Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU REFARAT
04 April 2019
BRONKHITIS AKUT

Disusun Oleh:

Ida Ayu Putri Herdayanti, S.ked

(14 18 777 14 309)

Pembimbing :
dr. Nurhaedah Tangin, Sp. A

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN RADIOLOGI RSU ANUTAPURA PALU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Ida Ayu Putri Herdayanti, S.Ked

No. Stambuk : 14 18 777 14 309

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Universitas : Alkhairaat

JudulRefka : Bronkhitis Akut

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

RSU ANUTAPURA Palu

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 04 April 2019

Pembimbing Klinik

dr. Nurhaedah Tangin, Sp. A


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I
HALAMAN PENGESAHAN II
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINSI BRONKHITIS AKUT 1
B. EPIDEMIOLOGI 2
C. MEKANISME KLIRENS SALURAN NAPAS 5
D. ETIOLOGI 5
E. PATOGENESIS 7
F. MANIFESTASI KLINIS 8
G. DIAGNOSIS 10
H. PEMERIKSAAN FISIK 12
I. DIAGNOSIS BANDING 12
J. PENATALAKSANAAN 20
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG 21
L. PROGNOSIS 22
M. KOMPLIKASI 22
BAB III KESIMPULAN 30
DAFTAR PUSTAKA 33
BAB I

PENDAHULUAN

Bronkitis ( bronchitis )adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa)


bronkus (saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru).
Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronkus membengkak (menebal) sehingga
saluran pernapasan relatif menyempit. Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut
dan bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah)
berdasarkan durasi berlangsungnya penyakit, bukan berat ringannya penyakit. Bronkitis
akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu),
rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika
disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan. Kebanyakan brokitis pada anak
yaitu brokitis akut sedangkan bronkitis kronis terjadi pada usia dewasa. 1,2,4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Bronkitis akutAdalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang
melibatkan jalan nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung
singkat(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan,
namunadakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat,
dan batuk berkepanjangan.2,4

B. Epidemiologi

Bonkitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan puncak lain
terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahun. Kemudian bronkitis kronik dapat mengenai
orang dengan semua umur namun lebih banyak pada orang diatas 45 tahun. Lebih sering
terjadi di musim dingin (di daerah non-tropis) atau musim hujan (didaerah tropis). 2

Gambar. Mukus klirens pada saluran napas yang normal 3

C.
Mekanisme klirens saluran napas

Pertama, mukus didorong ke proksimal saluran napas oleh gerakan silia,yang akan
membersihkan partikel-partikel inhalasi, patogen dan menghilangkan bahan-bahan kimia
yang mungkin dapat merusak paru. Musin polimerik secara terus-menerus disintesis dan
disekresikan untuk melapisi lapisan mukosa.Kecepatan normal silia 12 sampai 15x/detik,
menghasilkan kecepatan 1mm/menit untuk membersihkan lapisan mukosa. Kecepatan
mucociliary clearance meningkat dalam keadaan hidrasi tinggi. Dan kecepatan gerakan
silia.3,4,5

Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis dapat patogen pada balita (umur <5
tahun), sedangkan Mycoplasma pneumoniae pada anak usia sekolah (umur >5-18 tahun).

Seperti disebutkan sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah virus,namun


