Anda di halaman 1dari 35

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR
TENTANG
PEDOMAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI
PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas dan


kompetensi Pegawai Negeri Sipil guna peningkatan kinerja
organisasi, perlu diberikan kesempatan bagi Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Perhubungan
untuk mengikuti pendidikan akademik, pendidikan
vokasi, dan/ atau pendidikan profesi melalui program
tugas belajar dan/atau izin belajar.
b. bahwa agar pelaksanaan tugas belajar dan izin belajar
berdaya guna dan berhasil guna, perlu diatur ketentuan
mengenai tata cara pelaksanaannya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Perhubungan tentang Pedoman Tugas
Belajar dan Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Kementerian Perhubungan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4017),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4193);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263),
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 164);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
5. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 1961 tentang
Pemberian Tugas Belajar (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1961 Nomor 234, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1178);
6. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
7. Keputusan Menteri Pertama Nomor 224/MP/1961
tentang Peraturan Pelaksanaan Tentang Pemberian Tugas
Belajar di Dalam dan di Luar Negeri;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Program Studi di Luar
Domisili Perguruan Tinggi;
-3-

9. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 15 Tahun


1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja Mahkamah
Pelayaran;
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 48 Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Komite Nasional Keselamatan Transportasi;
11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor PM. 2 Tahun
2015 tentang Pendelegasian Wewenang dan Pemberian
Kuasa Bidang Kepegawaian di lingkungan Kementerian
Perhubungan;
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1844), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1012);
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 3 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola
Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan
Bekasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 63);
14. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12
Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 99 tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil Sebagaimana Telah Diubah
Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;

Memperhatikan : Surat Edaran Menteri PAN dan RB Nomor 04 Tahun 2013


tentang Pemberian Tugas Belajar dan Izin Belajar;

MEMUTUSKAN:
-4-

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PEDOMAN


TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI
SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara
(ASN) secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan.
2. Tugas Belajar adalah penugasan yang diberikan oleh
Pejabat yang berwenang kepada Pegawai Negeri Sipil
untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
di lembaga pendidikan formal baik di dalam atau di luar
negeri, bukan atas biaya sendiri, dan meninggalkan tugas
sehari-hari sebagai PNS.
3. Izin Belajar adalah persetujuan yang diberikan oleh
Pejabat yang berwenang kepada PNS untuk mengikuti
pendidikan dengan biaya sendiri.
4. Surat Tugas Belajar adalah dokumen dinas penugasan
yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang kepada
Pegawai Negeri Sipil untuk mengikuti pendidikan di
lembaga pendidikan formal dengan biaya dari pemerintah
baik di dalam maupun di luar negeri.
5. Surat Izin Belajar adalah dokumen dinas persetujuan
yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang kepada
Pegawai Negeri Sipil yang mengikuti pendidikan formal
dengan biaya mandiri.
6. Pendidikan Akademik adalah pendidikan tinggi program
sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada
penguasaan ilmu pengetahuan tertentu.
-5-

7. Pendidikan Vokasi adalah pendidikan tinggi yang


mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan keahlian terapan tertentu.
8. Pendidikan Profesi adalah pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian
khusus.
9. Pendidikan Lanjutan adalah pendidikan yang dilakukan
apabila PNS Tugas Belajar pada satu program pendidikan
yang dikarenakan prestasi akademis kemudian mendapat
beasiswa di lembaga pendidikan atau sponsor untuk
melanjutkan pendidikan lanjutan yang lebih tinggi.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk tertib
administrasi kepegawaian dan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pemberian tugas belajar dan izin belajar di
lingkungan Kementerian Perhubungan.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi Pegawai Negeri Sipil
serta kinerja organisasi.

BAB III
TUGAS BELAJAR

Bagian Pertama
Jenis Tugas Belajar

Pasal 3
(1) Jenis pendidikan tugas belajar di lingkup perhubungan
terdiri atas pendidikan akademik, pendidikan vokasi dan
pendidikan profesi.
(2) Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas Program Sarjana (S1) dan Program Pasca
-6-

Sarjana yang meliputi Progrma Magister (S2) dan


Program Doktor (S3).
(3) Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas Program Diploma I (DI), Program Diploma II
(DII), Program Diploma III (DIII) dan Program Diploma IV
(DIV).
(4) Pendidikan profesi merupakan program pendidikan
spesialis.

Bagian Kedua
Jangka Waktu Pelaksanaan Tugas Belajar

Pasal 4
(1) Jangka waktu pelaksanaan tugas belajar ditentukan
sebagai berikut:
a. Program Diploma I (DI) paling lama 1 (satu) tahun;
b. Program Diploma II (DII) paling lama 2 (dua) tahun;
c. Program Diploma III (DIII) paling lama 3 (tiga) tahun;
d. Program Strata I (S-1)/ Diploma IV (DIV) paling lama
4 (empat) tahun;
e. Program Strata II (S-2) atau setara paling lama 2 (dua)
tahun;
f. Program Strata III (S-3) atau setara paling lama
4 (empat) tahun;
(2) Jangka waktu pelaksanaan tugas belajar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) masing-masing dapat
diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun sesuai
kebutuhan instansi dan persetujuan sponsor dan/ atau
instansi.
(3) Bagi PNS yang belum dapat menyelesaikan tugas belajar
setelah diberikan perpanjangan waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 dapat diberikan perpanjangan
kempali paling lama 1 (satu) tahun dengan perubahan
status menjadi izin belajar.
(4) Dalam melaksanakan izin belajar sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) PNS tetap dapat meninggalkan tugasnya
sebagaimana berlaku bagi tugas belajar.
-7-

