Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam perkembanganya pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang kehidupan


manusia di dunia sudah semakin maju, sehingga pemanfaatan dan pengembangannya
bagi pembangunan nasional yang berkesinambungan dan berwawasan lingkungan perlu
ditingkatkan dan diperluas, karena sifat tenaga nuklir selain dapat memberikan manfaat
juga dapat menimbulkan bahaya radiasi, maka setiap kegiatan yang berkaitan dengan
tenaga nuklir harus diatur dan diawasi. (Undang – Undang ketenaga nukliran No.10
Tahun 1997)
Energi nuklir merupakan suatu bentuk energi yang dipancarkan secara radiasi
dengan memiliki dua sifat yang khas, yaitu tidak dapat dirasakan secara langsung oleh
indera manusia dan beberapa jenis radiasi dapat menembus beberapa jenis bahan.
Dengan adanya sifat-sifat tersebut, maka untuk dapat menentukan ada atau tidaknya
radiasi nuklir, diperlukan suatu alat pengukur radiasi yang merupakan suatu susunan
peralatan untuk mendeteksi dan mengukur radiasi. Untuk mengetahui ada dan tidak
radiasi nuklir diperlukan suatu alat pengukur radiasi, baik pengukuran intensitas
maupun energi nuklir, intensistas radiasi adalah banyaknya radiasi yang ditangkap pada
suatu titik pengukuran yang merupakan jumlah pulsa radiasi yang ditangkap oleh
detektor persatuan waktu, intensitas radiasi sebanding dengan aktivitas sumber radiasi,
dan probabilitas pancaran berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Untuk
mencacah radiasi nuklir diperlukan alat “Sistem Pencacah Nuklir”. Dalam Sistem
Pencacah Nuklir dibutuhkan sumber tegangan tinggi DC untuk mencatu tegangan ke
detektor (Geiger Muller).
Oleh karena itu dibutuhkan adanya penyedia tegangan tinggi DC dengan
keluaran yang sesuai. Perkembangan teknologi semikonduktor dewasa ini sangat cepat.
Mikrokontroler merupakan teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang
lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil serta dapat diproduksi
secara masal, membuat harga mikrokontroler lebih murah dibandingkan dengan PC.
Dengan kelebihan memiliki ukuran yang kecil, mikrokontroler dapat diaplikasikan
untuk menampilkan tegangan keluaran HV DC melalui LCD dalam bentuk digital.

1
Alat yang dapat mendeteksi paparan radiasi disebut detektor radiasi. Pada
kenyataannya, detektor radiasi memiliki jenis dan fungsi yang berbeda-beda dimana
setiap jenis detektor radiasi yang ada hanya dapat digunakan untuk mendeteksi salah
satu jenis radiasi saja. Hal tersebut dirasa kurang efektif dan efisien sehingga diperlukan
detektor yang dapat digunakan untuk mendeteksi beberapa jenis radiasi namun
pembuatannya yang sederhana. Salah satu detektor yang memiliki spesifikasi tersebut
adalah detektor Geiger-Mueller tipe end window (jendela ujung). Detektor Geiger-
Mueller tipe end window termasuk jenis detektor isian gas dimana gas tersebut
berfungsi sebagai trandusernya dengan jendela ujung sebagai jalan masuk suatu radiasi.
Berdasarkan keduanya maka pembuatan detektor Geiger-Mueller tipe end window
secara umum harus memperhatikan jenis window dan gas isiannya.
Bahan window yang digunakan diharapkan dapat menyerap radiasi sekecil
mungkin sehingga harus mempunyai koefisien serapan bahan dan kerapatan memiliki
nilai yang kecil. Bahan window yang digunakan juga harus memiliki sifat tahan
terhadap vakum agar tidak terjadi kebocoran pada saat pembuatan detektor Geiger-
Mueller. Pada penelitian ini gas isian yang digunakan yaitu Argon dan Bromine sebagai
campurannya. Gas Bromine sebagai salah satu gas halogen diharapkan mampu
menambah umur detektor karena bersifat sangat reaktif. Dari latar belakang diatas
sehingga penulis membuat judul “Rancang Bangun Detektor Geiger Muller tipe end
window Dengan Isian Argon

1.2 Tujuan
Adapun Tujuan makalah ini disusun yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana merancang bagun alat pendeteksi dengan
Detektor Geiger mulller tipe window dengan isian gas Argon..
2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari detektor Geiger muller dengan isian
gas argon
3. Untuk menguji baik atau tidak tabung Geiger mullernya.

