi gas detector dengan menggunakan gelas lunak
3. Setelah selesai pembuatan tabung lakukan pencucian bahan bahan detector
tersebut.
4. Lalu dirakitlah bahan bahan tadi seperti gambar berikut ini.
24
Gambar. Skema sistem instalasi pemvakuman dan pengisian gas detektor GM
6. Setelah semua selesai dirakit selanjutnya kita uji detector Geiger Muller tipe
end window yang telah kita buat tadi dengan tahapan seperti skema berikut ini
7. selanjutnya kita buat rangkaian inverter seperti rangkain berikut ini , yang
berfungsi untuk mengubah pulsa keluaran negative dari Geiger muller menjadi
pulsa pulsa positif.
25
8. Selanjutnya rangkailah rangkaian pembentuk pulsa dengan rangkaian sebagai
berikut, yang berfungsi untuk penguat dan pembentuk pulsa dan pengatur lebar
pulsanya.
9. Rangkailah rangkaian tegangan tinggi seperti gambar dibawah ini yang berfungsi
untuk mencatu tagangan detector Geiger muler lalu untuk mendapatkan tegangan
tinggi di peroleh dengan cara DC to DC converter dari 5 volt DC menjadi 950 volt
DC
10. Lalu rangkailah untai pengali tegangan serta penyearah seperti gambar dibawah ini
yang berfungsi untuk pengsian dn pengosongan muatan pada kapasitor sehingga
keluarannya akan dua kali dari masukkannya.
26
11. Setelah itu rangkailah rangkaian counter seperti gambar berikut ini.
12. Setelah semua selesai di rangkai maka lakukan pengujian detector Geiger muller
tipe end window dengan sebagai berikut:
a. Pertama radiasi di tembakkan ke detector Geiger muller.
b. Selanjutnya radiasi tadi diproses didalam GM yang menghasilkan keluaran
pulsa pulsa negative
c. Kemudian diteruskan ke rangkaian inverter dengan bantuan penguat tegangan
tinggi yag berfungsi untuk menguatkan tegangan untuk rangkaian inverter.
d. Hasil yang diproses di rangkaian inverter yaitu pulsa pulsa positif
e. Yang kemudian hasil pulsa pulsa positif tersebut dicatat pada counter dalam
setiap waktu pada timer hasil pulsa positif tadi akan menghasilkan grafik atau
gelombang pada osiloskop tersebut.
27
Diagram Alir
Mulai
Proses pemvakuman
baik
Uji Kebocoran Tidak baik
baik
SELESAI
28
DAFTAR PUSTAKA
Sudiono and Toto Trikasjono, 2008, Rancang Bangun Penyedia Daya Tegangan Tinggi
Dc Berbasis Mikrokontroller At89c51, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – Batan,
143-148
Sanyoto, Nogroho Tri , Sudiono, and Sayyid Khusumo Lelono, 2009, Rancang Bangun
Tegangan Tinggi Dc Dan Pembalik Pulsa Pada Sistem Pencacah Nuklir Delapan
Detektor, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – Batan, 161-166
Sayono, Suprapto Dan Irianto,2009, Pembuatan Detektor Geiger Muller Tipe Jendela
Samping Dengan Isian Gas Argon, Alkohol Dan Bromine, Pusat Teknologi
Akselerator Dan Proses Bahan, 53-60
Sanyoto, Nogroho Tri, and Joko Sunardi.2008. Rancang Bangun Simulasi Sistem
Pencacah Radiasi. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – Batan, 150-156
29