Bagian Ketiga
Penyusunan Rencana Kebutuhan Tugas Belajar

Pasal 3
(1) Pelaksanaan tugas belajar dilaksanakan berdasarkan
rencana kebutuhan tugas belajar di lingkungan
Kementerian Perhubungan.
(2) Sekretaris Jenderal c.q. Biro Kepegawaian dan Organisasi
bertanggungjawab atas penyusunan rencana kebutuhan
tugas belajar di lingkungan Kementerian Perhubungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 4
Penyusunan rencana kebutuhan tugas belajar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 didasarkan pada analisis kebutuhan
jenis-jenis program studi yang diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi serta memenuhi
ketentuan:
a. kelembagaan pendidikan tinggi penyelenggara program
studi yang dipilih mempunyai ijin penyelenggaraan dari
Menteri yang membidangi pendidikan dan/atau sesuai
ketentuan peraturan perundangan; dan
b. dalam hal program studi yang dipilih berada didalam
negeri minimal memiliki akreditasi B.

Pasal 5
(1) Pimpinan unit kerja eselon II pusat dan para Kepala Unit
Pelaksana Teknis pada awal bulan Juni menyusun
rencana kebutuhan tugas belajar dan secara hierarki
diusulkan kepada Menteri Perhubungan cq. Sekretaris
Jenderal Kementerian Perhubungan melalui pimpinan
unit kerja eselon I masing-masing.
(2) Penyusunan rencana kebutuhan tugas belajar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum
pada Contoh 1 dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-8-

(3) Rencana kebutuhan tugas belajar ditetapkan setiap


tahun paling lambat pada akhir bulan November.

Pasal 6
(1) Rencana kebutuhan tugas belajar ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana
tercantum pada Contoh 2 dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(2) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada
Sekretaris Jenderal untuk menandatangani Keputusan
Menteri Perhubungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

Bagian Keempat
Penyediaan Anggaran Tugas Belajar

Pasal 7
Anggaran tugas belajar dapat bersumber dari anggaran
Kementerian Perhubungan, cost sharing, sponsor dari dalam
dan/ atau luar negeri, dan/ atau anggaran lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8
(1) Anggaran tugas belajar yang bersumber dari anggaran Commented [U1]: Cari referensi kemenkeu

Kementerian Perhubungan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 7 dapat dianggarkan dengan meliputi
komponen sebagai berikut:
a. Biaya matrikulasi, dalam hal diwajibkan untuk
mengikuti;
b. Biaya pendidikan;
c. Biaya hidup selama pendidikan;
d. Biaya tunjangan buku;
e. Biaya operasional;
f. Tunjangan praktek;
g. Tunjangan penelitian dan seminar;
-9-

h. Biaya perjalanan pergi dan pulang dari tempat asal


ke tempat pendidikan dibayarkan 2 (dua) kali yaitu
pada saat awal masuk studi dan akhir studi, bagi
karyasiswa yang studi di luar negeri;
i. Biaya fiskal, bagi karyasiswa yang studi di luar
negeri;
j. Biaya asuransi kesehatan dan kecelakaan bagi
Tugas Belajar di luar negeri; dan/ atau
k. Biaya Perjalanan untuk kunjungan keluarga di
tanah air maksimal 2 (dua) kali selama masa
pendidikan.
(2) Anggaran tugas belajar yang bersumber dari sponsor Commented [U2]: Cari referensi kemenkeu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 komponen biaya


bantuan pendidikan mengikuti ketentuan yang berlaku
dari sponsor.

Bagian Kelima
Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Tugas Belajar

Pasal 9
(1) Pejabat yang berwenang menetapkan tugas belajar yaitu:
a. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk
menetapkan tugas belajar bagi PNS di Iingkungan
Sekretariat Jenderal, Staf Ahli, Pusat, Sekretariat
Komite Nasional Keselamatan Transportasi, dan
Mahkamah Pelayaran;
b. Sekretaris Inspektorat Jenderal untuk menetapkan
tugas belajar bagi PNS di Iingkungan Inspektorat
Jenderal;
c. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
untuk menetapkan tugas belajar bagi PNS di
Iingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat;
d. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
untuk menetapkan tugas belajar bagi PNS di
Iingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
- 10 -

e. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara


untuk menetapkan tugas belajar bagi PNS di
Iingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara;
f. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian
untuk menetapkan tugas belajar bagi PNS di
Iingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian;
g. Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan
Perhubungan untuk menetapkan tugas belajar bagi
PNS di Iingkungan Badan Penelitian dan
Pengembangan Perhubungan;
h. Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan untuk menetapkan tugas
belajar bagi PNS di Iingkungan Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubungan; dan
i. Sekretaris Badan Pengelola Transportasi Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi untuk
menetapkan tugas belajar bagi PNS di Iingkungan
Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menetapkan tugas belajar setelah memperoleh
penetapan kelulusan seleksi tugas belajar.