2
BAB II
ISI
2.1.Counter

Counter juga disebut pencacah atau penghitung yaitu rangkaian logika


sekuensial yang digunakan untuk menghitung jumlah pulsa yang diberikan pada
bagian masukan. Counterdigunakan untuk berbagai operasi aritmatika, pembagi
frekuensi, penghitung jarak (odometer), penghitung kecepatan (spedometer), yang
pengembangannya digunakan luas dalam aplikasi perhitungan pada instrumen
ilmiah, kontrol industri, komputer, perlengkapan komunikasi, dan sebagainya .
Counter tersusun atas sederetan flip-flop yang dimanipulasi sedemikian rupa
dengan menggunakan peta Karnough sehingga pulsa yang masuk dapat dihitung
sesuai rancangan. Dalam perancangannya counter dapat tersusun atas semua jenis
flip-flop, tergantung karakteristik masing-masing flip-flop tersebut.
Dilihat dari arah cacahan, rangkaian pencacah dibedakan atas pencacah naik
(Up Counter) dan pencacah turun (Down Counter). Pencacah naik melakukan
cacahan dari kecil ke arah besar, kemudian kembali ke cacahan awal secara otomatis.
Pada pencacah menurun, pencacahan dari besar ke arah kecil hingga cacahan terakhir
kemudian kembali ke cacahan awal.
Tiga faktor yang harus diperhatikan untuk membangun pencacah naik atau
turun yaitu (1) pada transisi mana Flip-flop tersebut aktif. Transisi pulsa dari positif
ke negatif atau sebaliknya, (2) output Flip-flop yang diumpankan ke Flip-flop
berikutnya diambilkan dari mana. Dari output Q atau Q, (3) indikator hasil cacahan
dinyatakan sebagai output yang mana. Output Q atau Q. ketiga faktor tersebut di atas
dapat dinyatakan dalam persamaan EX-OR.
Secara global counter terbagi atas 2 jenis, yaitu: Syncronus Counter dan
Asyncronous counter. Perbedaan kedua jenis counter ini adalah pada pemicuannya.
Pada Syncronouscounter pemicuan flip-flop dilakukan serentak (dipicu oleh satu
sumber clock) susunan flip-flopnya paralel. Sedangkan pada Asyncronous counter,
minimal ada salah satu flip-flop yang clock-nya dipicu oleh keluaran flip-flop lain
atau dari sumber clock lain, dan susunan flip-flopnya seri. Dengan memanipulasi
koneksi flip-flop berdasarkan peta karnough atautiming diagram dapat

3
dihasilkan counter acak, shift counter (counter sebagai fungsi register) atau juga up-
down counter.

2.2.RANCANG BANGUN ALAT

Sistem Pencacah Radiasi yang dirancangterdiri dari pembalik pulsa,


pembentuk pulsa,tegangan tinggi, dan mikrokontrol serta sevensegmen sebanyak 8
buah. Alat ini dibuat dengan tujuan pengukuran radiasi khususnyaradiasi beta dan
gamma, maka alat inimenggunakan detektor Geiger Muller (GM).Detektor Geiger
Muller selain harganya lebihkompetitip, rangkaian akan lebih sederhana
jikadibandingkan dengan memakai detektorNaI(Tl). Pulsa keluaran dari detektor
GMdengan orde volt sudah mampu untuk memicurangkaian selanjutnya, sehingga
tidakmenggunakan penguat awal, penguat liniermaupun sistem analisa saluran
tunggal. Alat inidigunakan untuk melihat cacah radiasipersatuan waktu. Pulsa
keluaran dari detektordengan orde volt sudah mampu untuk memicurangkaian
selanjutnya. Detektor Geiger Mullertermasuk jenis isian gas, dengan catu
dayategangan tinggi dari 750 sampai dengan 950volt DC.

Berikut merupakan gambar sistem :

Gambar 1 : gambar rancang bangun sistem pencacah radiasi

Fungsi dari masing masing bagian antaralain :


1. Detektor radiasi yang dimaksud adalah tranduser yang memanfaatkan interaksi
radiasi sehingga menimbulkan besaran lain yang mudah dilihat dan atau diukur
2. Tegangan Tinggi (HV) berfungsi sebagai catu daya detektor GM

4
3. Pembalik Pulsa (INV) sebagai pembalik pulsa keluaran dari detektor GM
4. Pembentuk pulsa berfungsi sebagai pembentuk pulsa yang akan masuk pada
rangkaian selanjutnya.
5. Mikrokontroler AT89C52 berfungsi sebagai pengendali (controller) pada
sistem rangkaian secara keseluruhan.
6. Modul 7 segmen berperan untuk menampilkan informasi berupa data dosis dari
hasil pendeteksian oleh sistem pencacah nuklir.
7. Keypad berfungsi untuk memasukkan (input) data berupa data angka sebagai
batas waktu yang ditentukan.

2.3.Analisa Tiap Bagian


2.3.1. Geiger Muller

Gambar 2 : Tabung Geiger Muller

Sebuah tabung Geiger-Müller terdiri dari tabung yang diisi gas dengan tekanan
rendah (0,1 ~ ATM) seperti helium, neon atau Argon, dalam beberapa kasus pada
Penning mixture dan uap organik atau halogen berisi gas dan elektroda, diantaranya
ada beberapa ratus tegangan volt, tapi tidak ada arus listrik yang mengalir. Dinding
dari tabung yang baik di dalam atau di luarnya adalah logam, atau bagian dalammnya
hanya dilapisi dengan logam atau grafit untuk membentuk katoda sedangkan anode
adalah kawat yang lulus dari pusat tabung.
Ketika ionisasi radiasi melewati tabung, beberapa molekul gas terionisasi,
menciptakan ion positif dan elektron. Kuatnya medan listrik dibuat oleh tabung

5
elektroda yang membuat ion-ion bergerak menuju katoda dan elektron menuju anode.
Pasangan ion yang cukup mendapatkan energi untuk mengionisasi molecules gas
melalui tabrakan pada prosesnya, menciptakan avalanche dari partikel.
Hasilnya secara singkat, pulsa yang saat ini yang lewat (atau cascades) dari
elektroda negatif ke elektroda positif diukur atau dihitung.
Jumlah pulsa per detik menunjukan intensitas medan radiasi. Beberapa
pencacah Geiger menampilkan rata-rata pengeksposan (mR·h), namun ini tidak
berhubungan dengan mudah ke tingkat dosis.
Sejak ditemukan detektor radiasi pengion oleh Hans Geiger pada tahun 1908,
kemudian tahun 1928 disempurnakan oleh Walther Mueller menjadi tabung detektor
Geiger-Mueller yang konstruksinya sederhana dibandingkan dengan jenis detektor
yang lain. Detektor Geiger-Mueller terdiri dari suatu tabung logam atau gelas dilapisi
logam yang biasanya diisi gas seperti argon, neon, helium atau lainnya (gas mulia dan
gas poliatomik) dengan perbandingan tertentu. Skema detektor Geiger-Mueller
ditunjukkan pada Gambar 1:

