A. Pendahuluan
Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata
benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.
Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada,
Yuwahhidu, Tauhidan.1
Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa
Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian
tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”;
mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan Allah mengeesakan Allah”. 2
Jubaran Mas‟ud menulis bahwa tauhid bermakna “beriman kepada Allah, Tuhan
yang Esa”, juga sering disamakan dengan “tiada Tuhan Selain Allah”.3
Fuad Iframi Al-Bustani juga menulis hal yang sama. Menurutnya tauhid adalah
Keyakinan bahwa Allah itu bersifat “Esa”.4
Konsep ketuhanan sudah mulai dipercaya sejak zaman dahulu, bahkan sejak
zaman pra sejarah pun konsep ketuhanan sudah mulai ada dan dipercaya oleh
masyarakat pada zaman itu. Pada saat itu manusia mempercayai konsep
ketuhanan dengan istilah dinamisme, animisme, henoteisme, dan monoteisme
yaitu mereka percaya kepada kekuatan roh-roh dan dewa-dewa. Istilah dewa pun
sudah mulai dikenal sejak zaman Yunani kuno.
Kemudian seiring berjalannya waktu Allah SWT mulai menurunkan para
Nabi dan Rasul untuk menyebarkan agama Islam dan menghilangkan paradigma
masyarakat pada zaman itu yang mempercayai roh-roh ataupun dewa-dewa. Dan
kemudian munculah agama-agama baru dan mulai disebarkan di seluruh penjuru
dunia.
1
M.Yusran Asmuni dari Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen P
& K, Jakarta,1989. dalam bukunya “Ilmu Tauhid” (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1993), h. 1.
2
M.Yusran Asmuni dari Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1.
3
Jubaran Mas‟ud, Raid Ath-Thullab (Beirut: Dar Al‟ilmi Lilmalayyini, 1967), h. 972.
4
Fuad Iqrami Al-bustani, Munjid Ath-Thullab (Beirut: Dar Al-Masyriqi, 1986), h. 905.
1
Kini sudah ada sekitar 2.400 agama yang sudah dikenal oleh masyarakat
dunia. Di Indonesia khususnya secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni
Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu,5
B. Dalil al-Qur’an dan Hadits Tentang Tauhid
Tauhid adalah mengesakan Allah, menyembah hanya kepada Allah Aza wa
jala. Berkenaan dengan tauhid berikut ini adalah ayat dan hadits yang
menyatakan tentang keutamaan memurnikan tauhid.
1. Al-Qur’an
QS. Adz-Dzariyat ayat 56
Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus
sesuai dengan Sunatullah, yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu
adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan Rasul-rasul itu
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia di Akses 10 Mei 2019 Pukul 09.34 WIB.
6
http://senyawa-kimia.blogspot.com/2010/02/kandungan-dan-penjelasan-qs-adz_20.html di
Akses 10 Mei 2019 Pukul 09.56 WIB
2
diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah SWT dan
menyampaikan mereka kepada kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat,
akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam kemusyrikan dan jiwanya
dikotori oleh noda-noda kemaksiatan tidaklah mau menerima bimbingan
Rasul itu.7
2. Hadits
ن ر
حار ب صلىَ ال عليه وسلم يعيلىَ ي ف النلن لت نراد ي دكان د: يقايل- رضىَ ال عنه- يعان دميعاذ
يهال تيادنرىِ يحلق اللنه يعيلىَ نعيباندنه ؟ يويما يحقق الاعنيباند، » ييا دميعاذد: فيبيقايل، يبديقادل ليهد عد ي افيبرر
ن ن ن ن
» فينإلن يحلق الله يعيلىَ الاعيباد أيان ييباعبدددوهد: يقايل. اللهد يويردسوُلدهد أياعليدم: ت قدبال د. « يعيلىَ الله ؟
. « ب يمان لي يداشنردك بننه يشايئْال ن ن ن ن
يويحلق الاعيباد يعيلىَ الله أيان لي يبديعلذ ي، يولي يداشنردكوُا به يشايئْال
» لي تدببيلشاردهام فيبييتلنكلدوُا: س ؟ يقايل نن لن
أيفيلي أدبيلشدر به اللنا ي، ييا يردسوُيل ال ه: ت » فيبدقال د
Dari Mu’adz radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Aku pernah dibonceng Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam di atas sebuah keledai yang bernama ‘Ufair, lalu
Beliau bersabda, “Wahai Mu’adz, tahukah kamu hak Allah yang wajib
dipenuhi hamba-hamba-Nya? Dan apa hak hamba yang pasti dipenuhi Allah?”
Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda,
“Sesungguhnya hak Allah yang wajib dipenuhi hamba adalah mereka
beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan hak
hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah Dia tidak akan mengazab orang yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah,
bolehkah aku beritahukan kabar gembira ini kepada manusia?” Beliau
menjawab, “Tidak perlu kamu sampaikan, nanti mereka akan bersandar." (HR.
Bukhari dan Muslim)
3
makhluk halus dan ruh, yang pada hakikatnya juga semua itu berbentuk,
tersususun, dan memiliki persamaan antara satu dengan lainnya, untuk itu
Allah mustahil demikian dan mustahil mempunyai persamaan Dzat yang
lainnya.
Secara global, makna dari tauhid dzat adalah meng-Esakan dzat Allah
SWT. Meng-Esakan dari segala dzatnya yang berbeda dari dzat manusia,
mengimani bahwa dzat yang dimilikinya tidaklah tersusun, terbentuk, ataupun
sama sebagaimana dengan makhluknya.8
2. Tauhid Sifat
Kata “ ”صصصفةdalam bahasa Arab berbeda dengan “sifat” dalam bahasa
indonesia. Kata “ ”صصصفةdalam bahasa arab mencakup segala informasi yang
melekat pada suatu yang wujud. Sehingga “sifat bagi benda” dalam bahasa
arab mencakup sifat benda itu sendiri, seperti besar kecilnya, tinggi
rendahnya, warnanya, keelokannya, dan lain-lain. Juga mencakup apa yang
dilakukannya, apa saja yang dimilikinya, keadaan, gerakan, dan informasi
lainnya yang ada pada benda tersebut.
Maka definisinya adalah “Mengesakan Allah dalam ibadah dan ketaatan.
Atau mengesakan Allah dalam perbuatan seperti shalat, puasa, zakat, haji,
nadzar, menyembelih sembelihan, rasa takut, rasa harap dan cinta. Maksudnya
semua itu dilakukan yaitu bahwa kita melaksanakan perintah dan
meninggalkan larangan-Nya sebagai bukti ketaatan dan semata-mata untuk
mencari ridha Allah SWT.
3. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah suatu kepercayaan, bahwa hanya Allah adalah
satu-satunya dzat yang menciptakan segala apa yang ada di alam semesta ini.
Kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu ‘Robb’.
Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain : al-Murrabi (pemelihara), al-
8
https://kecantikanalamoment.blogspot.com/2018/10/pengertian-tauhid-dzat-sifat-rububiyah-
uluhiyah.html di Akses 10 Mei 2019 Pukul 11.45 WIB
4
Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al-Mushlih (yang memperbaiki), al-
Sayyid (tuan) dan al-Wali (wali).
Dalam pengertian ini istilah Tauhid Rububiyah belum terlepas dari akar
makna bahasanya. Sebab Allah adalah Pemelihara makhluk, para rasul dan
wali-wali-Nya, Pemilik bagi semua makhluk-Nya, Yang senantiasa
memperbaiki keadaan mereka dengan pilar-pilar kehidupan yang telah
diberikannya kepada mereka, Tuhan kepada siapa derajat tertinggi dari
kekuasaan itu berhenti, serta Wali atau Pelindung yang tak terkalahkan yang
mengendalikan urusan para wali dan rasul-Nya.9
Tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa baik dan buruk, pengaturan
kehidupan seluruhnya berasal dari Allah Swt. Meski di alam semesta ini
terdapat sebab-akibat sebagai pengaturan yang lain, akan tetapi semua ini
merupakan tentara-tentara dan pesuruh-pesuruh Allah yang berkerja sesuai
dengan kehendak dan keinginan-Nya.10
Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah ta’ala di dalam segala
perbuatan-Nya, dialah satu-satunya yang menciptakan sekaligus memiliki, dan
mengatur makhaluk-Nya. dalil yang menunjukkan bahwa Allah SWT. yang
menciptakan adalah firman-Nya:11
5
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-Fatihah [1]: 2)
4. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah merupakan konsekuensi dari tauhid
rububiyah. Hakikat tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam
beribadah. Menujukan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya, dan
meninggalkan sesembahan selain-Nya. Ibadah itu sendiri harus dibangun di
atas landasan cinta dan pengagungan kepada-Nya.13
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh menjelaskan, bahwa kata
uluhiyah berasal darialaha – ya’lahu – ilahah – uluhah yang bermakna
‘menyembah dengan disertai rasa cinta dan pengagungan’. Sehingga kata
ta’alluh diartikan penyembahan yang disertai dengan kecintaan dan
pengagungan.14
Tauhid uluhiyah merupakan intisari ajaran Islam. Tauhid uluhiyah inilah
yang menjadi intisari dakwah para Nabi dan Rasul dan muatan pokok seluruh
kitab suci yang diturunkan Allah ke muka bumi. Allah ta’ala berfirman:
يولييقعد بيبيععثينا نف دكلل أدلمة لردسوُلل أينن ٱععبدددوا ٱللهي يوٱعجتيننبدوُا ٱل ططلدغوُ ت ت
٣٦ ....ت
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu",.” (QS. An-
Nahl [16]: 36)
Allah ta’ala berfirman:
٢٥ ك نمن لردسوُرل إنلل دنوُنحيي إنليعينه أينلهدۥ يل إنطليهي إنلل أينياا يفٱععبدددونن ن
يويما أيعريسلينا نمن قيعبل ي
ع
“Dan tidaklah Kami mengutus kepada seorang rasul pun sebelum kami
-Muhammad- melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada
sesembahan -yang benar- kecuali Aku, oleh sebab itu sembahlah Aku saja.”
(QS. al-Anbiyaa’ [21]: 25)
13
Abu Mushlih Ari Wahyudi, “Tauhid Uluhiyah”, muslim.or.id, 03 Oktober 2012
14
lihat at-Tam-hid li Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 6 dan 74-76, lihat juga al-Mufradat fi Gharib
al-Qur’an [1/26] karya Imam ar-Raghib al-Ashfahani.
6
Perbedaan akar kata. Kata rububiyah diambil dari salah satu nama Allah,
yaitu Rabb, sedang kata uluhiyah diambil dari akar kata ilah. Tauhid rububiyah
terkait dengan masalah-masalah kauniyah (alam) seperti: menciptakan, memberi
rezeki, menghidupkan, mematikan dan semacamnya. Sedang tauhid uluhiyah
terkait dengan perintah dan larangan seperti: wajib, haram, makruh dan lainnya.15
Kaum musyrikin meyakini kebenaran tauhid rububiyah tetapi menolak
mengakui tauhid uluhiyah. Ini dinyatakan Allah dalam al-Qur’an:
ص يوٱلنذيين ٱلتيدذوا نمن ددونننهيۦ أيعولنيياءي يما نيععبدددده عم إنلل نليدبيقلردبوُينا إنيل ٱللبنه أييل لنلنه ٱللديدن ٱعليخالن ص ص
د عزليف ى يى إنلن ٱللهي تيدكدم بيعينيبده عم نفب يمببا دهب عم فنيبنه تيتيلندفببوُنتن إنلن ٱللبهي يل ييعه ندي يمبعن دهبيوُ طيكبنذب يكلفببار
٣
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara
mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak
menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar”. (QS. Az-Zumar [39]:
3)
Subtansi tauhid rububiyah bersifat ilmiah (pengetahuan) sedang subtansi
tauhid uluhiyah bersifat amaliah (aplikatif).
Tauhid Dzat adalah meng-Esa-kan dari segala Dzat-Nya yang berbeda dari
dzat manusia, mengimani bahwa dzat yangh dimiliki-Nya tidaklah tersusun, tidak
terbentuk, ataupun sama sebagimana makhluk-Nya. Tauhid sifat adalah meyakini
bahwa sifat-sifat Allah seperti ilmu, kuasa, hidup, dsb adalah merupakan hakikat
Dzat-Nya. Sifat-sifat itu tidak sama dengan sifat-sifat makhluk lainnya.
Tauhid Uluhiyah adalah Mengesakan Allah dalam ibadah dan ketaatan.
Atau mengesakan Allah dalam perbuatan seperti shalat, dll. Maksudnya semua
itu dilakukan yaitu bahwa kita melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan-Nya sebagai bukti ketaatan dan semata-mata untuk mencari ridha Allah
SWT”.
15
https://kecantikanalamoment.blogspot.com/2018/10/pengertian-tauhid-dzat-sifat-rububiyah-
uluhiyah.html di Akses 10 Mei 2019 Pukul 11.32 WIB
7
Tauhid Rububiyah adalah Percaya bahwa Allah-lah satu-satunya Pencipta
alam raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta
mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya.