Bagian Keenam
Ketentuan dan Persyaratan Tugas Belajar

Pasal 10
(1) Ketentuan pemberian tugas belajar sebagai berikut:
a. berstatus Pegawai Negeri Sipil;
b. memiliki masa kerja paling kurang 1 (satu) tahun
terhitung sejak diangkat sebagai PNS;
c. Unsur Penilaian Prestasi Kerja PNS sekurang-
kurangya bernilai Baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir;
- 11 -

d. Untuk menempuh program studi yang


dipersyaratkan dalam jabatan sesuai dengan
analisis beban kerja dan perencanaan SDM guna
menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi
organisasi;
e. Program studi di dalam negeri memiliki akreditasi
minimal B;
f. kelembagaan pendidikan tinggi penyelenggara
program studi yang dipilih mempunyai ijin
penyelenggaraan dari Menteri yang membidangi
pendidikan dan/atau sesuai ketentuan peraturan
perundangan
g. Lulus seleksi tugas belajar;
h. Usia Maksimal:
1) Program Diploma I (DI), Program Diploma II
(DII), Program Diploma III (DIII), dan Program
Strata I (S-1)/ Diploma IV (DIV) atau setara
berusia paling tinggi 25 (dua puluh lima)
tahun;
2) Program Strata II (S-2) atau setara berusia
paling tinggi 37 (tiga puluh tujuh) tahun;
3) Program Strata III (S-3) atau setara berusia
paling tinggi 40 (empat puluh) tahun;
i. Dalam hal PNS berada di daerah terpencil,
tertinggal, dan terluar atau memangku jabatan
yang sangat diperlukan usia maksimal:
1) Program Diploma I (DI), Program Diploma II
(DII), Program Diploma III (DIII), dan Program
Strata I (S-1)/ Diploma IV (DIV) atau setara
berusia paling tinggi 37 (tiga puluh tujuh)
tahun;
2) Program Strata II (S-2) atau setara berusia
paling tinggi 42 (empat puluh dua) tahun;
3) Program Strata III (S-3) atau setara berusia
paling tinggi 47 (empat puluh tujuh) tahun;
j. Bagi PNS yang menduduki jabatan struktural
dibebaskan dari jabatannya;
- 12 -

k. Bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional


dibebaskan sementara dari jabatannya;
l. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat
sedang atau berat;
m. Tidak sedang dalam proses dan/atau diberhentikan
dari jabatan baik bersifat tetap atau sementara
sebagai PNS;
n. Tidak sedang menjalani cuti di luar tanggungan
negara;
o. Tidak sedang mengajukan upaya administratif
sebagai akibat penjatuhan hukuman disiplin;
p. Tidak menerima uang tunggu;
q. Tidak sedang melaksanakan kewajiban pengabdian
setelah tugas belajar;
r. Tidak pernah dibatalkan/gagal dalam tugas belajar
yang disebabkan oleh kelalaian dan/atau
kesalahannya;
s. Mendapat rekomendasi persetujuan untuk
mengikuti tugas belajar dari pimpinan unit kerja
Eselon II;
t. Menandatangani Surat Perjanjian Tugas Belajar
dan menyatakan kesanggupan untuk
mengembalikan seluruh biaya bantuan pendidikan
yang telah diterima dalam hal mengalami gagal
studi dan/atau mengundurkan diri dari unit kerja
sebelum masa pengabdian setelah tugas belajar
selesai.
(2) Persyaratan pemberian tugas belajar sebagai berikut:
a. Foto Copy SK Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil;
b. Foto Copy SK pangkat Terakhir;
c. Fotocopy Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri
Sipil 1 (satu) tahun terakhir;
d. Fotocopy Ijazah dan transkip nilai (cap basah) yang
telah dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang
dibidang akademik (Rektor/ Dekan/ Ketua/
Direktur/ Kepala Sekolah);
- 13 -

e. Fotocopy surat Keputusan dari BAN-PT tentang


nilai dan peringkat akreditasi program studi
minimal B yang telah dilegalisir oleh Pejabat yang
berwenang dibidang akademik
(Rektor/Dekan/Ketua/Direktur);
f. Fotocopy Keputusan tentang penetapan kelulusan
seleksi tugas belajar;
g. Fotocopy SK pembebasan dari jabatan struktural;
h. Fotocopy SK pembebasan sementara dari jabatan
fungsional;
i. Surat Keterangan bermaterai yang menyatakan
bahwa PNS tidak sedang menjalani hukuman
disiplin tingkat sedang atau berat, tidak sedang
dalam proses dan/atau diberhentikan dari jabatan
baik bersifat tetap atau sementara, tidak sedang
menjalani cuti di luar tanggungan Negara, tidak
sedang mengajukan upaya administratif sebagai
akibat penjatuhan hukuman disiplin, tidak
menerima uang tunggu, tidak sedang
melaksanakan kewajiban pengabdian setelah tugas
belajar, tidak pernah dibatalkan/gagal dalam tugas
belajar yang disebabkan oleh kelalaian dan/atau
kesalahannya yang disahkan oleh atasan langsung
dengan format sebagaimana tercantum pada
Contoh 3 dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini;
j. Surat rekomendasi persetujuan untuk mengikuti
tugas belajar yang disahkan oleh pimpinan unit
kerja Eselon II dengan format sebagaimana
tercantum pada Contoh 4 dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
k. Surat Perjanjian Tugas Belajar yang disahkan oleh
PNS tugas belajar dan diketahui pimpinan unit
kerja Eselon II dengan format sebagaimana
tercantum pada Contoh 5 dalam Lampiran I yang
- 14 -

merupakan bagian tidak terpisahkan dari


Peraturan Menteri ini;
l. Surat Keterangan Persetujuan Mutasi dalam
jabatan yang baru yang ditandatangani oleh
Pimpinan Unit Kerja setingkat eselon II atau Kepala
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan format
sebagaimana tercantum pada Contoh 6 dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
m. Surat Pernyataan bermaterai bersedia ditempatkan
di unit kerja yang baru sesuai kebutuhan
organisasi dengan format sebagaimana tercantum
pada Contoh 7 dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.