Gambar 1.Skema Detektor Geiger Muller

Detektor Geiger-Mueller merupakan salah satu jenis detektor isian gas yang
bekerja berdasarkan prinsip ionisasi oleh radiasi yang masuk terhadap molekul yang
berada dalam detektor. Dinding tabung sebagai katoda sedangkan kawat di poros
sebagai anoda. Apabila antara anoda dan katoda diberikan tegangan maka akan terjadi
medan listrik dalam tabung. Kuat medan listrik yang terjadi bergantung pada tegangan
yang diberikan, besar jari-jari anoda dengan katoda dan jarak antara anoda dengan
katoda seperti pada Gambar 2:

6
Gambar 2. Skema parameter yang mempengaruhi medan listrik dalam detektor

Detektor berbentuk silider dengan dengan jari-jari r berpusat pada poros silinder, maka
garis gaya yang menembus seluruh selimut silinder akan berbanding lurus dengan kuat
medan listriknya E(r) dinyatakan dalam persamaan berikut

Berdasarkan mekanisme quenching, detektor Geiger-Mueller dibagi menjadi dua


jenis, yaitu:
1. Detektor Geiger-Mueller non self quenching
Detektor ini biasa disebut juga dengan detektor Geiger-Mueller external quenching.
Detektor ini hanya diisi dengan satu macam gas isian yaitu gas mulia misalnya gas
argon, neon, helium dan lain-lain. Pada detektor jenis ini, proses avalanche yang
terjadi tidak dapat dikendalikan di dalam tabung ini sendiri tetapi dikendalikan
dengan suatu rangkaian elektronik.
2. Detektor Geiger-Mueller self quenching
Detektor jenis ini diisi dengan gas mulia ditambahkan dengan gas poliatomik
sebagai peredam. Dengan adanya tambahan gas peredam tersebut maka proses
avalanche yang terjadi dapat dikendalikan dalam tabung itu sendiri. Pada detektor
Geiger-Mueller, peningkatan jumlah ion-ion positif yang mencapai katoda sangat
mempertinggi kemungkinan pemancaran elektron bebas dan selanjutnya terjadi
lucutan yang tak terkendali (discharge). Untuk alasan ini tindakan pencegahan
dapat diberikan kepada detektor Geiger-Mueller untuk mencegah kemungkinan
pulsa yang berlebihan yaitu dengan menambahkan peredam (quenching).
Quenching ada dua jenis yaitu external quenching dengan tambahan resistor
kapasitor yang sederhana dan self quenching dengan menambahkan gas poliatomik
atau gas halogen. Secara khusus untuk mencegah kemungkinan pulsa yang

7
dihasilkan berlebihan maka digunakan external quenching dengan tambahan
resistor-kapasitor. External quenching dengan tambahan resistor-kapasitor akan
menurunkan pemakaian tegangan tinggi pada tabung detektor sehingga akan
memberikan hasil ionisasi yang rendah dan proses avalanche tidak terbentuk
meskipun sebuah elektron bebas melepaskan diri dari katoda. Rangkaian ekivalen
detektor Geiger-Mueller ditunjukkan pada Gambar 3:

Gambar 3. Rangkaian ekivalen detektor Geiger Muller dengan resistor-kapasitor

R1 dan R2 menggambarkan resistansi masukan dari rangkaian, C1 merupakan


kapasitansi detektor, sedangkan C2, C3, dan C4 merupakan stray capacitance yaitu
kapasitansi pada rangkaian yang mempengaruhi sistem kerja detektor.

Parameter Detektor Geiger-Mueller


1. Geometri
Faktor geometri sangat mempengaruhi pembuatan detektor terutama untuk
memperoleh karakteristik detektor yang optimal. Pembuatan detektor disesuaikan
dengan kebutuhan dan kegunaannya, misalnya detektor Geiger-Mueller untuk
pengukuran radiasi alpha, beta maupun gamma maka dibuat detektor Geiger-
Mueller tipe end window, sedangkan untuk mengukur radiasi gamma dibuat
detektor Geiger-Mueller tipe side window. Bentuk fisik dari detektor Geiger-
Mueller terdiri dari selongsong tabung silinder yang berfungsi sebagai katoda dan
kawat yang terletak di sumbu silinder berfungsi sebagai anoda. Letak anoda dalam
tabung harus dibuat simetris agar medan listrik yang ditimbulkan dalam ruang
tabung bersifat konsentris.
2. Jenis bahan

8
Bahan untuk pembuatan anoda dipilih dari suatu bahan yang mempunyai sifat
tahan terhadap campuran gas isian dalam tabung detektor. Bahan untuk membuat
katoda menggunakan bahan yang mempunyai tenaga ikat elektron tinggi, tahan
terhadap vakum yang tinggi serta bahannya juga harus tahan terhadap gas isian.
Bahan katoda juga harus mempunyai daya hantar listrik yang baik, mudah melekat
pada gelas, murah dan mudah diperoleh[3]. Variasi bahan komponen detektor
Geiger-Mueller yang dapat dibuat adalah sebagai berikut: (1) Bahan katoda:
tembaga, perak, perunggu, nikel dan lain-lain. (2) Bahan Anoda: wolfram, kawat
baja, nikel, tungsten dan lain-lain. (3) bahan jendela untuk detektor Geiger-
Mueller tipe end window berupa millar, aluminium foil, plastik, mika, titanium foil
dan lain-lain.
3. Tekanan vakum
Kevakuman pada tabung detektor yang tinggi dan stabil dapat menyebabkan
karakteristik detektor yang stabil. Kevakuman akan menentukan banyak sedikitnya
molekul- molekul gas yang ada dalam tabung detektor sebelum diisi dengan gas
yang akan digunakan. Tekanan vakum yang rendah akan menyebabkan sisa
molekul gas yang berada dalam sistem vakum masih banyak sehingga konsentrasi
gas isian akan terpengaruh yang membuat karakteristik detektor menjadi tidak
optimal.
4. Gas isian
Gas isian ini bergantung pada jenis detektor yang akan dibuat, karena detektor
Geiger- Mueller bila ditinjau dari jenis gas isian ada dua yaitu non self quenching
yang diisi dengan satu jenis gas mulia dan self quenching yang diisi dengan gas
mulia ditambah dengan gas quenching. Gas pengisi detektor tersebut diantaranya
adalah gas mulia atau gas monoatomik seperti argon, kripton, helium, neon dan
xenon. Jenis gas quenching berupa gas poliatomik seperti alkohol, metana, ethyl
atau gas halogen seperti bromine, iodine, chlorine