D. Tauhidullah
Tauhid artinya mengesakan Allah dalam seluruh keyakinan, perkataan
maupun perbuatan seorang yang beriman. Secara bahasa kata “tauhid” diambil
dari kata wahhada-yuwahhidu-tawhiidan yang dalam Bahasa Arab artinya
menyatukan atau mengesakan. Maka seorang muslim yakin bahwa Allah Maha
Esa, tiada sekutu baginya dalam penciptaan, kekuasaan, perbuatan, fungsi
maupun sebagai tujuan beribadah.
Tauhid merupakan inti dari aqidah Islam. Karena keimanan kepada Allah
harus disertai dengan keyakinan terhadap keesaan-Nya. Inilah yang
membedakan iman Islam yang membangun keyakinan tauhid kepada Allah
dengan selain Islam yang tidak bertauhid.16
1. Makna Kalimat Laailaaha Illallah
Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah berkata, “Tidak ada
kebaikan bagi seseorang, yang mana orang kafir jahiliyyah lebih berilmu
daripada dirinya tentang makna Laa ilaaha illallah“ (Kasyfu Syubuhaaat).
Sungguh kaum muslimin telah menghafal dan sering membaca kalimat Laa
ilaaha illallah dengan lisan-lisan mereka. Namun demikian tidak sedikit yang
belum mengetahui maknanya secara benar, padahal kaum musyrikin
jahiliiyyah memahami makna kalimat ini.17
Makna Laa ilaaha illallah [ ] لإإلههه إإلل اyang benar adalah [ ل معبود حق إإلل اا
] ) (Laa ma’buuda bi haqqin illallah), artinya tidak ada sesembahan yang
benar dan berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja. Semua
sesembahan yang disembah oleh manusia berupa malaikat, jin, matahari,
16
Aus Hidayat Nur, “Tauhidullah (Mengesakan Allah”, manis.id, 2017
17
Adika Mionaki, “Kesalahan Memahami Makna Laa Illaaha Ilallah”, muslim.or.id, 27 Maret
2016
8
bulan, bintang, kuburan, berhala, dan sesembahan lainnya dalah sesembahan
yang batil, tidak bisa memberikan manfaat dan tidak pula bisa menolak
bahaya. Pada kalimat [ ] لإإلههه إإلل اterdapat empat kata yaitu:
a. Kata Laa ( )لاberarti menafikan, yakni meniadakan semua jenis
sesembahan.
b. Kata ilaah ( )إإلهههberarti sesuatu yang disembah.
c. Kata illa ( ) إإللberarti pengecualian.
d. Kata Allah ( )اmaksudnya bahwa Allah adalah ilaah/sesembahan yang
benar.
Dengan demikian makna [ ] لإإلههه إإلل اadalah menafikan segala sesembahan
selain Allah dan hanya menetapkan Allah saja sebagai sesembahan yang
benar.18 Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
ك بنبأيلن ٱللبهي ده بيوُ ٱعليح بقق يوأيلن يمببا ييبعددعوُين نمببن ددونننه بۦ ده بيوُ ٱعلطبينط بدل يوأيلن ٱللبهي ده بيوُ ٱعليعلنبقي ن
طيذلب ي
٦٢ ٱعليكبنيد
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah,
Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru
selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang
Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Hajj [22]: 62)
طن ن ع
يويل تيعدعد نمن ددونن ٱللنه يما يل يينيفعد ي
ك نإذا لمين ٱلظللم ي
١٠٦ ي ت فينإنل ي
ك فينإن فيبيعل ي
ضقر ت ت
ك يويل يي د
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan
tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu
berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu
termasuk orang-orang yang zalim" (QS. Yunus [10]: 106)
18
Lihat pembahasan selengkapnya dalam At-Tamhiid li Syarhi Kitabi At Tauhiid 72-78
9
b. Rukun kedua terdapat pada kalimat إإلل اا. Maksudnya menetapkan bahwa
hanya Allah saja satu-satunya yang berhak untuk disembah, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam peribadatan.
Dalilnya adalah firman Allah:
ن فيمن يعكدفعر نبٱل ططلدغوُ ن...