Bagian Ketujuh
Mekanisme Tugas Belajar
Dengan Sumber Anggaran Kementerian Perhubungan

Paragraf 1
Pengumuman

Pasal 11
(1) Pengumuman Tugas Belajar dilaksanakan Biro
Kepegawaian dan Organisasi paling lambat akhir bulan
Januari setiap tahunnya.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat terbuka dan disampaikan secara tertulis
kepada seluruh Pimpinan Unit Kerja eselon II Kantor
Pusat dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Kementerian Perhubungan dan dipublikasikan melalui
website Kementerian Perhubungan.
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencantumkan informasi sebagai berikut:
a. program studi tugas belajar;
- 15 -

b. jabatan yang akan dipangku setelah menyelesaikan


program studi tugas belajar;
c. persyaratan tugas belajar;
c. tata cara pendaftaran meliputi alamat dan tempat
pendaftaran, periode penerimaan berkas
permohonan tugas belajar dan batas waktu
pendaftaran;
d. tahapan dan pelaksanan seleksi;
e. waktu dan tempat seleksi; dan
f. lain-lain yang dipandang perlu.
(4) Tenggang waktu antara pengumuman dengan batas
akhir penyampaian dokumen usulan tugas belajar
minimal 30 (tiga puluh) hari kerja.

Paragraf 2
Pengajuan Pengusulan Tugas Belajar

Pasal 12
(1) PNS calon peserta seleksi tugas belajar menentukan
pilihan program studi dan mengajukan permohonan
menjadi calon peserta seleksi tugas belajar kepada
atasan langsungnya.
(2) Untuk dapat diusulkan menjadi Calon Peserta seleksi
tugas belajar, PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) dan secara hierarki diusulkan
kepada Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi melalui
Pejabat Pengelola Kepegawaian.

Paragraf 3
Tahapan Seleksi Tugas Belajar

Pasal 13
(1) Seleksi tugas belajar meliputi:
a. Seleksi administrasi;
b. Seleksi kemampuan dasar dan wawancara;
- 16 -

c. Seleksi potensi akademik.


(2) Seleksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilaksanakan oleh Biro Kepegawaian dan
Organisasi dengan memperhatikan pemenuhan kriteria
yang dipersyaratkan.
(3) Seleksi tes kemampuan dasar dan wawancara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilaksanakan oleh Biro Kepegawaian dan Organisasi
berkoordinasi dengan Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Perhubungan.
(4) Seleksi potensi akademik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi
penyelenggara program studi.

Pasal 14
(1) Kelulusan seleksi administrasi tugas belajar dilakukan
melalui rapat penentuan kelulusan yang dipimpin oleh
Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi.
(2) Hasil rapat penentuan kelulusan seleksi administrasi
tugas belajar dituangkan dalam Berita Acara Kelulusan
sebagaimana tercantum pada Contoh 8 dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(3) Calon peserta tugas belajar yang lulus seleksi
administrasi ditetapkan sebagai peserta seleksi tugas
belajar dengan Keputusan Menteri Perhubungan
sebagaimana tercantum pada Contoh 9 dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(4) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada
Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk
menandatangani Keputusan Menteri Perhubungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
- 17 -

Pasal 15
Paling lambat dua minggu sebelum pelaksanaan Seleksi
kemampuan dasar dan wawancara harus telah melakukan
pemanggilan secara tertulis kepada seluruh peserta Seleksi
tes kemampuan dasar dan wawancara melalui pimpinan unit
kerja setingkat eselon II atau Kepala Unit Pelaksana Teknis
dan melalui website Kementerian Perhubungan.

Pasal 16
(1) Kelulusan seleksi kemampuan dasar dan wawancara
dilakukan melalui rapat penentuan kelulusan yang
dipimpin oleh Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi.
(2) Hasil rapat penentuan kelulusan seleksi kemampuan
dasar dan wawancara dituangkan dalam Berita Acara
Kelulusan sebagaimana tercantum pada Contoh 10
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Calon peserta tugas belajar yang lulus seleksi
kemampuan dasar dan wawancara ditetapkan sebagai
peserta seleksi tugas belajar dengan Keputusan Menteri
Perhubungan sebagaimana tercantum pada Contoh 11
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada
Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk
menandatangani Keputusan Menteri Perhubungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 17
Paling lambat dua minggu sebelum pelaksanaan seleksi
potensi akademik harus telah melakukan pemanggilan secara
tertulis kepada seluruh peserta seleksi potensi akademik
melalui pimpinan unit kerja setingkat eselon II atau Kepala
Unit Pelaksana Teknis dan melalui website Kementerian
Perhubungan.
- 18 -

Pasal 16
(1) Calon peserta tugas belajar yang dinyatakan lulus
seleksi potensi akademik diberikan pengarahan program
dan diwajibkan menandatangani surat perjanjian tugas
belajar.
(5) Calon peserta tugas belajar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan sebagai peserta tugas belajar
dengan Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana
tercantum pada Contoh 12 dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(2) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada
Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk
menandatangani Keputusan Menteri Perhubungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Paragraf 4
Pelaksanaan Tugas Belajar

Pasal 17
(1) Peserta tugas belajar melaksanakan tugas belajar
berdasarkan surat tugas belajar sebagaimana tercantum
pada Contoh 13 dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Surat tugas belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan paling lambat 2 (dua) minggu sejak
ditetapkannya Keputusan Menteri Perhubungan tentang
penetapan peserta tugas belajar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16.

