NOMOR
TENTANG
PEDOMAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI
PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
MEMUTUSKAN:
-4-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara
(ASN) secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan.
2. Tugas Belajar adalah penugasan yang diberikan oleh
Pejabat yang berwenang kepada Pegawai Negeri Sipil
untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
di lembaga pendidikan formal baik di dalam atau di luar
negeri, bukan atas biaya sendiri, dan meninggalkan tugas
sehari-hari sebagai PNS.
3. Izin Belajar adalah persetujuan yang diberikan oleh
Pejabat yang berwenang kepada PNS untuk mengikuti
pendidikan dengan biaya sendiri.
4. Surat Tugas Belajar adalah dokumen dinas penugasan
yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang kepada
Pegawai Negeri Sipil untuk mengikuti pendidikan di
lembaga pendidikan formal dengan biaya dari pemerintah
baik di dalam maupun di luar negeri.
5. Surat Izin Belajar adalah dokumen dinas persetujuan
yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang kepada
Pegawai Negeri Sipil yang mengikuti pendidikan formal
dengan biaya mandiri.
6. Pendidikan Akademik adalah pendidikan tinggi program
sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada
penguasaan ilmu pengetahuan tertentu.
-5-
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk tertib
administrasi kepegawaian dan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pemberian tugas belajar dan izin belajar di
lingkungan Kementerian Perhubungan.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi Pegawai Negeri Sipil
serta kinerja organisasi.
BAB III
TUGAS BELAJAR
Bagian Pertama
Jenis Tugas Belajar
Pasal 3
(1) Jenis pendidikan tugas belajar di lingkup perhubungan
terdiri atas pendidikan akademik, pendidikan vokasi dan
pendidikan profesi.
(2) Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas Program Sarjana (S1) dan Program Pasca
-6-
Bagian Kedua
Jangka Waktu Pelaksanaan Tugas Belajar
Pasal 4
(1) Jangka waktu pelaksanaan tugas belajar ditentukan
sebagai berikut:
a. Program Diploma I (DI) paling lama 1 (satu) tahun;
b. Program Diploma II (DII) paling lama 2 (dua) tahun;
c. Program Diploma III (DIII) paling lama 3 (tiga) tahun;
d. Program Strata I (S-1)/ Diploma IV (DIV) paling lama
4 (empat) tahun;
e. Program Strata II (S-2) atau setara paling lama 2 (dua)
tahun;
f. Program Strata III (S-3) atau setara paling lama
4 (empat) tahun;
(2) Jangka waktu pelaksanaan tugas belajar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) masing-masing dapat
diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun sesuai
kebutuhan instansi dan persetujuan sponsor dan/ atau
instansi.
(3) Bagi PNS yang belum dapat menyelesaikan tugas belajar
setelah diberikan perpanjangan waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 dapat diberikan perpanjangan
kempali paling lama 1 (satu) tahun dengan perubahan
status menjadi izin belajar.
(4) Dalam melaksanakan izin belajar sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) PNS tetap dapat meninggalkan tugasnya
sebagaimana berlaku bagi tugas belajar.
-7-
Bagian Ketiga
Penyusunan Rencana Kebutuhan Tugas Belajar
Pasal 3
(1) Pelaksanaan tugas belajar dilaksanakan berdasarkan
rencana kebutuhan tugas belajar di lingkungan
Kementerian Perhubungan.
(2) Sekretaris Jenderal c.q. Biro Kepegawaian dan Organisasi
bertanggungjawab atas penyusunan rencana kebutuhan
tugas belajar di lingkungan Kementerian Perhubungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 4
Penyusunan rencana kebutuhan tugas belajar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 didasarkan pada analisis kebutuhan
jenis-jenis program studi yang diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi serta memenuhi
ketentuan:
a. kelembagaan pendidikan tinggi penyelenggara program
studi yang dipilih mempunyai ijin penyelenggaraan dari
Menteri yang membidangi pendidikan dan/atau sesuai
ketentuan peraturan perundangan; dan
b. dalam hal program studi yang dipilih berada didalam
negeri minimal memiliki akreditasi B.
Pasal 5
(1) Pimpinan unit kerja eselon II pusat dan para Kepala Unit
Pelaksana Teknis pada awal bulan Juni menyusun
rencana kebutuhan tugas belajar dan secara hierarki
diusulkan kepada Menteri Perhubungan cq. Sekretaris
Jenderal Kementerian Perhubungan melalui pimpinan
unit kerja eselon I masing-masing.
(2) Penyusunan rencana kebutuhan tugas belajar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum
pada Contoh 1 dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-8-
Pasal 6
(1) Rencana kebutuhan tugas belajar ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana
tercantum pada Contoh 2 dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(2) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada
Sekretaris Jenderal untuk menandatangani Keputusan
Menteri Perhubungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
Bagian Keempat
Penyediaan Anggaran Tugas Belajar
Pasal 7
Anggaran tugas belajar dapat bersumber dari anggaran
Kementerian Perhubungan, cost sharing, sponsor dari dalam
dan/ atau luar negeri, dan/ atau anggaran lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 8
(1) Anggaran tugas belajar yang bersumber dari anggaran Commented [U1]: Cari referensi kemenkeu
Bagian Kelima
Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Tugas Belajar
Pasal 9
(1) Pejabat yang berwenang menetapkan tugas belajar yaitu:
a. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk
menetapkan tugas belajar bagi PNS di Iingkungan
Sekretariat Jenderal, Staf Ahli, Pusat, Sekretariat
Komite Nasional Keselamatan Transportasi, dan
Mahkamah Pelayaran;
b. Sekretaris Inspektorat Jenderal untuk menetapkan
tugas belajar bagi PNS di Iingkungan Inspektorat
Jenderal;
c. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
untuk menetapkan tugas belajar bagi PNS di
Iingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat;
d. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
untuk menetapkan tugas belajar bagi PNS di
Iingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
- 10 -
Bagian Keenam
Ketentuan dan Persyaratan Tugas Belajar
Pasal 10
(1) Ketentuan pemberian tugas belajar sebagai berikut:
a. berstatus Pegawai Negeri Sipil;
b. memiliki masa kerja paling kurang 1 (satu) tahun
terhitung sejak diangkat sebagai PNS;
c. Unsur Penilaian Prestasi Kerja PNS sekurang-
kurangya bernilai Baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir;
- 11 -
Bagian Ketujuh
Mekanisme Tugas Belajar
Dengan Sumber Anggaran Kementerian Perhubungan
Paragraf 1
Pengumuman
Pasal 11
(1) Pengumuman Tugas Belajar dilaksanakan Biro
Kepegawaian dan Organisasi paling lambat akhir bulan
Januari setiap tahunnya.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat terbuka dan disampaikan secara tertulis
kepada seluruh Pimpinan Unit Kerja eselon II Kantor
Pusat dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Kementerian Perhubungan dan dipublikasikan melalui
website Kementerian Perhubungan.
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencantumkan informasi sebagai berikut:
a. program studi tugas belajar;
- 15 -
Paragraf 2
Pengajuan Pengusulan Tugas Belajar
Pasal 12
(1) PNS calon peserta seleksi tugas belajar menentukan
pilihan program studi dan mengajukan permohonan
menjadi calon peserta seleksi tugas belajar kepada
atasan langsungnya.
(2) Untuk dapat diusulkan menjadi Calon Peserta seleksi
tugas belajar, PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) dan secara hierarki diusulkan
kepada Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi melalui
Pejabat Pengelola Kepegawaian.
Paragraf 3
Tahapan Seleksi Tugas Belajar
Pasal 13
(1) Seleksi tugas belajar meliputi:
a. Seleksi administrasi;
b. Seleksi kemampuan dasar dan wawancara;
- 16 -
Pasal 14
(1) Kelulusan seleksi administrasi tugas belajar dilakukan
melalui rapat penentuan kelulusan yang dipimpin oleh
Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi.
