Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi dibungkus dengan lapisan luar berbentuk batuan keras yang disebut kerak bumi.
Berdasarkan proses pembentukan batuan yang membentuk kerak dikelompokkan menjadi 3 jenis
yaitu: batuan beku (Igneous Rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan metamorf
(Metamorphic Rock). Batuan beku terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat
pembekuan dari magma. Batuan sedimen terbentuk secara alamiah di permukaan Bumi dari
fragmen-fragmen batuan yang kembali memadat dan mengeras menjadi batuan. Pembentukan
batuan sedimen dipengaruhi oleh tenaga air, angin atau es. Sebagian besar batuan sedimen
memperlihatkan ciri perlapisan. Batuan metamorf terbentuk dari batuan-batuan sebelumnya yang
mengalami perubahan mineral dan struktur akibat pengaruh tekanan dan temperatur. Pembentukan
batuan metamorf berlangsung dalam keadan padat (tanpa membentuk larutan batuan).
Komposisi batuan atau kulit bumi 99 % dari beratnya terdiri dari 8 unsur; O, Si, Al, Fe, Ca,
Na, Mg, dan H. Komposisi dominan dari kulit bumi adalah SiO2 = 59,8 % Al2O = 14,9 % CaO
= 4,9 % MgO = 3,7 % Fe = 3,39% Na2O = 3,25 % K2O = 2,98 % Fe2O3 = 2,69 % H2O = 2,02
%.
Batuan terdiri dari batuan padat baik berupa kristal maupun yang tidak mempunyai bentuk
tertentu baik bagian kosong seperti pori-pori, fissure, crack, joint, dan lain-lain. Batuan
mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas, absorpsi, dan void ratio.
b. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, dan nisbah
Poisson.
Kedua sifat tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun di lapangan (in-situ).
Penentuan di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap contoh (sample) yang diambil
dilapangan. Satu contoh dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat batuan.
Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan uji tanpa merusak (non
destructive test), kemudian dilanjutkan dengan penentukan sifat mekanik batuan yang merupakan
uji merusak (destructive test) sehingga contoh batu hancur.
1.1. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum mekanika batuan ini adalah untuk mengetahui:

1. Sifat-sifat fisik batuan seperti: Bobot isi asli (natural density), Bobot isi kering (dry
density), Bobot isi jenuh (saturated density), Berat jenis semu (apparent specific
gravity), Berat jenis sejati (true specific gravity), Kadar air asli (natural water content),
Kadar air jenuh (saturated water content) dan derajat kejenuhan (degree of saturation).
2. Sifat-sifat Mekanik batuan seperti: kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, dan
nisbah Poisson.

1.2. Waktu dan tempat


Adapun tempat berlangsungnya praktikum mekanika batuan ini yaitu bertempat di
laboratorium 2 Tambang, dimana waktu berlangsungnya pada hari Rabu pada pukul 15.00 – 17.45
WIT, pada hari Jum’at pada pukul 10.00 – 12.00 WIT.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Mekanika Batuan


Secara umum Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari sifat dan perilaku
batuan bila terhadapnya dikenakan gaya atau tekanan. Dan menurut beberapa ahli mekanika batuan
dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Menurut Talobre
Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya adalah me
mpelajari perilaku (behaviour) batuan di tempat asalnya untuk dapat mengendalikan pekerjaan-
pekerjaan yang dibuat pada batuan tersebut (seperti penggalian dibawah tanah dan lain-lainnya).
2. Menurut Coates
Mekanika adalah ilmu yang mempelajari efek dari gaya atau tekanan pada sebuah
benda.Efek ini bermacam-macam, misalnya percepatan, kecepatan, perpindahan.Mekanika batuan
adalah ilmu yang mempelajari efek dari pada gaya terhadap batuan.
3. Menurut US National Committee On Rock Mechanics (1984)
Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku
behavior batuan baik secara teoritis maupun terapan, merupakan cabang dari ilmu mekanika yang
berkenaan dengan sikap batuan terhadap medan–medan gaya pada lingkungannya.
4. Menurut Budayari
Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari mekanika perpindahan padatan untuk
menentukan distribusi gaya-gaya dalam dan deformasi akibat gaya luar pada suatu benda
padat. Hampir semua mekanika perpindahan benda padat didasarkan atas teori
kontinum.Konsep kontinum adala fiksi matematik yang tergantung pada struktur molekul
material yang digantikan oleh suatu bidang kontinum yang perilaku matematiknya identik
dengan media aslinya.
Material ekivalennya dianggap homogen, mempunyai sifat-sifat mekanik yang sama pada
semua titik. Penyederhanaannya adalah bahwa semua sifat mekaniknya sama ke semua arah
pada suatu titik di dalam suatu batuan.