Pasal 18
(1) Pelaksanaan tugas belajar dilaksanakan sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan dalam surat tugas belajar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.
- 19 -

(2) Dalam hal peserta tugas belajar memperpanjang jangka


waktu tugas belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (2) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. mendapatkan rekomendasi perpanjangan waktu
penyelesaian tugas belajar dari pimpinan unit kerja
setingkat Eselon II atau Kepala Unit Pelaksana
Teknis yang bersangkutan;
b. prestasi pendidikan memuaskan; dan
c. dibutuhkan organisasi.
(3) Surat rekomendasi perpanjangan waktu penyelesaian
tugas belajar sebagaimana tercantum pada Contoh 14
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Permohonan perpanjangan tugas belajar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh peserta tugas
belajar kepada pejabat yang berwenang paling lambat
6 (enam) bulan sebelum masa tugas belajar berakhir.
(5) Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat
Perpanjangan Tugas Belajar paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum masa tugas belajar berakhir.
(6) Surat Perpanjangan Tugas Belajar sebagaimana
tercantum pada Contoh 14 dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 19
(1) Peserta tugas belajar menerima biaya bantuan
pendidikan selama jangka waktu tugas belajar.
(2) Dalam hal peserta tugas belajar dengan biaya
Kementerian Perhubungan dalam masa perpanjangan
masa tugas belajar, maka yang bersangkutan tidak
memperoleh biaya bantuan pendidikan.
(3) Dalam hal peserta tugas belajar dengan biaya sponsor
dalam masa perpanjangan masa tugas belajar, maka
yang bersangkutan dapat memperoleh atau tidak
memperoleh biaya bantuan pendidikan sesuai dengan
ketentuan dari sponsor.
- 20 -

Paragraf 5
Status, Hak dan Kewajiban Peserta Tugas Belajar

Pasal 20
Status kepegawaian peserta tugas belajar tetap berada pada
unit kerja semula.

Pasal 21
Peserta tugas belajar berhak menerima gaji, tunjangan
kinerja, gaji berkala, kenaikan pangkat/golongan ruang, serta
hak kepegawaian lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 22
Peserta tugas belajar memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. menyerahkan tugas dan tanggungjawab sehari-hari
kepada atasan langsung atau pejabat lain yang ditunjuk
sebelum melaksanakan Tugas Belajar;
b. mengikuti dan menyelesaikan program studi yang telah
ditetapkan dalam surat tugas belajar dengan baik dan
tepat waktu;
c. mentaati peraturan perundang-undangan terkait
kepegawaian dan pelaksanaan tugas belajar;
d. melaporkan kemajuan tugas belajar setiap akhir semester
kepada pejabat yang berwenang menetapkan tugas
belajar, pimpinan unit kerja dan Kepala Biro
kepegawaian dan Organisasi selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari setelah berakhirnya masa semester;
e. bagi Pegawai Tugas Belajar dalam negeri, harus
mengurus rekomendasi Penilaian Prestasi Kerja dari
perguruan tinggi, untuk disampaikan ke atasan
langsung/instansi asal pada setiap akhir bulan
Desember;

f. bagi Pegawai Tugas Belajar luar negeri, harus mengurus


rekomendasi Penilaian Prestasi Kerja dari kantor
- 21 -

Perwakilan Republik Indonesia setempat dengan


menunjukkan hasil kemajuan belajar untuk disampaikan
ke atasan langsung/instansi asal pada setiap akhir bulan
Desember;
g. menyampaikan laporan akhir tugas belajar kepada
pejabat yang berwenang menetapkan tugas belajar,
pimpinan unit kerja dan Kepala Biro kepegawaian dan
Organisasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
setelah berakhir masa studinya;
h. melaksanakan kewajiban kerja setelah berakhirnya masa
tugas belajar.

Paragraf 5
Pendidikan Lanjutan

Pasal 23
Peserta tugas belajar dapat melaksanakan pendidikan
lanjutan secara berturut-turut dengan persyaratan:
a. mendapat ijin dari pejabat yang berwenang menetapkan
tugas belajar;
b. prestasi pendidikan sangat memuaskan;
c. jenjang pendidikan bersifat linier; dan
d. dibutuhkan organisasi.

Pasal 24
(1) Permohonan tugas belajar pendidikan lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 diajukan oleh
peserta tugas belajar kepada pejabat yang berwenang
menetapkan tugas belajar paling lambat 6 (enam) bulan
sebelum masa tugas belajar berakhir.
(2) Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Tugas Belajar
paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa tugas belajar
berakhir.
- 22 -

Paragraf 6
Sanksi

Pasal 25
(1) Peserta tugas belajar yang melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan/atau huruf g
dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Peserta tugas belajar yang melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b dan
huruf h dikenakan tuntutan ganti rugi untuk
mengembalikan seluruh biaya bantuan pendidikan yang
telah dikeluarkan Kementerian Perhubungan.