(2) Hasil rapat penentuan kelulusan seleksi administrasi
tugas belajar dituangkan dalam Berita Acara Kelulusan
sebagaimana tercantum pada Contoh 8 dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(3) Calon peserta tugas belajar yang lulus seleksi
administrasi ditetapkan sebagai peserta seleksi tugas
belajar dengan Keputusan Menteri Perhubungan
sebagaimana tercantum pada Contoh 9 dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(4) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada
Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk
menandatangani Keputusan Menteri Perhubungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
- 17 -
Pasal 15
Paling lambat dua minggu sebelum pelaksanaan Seleksi
kemampuan dasar dan wawancara harus telah melakukan
pemanggilan secara tertulis kepada seluruh peserta Seleksi
tes kemampuan dasar dan wawancara melalui pimpinan unit
kerja setingkat eselon II atau Kepala Unit Pelaksana Teknis
dan melalui website Kementerian Perhubungan.
Pasal 16
(1) Kelulusan seleksi kemampuan dasar dan wawancara
dilakukan melalui rapat penentuan kelulusan yang
dipimpin oleh Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi.
(2) Hasil rapat penentuan kelulusan seleksi kemampuan
dasar dan wawancara dituangkan dalam Berita Acara
Kelulusan sebagaimana tercantum pada Contoh 10
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Calon peserta tugas belajar yang lulus seleksi
kemampuan dasar dan wawancara ditetapkan sebagai
peserta seleksi tugas belajar dengan Keputusan Menteri
Perhubungan sebagaimana tercantum pada Contoh 11
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada
Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk
menandatangani Keputusan Menteri Perhubungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 17
Paling lambat dua minggu sebelum pelaksanaan seleksi
potensi akademik harus telah melakukan pemanggilan secara
tertulis kepada seluruh peserta seleksi potensi akademik
melalui pimpinan unit kerja setingkat eselon II atau Kepala
Unit Pelaksana Teknis dan melalui website Kementerian
Perhubungan.
- 18 -
Pasal 16
(1) Calon peserta tugas belajar yang dinyatakan lulus
seleksi potensi akademik diberikan pengarahan program
dan diwajibkan menandatangani surat perjanjian tugas
belajar.
(5) Calon peserta tugas belajar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan sebagai peserta tugas belajar
dengan Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana
tercantum pada Contoh 12 dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(2) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada
Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk
menandatangani Keputusan Menteri Perhubungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Paragraf 4
Pelaksanaan Tugas Belajar
Pasal 17
(1) Peserta tugas belajar melaksanakan tugas belajar
berdasarkan surat tugas belajar sebagaimana tercantum
pada Contoh 13 dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Surat tugas belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan paling lambat 2 (dua) minggu sejak
ditetapkannya Keputusan Menteri Perhubungan tentang
penetapan peserta tugas belajar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16.
Pasal 18
(1) Pelaksanaan tugas belajar dilaksanakan sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan dalam surat tugas belajar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.
- 19 -
Pasal 19
(1) Peserta tugas belajar menerima biaya bantuan
pendidikan selama jangka waktu tugas belajar.
(2) Dalam hal peserta tugas belajar dengan biaya
Kementerian Perhubungan dalam masa perpanjangan
masa tugas belajar, maka yang bersangkutan tidak
memperoleh biaya bantuan pendidikan.
(3) Dalam hal peserta tugas belajar dengan biaya sponsor
dalam masa perpanjangan masa tugas belajar, maka
yang bersangkutan dapat memperoleh atau tidak
memperoleh biaya bantuan pendidikan sesuai dengan
ketentuan dari sponsor.
- 20 -
Paragraf 5
Status, Hak dan Kewajiban Peserta Tugas Belajar
Pasal 20
Status kepegawaian peserta tugas belajar tetap berada pada
unit kerja semula.