5. Menurut Hudson Dan Harrison


Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari reaksi batuan yang apabila padanya
dikenai suatu gangguan. Dalam hal material alam, ilmu ini berlaku untuk masalah deformasi
suatu struktur geologi, seperti bagaimana lipatan, patahan, dan rekahan berkembang begitu
tegangan terjadi pada batuan selama proses geologi.
Beberapa tipe rekayasa yang melibatkan mekanika batuan adalah pekerjaan sipil, tambang, dan
perminyakan.

2.2 Pengujian Sifat Fisik


Dalam pengujian sifat fisik yang pertama di lakukan yaitu pembuatan perconto, persiapan
peralatan, selanjutnya prosedur percobaan dan perhitungan sifat fisik perconto. Dalam hal ini dapat
di baca dibawah ini :

2.2.1 Pembuatan Perconto


Perconto batuan untuk diuji berupa inti bor( core ) dari hasil pemboran inti dilapangan atau
didapat dibuat di labolatorium. Pembuatan percontoh dilapangan yaitu dengan melakukan
pemboran inti ( core drilling ) langsung ke dalam batuan yang akan diselidiki di lapangan, sehingga
diperoleh inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut langsung dapat digunakan untuk pengujian
dilaboratorium dengan syarat tinggi perconto dua kali diameternya.Perconto batuan
dilaboratorium dapat dilakuakan dengan membuat model fisik perconto dengan tujuan untuk
memenuhi kompetensi praktikum mahasiswa.Model fisik perconto batuan dapat dibuat dari
campuran kerikil, pasir dan semen.Perbandingan campuran ini disesuaikan dengan kebutuhan.
Semakin besar campuran semennya maka perconto akan semakin kuat.
Campuran ini kemudian diaduk dan dimasukkan kedalam pipa paralon dengan ukuran
diameter 50 – 70 mm dan tinggi dua kali diameternya, selanjutnya dibiarkan mengering dengan
jangka waktu 7 sampai 27 hari.

2.2.2 Peralatan
Peralatan yang dipakai untuk pengujian sifat fisik adalah :
1. Neraca listrik dengan ketelitian 0.0001 gram
2. Desikator, dipakai pada saat penjenuhan perconto
3. Oven dipakai untuk pengeringan perconto setelah penjenuhan.
1.2.3 Prosedur Percobaan
Prosedur pengujian sifat fisik dilakukan sebagai berikut :
1. Penimbangan berat asli conto ( Wn )
2. Penjenuhan perconto dalam deksikator dengan cara :
a. Desikator pada bibir dan tepi tutupnya diolesi Vaseline dengan rata
b. Perconto dimasukkan ke dalam desikator dengan hati – hati, kemudian ditutup
dengan rapat agar udara luar tidak dapat masuk.
c. Perconto direndam selama kurang lebih 3 hari.
3. Setelah perendaman 3 hari, perconto dalam desikator dikeluarkan dan ditimbang segera
dalam keadaan jenuh sehingga didapat berat jenuh ( Ww ).
4. Timbang lagi perconto dalam kondisi jenuh tergantung dalam air, sehingga diperoleh
berat jenuh tergantung dalam air ( Ws ).
5. Kemudian perconto dikeringkan kembali, dengan cara memasukkannya kedalam oven
selama 24 jam pada temperature 900C.
6. Setelah dilakukan pengeringan selama 24 jam, keluarkan perconto dari oven kemudian
timbang sehingga didapat berat kering ( Wo ).
7. Hitung sifat – sifat fisik dengan menggunakan persamaan – persamaan yang ada pada sub
bab 2.2.3