Bagian Kedelapan
Mekanisme Tugas Belajar
Dengan Sumber Anggaran Cost Sharing, Sponsor Dari Dalam
dan/ atau Luar Negeri, dan/ atau Anggaran Lain Sesuai
Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan

Pasal 26
Dalam hal anggaran tugas belajar berasal dari cost sharing,
sponsor dari dalam dan/ atau luar negeri, dan/ atau
anggaran lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan maka mekanisme tugas belajar yang meliputi
pengumuman, tata cara pengajuan pengusulan tugas belajar,
tahapan tugas belajar, dan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh penyandang dana cost sharing, sponsor
dari dalam dan/ atau luar negeri, dan/ atau anggaran lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27
Dalam hal anggaran tugas belajar berasal dari cost sharing,
sponsor dari dalam dan/ atau luar negeri, dan/ atau
anggaran lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan maka mekanisme tugas belajar yang meliputi
- 23 -

pelaksanaan tugas belajar, status, hak dan kewajiban peserta


tugas belajar, serta pendidikan lanjutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal
21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24.

Bagian Kesembilan
Kewajiban Kerja

Pasal 28
(1) PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar
memiliki kewajiban kerja paling kurang selama dua kali
masa tugas belajar.
(2) Dalam hal terdapat kebutuhan organisasi dan pelayanan
kepada masyarakat, waktu kewajiban kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikurangi atau ditambah.
(3) Penambahan dan/ atau pengurangan waktu kewajiban
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana
tercantum pada Contoh 15 dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(4) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada Kepala
Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk menandatangani
Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
(5) Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan paling lambat
6 (enam) bulan sebelum waktu kewajiban kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir.

Bagian Kesembilan
Pengangkatan Kembali Dalam Jabatan

Pasal 29
(1) PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar
diangkat kembali dalam jabatan yang standar
kompetensi jabatannya sesuai dengan program studi
- 24 -

tugas belajar yang ditempuh dan ditetapkan dengan


Keputusan Menteri Perhubungan.
(2) Menteri Perhubungan memberikan kuasa kepada
Sekretaris Jenderal untuk menandatangani Keputusan
Menteri Perhubungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Format Keputusan Menteri Perhubungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum pada
Contoh 16 dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Kesepuluh
Monitoring dan Evaluasi

Pasal 30
(1) Pimpinan unit kerja melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap tingkat kemajuan prestasi akademik PNS
tugas belajar di lingkungan unit kerjanya berdasarkan
laporan yang diterima sebagai bahan pembinaan
kepegawaian.
(2) Pejabat yang berwenang melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap tingkat kemajuan prestasi akademik
pegawai yang memperoleh tugas belajar berdasarkan
laporan yang diterima sebagai bahan perencanaan dan
pengembangan karier.
(3) Biro Kepegawaian dan Organisasi melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap tingkat kemajuan
prestasi akademik pegawai yang memperoleh tugas
belajar berdasarkan laporan yang diterima dan hasil
supervisi langsung ke lembaga pendidikan
penyelenggara tugas belajar sebagai bahan pembinaan
kepegawaian, bahan perencanaan dan pengembangan
karier.
(4) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal
dengan tembusan kepada pimpinan unit kerja eselon I
yang bersangkutan setiap 1 (satu) tahun sekali.
- 25 -

BAB IV
IZIN BELAJAR

Bagian Pertama
Penyusunan Rencana Kebutuhan Izin Belajar

Pasal 31
(1) Pelaksanaan izin belajar dilaksanakan berdasarkan
rencana kebutuhan izin belajar di lingkungan
Kementerian Perhubungan.
(2) Sekretaris Jenderal c.q. Biro Kepegawaian dan Organisasi
bertanggungjawab atas penyusunan rencana kebutuhan
izin belajar di lingkungan Kementerian Perhubungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 32
Tata cara penyusunan rencana kebutuhan izin belajar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.

Bagian Kedua
Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Izin Belajar

Pasal 33
Pejabat yang berwenang menetapkan izin belajar yaitu:
a. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk
menetapkan tugas belajar bagi PNS di Iingkungan
Sekretariat Jenderal, Staf Ahli, Pusat, Sekretariat Komite
Nasional Keselamatan Transportasi, dan Mahkamah
Pelayaran;
b. Sekretaris Inspektorat Jenderal untuk menetapkan tugas
belajar bagi PNS di Iingkungan Inspektorat Jenderal;
c. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat untuk
menetapkan tugas belajar bagi PNS di Iingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat;
- 26 -

d. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut untuk


menetapkan tugas belajar bagi PNS di Iingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
e. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk
menetapkan tugas belajar bagi PNS di Iingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
f. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk
menetapkan tugas belajar bagi PNS di Iingkungan
Direktorat Jenderal Perkeretaapian;
g. Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan
Perhubungan untuk menetapkan tugas belajar bagi PNS
di Iingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan
Perhubungan;
h. Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubungan untuk menetapkan tugas belajar bagi PNS
di Iingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan; dan
i. Sekretaris Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi untuk menetapkan tugas
belajar bagi PNS di Iingkungan Badan Pengelola
Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi.

