Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Diabetes

Diabetes adalah suatu penyakit jangka panjang atau kronis yang ditandai dengan kadar gula darah
(glukosa) yang lebih tinggi dan di atas nilai normal. Penyakit ini memiliki dua jenis utama, yaitu diabetes
tipe 1 dan tipe 2.

Gejala Diabetes
Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2, antara lain:

 Sering merasa haus.


 Sering buang air kecil, terutama pada malam hari.
 Rasa lapar yang terus-menerus.
 Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
 Lemas dan merasa lelah.
 Pandangan yang kabur.
 Luka yang lama sembuh.
 Sering mengalami infeksi pada kulit, saluran kemih, gusi, atau vagina.

Pengobatan Diabetes
Pengobatan diabetes tipe 1, antara lain:

 Insulin untuk mengontrol glukosa darah penderita. Pemberian insulin ini dengan cara disuntikkan
pada lapisan di bawah kulit sekitar 3-4 kali sehari sesuai dosis yang dianjurkan dokter.
 Pola makan sehat dan olahraga teratur untuk membantu mengontrol tingkat glukosa darah.
 Merawat kaki dan memeriksakan mata secara berkala untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pengobatan diabetes tipe 2, antara lain:

1. Perubahan pola hidup sehat, antara lain:

 Menghindari makanan berkadar glukosa tinggi atau berlemak tinggi.


 Meningkatkan makanan tinggi serat.
 Melakukan olahraga secara teratur, minimal 3 jam dalam satu minggu.
 Menurunkan dan menjaga berat badan tetap ideal.
 Menghindari atau berhenti merokok.
 Menghindari atau berhenti mengonsumsi minuman beralkohol.
 Menjaga kesehatan kaki dan mencegah kaki terluka.
 Memeriksa kondisi kesehatan mata secara rutin.

2. Pemberian obat-obatan diabetes di bawah pengawasan dokter. Obat-obatan tersebut, antara lain:

 Metformin untuk mengurangi kadar glukosa darah.


 Sulfonilurea untuk meningkatkan produksi insulin dalam pankreas.
 Pioglitazone sebagai pemicu insulin.
 Gliptin (penghambat DPP-4 ) sebagai pencegah pemecahan GLP-1.
 Penghambat SGLT-2 yang berdampak pada urine.
 Agonis GLP-1 sebagai pemicu insulin tanpa risiko hipoglikemia.
 Acarbose untuk memperlambat pencernaan karbohidrat.
 Nateglinide dan repaglinide untuk melepas insulin ke aliran darah.
 Terapi insulin sebagai pendamping obat-obatan lain.
 Obat-obatan lain yang diberikan untuk mengurangi risiko komplikasi, seperti statin dan obat anti
hipertensi.

Komplikasi Diabetes

Baik diabetes tipe 1 dan 2 dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan retina mata, kerusakan saraf,
penyakit stroke dan jantung koroner, kerusakan ginjal, disfungsi seksual, keguguran, atau bayi lahir mati
dari ibu yang menderita diabetes.
Pencegahan Diabetes

Pada diabetes tipe 1, antara lain:

 Menjalani pengobatan intensif jika terdapat anggota keluarga yang menderita diabetes tipe 1.
 Menjalami tes DNA untuk mengetahui apakah seseorang memiliki gen pembawa atau penyakit
diabetes tipe 1.

Pada diabetes tipe 2, antara lain:

 Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah lemak.


 Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.
 Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
 Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik.
 Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.
 Menghindari atau berhenti merokok.
PENGOBATAN HIPERTENS

Menjalani gaya hidup sehat dan konsumsi obat antihipertensi, bisa menjadi langkah efektif untuk
mengatasi hipertensi. Nilai tekanan darah dan risiko pasien terserang komplikasi, seperti serangan
jantung dan stroke, akan menentukan pengobatan yang akan dijalani. Secara umum, terdapat 2 prinsip
dari pengobatan hipertensi, yaitu:

 Perubahan gaya hidup. Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, bisa menurunkan tekanan
darah dalam beberapa minggu. Gaya hidup sehat yang yang perlu dijalani, antara lain:
o Mengadopsi pola diet DASH (dietary approaches to stop hypertension), yaitu pola
makan dengan lebih banyak mengonsumsi buah, sayur-sayuran, susu rendah lemak,
gandum, dan kacang-kacangan, dibandingkan dengan daging merah dan makanan yang
mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi.
o Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari.
o Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga.
o Menurunkan berat badan.
o Berhenti merokok.
o Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
o Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
o Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan stres.