organisme pasti penyebab bronkitis akut sampai saat ini belum dapat diketahui, oleh karena
kultur virus dan pemeriksaan serologis jarang dilakukan. Adapun beberapa virus yang telah
diidentifikasi sebagai penyebab bronkitis akut adalah virus – virus yang banyak terdapat di
saluran pernapasan bawah yakni influenza B, influenza A, parainfluenza dan respiratory
syncytial virus (RSV). Influenza sendiri merupakan virus yang timbul sekali dalam setahun
dan menyebar secara cepat dalam suatu populasi. Gejala yang paling sering akibat infeksi
virus influenza diantaranya adalah lemah, nyeri otot, batuk dan hidung tersumbat. Apabila
penyakit influenza sudah mengenai hampir seluruh populasi disuatu daerah, maka gejala
batuk serta demam dalam 48 jam pertama merupakan prediktor kuat seseorang terinfeksi
virus influenza. RSV biasanya menyerangorang – orang tua yang terutama mendiami panti
jompo, pada anak kecil yangmendiami rumah yang sempit bersama keluarganya dan pada
tempat penitipananak. Gejala batuk biasanya lebih berat pada pasien dengan bronkitis akut
akibatinfeksi RSV. 5
Virus yang biasanya mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas seperti
rhinovirus,adenovirus dapat juga mengakibatkan bronkitis akut. Gejala yang dominan
timbul akibat infeksi virus ini adalah hidung tersumbat, keluar sekret encer dari telinga
(rhinorrhea) dan faringitis 4 Bakteri juga memerankan perannya dalam pada bronkitis akut,
antara lain,Bordatella pertusis, Bordatella parapertusis, Chlamydia pneumoniae dan
Mycoplasma pneumoniae. Infeksi bakteri ini biasanya paling banyak terjadi dilingkungan
kampus dan di lingkungan militer. Namun sampai saat ini, peranan infeksi bakteri dalam
terjadinya bronkitis akut tanpa komplikasi masih belum pasti, karena biasanya ditemukan
pula infeksi virus atau terjadi infeksi campuran(Sidney S. Braman, 2006).Pada kasus
eksaserbasi akut dari bronkitis kronik, terdapat bukti klinis bahwa bakteri – bakteri seperti
Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis dan Haemophilus influenzae mempunyai
peranan dalam timbulnya gejala batuk dan produksi sputum. Namun begitu, kasus
eksaserbasi akut bronkitis kronik merupakan suatu kasus yang berbeda dengan bronkitis
akut, karena ketiga bakteritersebut dapat mendiami saluran pernapasan atas dan keberadaan
mereka dalamsputum dapat berupa suatu koloni bakteri dan ini bukan merupakan tanda
infeksi akut. 4,6
Penyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi bisa dari berbagai penyebab dan
biasanya bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. Pada keadaan normal, paru-paru
memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru
yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem
mukosiliar defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang
infeksi. Ketika infeksi timbul, akan terjadi pengeluaran mediator inflamasi yang
mengakibatkan kelenjar mukus menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan
jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan
dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan
mengeluarkan mukuskental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang
dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara
kecil dan mempersempit saluran udara besar.Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus
akan mengobstruksi jalan napasterutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya
mengalami kolapsdan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Pasien
mengalamikekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di
manaterjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai
PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. 6 Pada bronkitis akut akibat infeksi virus, pasien
dapat mengalami reduksinilai volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) yang
reversibel. Sedangkan pada infeksi akibat bakteri M. pneumoniae atau C. Pneumoniae
biasanyamempunyai nilai reduksi FEV1yang lebih rendah serta nilai reversibilitas yang
rendah pula 6

Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entre mulut dan hidung “droppletinfection”
yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/bakterimia dan gejala ataureaksi tubuh untuk
melakukan perlawanan.

Invasi kuman ke jalan nafas


ALERGEN

infeksi
Aktivasi IgE

iritasi mukosa bronkus


Peningkatan
pelepasan histamin
Penyebaran bakteri/virus
Edema mukosa  sel keseluruh tubuh.
goblet di produksi

hitertermi Peningkatan
Bersihan jalan Peningkatan
laju
nafas tdk efektif akumulasi sekret
metabolisme

Batuk produktif Penyempitan


jalan napas Demam melaise
nyeri
Penggunaan otot-otot
pernapasan

D. Manifestasi klinis

Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu.
Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning
kehijauan,atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini :

 Demam (biasanya ringan)


 Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).
 Sesak napas, rasa berat bernapas,
 Bunyi napas mengi atau ± ngik
 Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dada
 Kadang batuk darah

Gejala bronkitis akut tidaklah spesifik dan menyerupai gejala infeksi saluran pernafasan
lainnya. Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala – gejala infeksi saluran
respiratori seperti rhinitis dan faringitis. Batuk biasanya muncul 3 – 4 hari setelah rhinitis.
Batuk pada mulanya keras dan kering, kemudian seringkali berkembang menjadi batuk
lepas yang ringan dan produktif. Karena anak – anak biasanya tidak membuang lendir tapi
menelannya, maka dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan memuncak. Pada
anak yang lebih besar,keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk serta
nyeri dada padakeadaaan yang lebih berat.
Karena bronchitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat
membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih belum diketahui secara jelasa
karena kurangnya ketersediaan jaringan untuk pemeriksaan. Yangdiketahui adalah adanya
peningkatan aktivitas kelenjar mucus dan terjadinya deskuamasi sel – sel epitel bersilia.
Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding serta lumen saluran respiratori
menyebabkan sekresi tampak purulen. Akan tetapi karena migrasi leukosit ini merupakan
reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan napas, maka sputum yang purulen tidak harus
menunjukkan adanya superinfeksi bakteri. Pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas
pada stadium awal.Seiring perkembangan dan progresivitas batuk, dapat terdengar
berbagai macam ronki, suara napas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suara
kombinasi. Hasil pemeriksaan radiologis biasanya normal atau didapatkan corakan
bronkial. Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 10 -14 hari. Bila tanda – tanda
klinis menetap hingga 2 – 3 minggu, perlu dicurigai adanya infeksi kronis. Selain itu dapat
pula terjadi infeksi sekunder.2,6
E. Diagnosis

Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila; pada anamnesa pasien mempunyai
gejala batuk yang timbul tiba – tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti
pasien menderita pneumonia,common cold , asma akut,eksaserbasi akut bronkitis kronik
dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal
biasanya tidak khas. Dapat ditemukanadanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi
pengiring, atau faring hiperemis.Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk,
pada auskultasi didadapat terdengar ronki,wheezing , ekspirium diperpanjang atau tanda
obstruksilainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
5Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia

pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita
bronkitis akut, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:

 Denyut jantung > 100 kali per menit


 Frekuensi napas > 24 kali per menit
 Suhu > 38°C
 Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara
napas.
Keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapat disingkirkan dan
dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thorax 5).
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk diagnosis
bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan
untuk kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis. Pada bronkitis
akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian besar penyebabnya adalah virus.
Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan bronkial meningkat. Pada
beberapa penderita menunjukkanadanya penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji
ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya sehat. 5

F. Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat, tidak sesak atau takipnea. Mungkin ada
nasofaringitis
 Paru:ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah
batuk),wheezing dan krepitasi

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan
untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya akan
seperti nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan tes C-reactive protein, kultur
pernafasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu
mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus.Untuk anak yang
diopname dengan kemungkinan infeksi Chlamydia, mycoplasma,atau infeksi virus saluran
pernafasan bawah, lakukan pemeriksaan sekresi nasofaringeal untuk membantu pemilihan
antimikroba yang cocok. Serum IgM mungkin dapat membantu.Untuk anak yang diduga
mengalami imunodefisiensi, pengukuran serum immunoglobulin total, subkelas IgG, dan
produksi antibodi spesifik direkomendasikan untuk menegakkan diagnosis.

G. Diagnosi banding

Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada commoncold. Common
cold sendiri merupakan istilah konvensional dari infeksi saluran pernapasan atas yang
ringan, gejalanya terdiri dari adanya sekret dari hidung, bersin, sakit tenggorok dan batuk
serta bias juga dijumpai demam, nyeri otot danlemas. Seringkali common cold dan
bronkitis akut memiliki gejala yang sama dan sulit dibedakan. Batuk pada common cold
merupakan akibat dari infeksi saluran pernapasan atas yang disertai post nasal drip dan
pasien biasanya sering berdeham.

Batuk pada bronkitis akut disebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah yang
dapat didahului oleh infeksi pada saluran pernapasan atas dan oleh sebab itu mempersulit
penegakkan diagnosis penyakit ini. 5 Bronkitis akut juga sulit dibedakan dengan eksaserbasi
akut bronkitis kronik dan asma akut dengan gejala batuk. Dalam suatu penelitian
mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa sebagai suatu bronkitis akut
pada1/3 pasien yang datang dengan gejala batuk. Oleh karena kedua penyakit ini memiliki
gejala yang serupa, maka satu – satunya alat diagnostik adalah dengan mengevaluasi
bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu penyakit tersendiri atau merupakan awal
dari penyakit kronik seperti asma. 5 Bronkitis akut merupakan penyakit saluran pernapasan
yang dapat sembuh sendiri dan bila batuk lebih dari 3 minggu maka diagnosis diferensial
lainnya harus dipikirkan. Pasien dengan riwayat penyakit paru kronik sebelumnya
seperti bronkitis kronik, PPOK dan bronkiektasis, pasien dengan gagal jantung dan dengan
gangguan sistem imun seperti AIDS atau sedang dalam kemoterapi, merupakan kelompok
yang beresiko tinggi terkena bronkitis akut dan dalam halini kelompok tersebut merupakan
pengecualian. 5

H. Penatalaksanaan

Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan).


Obat-obat yang lazim digunakan, yakni:

 Antitusif (penekan batuk):

DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein 10 mg, diminum
3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan
menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada
kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli
berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke
bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan
antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika
penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.

Penggunaan codein atau dekstrometorphan untuk mengurangi frekuensi batuk dan


perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti secara
sistematis. Dikarenakan pada penelitian sebelumnya, penggunaan kedua obat
tersebut terbukti efektif untuk mengurangi gejala batuk untuk pasien
dengan bronkitis kronik, maka penggunaan pada bronkitis akut diperkirakan
memiliki nilai kegunaan. Suatu penelitian mengenai penggunaan kedua obat
tersebut untuk mengurangi gejala batuk pada common cold dan penyakit saluran
napas akibat virus, menunjukkan hasil yang beragam dan tidak direkomendasikan
untuk sering digunakan dalam praktek keseharian (Lee P, Jawad M, Eccles R,
2008) Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kedua obat ini juga efektif dalam
menurunkan frekuensi batuk per harinya. Dalam suatu penelitian, sebanyak 710
orang dewasa dengan infeksi saluran pernapasan atas dan gejala batuk, secara acak
diberikan dosis tunggal 30 mg Dekstromethorpan hydrobromide atau placebo dan
gejala batuk kemudian di analisa secara objektif menggunakan rekaman batuk
secara berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan bahwa batuk berkurang dalam periode
4 jam pengamatan (Pavesi L, Subburaj S, Porter – ShawK, 2012).

 Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan
sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG
(glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
 Antipiretik : parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya, digunakan jika penderita
demam.
 Bronkodilator ,

diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-


obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat
bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk
obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis.
Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang
mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat
dingin. Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan
menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar
diberikan obat bronkodilator jenis lain.

Dalam suatu studi penelitian dari Cochrane, penggunaan bronkodilator tidak


direkomendasikan sebagai terapi untuk bronkitis akut tanpa komplikasi.Ringkasan
statistik dari penelitian Cochrane tidak menegaskan adanya keuntungan dari
penggunaan β-agonists oral maupun dalam mengurangi gejala batuk pada pasien
dengan bronkhitis akut. Namun, pada kelompok subgrup dari penelitian ini yakni
pasien bronkhitis akutdengan gejala obstruksi saluran napas dan terdapat wheezing ,
penggunaan bronkodilator justru mempunyai nilai kegunaan.Efek samping dari
penggunaan β-agonists antara lain, tremor, gelisah dan tangan gemetar (Smucny J,
Flynn C,Becker L,et al , 2007). Penggunaan antikolinergik oral untuk meringankan
gejala batuk pada bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti dan oleh karena itu
tidak dianjurkan.

Dikarenakan pada penelitian ini disebutkan bahwa gejala batuk lebih banyak berasal
dari bronkitis akut, maka penggunaan antitusif sebagai terapiempiris untuk batuk
pada bronkitis akut dapat digunakan.

 Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh bakteri.

I. Pemeriksaan penunjang

a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia


b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

J. Prognosis

Perjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat atau
mengatasi setiap penyakit yang mendasari. 6

K. Komplikasi

a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik


b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Pleuritis
d. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
e. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
BAB III

KESIMPULAN

Bronkhitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya yang
disebabkan sebagian besar oleh virus dan mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan
mucus. Gejala yang paling menonjol adalah batuk dengan atau tanpa sputum, berlangsung
tidak lebih dari 2 minggu. Untuk menegakkan diagnosis dari penyakit ini harus disingkirkan
kemungkinan adanya penyakit pernapasan lainnya seperti pneumonia, common cold, asma
akut, eksaserbasi akut bronkhitis kronik dan PPOK.

Pada penatalaksanaan bronkhitis akut, antibiotic diperbolehka bila di curigai


penyebabnya adalah bakteri. Pemberian bronkodilator diperbolehkan bila gejala batuk
bersamaan dengan asma, pemberian agen mukolitik tidak direkomndasikan dan pemberian
antitusif dengan Dekstrometorphan terbukti dapat menekan gejala batuk.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta . 2010.hal.330-332

2. Ed. Nelson, waldo E. dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.2 Ed 15. Jakarta:
EGC. Hal. 1483

3. Fahy JV,Dickey BF. Review Artikel Airway Mucus Function andDysfunction. New
England of Jurnal Medicine. Vol 363. No.23. Dec 2, 2014.

4. Gonzales R, Sande M. Uncomplicated acute bronchitis.Ann Intern Med 2008;133:


981–991

5. Sidney S. Braman. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis :ACCP Evidence-Based


Clinical Practice Guidelines. Chest Journal. 2013;129;95S-103S.

6. Melbye H, Kongerud J, Vorland L. Reversible airflow limitation in adultswith


respiratory infection. Eur Respir J 2009 7:1239–1245

Anda mungkin juga menyukai