Bagian Ketiga
Ketentuan dan Persyaratan Izin Belajar
Pasal 34
(1) Ketentuan pemberian izin belajar sebagai berikut:
a. berstatus Pegawai Negeri Sipil;
b. memiliki masa kerja paling kurang 1 (satu) tahun
terhitung sejak diangkat sebagai PNS;
c. Unsur Penilaian Prestasi Kerja PNS sekurang-
kurangya bernilai Baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir;
d. Pendidikan yang akan ditempuh dapat mendukung
pelaksanaan tugas jabatan pada unit organisasi;
e. Program studi di dalam negeri memiliki akreditasi
minimal B;
- 27 -

f. kelembagaan pendidikan tinggi penyelenggara


program studi yang dipilih mempunyai ijin
penyelenggaraan dari Menteri yang membidangi
pendidikan dan/atau sesuai ketentuan peraturan
perundangan, bukan kelas jauh dan/atau kelas
sabtu-minggu kecuali pendidikan jarak jauh yang
diselenggarakan Univesitas Terbuka;
g. Biaya pendidikan ditanggung oleh Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan;
h. Lulus seleksi/ tes masuk pada lembaga
pendidikan;
i. Tidak dibebaskan dari jabatan dan tetap wajib
melaksanakan tugas rutin jabatannya;
j. Dikarenakan sifat pendidikan yang harus diikuti,
dapat meninggalkan tugas jabatan untuk sebagian
waktu kerja atas ijin pimpinan instansi;
k. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat
sedang atau berat;
l. Tidak sedang dalam proses dan/atau diberhentikan
dari jabatan baik bersifat tetap atau sementara
sebagai PNS;
m. Tidak sedang menjalani cuti di luar tanggungan
negara;
n. Tidak sedang mengajukan upaya administratif
sebagai akibat penjatuhan hukuman disiplin;
o. Tidak menerima uang tunggu;
p. PNS Tidak berhak untuk menuntut penyesuaian
ijazah ke dalam pangkat yang lebih tinggi, kecuali
terdapat formasi.
(2) Persyaratan pemberian izin belajar sebagai berikut:
a. Foto Copy SK Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil;
b. Foto Copy SK pangkat Terakhir;
c. Fotocopy Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri
Sipil 1 (satu) tahun terakhir;
d. Fotocopy Ijazah dan transkip nilai (cap basah) yang
telah dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang
- 28 -

dibidang akademik (Rektor/ Dekan/ Ketua/


Direktur/ Kepala Sekolah);
e. Fotocopy surat Keputusan dari BAN-PT tentang
nilai dan peringkat akreditasi program studi
minimal B yang telah dilegalisir oleh Pejabat yang
berwenang dibidang akademik
(Rektor/Dekan/Ketua/Direktur);
f. Fotocopy Surat ijin penyelenggaraan program studi
yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang;
g. Fotocopy surat ketarangan lulus/ diterima pada
lembaga pendidikan;
h. Surat Keterangan bermaterai yang menyatakan
bahwa PNS akan menanggung biaya pendidikan
dan tidak akan menuntut bantuan pendidikan dari
instansi, PNS tidak akan meninggalkan tugas
jabatan kecuali memperoleh izin dari pimpinan
instansi, dan PNS tidak akan menuntut
penyesuaian ijazah ke dalam pangkat yang lebih
tinggi, kecuali terdapat formasi yang disahkan oleh
PNS yang bersangkutan dengan format
sebagaimana tercantum pada Contoh 17 dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
i. Surat Keterangan bermaterai yang menyatakan
bahwa PNS tidak sedang menjalani hukuman
disiplin tingkat sedang atau berat, tidak sedang
dalam proses dan/atau diberhentikan dari jabatan
baik bersifat tetap atau sementara, tidak sedang
menjalani cuti di luar tanggungan Negara, tidak
sedang mengajukan upaya administratif sebagai
akibat penjatuhan hukuman disiplin, tidak
menerima uang tunggu, tidak sedang
melaksanakan kewajiban pengabdian setelah tugas
belajar, tidak pernah dibatalkan/gagal dalam tugas
belajar yang disebabkan oleh kelalaian dan/atau
kesalahannya yang disahkan oleh atasan langsung
dengan format sebagaimana tercantum pada
- 29 -

Contoh 18 dalam Lampiran I yang merupakan


bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.

Bagian Ketiga
Mekanisme Izin Belajar

Paragraf 1
Pengajuan Pengusulan Izin Belajar
Pasal 35
(1) PNS yang akan mengikuti izin belajar mengajukan
permohonan kepada pimpinan unit kerja secara hierarki
melalui atasan langsung untuk mengikuti seleksi/ tes
masuk lembaga pendidikan.
(2) Surat permohonan mengikuti seleksi/ tes masuk
lembaga pendidikan sebagaimana tercantum pada
Contoh 19 dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan oleh PNS paling lambat 1 (satu)
bulan sebelum mengikuti seleksi/ tes masuk lembaga
pendidikan.
(4) Pimpinan unit kerja menetapkan izin seleksi/ tes masuk
lembaga pendidikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sebelum pelaksanaan seleksi/ tes masuk lembaga
pendidikan dengan mempertimbangkan kesesuaian
program studi yang akan ditempuh oleh PNS dengan
rencana kebutuhan izin belajar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 dan Pasal 31 dan ketentuan izin belajar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2).