Karakteristik detektor Geiger-Mueller


1. Plateau dan slope
Plateau detektor Geiger-Mueller adalah daerah tegangan kerja detektor Geiger-
Mueller. Panjang plateau detektor yang baik adalah lebih dari 100 volt. Detektor

9
yang dioperasikan di bawah tegangan kerja menyebabkan pulsa-pulsa yang
tercacah masih sedikit, karena elektron dan ion yang terjadi akibat ionisasi masih
banyak yang mengalami penggabungan kembali atau rekombinasi. Detektor yang
dioperasikan di atas tegangan kerja akan menyebabkan terjadinya pelucutan ion
yang sangat banyak dan sudah tidak sebanding lagi dengan intensitas radiasi yang
datang.

Gambar 4. Grafik jumlah cacah per menit terhadap tegangan

Kurva yang menyatakan hubungan antara jumlah cacah per satuan waktu terhadap
tegangan kedua elektroda ditampilkan pada Gambar 4: Kemiringan garis kurva
plateau disebut slope. Detektor Geiger-Mueller dikatakan baik apabila
mempunyai daerah plateau yang panjang dan slope yang kecil. Panjang plateau
dinyatakan dalam persamaan berikut:

2. Resolving time
Resolving time adalah waktu minimum yang diperlukan agar radiasi berikutnya
dapat dicacah setelah terjadinya pencacahan radiasi yang datang sebelumnya.
Resolving time dapat ditentukan dengan cara mencacah dua sumber radioaktif
yang sama. Mula-mula, dicacah secara terpisah dan memberikan hasil pencacahan
N1 dan N2, kemudian dicacah bersama-sama yang akan memberikan hasil
pencacahan N1-2, selanjutnya dilakukan pencacahan tanpa sumber radasi atau
cacah latar. Resolving time dapat dihitung dengan persamaan berikut:

10
3. Dead time
Pelepasan muatan dalam tabung detektor menyebabkan terbentuknya muatan
ruang ion positif di sekitar kawat anoda. Adanya muatan ruang menyebabkan kuat
medan listrik pada daerah anoda menurun. Radiasi yang datang dalam keadaan ini
tidak akan tercacah oleh detektor, dengan kata lain detektor tidak mampu
menghasilkan pulsa keluaran. Waktu dimana detektor tidak mampu mencacah
radiasi yang masuk dinamakan waktu mati (dead time). Dead time dikatakan
berakhir ketika ion positif bergerak menjauhi anoda.

Gambar 5. Bentuk pulsa keluaran detektor Geiger Muller

Pada akhir dead time, multiplikasi ion (avalanche) sudah terjadi, tetapi pulsa
keluaran masih kecil karena medan listrik belum cukup kuat. Pulsa keluaran yang
dihasilkan dari zarah radiasi sudah dapat dicacah oleh detektor ketika ion positif
mencapai katoda. Pada keadaan ini detektor dikatakan telah pulih kembali atau
disebut juga dengan waktu pulih (recovery time). Jumlah waktu mati dan waktu
pulih disebut dengan resolving time yang ditunjukkan seperti pada Gambar 5.

2.3.2. Geiger muller counter


Geiger Müller counter, juga disebut counter Geiger , merupakan instrumen
yang digunakan untuk mengukur radiasi pengion .
Mendeteksi radiasi seperti partikel alpha , partikel beta dan sinar gamma
menggunakan ionisasi yang dihasilkan dalam tabung Geiger - Müller , yang
memberikan nama menjadi instrumen . Dalam penggunaan yang luas dan menonjol

11
sebagai instrumen survei radiasi genggam , mungkin salah satu instrumen radiasi
paling terkenal di dunia .
Prinsip deteksi awal ditemukan pada tahun 1908, tetapi tidak sampai
pengembangan tabung Geiger-Müller pada tahun 1928 yang counter Geiger-Müller
menjadi instrumen yang populer untuk digunakan dalam seperti dosimetri radiasi,
proteksi radiologi, fisika eksperimental dan nuklir industri. Hal ini terutama
disebabkan oleh elemen penginderaan yang kuat dan biaya yang relatif rendah,
namun ada keterbatasan dalam mengukur tingkat radiasi yang tinggi dan dalam
mengukur energi radiasi

2.3.3. Prinsip Operasi Geiger muller

Sebuah Geiger counter terdiri dari sebuah tabung Geiger-Müller, yang


mendeteksi radiasi, dan elektronik pengolahan, yang menampilkan hasilnya.. The
Geiger-Müller tabung diisi dengan gas inert seperti helium, neon, argon atau pada
tekanan rendah, yang tegangan tinggi diterapkan. Tabung sebentar melakukan
muatan listrik ketika partikel atau foton radiasi bertabrakan membuat gas konduktif
oleh ionisasi. Ionisasi yang jauh diperkuat dalam
tabung oleh efek avalanche Townsend untuk
menghasilkan deteksi pulsa yang mudah diukur,
yang diumpankan ke pengolahan dan tampilan
elektronik.
Pulsa besar ini dari tabung membuat counter
GM relatif murah untuk memproduksi, seperti
elektronik berikutnya sangat sederhana. elektronik
juga menghasilkan tegangan tinggi, biasanya 400-
600 volt, yang harus diterapkan pada Geiger-Müller tabung untuk mengaktifkan
operasi. Artikel pada tabung Geiger-Muller memiliki penjelasan yang lebih rinci
tentang mekanisme ionisasi mendasar.

12
Detektor Geiger Muller meupakan salah satu detektor yang berisi gas. Selain
Geiger muller masih ada detektor lain yang merupakan detektor isian gas yaitu
detektor ionisasi dan detektor proporsional. Ketiga macam detektor tersebut secara
garis besar prinsip kerjanya sama, yaitu sama-sama menggunakan medium gas.
Perbedaannya hanya terletak pada tegangan yang diberikan pada masing-masing
detektor tersebut.
Apabila ke dalam labung masuk zarah radiasi maka radiasi akan mengionisasi
gas isian. Banyaknya pasangan eleklron-ion yang lerjadi pada deleklor Geiger-
Muller tidak sebanding dengan tenaga zarah radiasi yang datang. Hasil ionisasi ini
disebul elektron primer. Karena antara anode dan katode diberikan beda tegangan
maka akan timbul medan listrik di antara kedua eleklrode tersebut. Ion positif akan
bergerak ke arah dinding tabung (katoda) dengan kecepatan yang relative lebih
lambat bila dibandingkan dengan elektron-elektron yang bergerak ke arah anoda
(+) dengan cepat. Kecepatan geraknya tergantung pada besarnya tegangan V.
Sedangkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk membentuk elektron dan ion
tergantung pada macam gas yang digunakan. Dengan tenaga yang relatif tinggi
maka elektron akan mampu mengionisasi atom-atom sekitarnya. sehingga
menimbulkan pasangan elektron-ion sekunder. Pasangan elektron-ion sekunder ini
pun masih dapat menimbulkan pasangan elektron-ion tersier dan seterusnya,
sehingga akan terjadi lucutan yang terus-menerus (avalence).
Kalau tegangan V dinaikkan lebih tinggi lagi maka peristiwa pelucutan elektron
sekunder atau avalanche makin besar dan elektron sekunder yang terbentuk makin
banyak. Akibatnya, anoda diselubungi serta dilindungi oleh muatan negative
elektron, sehingga peristiwa ionisasi akan terhenti. Karena gerak ion positif ke

13
dinding tabung (katoda) lambat, maka ion-ion ini dapat membentuk semacam
lapisan pelindung positif pada permukaan dinding tabung. Keadaan yang demikian
tersebut dinamakan efek muatan ruang atau space charge effect.
Tegangan yang menimbulkan efek muatan ruang adalah tegangan maksimum
yang membatasi berkumpulnya elektron-elektron pada anoda. Dalam keadaan
seperti ini detektor tidak peka lagi terhadap datangnya zarah radiasi. Oleh karena
itu efek muata ruang harus dihindari dengan menambah tegangan V. penambahan
tegangan V dimaksudkan supaya terjadi pelepasan muatan pada anoda sehingga
detektor dapat bekerja normal kembali. Pelepasan muatan dapat terjadi karena
elektron mendapat tambahan tenaga kinetic akibat penambahan tegangan V.
Apabila tegangan dinaikkan terus menerus, pelucutan alektron yang terjadi
semakin banyak. Pada suatu tegangan tertentu peristiwa avalanche elektron
sekunder tidak bergantung lagi oleh jenis radiasi maupun energi (tenaga) radiasi
yang datang. Maka dari itu pulsa yang dihasilkan mempunyai tinggi yang sama
sehingga detektor Geiger muller tidak bisa digunakan untuk mengitung energi dari
zarah radiasi yang datang.
Kalau tegangan V tersebut dinaikkan lebih tinggi lagi dari tegangan kerja Geiger
Muller, maka detektor tersebut akan rusak, karena sususan molekul gas atau
campuran gas tidak pada perbandingan semula atau terjadi peristiwa pelucutan
terus-menerus yang disebut continuous discharge. Hubungan antara besar tegangan
yang dipakai dan banyaknya ion yang dapat dikumpulkan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

Pembagian daerah tegangan kerja tersebut berdasarkan jumlah ion yang


terbentuk akibat kenaikan tegangan yang diberikan kepada detektor isian gas.

14
Adapun pembagian tegangan tersebut dimulai dari tegangan terendah adalah
sebagai berikut:

I. = daerah rekombinasi
II. = daerah ionisasi
III. = daerah proporsional
IV. = daerah proporsioanl terbatas
V. = daerah Geiger Muller