Cara-cara di atas bisa dilakukan dengan atau tanpa dibarengi konsumsi obat anti hipertensi. Meski
demikian, penerapan gaya hidup sehat lebih awal bisa membuat penderita terhindar dari konsumsi obat
anti hipertensi.

 Penggunaan Obat-obatan. Pada beberapa kasus, penderita hipertensi harus mengonsumsi obat
untuk seumur hidup. Namun, dokter bisa menurunkan dosis atau menghentikan pengobatan jika
tekanan darah penderita sudah terkendali dengan mengubah gaya hidup. Penting bagi pasien
untuk mengonsumsi obat dalam dosis yang sudah ditentukan dan memberitahu dokter jika ada
efek samping yang muncul. Beberapa obat yang digunakan untuk menangani hipertensi antara
lain:Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan stres.
o Diuretik. Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui
urine. Di antara jenis obat diuretik adalah hydrochlorothiazide.
o Antagonis kalsium. Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan melebarkan
pembuluh darah. Beberapa contoh obat ini adalah amlodipine dan nifedipine.
o Beta blocker. Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh dan
memperlambat detak jantung. Contoh obat golongan beta-blocker adalah atenolol dan
bisoprolol.
o ACE inhibitor. ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan cara membuat
dinding pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat golongan ini adalah captopril dan
ramipril.
o Angiotensin-2 receptor blocker (ARB). Fungsi obat ini hampir sama dengan ACE
inhibitor yaitu membuat dinding pembuluh darah menjadi rileks, sehingga kedua obat
tersebut tidak boleh diberikan secara bersamaan. Contoh obat ini adalah losartan dan
valsartan.
o Penghambat renin. Obat ini berfungsi menghambat kerja renin, yaitu enzim yang
dihasilkan ginjal dan berfungsi menaikkan tekanan darah. Contoh obat penghambat
renin adalah aliskiren.
P3K Luka Bakar
Luka bakar
Luka bakar bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya panas, listrik, bahan kimia, cahaya, atau
radiasi. Luka bakar bisa menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang hebat dan terjadi terus menerus.
Rasa nyeri ini disebabkan rusaknya ujung-ujung saraf. Parahnya, luka bakar juga bisa mengakibatkan
kematian.

Berdasarkan tingkat keparahannya, luka bakar dibagi menjadi:

1. Derajat satu
Luka bakar derajat satu terjadi pada kulit luar dan tidak ada lepuh (bula). Luka bakar golongan
ini bisa sembuh sendiri dan tidak meninggalkan bekas dalam waktu dua sampai lima hari.
2. Derajat dua
Pada luka bakar golongan dua kerusakannya lebih dalam, dasar luka berwarna marah atau
pucat, pasien akan merasakan sakit yang hebat, dan terlihat adanya lepuh. Luka bakar tipe
ini dibagi menjadi dua jenis, yakni derajat dua dalam (deep) dan derajat dua dangkal
(superfisial).
3. Derajat tiga
Kerusakan luka bakar derajat ini lebih dalam ketimbang derajat dua, kulit yang terbakar
berwarna abu-abu dan pucat, tak ada lepuh, dan tidak dapat dirasakan nyeri karena ujung-
ujung saraf mengalami kerusakan total atau kematian.

Sering kali dijumpai penanganan luka bakar yang ala kadarnya seperti mengolesi luka bakar dengan
odol, sabun, bubuk, kecap, atau bahan lainnya.

Berikut ini beberapa langkah pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk penderita luka
bakar:

1. Jauhkan sumber penyebab luka bakar dengan pasien


2. Hentikan proses terbakar
Alirkan air yang tidak terlalu dingin atau panas pada luka bakar. Aliri terus menerus air selama
20 menit atau lebih pada luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia seperti aki. Lepaskan
perhiasan dan pakaian yang mengganggu. Jangan memaksa melepaskan pakaian bila pakaian
sudah melekat pada kulit. Anda bisa menggunting pakaian di daerah yang tidak mengalami
perlekatan.
3. Lakukan penilaian pertama
Bila terjadi hal yang lebih parah dan tidak dapat ditangani sendiri maka segera hubungi ahli
medis.
4. Tutup luka bakar
Tutuplah luka dengan menggunakan bahan yang steril. Jangan berikan es, lotion, salep,
mentega, atau antiseptik pada luka bakar. Jangan berusaha memecahkan lepuh yang ada di
luka bakar.
5. Pertahankan korban dalam keadaan hangat
Berikut beberapa faktor penyebab pegal linu pada lansia.