Pasal 36
(1) PNS yang telah dinyatakan lulus/ diterima pada
lembaga pendidikan mengajukan permohonan izin
belajar kepada pejabat yang berwenang secara hierarki
melalui atasan langsung dengan melampirkan
- 30 -

kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 32 ayat (2).
(2) Format surat permohonan izin belajar sebagaimana
tercantum pada Contoh 20 dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(3) Pengajuan permohonan izin belajar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh PNS paling
lambat 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus/
diterima pada lembaga pendidikan.
(4) Pejabat yang berwenang menetapkan surat izin belajar
paling lambat 1 (satu) bulan setelah menerima surat
permohonan izin belajar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan mempertimbangkan rencana kebutuhan
izin belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan
Pasal 31 serta pemenuhan ketentuan dan kelengkapan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32.
(5) Format surat izin belajar sebagaimana tercantum pada
Contoh 21 dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(6) Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dapat membentuk tim seleksi untuk melakukan
evaluasi kesesuaian permohonan izin belajar dengan
rencana kebutuhan serta pemenuhan ketentuan dan
kelengkapan persyaratan izin belajar.
(7) Tim seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berasal
dari unsur kepegawaian pada sekretariat masing-
masing unit kerja eselon I.
(8) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) sesuai dengan rencana kebutuhan serta
pemenuhan ketentuan dan kelengkapan persyaratan
izin belajar, tim seleksi menyampaikan rekomendasi
kepada pejabat yang berwenang untuk penetapan surat
izin belajar.
(9) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) tidak sesuai dengan rencana kebutuhan serta
pemenuhan ketentuan dan kelengkapan persyaratan
- 31 -

izin belajar, tim seleksi menyampaikan penolakan izin


belajar disertai alasannya kepada PNS yang
bersangkutan.

Paragraf 2
Pelaksanaan Izin Belajar

Pasal 37
PNS izin belajar melaksanakan izin belajar berdasarkan surat
izin belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35.

Pasal 38
(1) Pelaksanaan izin belajar dilaksanakan sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan dalam surat tugas belajar.
(2) Dalam hal PNS izin belajar memperpanjang jangka waktu
izin belajar harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Keterlambatan bukan terjadi atas kelalaian PNS
yang dibuktikan dengan surat keterangan
sebagaimana tercantum pada Contoh 22 dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
b. mendapatkan rekomendasi perpanjangan waktu
penyelesaian izin belajar dari pimpinan unit kerja
setingkat Eselon II atau Kepala Unit Pelaksana
Teknis yang bersangkutan sebagaimana tercantum
pada Contoh 23 dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
dan
c. mendapatkan rekomendasi dari lembaga pendidikan
tempat PNS melaksanakan izin belajar.
(3) Permohonan perpanjangan izin belajar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh PNS izin belajar
kepada pejabat yang berwenang paling lambat 6 (enam)
bulan sebelum masa tugas belajar berakhir.
(4) Pejabat yang berwenang menerbitkan Surat
Perpanjangan Izin Belajar paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum masa izin belajar berakhir.
- 32 -

(5) Surat Perpanjangan Izin Belajar sebagaimana tercantum


pada Contoh 24 dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Paragraf 3
Status, Hak dan Kewajiban PNS Izin Belajar

Pasal 39
Status kepegawaian PNS izin belajar tetap berada pada unit
kerja semula.

Pasal 40
PNS izin belajar berhak menerima gaji, tunjangan kinerja, gaji
berkala, kenaikan pangkat/golongan ruang, serta hak
kepegawaian lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 41
PNS izin belajar memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. tidak meninggalkan tugas sehari-hari sebagai PNS dan
menaati ketentuan jam kerja sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan;
b. mengikuti dan menyelesaikan program studi yang telah
ditetapkan dalam surat izin belajar dengan baik dan
tepat waktu;
c. mentaati peraturan perundang-undangan terkait
kepegawaian dan pelaksanaan izin belajar;
d. melaporkan kemajuan tugas belajar setiap akhir semester
kepada pejabat yang berwenang menetapkan izin belajar
dan pimpinan unit kerjanya selambat-lambatnya 15 (lima
belas) hari setelah berakhirnya masa semester;
e. menyampaikan laporan akhir izin belajar kepada pejabat
yang berwenang menetapkan tugas belajar dan pimpinan
unit kerjanya selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
setelah berakhir masa studinya;
- 33 -

Paragraf 4
Sanksi

Pasal 42
PNS izin belajar yang melanggar kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 dijatuhi hukuman disiplin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 5
Monitoring dan Evaluasi

Pasal 43
(1) Pimpinan unit kerja melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap tingkat kemajuan prestasi akademik PNS izin
belajar di lingkungan unit kerjanya berdasarkan laporan
yang diterima sebagai bahan pembinaan kepegawaian.
(2) Pejabat yang berwenang melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap tingkat kemajuan prestasi akademik
pegawai yang memperoleh izin belajar berdasarkan
laporan yang diterima sebagai bahan perencanaan dan
pengembangan karier.
(3) Biro Kepegawaian dan Organisasi melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap tingkat kemajuan
prestasi akademik pegawai yang memperoleh izin belajar
berdasarkan laporan yang diterima dan hasil supervisi
langsung ke lembaga pendidikan penyelenggara izin
belajar sebagai bahan pembinaan kepegawaian, bahan
perencanaan dan pengembangan karier.
(4) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal
dengan tembusan kepada pimpinan unit kerja eselon I
yang bersangkutan setiap 1 (satu) tahun sekali.
- 34 -

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 45
(1) Pegawai tugas belajar yang pada saat berlakunya
Peraturan Menteri ini telah mempunyai tugas belajar,
dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
jangka waktu tugas belajar yang telah ditetapkan.
(2) PNS yang sedang dalam proses pengajuan tugas belajar
harus mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini.

Pasal 46
(1) Pegawai izin belajar yang pada saat berlakunya
Peraturan Menteri ini telah mempunyai izin belajar,
dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
jangka waktu izin belajar yang telah ditetapkan.
(2) PNS yang sedang dalam proses pengajuan izin belajar
harus mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 47
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 35 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

BUDI KARYA SUMADI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

Anda mungkin juga menyukai