Kurva yang atas adalah ionisasi Alpha, sedangkan kurva bawah adalah ionisasi oleh
Beta. Kedua kurva menunjukkan bahwa pada daerah tegangan kerja tersebut, detektor
ionisasi dan detektor proporsional masih dapat membedakan jenis radiasi dan energi
radiasi yang datang. Dengan demikian, detektor ionisasi dan detektor proporsional dapat
digunaknan pada analisis spectrum energi. Sedangkan detektor Geiger Muller tidak
dapat membedakan jenis radiasi dan energi radiasi.
Tampak dari gambar tersebut bahwa daerah kerja detektor Geiger Muller terletak
pada daerah V. Pada tegangan kerja Geiger Muller elektron primer dapat dipercepat
membentuk elektron sekunder dari ionisasi gas dalam tabung Geiger Muller. Dalam hal
ini peristiwa ionisasi tidak tergantung pada jenis radiasi dan besarnya energi radiasi.
Tabung Geiger Muller memanfaatkan ionisasi sekunder sehingga zarah radiasi yang
masuk ke detektor Geiger Muller akan menghasilkan pulsa yang tinggi pulsanya sama.
Atas dasar hal ini, detektor Geiger Muller tidak dapat digunakan untuk melihat
spectrum energi, tetapi hanya dapat digunakan untuk melihat jumlah cacah radiasi saja.
Maka detektor Geiger Muller sering disebut dengan detektor Gross Beta gamma karena
tidak bisa membedakan jenis radiasi yang datang.
Besarnya sudut datang dari sumber radiasi tidak mempengaruhi banyaknya cacah
yang terukur karena prinsip dari detektor Geiger Muller adalah mencacah zarah radiasi
selama radiasi tersebut masih bisa diukur. Berbeda dengan detektor lain misalnya
detektor sintilasi dimana besarnya sudut datang dari sumber radiasi akan mempengaruhi
banyaknya pulsa yang dihasilkan

Kelebihan Detektor Geiger Muller :


 Konstruksi simple dan Sederhana

15
 Biaya murah
 Operasional mudah

Kekurangan Detektor Geiger Muller :


 Tidak dapat digunakan untuk spektroskopi karena semua tinggi pulsa sama.
 Efisiensi detektor lebih buruk jika dibandingkan dengan detektor jenis lain.
 Resolusi detektor lebih rendah.
 Waktu mati besar, terbatas untuk laju cacah yang rendah.

2.3.4. Rangkaian Inverter

Gambar 3 : Rangkaian inverter


Pada Gambar 3. Rangkaian dengan dua buah transistor merupakan
pembalik pulsa GM sebagai pembalik pulsa keluaran pulsa pulsa negatif dari
tabung GM menjadi pulsa pulsa positif, yang sesuai untuk memicu rangakaian
selanjutnya
2.3.5. Rangkaian Pembentuk Pulsa

Gambar 4 : rangkaian pembentuk pulsa

16
Rangkaian Pembentuk Pulsa berfungsi sebagai penguat dan pembentuk
pulsa kotak standar TTL dengan tinggi pulsa 4 volt dan lebar pulsa dapat diatur.
Pulsa kotak tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam rangkaian pencacah untuk
dihitung berapa jumlah pulsa keluaran yang berasal dari keluaran detektor GM.
Rangkaian ini menggunakan IC type MC 14001 BCP yang digunakan sebagai
pembentuk pulsa dan pengatur lebar pulsa yang dengan menvariasi harga
resistensi VR. VR berfungsi pula sebagai pengkalibrasi dengan simulasipulsa
dari pembangkit (generator) pulsa. Gambar 4menjelaskan rangkaian pembentuk
pulsa dengan IC type MC 14001 BCP.

2.3.6. Rangkaian Penyedia Daya Tegangan Tinggi (high voltage)

Gambar 4. Rangkaian Tegangan Tinggi

Rangkaian penyedia tegangan tinggi berfungsi untuk mencatu tegangan


detektor Geiger Muller sebesar kurang lebih 950 volt DC. Untuk mendapatkan
tegangan tinggi diperoleh dengan cara DC to DC converter dari 5 volt DC
menjadi 950 volt DC. Penguat daya disini dipergunakan 2 buah transistor power
2SC1061 yang dikerjakan pada klas B (Push Pull Power Amplifier). Sebagai
pengumudi/driver digunakan BC108 yang tersusun secara emiter folower. Sisi
primer daritransformator dihubungkan dengan sumber tegangan Vcc.

17
2.3.7. Untai Pengali Tegangan serta Penyearah

Pada untai ini tegangan dikali dua dengansuatu rangkaian “Doubler” dan
kemudiandisearahkan. Untai ini menggunakan 2 buahdioda tegangan tinggi dan
2 kapasitor.Prinsipnya adalah pengisian dan pengosonganmuatan pada kapasitor
sehingga keluarnya akandua kali dari masukannya.

Gambar 5 : Rangkaian pengali tegangan dan mikrokontroller

2.3.8. Mikrokontroler AT89C51


Perancangan sisitem pemrosesan data pada penelitian ini menggunakan
IC mikrokontroler AT89S52, untuk dapat memproseses data suatu sistem
mikrokontroller harus dilengkapi dengan komponen dasar seperti sumber clock
dan rangkaian reset, pada Gambar 5. Sumber clock diperoleh dengan memasang
penghasil detak yaitu crystal dengan frekuensi detak sebesar 11,0592 MHz dan
kapasitor sebesar 30pF yang dihubungkan dengan pin XTAL1 dan XTAL2 dari
mikrokontroller. Dengan frekuensi crystaltersebut, maka crystal tersebut
mengeluarkan 11,0592x106 pulsa per detik. Hal ini berarti dalam 1 detik ada
921600 (11,0592x106/12) machine cycle, dengan kata lain satu machinecycle
memakan waktu 0,92 mikrodetik.
Mikrokontroler jika diartikan secara harfiah, berarti pengendali
berukuran mikro. Sekilas mikrokontroler komputer sama dengan mikroprosesor.
Namun mikrokontroler memiliki banyak komponen terintegrasi didalamnya,
komputer timer/counter. Sedang pada mikroprosesor komponen tersebut tidak
terintegrasi timer/counter. Mikroprosesor umumnya kita jumpai pada komputer

18
dimana bertugas memproses data input maupun output dari berbagai sumber.
Sedang mikrokontroler lebih sesuai untuk tugas-tugas yang lebih spesifik..
Konfigurasi pin AT89C51 ditunjukan pada Gambar 1. Sebagai berikut;

Gambar 1. Konfigurasi PIN AT89C51


Rangkaian reset yang berfungsi untuk mereset program dalam
mikrokontroller diperoleh dengan prinsip menghubungkan pin reset dari
mikrokontroller (pin 9) dengan logika 1 atau 5 volt. Namun pin reset tidak
langsung dihubungkan dengan 5 volt namun ditambah kapasitor untuk
memberikan reset pada saat awal mikrokontroller dinyalakan. Dalam penelitian
ini rangkaian reset juga ditambah tombol push on agar user dapat melakukan
reset secara manual.
Perancangan perangkat lunak untuk operasi alat :

Gambar 6 : diagram alir operasi alat

19
Keterangan diagram alir di bawah :
Pertama operasi, alat hidup setelah alat hidup maka, pada operasi
selanjutnya adalah pilih waktu operasi yang ada serta atur tegangan tinggi sesuai
dengan tegangan kerja detektor yang dipakai, setelah tegangan kerja sesuai maka
lakukan pencacahan, pada saat cacah dilakukan perintah henti atau tidak, jika
Ymaka akan dilakukan pembacaan; jika tidak maka terus dilakukan operasi
pencacahan sesuai dengan waktu yang ada dalam program. Setelah itu adalah
waktu selesai baca hasil, untuk perintah selanjutnya adalah ulang, pada perintah
ini jika N, maka operasi berhenti, jika Y berarti akan dilakukan pencacahan
ulang maka cacah mulai lagi dari atur waktu untuk operasi selanjutnya.

2.3.9. Liquid Crystal Display (LCD)


LCD adalah suatu display dari bahan cairan kristal yang
pengoperasiannya menganut sistem dot matrix. LCD banyak diaplikasikan untuk
alat alat elektronika seperti kalkulator. Komunikasi data yang dipakai
menggunakan mode teks, artinya semua informasi yang dikomunikasikan
memakai kode American Standard Code for Information Interchange (ASCII).
Panel LCD CCM 162B2B Creation ini memilikai dua baris 16 karakter. Luas dot
matrix 5 x 7 tiap karakter, terdiri dari 16 terminal yaitu saluran data selebar 8 bit
(DB0 – DB7), sinyal kontrol Enable Signal (E), Register Select (RS), Read/
Write (R/W), catu (VCC) dan terminal ground (VSS).

Gambar LCD

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.ALAT
NO NAMA ALAT JUMLAH HARGA
1 ALAT PEMBUATAN DETEKTOR
GEIGER MULLER
a. ultrasonic cleaner Rp 525.000
b. hairdryer Rp 150.000
c. lem strength epoxy 1 botol Rp. 320.000
d. pompa rotari dan pompa difusi (VANE 2.2 kw XD - 100 Rp.6.500.000
VACUUM)
e. system pendingin (Hawa expas 1 buah Rp. 65.800
G. civic)
f. vacuum leak detector (krisbow - Rp 2.200.000
KW0600566)
2 PENGUJIAN DETEKTOR Geiger Muller

a. Sumber Teganagn 1 buah


b. Inverter 1 buah
c. Timer 1 buah
d. Counter tipe ORTEC 775 1 buah
e. Osiloskop 1 buah

3.2.BAHAN
No Nama bahan Jumlah harga
1 Argon 1liter Rp. 220.000
2 Stainless steel 1 buah
3 kawat tungsten Secukupnya
4 Mika D= 18 mm dan
ketebalan 0,03 mm
5 Kaca

6 kawat tembaga Secukupnya

21
7 alkohol 90%. Secukupnya
8 Bromine ½ liter
9 gelas lunak 1 buah
10 Mikrokontroler AT89C51 1 buah
11 Liquid Crystal Display (LCD) 1 buah
12 Resistor 1 M 4 buah
13 Resistor 120 K 1 buah
14 Resistor 10K 1 buah
15 Transistor BC109 1 buah
16 Diode 200v zener dan 100 v 2 buah
17 Capasitor 470p 1 buah
18 Potensio 50K 1 buah
19 Resistor 3K, 1 K 2 buah
20 IC MC 14001 BCP 1 buah
21 Trafo 1 buah
22 Transistor tipe 120 1 buah
23 Transistor RF511 1 buah
24 Baterai 9 v 1 buah
25 IC 555 1 buah
26 Kapasitor 0.01 mF 1 buah
27 Kapasitor 200 MF 1 buah
28 Kapasitor 1 MF 1 buah

3.3.PROSEDUR

Pembuatan detektor Geiger-Mueller tipe end window dimulai dari penentuan koefisien serapan
bahan yang akan digunakan melalaui percobaan sesuai dengan skema pengujian detektor pada Gambar 4.

22
Gambar 4. Skema pengujian detektor Geiger-Mueller tipe end window.

Tahap selanjutnya yaitu pembuatan detektor yang meliputi pembuatan bahan-bahan detektor,
pencucian bahan-bahan detektor, perakitan bahan-bahan detektor, proses pemvakuman detektor dan
proses pengisian gas argon dan bromine. Skema pembuatan detektor dapat dilihat dari Gambar 5.

Gambar 5. Skema pembuatan detektor Geiger-Mueller tipe end window.

Apabila detektor Geiger-Mueller tipe end window telah selesai dibuat maka tahapan selanjutnya
yaitu pengujian karakteristik detektor. Skema peralatan untuk pengujian karakteristik detektor
Geiger-Mueller sama dengan skema penentuan koefisien serapan bahan (gambar 4).