1. Osteoarthritis

Sebanyak 10-30 persen lansia yang berusia di atas 65 tahun mengalami keluhan ini. Osteoarthritis atau
yang sering disebut pengapuran sendi ini disebabkan karena adanya perubahan yang merusak pada
susunan tulang rawan pada persendian. Jadi, timbul gesekan antartulang dan akhirnya menyebabkan
rasa pegal dan nyeri.

Selain menimbulkan rasa nyeri, aktivitas anda menjadi terbatas dan anda mudah mengalami kekakuan
pada sendi tubuh anda. Sendi-sendi yang mudah terserang umumnya pada lutut, tangan, kaki dan pada
tulang belakang anda.

2. Rheumatoid arthritis

Hampir sama dengan osteoarthritis, masalah yang kerap disebut rematik ini akan menimbulkan nyeri
dan sensasi pegal pada sendi. Namun, kali ini disebabkan akibat adanya peradangan pada cairan sendi,
sehingga merusak jaringan tulang rawan.

Biasanya, masalah ini akan diiringi berbagai gejala seperti bengkak dan sendi kaku. Sendi yang kaku
umumnya terjadi di pagi hari dan berlangsung sampai satu jam.

Sendi yang kerap kali terkena rematik yaitu persendian tangan, siku, lutut, dan pergelangan kaki.
Pengobatan yang dilakukan biasanya akan dilakukan untuk mengurangi gejala rematik. Jadi, jika Anda
mengalami pegal linu yang sangat mengganggu, segera konsultasikan ke dokter.

3. Kekurangan nutrisi tertentu

Penyebab pegal linu ini juga bisa disebabkan akibat kurangnya asupan vitamin B, vitamin D dan
kalsium. Pasalnya, ketiga nutrisi ini berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang dan mengurangi
pengeroposan tulang.

Tak hanya itu, lansia yang kekurangan vitamin B, berisiko mengalami pikun, penyakit Parkinson,
dan Alzheimer. Jadi, pastikan asupan vitamin B anda selalu tercukupi, apalagi vitamin tersebut tidak
dapat diproduksi oleh tubuh anda sendiri.

Cobalah mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin B 12, seperti hati ayam, susu dan produknya,
ikan salmon, telur, ikan sarden, daging sapi, dan ikan tuna.

Mungkinkah pegal linu pada usia lanjut ini dicegah?


Pegal linu dapat dicegah dengan cara menghindari faktor penyebab yang sebelumnya telah disebutkan.
Kondisi osteoarthritis dan rematik memang sangat dipengaruhi oleh usia, tapi ada beberapa hal lain
yang meningkatkan risiko kedua penyakit ini, yaitu:

 Obesitas
 Jarang berolahraga
 Trauma
 Tulang rapuh, tidak padat
 Kecelakaan kerja

Supaya tidak terlalu sering mengalami pegal linu, sebaiknya hindari faktor risiko tersebut. Tentu saja
dengan menerapkan pola hidup sehat dan mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan serta
padat gizi. Dengan begitu, peluang untuk terkena osteoarthritis dan rematik pun lebih kecil.

Bagaimana cara mengatasi pegal linu pada lansia?Bila pegal


linu yang dirasakan sangat mengganggu dan terlampau sakit,
Anda bisa mencoba untuk minum obat pereda nyeri seperti obat
antiinflamasi non-steroid, seperti ibuprofen. Namun, jika tidak
berefek pada rasa nyeri Anda, coba padukan dengan jenis obat
kortikosteroid.
Selain memakai obat-obatan, atasi pegal linu dengan mengompres bagian yang nyeri menggunakan air
dingin. Cobalah melakukan selama 10-20 menit sebanyak 1-2 kali sehari.

Namun, bila keluhan yang dirasakan itu akibat otot kram atau nyeri, maka coba pakai air hangat.
Penggunaan kompres air hangat ternyata mampu mengurangi kekakuan dan membuat otot lebih
rileks. Kompres ini juga baik dilakukan sebelum Anda melakukan aktivitas fisik.

Kunci dalam mengatasi pegal linu pada lansia lainnya adalah dengan melakukan olahraga rutin. Ya,
meski sudah lanjut usia, Anda tetap harus melatih otot dan sendi supaya tidak kaku. Lakukan selama 30
menit per hari dalam intensitas yang rendah, misalnya berjalan santai atau yoga.