2.2.4 Perhitungan sifat – sifat fisik perconto


 Penimbangan berat perconto
a. Berat percontoh asli = Wn…………………………………...……(2.1)
b. Berat percontoh kering =Wo………………………………………(2.2)
c. Berat percontoh jenuh =Ww……………………………………....(2.3)
d. Berat jenuh tergantung dalam air =Ws…………………………….(2.4)
e. Volume percontoh tanpa pori-pori =Wo-Ws……………………...(2.5)
f. Volume percontoh total =Ww-Ws…………….……….…………..(2.6)
 Penentuan sifat fisik batuan
a. Bobot isi asli (natural density) (γnat)

𝑊𝑛 …………..……………………………………....(2.7)
𝑊𝑤−𝑊𝑠

b. Bobot isi kering ( dry density) (γdry)


𝑊𝑜 …...………………………………………..….(2.8)
𝑊𝑤 − 𝑊𝑠

c. Bobot isi jenuh (saturated density) (γsat)

𝑊𝑤 ............................................................................... (2.9)
𝑊𝑤 − 𝑊𝑠

d. Berat jenis murni (apparent specific grafity) (ρtr)

𝑊𝑜 …………………………………... (2.10)
𝑊𝑤 − 𝑊𝑠/𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟

e. Berat jenis semu (true specific gravity) (ρapp)


𝑊𝑜 ……..…………………….……….(2.11)
𝑊𝑜 − 𝑊𝑠/𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟

f. Kandungan air asli (natural water content) (Wnat)


𝑊𝑛−𝑊𝑜 ..................................................................................(2.12)
x100%
𝑊𝑜

g. kandungan air jenuh (absorption) (Wsat)

x100% ...............................................................................(2.13)
𝑊𝑤−𝑊𝑜
𝑊𝑜

h. Derajat kejenuhan (S)


𝑊𝑛−𝑊𝑜 ...............................................................................(2.14)
x100%
𝑊𝑤−𝑊𝑜

i. Porositas (n)
𝑊𝑤−𝑊𝑜 ................................................................................(2.15)
x100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠
j. Angka pori (е)
𝑛 ………………………………………………….(2.16)
1–𝑛

2.3 Pengujian Sifat Mekanik Batuan


Batuan mempunyai perilaku yang berbeda-beda pada saat menerima
beban. Perilaku ini dapat ditentukan dengan pengujian di laboratorium
yaitu dengan pengujian kuat tekan.

A. Uji Kuat Tekan ( Uniaxial Compressive Strenght Test )


Pengujian ini menggunakan alat mesin tekan untuk memberikan beban pada perconto
batuan.Pada saat perconto batuan menerima beban pengujian yang diterapkan secara teratur dan
meningkat, maka kondisi perconto batuan cenderung mengalami perubahan bentuk. Perubahan
bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral( ΔI ), sehingga percontoh batuan secara langsung
mengalami perubahan bentuk volumetrik. Perubahan bentuk dalam arah lateral terhadap diameter
disebut reg
angan lateral ( εI ) dan perubahan bentuk dalam arah vertikal terhadap tinggi disebut
regangan aksial ( εa ) serta perubahan bahan bentuk disebut dengan regangan volumetrik ( εv ).

Gambar 2.1 Regangan Aksial dan Lateral

εI = Δd/d …………………………(2.17)

εa = ΔI/I ………………………….(2.18)
εv = εa + 2εl ………………………….(2.19)

Dari nilai – nilai regangan – regangan tersebut oleh Bieniawski ditentukam sebagai dasar
untuk menentukan perilaku batuan yang ditanyakan dalam hubungan tegangan – tegangan berupa
kurva tegangan – tegangan (lihat Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Kurva Tegangan dan Regangan

B. Kuat tekan uniaksial

Kuat tekan uniaksial adalah perbandingan beban yang diberikan pada perconto batuan
terhadap luas permukaan perconto yang menerima beban. Hal ini dapat dituliskan dengan rumus:

σc = P/A …………………………………………………. (2.20)


dimana :
P = beban ( kN )
A = luas conto ( cm2 )
Kuat tekan ini diperhitungkan pada saat conto batuan mengalami keruntuhan ( failure )
dengan beban (P) yang bekerja pada saat terjadinya keruntuhan. Dari kurva tegangan – regangan
( gambar 2.2 ) dapat ditentukan bahwa kuat tekan uniaksial perconto batuan terdapat pada bagian
puncak ( peak ).

C. Elastik
Batuan dikatakan berperilaku elastik apabila tidak ada deformasi
permanen pada saat tegangan dihilangkan (dibuat nol). Dari kurva
tegangan-regangan hasil pengujian kuat tekan terdapat dua macam sifat
elastik, yaitu elastik linier dan elastik non linier.

D. Elasto Plastik
“Material tidak mengalami deformasi jika tegangan < o (tegangan awal), tetapi akan
mengalami deformasi permanen tanpa batas jika tegangan = o dan tidak mampu menyangga
tegangan > o“
E. Perilaku Elasto Plastik
Kombinasi dari elastik dan plastik Pada tegangan tertentu  elastik linier Kemudian pada o
 plastik  hancur.

Contoh gambar regangan pada batuan ketika mengalami tekanan.

Efek Pemberian Tegangan Samping


 Semua batuan akan menjadi sangat kuat bila menerima tekanan samping yang cukup besar,
ini terlihat dari test triaksial di Laboratorium.
 Pada batuan yang memiliki retakan yang sangat banyak, efek pemberian tekanan samping
akan menaikan kekuatan batuan secara signifikan
 Bid Longsor/patahan pada batuan yang mengalami proses kehancuran akibat beban akan
memliki bidang longsor yang terdapat disepanjang retakannya, dengan diberi tekanan
samping yang besar, maka akan diperlukan suatu tambahan kekuatan untuk melakukan
penggeseran sepanjang bidang longsor tersebut
 Dilapangan salah satu cara untuk tekanan samping dilapangan adalah dengan memasang
baut pada batuan (rock bolt) terutama pada pembuatan tunnel di batuan yang
terlapuk/memiliki diskontinuitas yang banyak
 Daerah “Rapuh menjadi lentur” ini seringkali tidak diperhitungkan dan tertabaikan oelh
perencana bangunan konstruksi, padahal kondisi sifat plastis ini mudah terjadi pada Batuan
Lunak seperti “Soft Clay Shale”. Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat terjadi ketika
batuan masih menerima beban sementara
 Harga perbandingan antara 3 dan 1 apabila ratio besar > 0.2 maka tidak terjadi retakan-
retakan (fracture) dan Delatansi menjadi terhambat,
 Pada test laboratorium dengan triaksial dilakukan prosedur dimana ratio tersebut
diturunkan dengan menurunkan tegangan deviatornya, sedangkan dilapangan adalah
dengan memodifikasi besarnya pembebanan sedemikian rupa sehingga ratio tegangan
tersebut dipertahankan tetap atau dinaikan sehingga tidak terjadi retak-retak

 Distribusi tegangan disekitar terowongan


Dibuatnya sebuah atau beberapa terowongan di bawah tanah akan
mengakibatkan perubahan distribusi tegangan (stress distribution) di bawah
tanah, terutama di dekat terowongan-terowongan tersebut.
Sebelum terowongan dibuat, pada titik-titik di dalam massa batuan bekerja
tegangan mula-mula (initial stress). Tegangan mula-mula ini sukar diketahui
secara tepat), baik besarnya maupun arahnya. Baru sekitar 20 tahun yang
lalu dengan cara pengukuran tegangan in-situ dapat diketahui lebih banyak
mengenai tegangan mula-mula ini.
Tegangan mula-mula ada 3 macam, yaitu :
a. Tegangan gravitasi (gravitational stress) yang terjadi karena berat dari
tanah atau batuan yang berada di atasnya (overburden).
b. Tegangan tektonik (tectonic stress) terjadi akibat geseran-geseran pada
kulit bumi yang terjadi pada waktu yang lampau maupun saat ini, seperti
pada saat terjadi sesar dan lain-lain.
c. Tegangan sisa (residual stress) adalah tegangan yang masih tersisa,
walaupun penyebab tegangan tersebut sudah hilang yang berupa panas
ataupun pembengkakan pada kulit bumi.
Jika tegangan tektonik dan tegangan sisa tidak ada atau dapat diabaikan
karena kecilnya pada suatu daerah yang akan dibuat terowongan maka
tegangan mula-mula hanya berupa tegangan gravitasi yang dapat dihitung
secara teoritis sebagai berat persatuan luas dari tanah/batu yang terdapat di
atasnya, atau dapat ditulis sebagai :
σO = γH
dengan :
σO = tegangan mula-mula
γ = density tanah/batu di atasnya
H = jarak dari permukaan tanah
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.2 Pengujian Sifat Fisik
Tabel 3.1 Dimensi Ukuran Conto Uji Sifat Fisik

KODE
4 4
CONTO
NO.
1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata
CONTO

3,1300 2,5200 2,8500 3,0900 3,1100 3,1400


Panjang
3,1000 2,3300 2,7900 2,7811 3,2500 3,0900 3,1900 3,1400
(Cm)
3,0700 2,4400 2,8000 3,0900 3,0800 3,2200
2,9000 2,7300 2,6300 3,2000 3,0000 3,5200
Lebar
2,7600 2,4800 2,6200 2,7144 3,2100 3,1000 3,6700 3,3000
(Cm)
3,0000 2,4700 2,8400 3,2400 3,0900 3,6700
3,1800 3,3900 3,3200 3,3500 3,0400 3,2900
Tinggi
3,1900 3,3900 3,2900 3,2622 3,2900 3,2800 3,3100 3,26
(Cm)
3,1800 3,1900 3,2300 3,2900 3,1500 3,3400

Tabel 3.2 Pengujian Sifat Fisik Batuan

Kode
4 4
Contoh
No.
No.
1 2 Rata-rata 4 5 Rata-rata
Contoh
1 Wn 66,3777 49,5109 57,9443 64,5149 62,1245 63,3197
2 Wo 64,5000 48,0000 56,2500 63,7000 61,7000 62,7000
3 Ww 66,6000 49,8000 58,2000 68,1000 64,7000 66,4000
4 Ws 42,6000 28,8000 35,7000 41,8000 41,5000 41,6500
5 Wo –Ws 21,9000 19,2000 20,5500 21,9000 20,2000 21,0500
6 Ww - Ws 24,0000 21,0000 22,5000 26,3000 23,2000 24,7500
7 ɣnat 2,7600 2,3600 2,5600 2,4500 2,6800 2,56500
8 ɣdry 2,6900 2,2800 2,4850 2,4200 2,6600 2,5400
9 ɣsat 2,7800 2,3700 2,5750 2,5900 2,7900 2,6900

10 ρtr 2,6900 2,2800 2,4850 2,4200 2,6600 2,5400

11 ρapp 2,9452 2,5000 2,7226 2,9086 3,0540 2,9813

12 Want 2,89% 3,15% 3,02% 1,28% 0,69% 0,945%


13 Wsat 3,25% 3,75% 3,5% 6,90% 4,86% 5,88%
14 S 88,94% 83,94% 86,44% 18,52% 14,15% 16,335%
15 n 8,75% 8,57% 8,66% 16,7% 12,93% 14,815%
16 e 0,0958 0,0937 0,0947 0,2004 0,1485 0,1744