ت ويعؤنمنن نبٱللنه فبقند ٱعستعمس ع ن ع ع
ك نبٱلعدعريوة ٱلدوُثيقطىَ يل ٱنف ي
٢٥٦ صايم يلينا يي ي ي ي يد ي ي
“Barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus.“ (Al-Baqarah [2]: 256)
Pada penggalan ayat (ت )فههمرن يهركفارر بإاَّلطلاَّاغو إmerupakan rukun yang pertama
yaitu لإإهلصصهه, sedangkan pada kalimat (ك إبصصاَّرلاعررهوإة ارلصصاورثقههى
)هوايصصرؤإمن إبصصاَّللإ فههقصصإد ارستهرمهسصص ه
merupakan rukun yang kedua yaitu إإلل اا.
Allah Ta’ala juga berfirman :
يولييقعد بيبيععثينا نف دكلل أدلمة لردسوُلل أينن ٱععبدددوا ٱللهي يوٱعجتيننبدوُا ٱل ططلدغوُ ت ت
٣٦ ....ت
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu",.” (QS. An-
Nahl [16]: 36)19
2. Ma’rifatullah
Ma’rifatullâh, secara bahasa berarti mengenal Allah Azza wa Jalla,
termasuk istilah yang cukup populer di kalangan kaum Muslimin. Karena
semua yang beriman sepakat meyakini bahwa mengenal Allah Azza wa Jalla
dan mencintai-Nya merupakan kewajiban dan tuntutan yang paling utama
dalam Islam. Bahkan istilah ma’rifatullâh selalu diidentikkan oleh para Ulama
Ahlus Sunnah dengan kesempurnaan iman dan takwa kepada Allah Azza wa
Jalla.20
Ma’rifatullah (mengenal Allah) merupakan kebutuhan mendesak setiap
insan. Dia merupakan landasan agama yang sangat penting. Seseorang
19
Lihat At Tauhid Al Muyassar hal 14
20
Abdullah bin Taslim al-Buthoni, “Ma’rifatullâh, Gerbang Utama Menuju Kesempurnaan
Iman Kepada Allâh Azza wa Jalla (1)”, almanhaj.or.id, 8 April 2014
10
tidaklah disebut muslim yang benar hingga ia mengenal, kemudian bersaksi
bahwasanya hanya Allah Ta’ala saja yang berhak disembah.21
3. Muraqabah
Arti dari "muraqabah" adalah: meletakkan sesuatu di bawah perhatian,
penantian, pengawasan, dan hidup di bawah perasaan sedang diawasi. Bagi
para sufi, muraqabah adalah: Bertawajuh kepada Allah dengan sepenuh hati,
melalui pemutusan hubungan dengan segala yang selain Allah SWT.;
menjalani hidup dengan mengekang nafsu dari hal-hal terlarang; dan
mengatur kehidupan di bawah cahaya perintah Allah dengan penuh keimanan
bahwa pengetahuan Allah selalu meliputi segala sesuatu.22
Muraqabah adalah merasa jiwa selalu diawasi oleh Allah. Ketika seorang
hamba merasa diawasi oleh Allah, maka orang tersebut akan selalu bertakwa
dimanapun ia berada.23
Dengan penjelasannya yang gamblang, al-Qur`an mengingatkan kita
mengenai realitas ini seperti yang termaktub dalam ayat: "Kamu tidak berada
dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu
tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di
waktu kamu melakukannya." (QS. Yunus [10]: 61).
E. Kesimpulan
Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata
benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.
Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada,
Yuwahhidu, Tauhidan.
21
Prasetyo Abu Ka’ab, “Urgensi Mengenal Allah”, muslim.or.id, 9 November 2013
22
Fethullah Gülen, “Muraqabah”, fgulen.com, 07 September 2015
23
Ummu Sa’id, “Muhasabah dan Muraqabah (1): Tingkatan Pertama, Musyarathah”,
muslimah.or.id, 04 Mei 2014.
11
Tauhid adalah mengesakan Allah, menyembah hanya kepada Allah Aza wa
jala. Berkenaan dengan tauhid berikut ini adalah ayat dan hadits yang
menyatakan tentang keutamaan memurnikan tauhid.
QS. Adz-Dzariyat ayat 56
24
http://senyawa-kimia.blogspot.com/2010/02/kandungan-dan-penjelasan-qs-adz_20.html di
Akses 10 Mei 2019 Pukul 09.56 WIB
12
Tauhid merupakan inti dari aqidah Islam. Karena keimanan kepada Allah
harus disertai dengan keyakinan terhadap keesaan-Nya. Inilah yang
membedakan iman Islam yang membangun keyakinan tauhid kepada Allah
dengan selain Islam yang tidak bertauhid.