Jangan lupa juga untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi. Selain vitamin yang baik untuk
tulang seperti vitamin B dan vitamin D, vitamin C juga penting bagi Anda yang sudah lanjut usia.

Pasalnya, vitamin C mampu merangsang tubuh untuk menghasilkan kolagen, salah satu zat pembentuk
tulang rawan. Berdasarkan riset yang dilakukan, vitamin ini juga mampu memberikan perlindungan
pada sendi Anda.
Tanya Lima O” merupakan 5 (lima) pertanyaan minimal yang harus terjawab sebelum seseorang
mengonsumsi obat merujuk pada kata “obat”, yaitu:

1. Obat ini apa nama dan kandungannya?

Seseorang hendaknya mengetahui dan mengenali jenis obat apa yang akan dikonsumsi. Diharapkan ia
dapat memahami obat tersebut termasuk obat generik atau bukan, termasuk golongan obat keras atau
obat bebas, dan apa kandungan obat tersebut. Jika obat menggunakan nama dagang, diharapkan
masyarakat memahami bahwa beberapa nama dagang yang berbeda dapat memiliki kandungan yang
sama. Sehingga masyarakat dapat memahami bahwa khasiat obat ditentukan oleh zat berkhasiat yang
dikandungnya, bukan oleh merek dagangnya. Hal ini juga dapat meluruskan mispersepsi tentang obat
generik.

2. Obat ini apa khasiat/indikasinya?

Tujuan suatu pengobatan dengan menggunakan obat tertentu dapat tercapai jika obat diberikan sesuai
indikasi (rasional). Masyarakat atau pasien diharapkan dapat memahami indikasi atau khasiat dari obat
yang dikonsumsi.

3. Obat ini berapa dosisnya?

Efek yang dihasilkan oleh suatu obat di dalam tubuh, juga tergantung pada dosis yang digunakan. Obat
yang diberikan dengan dosis berlebih dapat melampaui ambang batas keamanan, sedangkan dosis
kurang dapat menyebabkan efek terapi tidak tercapai. Masyarakat agar mengonsumsi sesuai dosis yang
dianjurkan.

4. Obat ini bagaimana cara menggunakannya?

Ada berbagai bentuk sediaan obat yang digunakan sesuai tujuannya. Masing-masing bentuk sediaan
diproduksi menggunakan bahan tambahan tertentu yang memudahkan obat yang dikandung untuk
diserap oleh tubuh. Obat dalam digunakan melalui mulut (oral), hendaknya tidak digunakan melalui
bagian lain misalnya pada kulit. Sebaliknya, obat luar yang digunakan tidak melalui mulut, harus
digunakan sesuai cara penggunaannya. Misalnya obat suppositoria digunakan melalui anus, tidak boleh
ditelan. Obat juga hendaknya digunakan pada durasi waktu yang sama dalam satu hari. Misalnya obat
harus digunakan 3 kali sehari, seharusnya digunakan setiap 8 jam (24 jam dibagi 3). Hal ini untuk
memastikan obat tersedia dalam darah dengan kadar yang merata dalam satu hari. Dengan demikian
efek pengobatan diharapkan dapat tercapai sesuai tujuan.

5. Obat ini apa efek sampingnya?

Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping tertentu yang seringkali tidak diharapkan. Ada efek
samping yang dapat ditolerir, seperti mengantuk, sehingga harus menghindari berkendara jika sedang
mengonsumsi obat tersebut, atau mengiritasi lambung, sehingga harus digunakan setelah makan saat
lambung berisi makanan. Namun ada juga efek samping yang lebih mengganggu bahkan berbahaya,
misalnya alergi dan gangguan fungsi hati atau ginjal. Masyarakat hendaknya waspada terhadap efek
samping obat, jika dirasakan ada efek samping, penggunaan obat dihentikan dan segera konsultasi dan
melapor pada fasilitas kesehatan terdekat.

Selain lima pertanyaan pada Tanya Lima O ini, masyarakat diharapkan dapat bertanya hal lain yang
diperlukan terkait dengan obat yang akan dan sedang dikonsumsi. Pada obat bebas yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter, semua informasi tersebut tercantum dengan jelas pada kemasan obat.
Sedangkan pada obat keras yang diperoleh dengan resep dokter, masyarakat dapat bertanya pada dokter
yang meresepkan atau pada apoteker pada saat menebus resep. Dalam GeMa CerMat, keterlibatan
masyarakat secara aktif sangatlah diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai