FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU REFARAT
04 April 2019
BRONKHITIS AKUT
Disusun Oleh:
Pembimbing :
dr. Nurhaedah Tangin, Sp. A
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Alkhairaat
Pembimbing Klinik
HALAMAN JUDUL I
HALAMAN PENGESAHAN II
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINSI BRONKHITIS AKUT 1
B. EPIDEMIOLOGI 2
C. MEKANISME KLIRENS SALURAN NAPAS 5
D. ETIOLOGI 5
E. PATOGENESIS 7
F. MANIFESTASI KLINIS 8
G. DIAGNOSIS 10
H. PEMERIKSAAN FISIK 12
I. DIAGNOSIS BANDING 12
J. PENATALAKSANAAN 20
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG 21
L. PROGNOSIS 22
M. KOMPLIKASI 22
BAB III KESIMPULAN 30
DAFTAR PUSTAKA 33
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bronkitis akutAdalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang
melibatkan jalan nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung
singkat(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan,
namunadakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat,
dan batuk berkepanjangan.2,4
B. Epidemiologi
Bonkitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan puncak lain
terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahun. Kemudian bronkitis kronik dapat mengenai
orang dengan semua umur namun lebih banyak pada orang diatas 45 tahun. Lebih sering
terjadi di musim dingin (di daerah non-tropis) atau musim hujan (didaerah tropis). 2
C.
Mekanisme klirens saluran napas
Pertama, mukus didorong ke proksimal saluran napas oleh gerakan silia,yang akan
membersihkan partikel-partikel inhalasi, patogen dan menghilangkan bahan-bahan kimia
yang mungkin dapat merusak paru. Musin polimerik secara terus-menerus disintesis dan
disekresikan untuk melapisi lapisan mukosa.Kecepatan normal silia 12 sampai 15x/detik,
menghasilkan kecepatan 1mm/menit untuk membersihkan lapisan mukosa. Kecepatan
mucociliary clearance meningkat dalam keadaan hidrasi tinggi. Dan kecepatan gerakan
silia.3,4,5
Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis dapat patogen pada balita (umur <5
tahun), sedangkan Mycoplasma pneumoniae pada anak usia sekolah (umur >5-18 tahun).
Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entre mulut dan hidung “droppletinfection”
yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/bakterimia dan gejala ataureaksi tubuh untuk
melakukan perlawanan.
infeksi
Aktivasi IgE
hitertermi Peningkatan
Bersihan jalan Peningkatan
laju
nafas tdk efektif akumulasi sekret
metabolisme
D. Manifestasi klinis
Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu.
Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning
kehijauan,atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini :
Gejala bronkitis akut tidaklah spesifik dan menyerupai gejala infeksi saluran pernafasan
lainnya. Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala – gejala infeksi saluran
respiratori seperti rhinitis dan faringitis. Batuk biasanya muncul 3 – 4 hari setelah rhinitis.
Batuk pada mulanya keras dan kering, kemudian seringkali berkembang menjadi batuk
lepas yang ringan dan produktif. Karena anak – anak biasanya tidak membuang lendir tapi
menelannya, maka dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan memuncak. Pada
anak yang lebih besar,keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk serta
nyeri dada padakeadaaan yang lebih berat.
Karena bronchitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat
membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih belum diketahui secara jelasa
karena kurangnya ketersediaan jaringan untuk pemeriksaan. Yangdiketahui adalah adanya
peningkatan aktivitas kelenjar mucus dan terjadinya deskuamasi sel – sel epitel bersilia.
Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding serta lumen saluran respiratori
menyebabkan sekresi tampak purulen. Akan tetapi karena migrasi leukosit ini merupakan
reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan napas, maka sputum yang purulen tidak harus
menunjukkan adanya superinfeksi bakteri. Pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas
pada stadium awal.Seiring perkembangan dan progresivitas batuk, dapat terdengar
berbagai macam ronki, suara napas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suara
kombinasi. Hasil pemeriksaan radiologis biasanya normal atau didapatkan corakan
bronkial. Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 10 -14 hari. Bila tanda – tanda
klinis menetap hingga 2 – 3 minggu, perlu dicurigai adanya infeksi kronis. Selain itu dapat
pula terjadi infeksi sekunder.2,6
E. Diagnosis
Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila; pada anamnesa pasien mempunyai
gejala batuk yang timbul tiba – tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti
pasien menderita pneumonia,common cold , asma akut,eksaserbasi akut bronkitis kronik
dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal
biasanya tidak khas. Dapat ditemukanadanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi
pengiring, atau faring hiperemis.Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk,
pada auskultasi didadapat terdengar ronki,wheezing , ekspirium diperpanjang atau tanda
obstruksilainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
5Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia
pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita
bronkitis akut, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:
F. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat, tidak sesak atau takipnea. Mungkin ada
nasofaringitis
Paru:ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah
batuk),wheezing dan krepitasi
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan
untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya akan
seperti nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan tes C-reactive protein, kultur
pernafasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu
mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus.Untuk anak yang
diopname dengan kemungkinan infeksi Chlamydia, mycoplasma,atau infeksi virus saluran
pernafasan bawah, lakukan pemeriksaan sekresi nasofaringeal untuk membantu pemilihan
antimikroba yang cocok. Serum IgM mungkin dapat membantu.Untuk anak yang diduga
mengalami imunodefisiensi, pengukuran serum immunoglobulin total, subkelas IgG, dan
produksi antibodi spesifik direkomendasikan untuk menegakkan diagnosis.
G. Diagnosi banding
Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada commoncold. Common
cold sendiri merupakan istilah konvensional dari infeksi saluran pernapasan atas yang
ringan, gejalanya terdiri dari adanya sekret dari hidung, bersin, sakit tenggorok dan batuk
serta bias juga dijumpai demam, nyeri otot danlemas. Seringkali common cold dan
bronkitis akut memiliki gejala yang sama dan sulit dibedakan. Batuk pada common cold
merupakan akibat dari infeksi saluran pernapasan atas yang disertai post nasal drip dan
pasien biasanya sering berdeham.
Batuk pada bronkitis akut disebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah yang
dapat didahului oleh infeksi pada saluran pernapasan atas dan oleh sebab itu mempersulit
penegakkan diagnosis penyakit ini. 5 Bronkitis akut juga sulit dibedakan dengan eksaserbasi
akut bronkitis kronik dan asma akut dengan gejala batuk. Dalam suatu penelitian
mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa sebagai suatu bronkitis akut
pada1/3 pasien yang datang dengan gejala batuk. Oleh karena kedua penyakit ini memiliki
gejala yang serupa, maka satu – satunya alat diagnostik adalah dengan mengevaluasi
bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu penyakit tersendiri atau merupakan awal
dari penyakit kronik seperti asma. 5 Bronkitis akut merupakan penyakit saluran pernapasan
yang dapat sembuh sendiri dan bila batuk lebih dari 3 minggu maka diagnosis diferensial
lainnya harus dipikirkan. Pasien dengan riwayat penyakit paru kronik sebelumnya
seperti bronkitis kronik, PPOK dan bronkiektasis, pasien dengan gagal jantung dan dengan
gangguan sistem imun seperti AIDS atau sedang dalam kemoterapi, merupakan kelompok
yang beresiko tinggi terkena bronkitis akut dan dalam halini kelompok tersebut merupakan
pengecualian. 5
H. Penatalaksanaan
DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein 10 mg, diminum
3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan
menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada
kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli
berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke
bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan
antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika
penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan
sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG
(glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
Antipiretik : parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya, digunakan jika penderita
demam.
Bronkodilator ,
Dikarenakan pada penelitian ini disebutkan bahwa gejala batuk lebih banyak berasal
dari bronkitis akut, maka penggunaan antitusif sebagai terapiempiris untuk batuk
pada bronkitis akut dapat digunakan.
I. Pemeriksaan penunjang
J. Prognosis
Perjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat atau
mengatasi setiap penyakit yang mendasari. 6
K. Komplikasi
KESIMPULAN
Bronkhitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya yang
disebabkan sebagian besar oleh virus dan mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan
mucus. Gejala yang paling menonjol adalah batuk dengan atau tanpa sputum, berlangsung
tidak lebih dari 2 minggu. Untuk menegakkan diagnosis dari penyakit ini harus disingkirkan
kemungkinan adanya penyakit pernapasan lainnya seperti pneumonia, common cold, asma
akut, eksaserbasi akut bronkhitis kronik dan PPOK.
1. Buku Ajar respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta . 2010.hal.330-332
2. Ed. Nelson, waldo E. dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.2 Ed 15. Jakarta:
EGC. Hal. 1483
3. Fahy JV,Dickey BF. Review Artikel Airway Mucus Function andDysfunction. New
England of Jurnal Medicine. Vol 363. No.23. Dec 2, 2014.