Makna Laa ilaaha illallah [ ] لإإلههه إإلل اyang benar adalah [ ) ] ل معبود حق إإلل اا
(Laa ma’buuda bi haqqin illallah), artinya tidak ada sesembahan yang benar dan
berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja. Semua sesembahan yang
disembah oleh manusia berupa malaikat, jin, matahari, bulan, bintang, kuburan,
berhala, dan sesembahan lainnya dalah sesembahan yang batil, tidak bisa
memberikan manfaat dan tidak pula bisa menolak bahaya.
Ma’rifatullâh, secara bahasa berarti mengenal Allah Azza wa Jalla,
termasuk istilah yang cukup populer di kalangan kaum Muslimin. Karena semua
yang beriman sepakat meyakini bahwa mengenal Allah Azza wa Jalla dan
mencintai-Nya merupakan kewajiban dan tuntutan yang paling utama dalam
Islam. Bahkan istilah ma’rifatullâh selalu diidentikkan oleh para Ulama Ahlus
Sunnah dengan kesempurnaan iman dan takwa kepada Allah Azza wa Jalla.
Muraqabah adalah merasa jiwa selalu diawasi oleh Allah. Ketika seorang
hamba merasa diawasi oleh Allah, maka orang tersebut akan selalu bertakwa
dimanapun ia berada
DAFTAR PUSTAKA
M.Yusran Asmuni dari Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Departemen P & K, Jakarta,1989. dalam bukunya “Ilmu Tauhid” (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada,1993), h. 1.
Jubaran Mas‟ud, Raid Ath-Thullab (Beirut: Dar Al‟ilmi Lilmalayyini, 1967), h. 972.
13
Fuad Iqrami Al-bustani, Munjid Ath-Thullab (Beirut: Dar Al-Masyriqi, 1986), h. 905.
Shahih Bin Fauzan Bin Al-Fauzan, At-Tauhid Li Ash-Shaf Al-Awwal Al-„Ali,Kitab
Tauhid (jilid 1), terj. Zaini (Solo: Pustaka Arofah, 2015), h. 36.
Abu Mushlih Ari Wahyudi, “Tauhid Uluhiyah”, muslim.or.id, 03 Oktober 2012
Lihat at-Tam-hid li Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 6 dan 74-76, lihat juga al-Mufradat fi
Gharib al-Qur’an [1/26] karya Imam ar-Raghib al-Ashfahani.
Aus Hidayat Nur, “Tauhidullah (Mengesakan Allah”, manis.id, 2017
Adika Mionaki, “Kesalahan Memahami Makna Laa Illaaha Ilallah”, muslim.or.id, 27
Maret 2016
Lihat pembahasan selengkapnya dalam At-Tamhiid li Syarhi Kitabi At Tauhiid 72-78
Lihat At Tauhid Al Muyassar hal 14
Abdullah bin Taslim al-Buthoni, “Ma’rifatullâh, Gerbang Utama Menuju
Kesempurnaan Iman Kepada Allâh Azza wa Jalla (1)”, almanhaj.or.id, 8 April
2014
Prasetyo Abu Ka’ab, “Urgensi Mengenal Allah”, muslim.or.id, 9 November 2013
Fethullah Gülen, “Muraqabah”, fgulen.com, 07 September 2015
Ummu Sa’id, “Muhasabah dan Muraqabah (1): Tingkatan Pertama, Musyarathah”,
muslimah.or.id, 04 Mei 2014.
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia di Akses 10 Mei 2019 Pukul 09.34
WIB.
http://senyawa-kimia.blogspot.com/2010/02/kandungan-dan-penjelasan-qs-
adz_20.html di Akses 10 Mei 2019 Pukul 09.56 WIB
http://anasafrida.blogspot.com/2013/01/tafsir-surat-nahl-ayat-36.html di Akses 10
Mei 2019 Pukul 10.02 WIB
https://kecantikanalamoment.blogspot.com/2018/10/pengertian-tauhid-dzat-sifat-
rububiyah-uluhiyah.html di Akses 10 Mei 2019 Pukul 11.45 WIB
http://quran.al-shia.org/id/lib/111.html di Akses 10 Mei 2019 Pukul 10.36 WIB
14