Prosedur pembuatan tabuang detector Geiger Muller

1. untuk pembuatan detector terdiri dari bahan anaoda tempat anoda jendela
(window) dan penutup samping detector. Bahan katode menggunakan stainless
stell dengan diameter luar sebesar 18,5 mm dan diameter dalam 16 mm dan
panjang sebesar 35 mm. bahan anoda menggunakan kawat tungsten dengan

23
diameter 1 mm, sedangkan untuk bahan window atau jendelanya dengan
menggunakan bahan mika yang memiliki diameter 18 mm dan ketebalan 0,03
mm, serta bahan penutup samping detector dengan menggunakan kaca yang
berdiameter sebesar 18 mm dan keebalan 3 mm sedangkan untuk tempat
terminal katoda dan anoda dengan menggunakan kawat tembaga.
2. Bahan yang digunakan untuk penyambuang detector dengan system
pemvakumaan dan pengisi gas detector dengan menggunakan gelas lunak
3. Setelah selesai pembuatan tabung lakukan pencucian bahan bahan detector
tersebut.
4. Lalu dirakitlah bahan bahan tadi seperti gambar berikut ini.

5. Setelah selesai lakukan pemvakuman Tabung dan Pengisian Gas Detektor


Tabung detektor Geiger-Mueller yang telah dirakit selanjutnya disambungkan pada
sistem instalasi pengisian gas untuk dilakukan pemvakuman guna mengeluarkan
molekul udara dari dalam tabung detektor. Pemvakuman dilakukan menggunakan
pompa rotari hingga dicapai tekanan 10-3 torr kemudian dilanjutkan dengan pompa
difusi agar diperoleh kevakuman yang lebih tinggi sekitar 2 x 10-5 torr. Tabung
detektor yang telah mencapai kevakuman tinggi, maka siap dilakukan pengisian gas.
Dalam pengisian gas pada detektor, gas pemadam (quenching) yang mempunyai
tekanan lebih rendah dimasukkan terlebih dahulu kemudian gas utama yang mempunyai
tekanan lebih tinggi dimasukkan ke dalam tabung detektor. Skema sistem instalasi
pemvakuman dan pengisian gas detektor detektor GM disajikan pada Gambar 5.

24
Gambar. Skema sistem instalasi pemvakuman dan pengisian gas detektor GM

6. Setelah semua selesai dirakit selanjutnya kita uji detector Geiger Muller tipe
end window yang telah kita buat tadi dengan tahapan seperti skema berikut ini

7. selanjutnya kita buat rangkaian inverter seperti rangkain berikut ini , yang
berfungsi untuk mengubah pulsa keluaran negative dari Geiger muller menjadi
pulsa pulsa positif.

25
8. Selanjutnya rangkailah rangkaian pembentuk pulsa dengan rangkaian sebagai
berikut, yang berfungsi untuk penguat dan pembentuk pulsa dan pengatur lebar
pulsanya.

9. Rangkailah rangkaian tegangan tinggi seperti gambar dibawah ini yang berfungsi
untuk mencatu tagangan detector Geiger muler lalu untuk mendapatkan tegangan
tinggi di peroleh dengan cara DC to DC converter dari 5 volt DC menjadi 950 volt
DC

10. Lalu rangkailah untai pengali tegangan serta penyearah seperti gambar dibawah ini
yang berfungsi untuk pengsian dn pengosongan muatan pada kapasitor sehingga
keluarannya akan dua kali dari masukkannya.

26
11. Setelah itu rangkailah rangkaian counter seperti gambar berikut ini.

12. Setelah semua selesai di rangkai maka lakukan pengujian detector Geiger muller
tipe end window dengan sebagai berikut:
a. Pertama radiasi di tembakkan ke detector Geiger muller.
b. Selanjutnya radiasi tadi diproses didalam GM yang menghasilkan keluaran
pulsa pulsa negative
c. Kemudian diteruskan ke rangkaian inverter dengan bantuan penguat tegangan
tinggi yag berfungsi untuk menguatkan tegangan untuk rangkaian inverter.
d. Hasil yang diproses di rangkaian inverter yaitu pulsa pulsa positif
e. Yang kemudian hasil pulsa pulsa positif tersebut dicatat pada counter dalam
setiap waktu pada timer hasil pulsa positif tadi akan menghasilkan grafik atau
gelombang pada osiloskop tersebut.

27
Diagram Alir

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Tabung Detektor

Pencucian bahan detektor

Perakitan bahan-bahan detektor

Proses pemvakuman
baik
Uji Kebocoran Tidak baik

Pengisian Gas Argon-Bromine

Pengujian awal detektor


Tidak baik

baik

Pengujian Karakteristik detektor

SELESAI

28
DAFTAR PUSTAKA

Sudiono and Toto Trikasjono, 2008, Rancang Bangun Penyedia Daya Tegangan Tinggi
Dc Berbasis Mikrokontroller At89c51, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – Batan,
143-148

Sanyoto, Nogroho Tri , Sudiono, and Sayyid Khusumo Lelono, 2009, Rancang Bangun
Tegangan Tinggi Dc Dan Pembalik Pulsa Pada Sistem Pencacah Nuklir Delapan
Detektor, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – Batan, 161-166

Sayono, Suprapto Dan Irianto,2009, Pembuatan Detektor Geiger Muller Tipe Jendela
Samping Dengan Isian Gas Argon, Alkohol Dan Bromine, Pusat Teknologi
Akselerator Dan Proses Bahan, 53-60

Sanyoto, Nogroho Tri, and Joko Sunardi.2008. Rancang Bangun Simulasi Sistem
Pencacah Radiasi. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – Batan, 150-156

29

Anda mungkin juga menyukai