Pasal 21
Peserta tugas belajar berhak menerima gaji, tunjangan
kinerja, gaji berkala, kenaikan pangkat/golongan ruang, serta
hak kepegawaian lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 22
Peserta tugas belajar memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. menyerahkan tugas dan tanggungjawab sehari-hari
kepada atasan langsung atau pejabat lain yang ditunjuk
sebelum melaksanakan Tugas Belajar;
b. mengikuti dan menyelesaikan program studi yang telah
ditetapkan dalam surat tugas belajar dengan baik dan
tepat waktu;
c. mentaati peraturan perundang-undangan terkait
kepegawaian dan pelaksanaan tugas belajar;
d. melaporkan kemajuan tugas belajar setiap akhir semester
kepada pejabat yang berwenang menetapkan tugas
belajar, pimpinan unit kerja dan Kepala Biro
kepegawaian dan Organisasi selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari setelah berakhirnya masa semester;
e. bagi Pegawai Tugas Belajar dalam negeri, harus
mengurus rekomendasi Penilaian Prestasi Kerja dari
perguruan tinggi, untuk disampaikan ke atasan
langsung/instansi asal pada setiap akhir bulan
Desember;
Paragraf 5
Pendidikan Lanjutan
Pasal 23
Peserta tugas belajar dapat melaksanakan pendidikan
lanjutan secara berturut-turut dengan persyaratan:
a. mendapat ijin dari pejabat yang berwenang menetapkan
tugas belajar;
b. prestasi pendidikan sangat memuaskan;
c. jenjang pendidikan bersifat linier; dan
d. dibutuhkan organisasi.
Pasal 24
(1) Permohonan tugas belajar pendidikan lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 diajukan oleh
peserta tugas belajar kepada pejabat yang berwenang
menetapkan tugas belajar paling lambat 6 (enam) bulan
sebelum masa tugas belajar berakhir.
(2) Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Tugas Belajar
paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa tugas belajar
berakhir.
- 22 -
Paragraf 6
Sanksi
Pasal 25
(1) Peserta tugas belajar yang melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan/atau huruf g
dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Peserta tugas belajar yang melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b dan
huruf h dikenakan tuntutan ganti rugi untuk
mengembalikan seluruh biaya bantuan pendidikan yang
telah dikeluarkan Kementerian Perhubungan.
Bagian Kedelapan
Mekanisme Tugas Belajar
Dengan Sumber Anggaran Cost Sharing, Sponsor Dari Dalam
dan/ atau Luar Negeri, dan/ atau Anggaran Lain Sesuai
Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
Pasal 26
Dalam hal anggaran tugas belajar berasal dari cost sharing,
sponsor dari dalam dan/ atau luar negeri, dan/ atau
anggaran lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan maka mekanisme tugas belajar yang meliputi
pengumuman, tata cara pengajuan pengusulan tugas belajar,
tahapan tugas belajar, dan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh penyandang dana cost sharing, sponsor
dari dalam dan/ atau luar negeri, dan/ atau anggaran lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 27
Dalam hal anggaran tugas belajar berasal dari cost sharing,
sponsor dari dalam dan/ atau luar negeri, dan/ atau
anggaran lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan maka mekanisme tugas belajar yang meliputi
- 23 -
Bagian Kesembilan
Kewajiban Kerja
Pasal 28
(1) PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar
memiliki kewajiban kerja paling kurang selama dua kali
masa tugas belajar.
(2) Dalam hal terdapat kebutuhan organisasi dan pelayanan
kepada masyarakat, waktu kewajiban kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikurangi atau ditambah.
(3) Penambahan dan/ atau pengurangan waktu kewajiban
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana
tercantum pada Contoh 15 dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(4) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada Kepala
Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk menandatangani
Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
(5) Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan paling lambat
6 (enam) bulan sebelum waktu kewajiban kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir.
Bagian Kesembilan
Pengangkatan Kembali Dalam Jabatan
Pasal 29
(1) PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar
diangkat kembali dalam jabatan yang standar
kompetensi jabatannya sesuai dengan program studi
- 24 -
Bagian Kesepuluh
Monitoring dan Evaluasi
Pasal 30
(1) Pimpinan unit kerja melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap tingkat kemajuan prestasi akademik PNS
tugas belajar di lingkungan unit kerjanya berdasarkan
laporan yang diterima sebagai bahan pembinaan
kepegawaian.