3.1.2.2 Perhitungan Pengujian Sifat Fisik


Diketahiu :
- Wn :
Sampel 4.1 : 66,3777 g
Sampel 4.2 : 49,5109 g
Sampel 4.4 : 64,5149 g
sampel 4.5 : 62,1245 g
- Ww :
Sampel 4.1 : 66,6000
Sampel 4.2 : 49,8000
Sampel 4.4 : 68,1000
Sampel 4.5 : 64,7000
- Wo :
Sampel 4.1 : 64,5000
Sampel 4.2 : 48,0000
Sampel 4.4 : 63,7000
sampel 4.5 : 61,7000
- Ws :
Sampel 4.1 : 42,6000
Sampel 4.2 : 28,8000
Sampel 4.4 : 41,8000
sampel 4.5 : 41,5000
- Volume perconto tanpa pori-pori = Wo-Ws
Sampel 4.1 : 64,5000 - 42,6000 = 21,9000 g
Sampel 4.2 : 48,0000 - 28,8000 = 19,2000 g
Sampel 4.4 : 63,7000 - 41,8000 = 21,9000 g
sampel 4.5 : 61,7000 - 41,5000 = 20,2000 g
- Volume perconto total : Ww-Ws
Sampel 4.1 : 66,6000 - 42,6000 = 24,0000 g
Sampel 4.2 : 49,8000 - 28,8000 = 21,0000 g
Sampel 4.4 : 68,1000 - 41,8000 = 26,3000 g
sampel 4.5 : 64,7000 - 41,5000 = 23,2000 g
𝑊𝑛
- Bobot isi asli : 𝑊𝑤−𝑊𝑠
66,3677 g
Sampel 4.1 : 66,6000 g − 42,6000 g = 2,7600
49,5109 g
Sampel 4.2 : 49,8000 g − 28,8000 g = 2,3600
64,5149 g
Sampel 4.4 : 68,1000 g − 41,8000 g = 2,4500
62,1245 g
Sampel 4.5 : 64,7000 g − 41,5000 g = 2,6800
𝑊𝑜
- Bobot isi kering : 𝑊𝑤−𝑊𝑠
64,5000
Sampel 4.1 : = 2,6900
66,6000 g − 42,6000 g

48,0000 g
Sampel 4.2 : = 2,2800
49,8000 g −28,8000 g

63,7000 g
Sampel 4.4: 68,1000 g − 41,8000 g
= 2,4200

61,7000 g
Sampel 4.5: = 2,6600
64,7000 g− 41,5000 g
𝑊𝑤
- Bobot isi jenuh : 𝑊𝑤−𝑊𝑠
64,7000 g
Sampel 4.1 : 66,6000 g − 42,6000 g = 2,7800

69,1000 g
Sampel 4.2 : 49,8000 g − 28,8000 g = 2, 3700

49,8000 g
Sampel 4.4 : 68,1000 g − 41,8000 g = 2,5900

66,6000 g
Sampel 4.5 : 64,7000 g− 41,5000 g = 2,7900

𝑊𝑜/𝑊𝑤−𝑊𝑠 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


- Berat jenis murni : =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟
2,6900
Sampel 4.1 : = 2,6900
1gr/cm³
2,2800
Sampel 4.2 : = 2,2800
1gr/cm³
2,4200
Sampel 4.4 : = 2,4200
1gr/cm³
2,6600
Sampel 4.5 : = 2,6600
1gr/cm³

𝑊𝑜/𝑊𝑜−𝑊𝑠
- Berat jenis semu : 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟
64,5000 g/64,5000 g − 42,6000 g
Sampel 4.1 : = 2,9452
1gr/cm³
48,0000 g/48,0000 g − 28,8000 g
Sampel 4.2 : = 2,5000
1gr/cm³
63,7000 g/63,7000g − 41,8000 g
Sampel 4.4 : = 2,9086
1gr/cm³
61,7000 g/61,7000 g −41,5000 g
Sampel 4.5 : = 2,0450
1gr/cm³

𝑊𝑛−𝑊𝑜
- Kandungan air asli : 𝑊𝑜
66,3777 g − 64,5000 g
Sampel 4.1 : x 100% = 2,98%
64,5000 g
49,5109 g − 48,0000 g
Sampel 4.2 : x 100% = 3,15%
48,0000 g
64,5194 g − 63,7000 g
Sampel 4.4 : x 100% = 1,28%
63,7000 g
62,1245 g − 61,7000 g
Sampel 4.5 : x 100% = 0,69%
61,7000 g
𝑊𝑤−𝑊𝑜
- Kandungan air jenuh : x 100%
𝑊𝑜
66,6000 g − 64,5000 g
Sampel 4.1 : x 100% = 3,25%
64,5000 g
49,8000 g − 48,0000 g
Sampel 4.2 : x 100% = 3,75%
48,0000 g
68,1 000 g −63,7000 g
Sampel 4.4 : x 100% = 6,90%
63,7000 g
64,7000 g − 61,7000 g
Sampel 4.5 : x100% = 4,86%
61,7000 g

𝑊𝑛−𝑊𝑜
- Derajat kejenuhan : x 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑜
66,3777 g − 64,5000 g
Sampel 4.1 : x 100% = 88,94%
66,6000 g − 64,5000 g
49,5109 g − 48,0000 g
Sampel 4.2 : x 100% = 83,94%
49,8000 g − 48,0000 g
64,5194 g −63,7000 g
Sampel 4.4 : x 100% = 18,52%
68,1 000 g −63,7000 g
62,12445 g − 61,7000 g
Sampel 4.5 : x 100% = 14,15%
64,7000 g − 61,7000 g

𝑊𝑤−𝑊𝑜
- Porositas : 𝑊𝑤−𝑊𝑠 x 100%
66,6000 g − 64,5000 g
Sampel 4.1 : 66,6000 g − 42,6000 g x 100% = 8,75%
49,8000 g − 48,0000 g
Sampel 4.2 : x 100% = 8,57%
49,8000 g −28,8000 g
68,1 000 g −63,7000 g
Sampel 4.4 : 68,1000 g − 41,8000 g x 100% = 16,13%
64,7000 g − 61,7000 g
Sampel 4.5 : x 100% =12,93%
64,7000 g− 41,5000 g
n
- Angka pori : 1−n
0,0875
Sampel 4.1 : 1−0,0875 = 0,0958
0,0857
Sampel 4.2 : 1−0,0857 = 0,0937
0,1613
Sampel 4.4 : 1−0,1613 = 0,2004
0,1293
Sampel 4.5 : 1−0,1293 = 0,1485
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengujian Sifat Fisik
Sifat fisik batuan adalah sifat yang terdapat pada suatu batuan setelah dilakukan
pengujian tanpa melakukan perusakan . sifat-sifat fisik antara lain bobot isi, berat jenis, porositas,
absorpsi, dan void ratio. Pengujian sifat fisik batuan yang ditentukan, antara lain :
a. Bobot isi asli (natural density) ɣn
b. Bobot isi kering (dry density) ɣd
c. Bobot isi jenuh (saturated density) ɣs
d. Berat jenis murni (apperent specific gravity)
e. Berat jenis semu (true specific gravity)
f. Kandungan air asli (natural water content)
g. Kandungan air jenuh (absorption)
h. Derajat kejenuhan (S)
i. Porositas (n)
j. Angka pori (e)

Pada percobaan kali ini digunakan 6 sampel yang mana pada sampel 4.1, 4.2 dan 4.3
merupakan sampel dari batuan beku, sedangkan untuk sampel 4.4, 4.5 dan 4.6 adalah sampel dari
batuan sedimen. Tetapi dalam percobaan ini hanya digunakan 4 sampel, yaitu sampel 4.1, 4.2, 4.4
dan 4.5. hal pertama yang dilakukan yaitu penimbangan berat percontoh dimana dalam
penimbangan berat percontoh ini diambil data berat percontoh asli (Wn), berat perconto kering
(Wo), berat perconto jenuh (Ww), berat tergantung dalam air (Ws), volume perconto tanpa pori-
pori (Wo-Ws), volume perconto total (Ww-Ws). Dari hasil penimbangan berat contoh, diperoleh
berat contoh asli (Wn) untuk sampel 4.1 adalah 66,3777 g, berat contoh asli sampel 4.2 adalah
49,5109 G , berat contoh asli sampel 4.4 adalah 64,5149 g, dan berat contoh asli untuk sampel 4.5
adalah 62,1245 g. Berat percontoh kering untuk sampel 4.1 adalah 64,5 g, sampel 4.2 adalah 48,0
g sampel 4.4 adalah 63,7, dan sampel 4.5 adalah 61,7 . berat percontoh jenuh untuk sampel 4.1
adalah 66,6 g, berat percontoh jenuh untuk sampel 4.2 adalah 49,8 g, berat perconto jenuh untuk
sampel 4.4 adalah 68,1 g dan berat percontoh jenuh untuk sampel 4.5 adalah 64,7 g. Berat
tergantung dalam air untuk sampel 4.1 adalah 42,6 g, berat tergantung dlam air untuk sampel 4.2
adalah 28,8 g, berat terganggu dalam air untuk sampel 4.4 adalah 41,8 g dan berat tergantung
dalam air untuk sampel 4.5 adalah 41,5 g. Dari hasil penimbangan contoh diperolah data sifat fisik
batuan sebagai berikut:
1. Bobot isi asli Sampel 4.1 : 2.76
Sampel 4.2 : 2,36
Sampel 4.4 : 2,45
Sampel 4.5 : 2.68
2. Bobot isi kering sampel 4.1 : 2.69
Sampel 4.2 : 2,28
Sampel 4.4 : 2.42
Sampel 4.5 : 2,66
3. Bobot isi jenuh sampel 4.1 : 2.78
Sampel 4.2 : 2,37
Sampel 4.4 : 2,59
Sampel 4.5 : 2,79
4. Berat jenis Murni sampel 4.1 : 2,69
Sampel 4.2 : 2,28
Sampel 4.4 : 2,42
Sampel 4.5 : 2.66
5. Berat jenis semu sampel 4.1 : 2,9452
Sampel 4.2 : 2,5000
Sampel 4.4 : 2,9086
Sampel 4.5 : 3,0400
6. Kandungan air asli sampel 4.1 : 2,89 %
Sampel 4..2 : 3.15%
Sampel 4.4 : 1,28%
Sampel 4.5 : 0,69%
7. Kandungan air jenuh sampel 4.1 : 3,25%
Sampel 4.2 : 3,75%
Sampel 4.4 : 6,90%
Sampel 4.5 : 4,86%
8. Absorbs sampel 4.1 : 88,94%
Sampel 4.2 : 83,94%
Sampel 4.4 : 18,52%
Sampel 4.5 : 14,15%
9. Porositas sampel 4.1 : 8,75%
Sampel 4.2 : 8,57%
Sampel 4.4 : 16,13%
Sampel 4.5 : 19,23%
10. Angka pori sampel 4.1 : 0,0958
Sampel 4.2 : 0,0937
Sampel 4.4 : 0,2004
Sampel 4.5 : 0,1485
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam pengujian sifat fisik diperoleh :
1. Bobot isi asli Sampel 4.1 : 2.76
Sampel 4.2 : 2,36
Sampel 4.4 : 2,45
Sampel 4.5 : 2.68
2. Bobot isi kering sampel 4.1 : 2.69
Sampel 4.2 : 2,28
Sampel 4.4 : 2.42
Sampel 4.5 : 2,66
3. Bobot isi jenuh sampel 4.1 : 2.78
Sampel 4.2 : 2,37
Sampel 4.4 : 2,59
Sampel 4.5 : 2,79
4. Berat jenis Murni sampel 4.1 : 2,69
Sampel 4.2 : 2,28
Sampel 4.4 : 2,42
Sampel 4.5 : 2.66
5. Berat jenis semu sampel 4.1 : 2,9452
Sampel 4.2 : 2,5000
Sampel 4.4 : 2,9086
Sampel 4.5 : 3,0400
6. Kandungan air asli sampel 4.1 : 2,89 %
Sampel 4..2 : 3.15%
Sampel 4.4 : 1,28%
Sampel 4.5 : 0,69%
7. Kandungan air jenuh sampel 4.1 : 3,25%
Sampel 4.2 : 3,75%
Sampel 4.4 : 6,90%
Sampel 4.5 : 4,86%
8. Absorbs sampel 4.1 : 88,94%
Sampel 4.2 : 83,94%
Sampel 4.4 : 18,52%
Sampel 4.5 : 14,15%
9. Porositas sampel 4.1 : 8,75%
Sampel 4.2 : 8,57%
Sampel 4.4 : 16,13%
Sampel 4.5 : 19,23%
10. Angka pori sampel 4.1 : 0,0958
Sampel 4.2 : 0,0937
Sampel 4.4 : 0,2004
Sampel 4.5 : 0,1485

4.2 Saran
Diharpkan untuk kedepannya peralatan praktikum dilengkapi

Anda mungkin juga menyukai