(2) Pejabat yang berwenang melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap tingkat kemajuan prestasi akademik
pegawai yang memperoleh tugas belajar berdasarkan
laporan yang diterima sebagai bahan perencanaan dan
pengembangan karier.
(3) Biro Kepegawaian dan Organisasi melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap tingkat kemajuan
prestasi akademik pegawai yang memperoleh tugas
belajar berdasarkan laporan yang diterima dan hasil
supervisi langsung ke lembaga pendidikan
penyelenggara tugas belajar sebagai bahan pembinaan
kepegawaian, bahan perencanaan dan pengembangan
karier.
(4) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal
dengan tembusan kepada pimpinan unit kerja eselon I
yang bersangkutan setiap 1 (satu) tahun sekali.
- 25 -
BAB IV
IZIN BELAJAR
Bagian Pertama
Penyusunan Rencana Kebutuhan Izin Belajar
Pasal 31
(1) Pelaksanaan izin belajar dilaksanakan berdasarkan
rencana kebutuhan izin belajar di lingkungan
Kementerian Perhubungan.
(2) Sekretaris Jenderal c.q. Biro Kepegawaian dan Organisasi
bertanggungjawab atas penyusunan rencana kebutuhan
izin belajar di lingkungan Kementerian Perhubungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 32
Tata cara penyusunan rencana kebutuhan izin belajar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.
Bagian Kedua
Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Izin Belajar
Pasal 33
Pejabat yang berwenang menetapkan izin belajar yaitu:
a. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk
menetapkan tugas belajar bagi PNS di Iingkungan
Sekretariat Jenderal, Staf Ahli, Pusat, Sekretariat Komite
Nasional Keselamatan Transportasi, dan Mahkamah
Pelayaran;
b. Sekretaris Inspektorat Jenderal untuk menetapkan tugas
belajar bagi PNS di Iingkungan Inspektorat Jenderal;
c. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat untuk
menetapkan tugas belajar bagi PNS di Iingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat;
- 26 -
Bagian Ketiga
Ketentuan dan Persyaratan Izin Belajar
Pasal 34
(1) Ketentuan pemberian izin belajar sebagai berikut:
a. berstatus Pegawai Negeri Sipil;
b. memiliki masa kerja paling kurang 1 (satu) tahun
terhitung sejak diangkat sebagai PNS;
c. Unsur Penilaian Prestasi Kerja PNS sekurang-
kurangya bernilai Baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir;
d. Pendidikan yang akan ditempuh dapat mendukung
pelaksanaan tugas jabatan pada unit organisasi;
e. Program studi di dalam negeri memiliki akreditasi
minimal B;
- 27 -
Bagian Ketiga
Mekanisme Izin Belajar
Paragraf 1
Pengajuan Pengusulan Izin Belajar
Pasal 35
(1) PNS yang akan mengikuti izin belajar mengajukan
permohonan kepada pimpinan unit kerja secara hierarki
melalui atasan langsung untuk mengikuti seleksi/ tes
masuk lembaga pendidikan.
(2) Surat permohonan mengikuti seleksi/ tes masuk
lembaga pendidikan sebagaimana tercantum pada
Contoh 19 dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan oleh PNS paling lambat 1 (satu)
bulan sebelum mengikuti seleksi/ tes masuk lembaga
pendidikan.
(4) Pimpinan unit kerja menetapkan izin seleksi/ tes masuk
lembaga pendidikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sebelum pelaksanaan seleksi/ tes masuk lembaga
pendidikan dengan mempertimbangkan kesesuaian
program studi yang akan ditempuh oleh PNS dengan
rencana kebutuhan izin belajar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 dan Pasal 31 dan ketentuan izin belajar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2).
Pasal 36
(1) PNS yang telah dinyatakan lulus/ diterima pada
lembaga pendidikan mengajukan permohonan izin
belajar kepada pejabat yang berwenang secara hierarki
melalui atasan langsung dengan melampirkan
- 30 -
Paragraf 2
Pelaksanaan Izin Belajar
Pasal 37
PNS izin belajar melaksanakan izin belajar berdasarkan surat
izin belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35.
Pasal 38
(1) Pelaksanaan izin belajar dilaksanakan sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan dalam surat tugas belajar.
(2) Dalam hal PNS izin belajar memperpanjang jangka waktu
izin belajar harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Keterlambatan bukan terjadi atas kelalaian PNS
yang dibuktikan dengan surat keterangan
sebagaimana tercantum pada Contoh 22 dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
b. mendapatkan rekomendasi perpanjangan waktu
penyelesaian izin belajar dari pimpinan unit kerja
setingkat Eselon II atau Kepala Unit Pelaksana
Teknis yang bersangkutan sebagaimana tercantum
pada Contoh 23 dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
dan
c. mendapatkan rekomendasi dari lembaga pendidikan
tempat PNS melaksanakan izin belajar.
(3) Permohonan perpanjangan izin belajar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh PNS izin belajar
kepada pejabat yang berwenang paling lambat 6 (enam)
bulan sebelum masa tugas belajar berakhir.
(4) Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat
Perpanjangan Izin Belajar paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum masa izin belajar berakhir.
- 32 -
Paragraf 3
Status, Hak dan Kewajiban PNS Izin Belajar
Pasal 39
Status kepegawaian PNS izin belajar tetap berada pada unit
kerja semula.
Pasal 40
PNS izin belajar berhak menerima gaji, tunjangan kinerja, gaji
berkala, kenaikan pangkat/golongan ruang, serta hak
kepegawaian lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 41
PNS izin belajar memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. tidak meninggalkan tugas sehari-hari sebagai PNS dan
menaati ketentuan jam kerja sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan;
b. mengikuti dan menyelesaikan program studi yang telah
ditetapkan dalam surat izin belajar dengan baik dan
tepat waktu;
c. mentaati peraturan perundang-undangan terkait
kepegawaian dan pelaksanaan izin belajar;
d. melaporkan kemajuan tugas belajar setiap akhir semester
kepada pejabat yang berwenang menetapkan izin belajar
dan pimpinan unit kerjanya selambat-lambatnya 15 (lima
belas) hari setelah berakhirnya masa semester;
e. menyampaikan laporan akhir izin belajar kepada pejabat
yang berwenang menetapkan tugas belajar dan pimpinan
unit kerjanya selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
setelah berakhir masa studinya;
- 33 -
Paragraf 4
Sanksi
Pasal 42
PNS izin belajar yang melanggar kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 dijatuhi hukuman disiplin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 5
Monitoring dan Evaluasi
Pasal 43
(1) Pimpinan unit kerja melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap tingkat kemajuan prestasi akademik PNS izin
belajar di lingkungan unit kerjanya berdasarkan laporan
yang diterima sebagai bahan pembinaan kepegawaian.
(2) Pejabat yang berwenang melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap tingkat kemajuan prestasi akademik
pegawai yang memperoleh izin belajar berdasarkan
laporan yang diterima sebagai bahan perencanaan dan
pengembangan karier.
(3) Biro Kepegawaian dan Organisasi melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap tingkat kemajuan
prestasi akademik pegawai yang memperoleh izin belajar
berdasarkan laporan yang diterima dan hasil supervisi
langsung ke lembaga pendidikan penyelenggara izin
belajar sebagai bahan pembinaan kepegawaian, bahan
perencanaan dan pengembangan karier.
(4) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal
dengan tembusan kepada pimpinan unit kerja eselon I
yang bersangkutan setiap 1 (satu) tahun sekali.
- 34 -
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 45
(1) Pegawai tugas belajar yang pada saat berlakunya
Peraturan Menteri ini telah mempunyai tugas belajar,
dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
jangka waktu tugas belajar yang telah ditetapkan.
(2) PNS yang sedang dalam proses pengajuan tugas belajar
harus mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini.
Pasal 46
(1) Pegawai izin belajar yang pada saat berlakunya
Peraturan Menteri ini telah mempunyai izin belajar,
dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
jangka waktu izin belajar yang telah ditetapkan.
(2) PNS yang sedang dalam proses pengajuan izin belajar
harus mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 47
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 35 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA