Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSTIPASI PADA KEHAMILAN

A. Pengertian
Kehamilan merupakan salah satu faktor penyebab sistemik untuk terjadinya konstipasi atau
susah buang air besar. Konstipasi adalah kondisi mengalami perubahan pola defekasi normal
ditandai menurunnya frekuensi buang air besar atau pengeluaran feses yang keras dan kering
(Green & Judith, 2012). Kehamilan adalah kejadian fisiologis yang dialami semua wanita hamil.
Dalam masa kehamilan, tubuh seorang wanita akan mengalami banyak perubahan. Baik
perubahan fisik, mood, maupun hormonal. Pada kehamilan ini dapat menimbulkan keluhan dan
masalah pada kehamilan trimester ketiga salah satunya adalah konstipasi.Konstipasi merupakan
masalah yang sering banyak dikeluhkan wanita hamil terutama wanita hamil trimester ketiga
yang disebabkan berbagai faktor seperti faktor hormonal, perubahan pola diet pada saat hamil,
berkurangnya aktifitas fisik misalnya jalan kaki pada pagi hari dan senam hamil dan riwayat
posisi jongkok pada saat buang air besar.
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) dalamusus besar pada
waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak adanya
gerakan peristaltik pada usus besar sehingga memicu tidak teraturnya buang air besar dan timbul
perasaan tidak nyaman pada perut.
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar
jadi terlalu kering dan keras.
Konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit. Di masyarakat dikenal dengan istilah sembelit,
merupakan suatu keadaan sukar atau tidak dapat buang air besar, feses (tinja) yang keras, rasa
buang air besar tidak tuntas (ada rasa ingin buang air besar tetapi tidak dapat mengeluarkannya),
atau jarang buang air besar. Seringkali orang berpikir bahwa mereka mengalami konstipasi
apabila mereka tidak buang air besar setiap hari yang disebut normal dapat bervariasi dari tiga
kali sehari hingga tiga kali seminggu.

B. Etiologi
Konstipasi terjadi akibat peningkatan produksi progesteron yang menyebabkan tonus otot
polos menurun, termasuk pada sistem pencernaan, sehingga sistem pencernaan menjadi
lambat. Motilitas otot yang polos menurun dapat menyebabkan absorpsi air di usus besar
meningkat sehingga feses menjadi keras. Selain itu, konstipasi terjadi akibat aktivitas ibu yang
kurang, asupan cairan dan serat yang rendah juga dapat menjadi faktor terjadinya konstipasi
(Irianti, 2014). Progesteron menyebabkan otot-otot usus menjadi lemas dan mengering
sehingga sisa-sisa makanan menjadi sulit dan sakit untuk dikeluarkan .
Penyebab konstipasi pada ibu hamil :
a. Peningkatan hormone progesterone (mempengaruhi gerakan peristaltik usus) Progesteron akan
menyebabkan otot-otot relaksasi untuk memberi tempat janin berkembang. Relaksasi otot ini juga
mengenai otot usus sehinggaakan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan
konstipasi.
b. Mengkonsumsi zat besi
c. Penekanan uterus yang membesar
Uterus yang semakin membesar seiring dengan perkembangan janin pada wanita hamil akan
memberikan tekanan pada usus besar dengan akibat evakuasi tinja terhambat. Semakin besar
kehamilan maka semakin besar tekanan pada usus besar sehingga semakin mudah terjadinya
konstipasi.
d. Konsumsi asupan kurang serat
e. Aktivitas fisik
f. Wanita hamil cenderung akan mengurangi aktifitasnya untuk menjaga kehamilannya. Begitu juga
semakin besar kehamilan wanita hamil cenderung semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh
yang semakin berat.
g. Ketegangan psikis seperti stres dan cemas juga merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi.

C. Patofisiologi Konstipasi
Berdasarkan patofisiologinya konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat
kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi akibat kelainan struktural terjadi melalui
proses obstruksi aliran tinja, sedangkan konstipasi fungsional berhubungan dengan gangguan
motilitas kolon atau anorektal. Konstipasi pada wanita hamil umumnya merupakan konstipasi
fungsional. Ada beberapa faktor mengapa wanita hamil mengalami konstipasi yakni: faktor
hormonal, perubahan diet, pertumbuhan janin dan aktifitas fisik. Riwayat posisi saat defekasi juga
menjadi resiko untuk timbulnya konstipasi. Pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang
drastis yakni peningkatan progesteron selama kehamilan. Progesteron akan menyebabkan otot-otot
relaksasi untuk memberi tempat janin berkembang. Relaksasi otot ini juga mengenai otot usus
sehingga akan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan konstipasi (slow-
transit constipation). Disamping itu selama kehamilan tubuh menahan cairan, absorbsi cairan di
usus meningkat sehingga isi usus cenderung kering dan keras yang memudahkan terjadinya
konstipasi.
Perubahan diet pada wanita hamil berkontribusi untuk terjadinya konstipasi. Gejala mual
muntah pada trimester pertama disertai asupan makanan khususnya minuman yang berkurang akan
mempengaruhi proses defekasinya. Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil cenderung
mengurangi asupan cairan. Komposisi makanan yang cenderung berupa susu dan daging / ikan
tanpa disertai cukup makanan yang kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya konstipasi.
Begitu juga pemberian suplemen besi dan kalsium selama kehamilan merupakan faktor resiko
terjadinya konstipasi. Uterus yang semakin membesar seiring dengan perkembangan janin pada
wanita hamil akan memberikan tekanan pada usus besar dengan akibat evakuasi tinja terhambat.
Semakin besar kehamilan maka semakin besar tekanan pada usus besar sehingga semakin mudah
terjadinya konstipasi. Aktifitas fisik yang cukup akan memperbaiki motilitas pencernaan termasuk
usus dengan memperpendek waktu transitnya. Wanita hamil cenderung akan mengurangi
aktifitasnya untuk menjaga kehamilannya. Begitu juga semakin besar kehamilan wanita hamil
cenderung semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh yang semakin berat. Ketegangan psikis
seperti stres dan cemas juga merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi.
Posisi defekasi juga mempengaruhi untuk terjadinya konstipasi. Pada posisi jongkok, sudut antara
anus dan rektum akan menjadi lurus akibat fleksi maksimal dari paha. Ini akan memudahkan
terjadinya proses defekasi sehingga tidak memerlukan tenaga mengedan yang kuat. Pada posisi
duduk, sudut antara anus dan rektum menjadi tidak cukup lurus sehingga membutuhkan tenaga
mengedan yang lebih kuat. Proses mengedan kuat yang berkelanjutan akan dapat menimbulkan
konstipasi dan hemoroid. Ibu hamil cenderung lebih nyaman defekasi dengan posisi duduk tetapi
dapat berakibat timbulnya konstipasi.
Pengeluaran feses merupakan akhir proses pencernaan. Sisa-sisa makanan yang tidak dapat
dicerna lagi oleh saluran pencernaan, akan masuk kedalam usus besar ( kolon ) sebagai massa yang
tidak mampat serta basah. Di sini, kelebihan air dalam sisa-sisa makanan tersebut diserap oleh tubuh.
Kemudian, massa tersebut bergerak ke rektum ( dubur ), yang dalam keadaan normal mendorong
terjadinya gerakan peristaltik usus besar. Pengeluaran feses secara normal, terjadi sekali atau dua kali
setiap 24 jam. Kotoran yang keras dan sulit dikeluarkan merupakan efek samping yang tidak nyaman
dari kehamilan. Sembelit terjadi karena hormon-hormon kehamilan memperlambat transit makanan
melalui saluran pencenaan dan rahim yang membesar menekan poros usus ( rektum ). Suplemen zat
besi prenatal juga dapat memperburuk sembelit. Berolahraga secara teratur, menyantap makanan yang
kaya serat serta minum banyak air dapat membantu meredakan masalah tersebut.
D. Pathway

Nafsu makan Penekanan kandung


Penekanan anus menurun kemih

Nyeri akut Anoreksia Sering BAK

Ketidakseimbangan Resiko kekurangan


nutrisi kurang dari volume Cairan
kebutuhan tubuh

E. Tanda dan Gejala Konstipasi


Ada beberapa tanda dan gejala yang umum ditemukan pada sebagian besar atau
terkadang beberapa penderita konstipasi pada ibu hamil yaitu :
a. Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat lelah sehingga malas mengerjakan sesuatu
bahkan terkadang sering mengantuk;
b. Sering berdebar-debar sehingga memicu untuk cepat emosi, mengakibatkan stress, rentan
sakit kepala bahkan demam;
c. Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku
d. Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat lelah
e. Mengejan saat defekasi
f. Konsistensi fases keras
g. Menurunnya frekuensi buang air besar
h. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak bersemangat,
tubuh terasa terbebani, memicu penurunan kualitas, dan produktivitas kerja
i. Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan lebih sedikit daripada biasanya
j. Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air besar, pada saat bersamaan tubuh
berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan atupun menekan-nekan perut terlebih
dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang feses ( bahkan sampai mengalami
ambeien/wasir )
k. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan bagai terganjal sesuatu disertai rasa
sakit akibat bergesekan dengan feses yang kering dan keras atau karena mengalami wasir
sehingga pada saat duduk tersa tidak nyaman
l. Lebih sering bung angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya;
m. Usus kurang elastis ( biasanya karena mengalami kehamilan atau usia lanjut), ada bunyi
saat air diserap usus, terasa seperti ada yang mengganjal, dan gerakannya lebih lambat
daripada biasanya
n. Terjadi penurunan frekuensi buang air besar
o. Adapun untuk sembelit kronis ( obstipasi ), gejalanya tidak terlalu berbeda hanya sedikit
lebih parah, diantaranya
p. Perut terlihat seperti sedang hamil dan terasa sangat mulas
q. Feses sangat keras dan berbentuk bulat-bulat kecil
r. Frekuensi buang air besar dapat mencapai berminggu-minggu
s. Tubuh sering terasa panas, lemas, dan berat
t. Sering kurang percaya diri dan terkadang ingin menyendiri
F. Penatalaksanaan
a. Diet tinggi serat dan asupan cairan.
b. Aktivitas fisik, Aktifitas fisik rutin dipercaya merangsang peristaltik usus untuk bekerja
normal sehingga memperpendek waktu transit di saluran pencernaan dan membantu
pengeluaran tinja.
c. Obat-obatan pencahar Kriteria obat pencahar yang boleh diberikan kepada ibu hamil:
Efektif, Tidak diserap oleh saluran cerna, Tidak teratogenik (tidak menyebabkan cacat
pada janin).
G. Komplikasi
a. Mual, muntah
b. Penurunan nafsu makan
c. Hemoroid
d. Inkontinensia alvi
e. Perdarahan per rektum
f. Fecal impacted
g. Prolapsus uteri.

H. Pengobatan Konstipasi

Menurut Herawati (2012), pengobatan konstipasi pada ibu hamil dapat dibagi menjadi dua
cara, yaitu terapi non obat dan terapi obat.
a. Terapi non obat
Pada umumnya, konstipasi pada masa kehamilan dapat diatasi dengan melakukan
penyesuaian pola makan dan perubahan gaya hidup. Makanan kaya serat (30-35%), misalnya
gandum, buah-buahanan dan sayuran dapat meringankan konstipasi.
Namun, mengkomsumsi makanan kaya serat dalam jumlah besar secara tiba-tiba dapat
menyebabkan perut terasa tidak enak dan kembung. Ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi
makanan secara teratur dan minum air dalam jumlah cukup (6-8 gelas/hari). Perubahan gaya
hidup, misalnya: olahraga teratur dapat memperbaiki saluran cerna.
b. Terapi obat
Obat pencahar digunakan apabila konstipasi tidak dapat diatasi dengan penyesuaian jenis
makanan dan perubahan gaya hidup saja. Kriteria obat pencahar yang boleh diberikan kepada
ibu hamil adalah:
a. Efektif,
b. Tidak diserap oleh saluran cerna,
c. Tidak teratogenik ( tidak menyebabkan cacat pada janin ), dan
d. Dapat ditoleransi dengan baik ( tidak menimbulkan efek samping pada ibu dan janin )
e. Terdapat beberapa golongan obat pencahar, antara lain: obat pencahar
osmotik, pembentuk massa, dan stimulan. Obat pencahar pilihan untuk ibu
hamil adalah hanya digunakan secara terbatas hanya jika konstipasi tidak
dapat diatasi dengan obat pencahar osmotik.

I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari kamis, tanggal 11 Februari 2017 jam
11.40 WIB data yang diperoleh dari klien, keluarga klien dan buku Kesehatan Ibu
dan Anak serta petugas kesehatan, melalui observasi dan wawancara. Data hasil
pengkajian sebagai berikut: Nama klien S , umur 38 tahun, pekerjaan ibu rumah
tangga. Nama suami : Tn.S, umur 42 tahun, pekerjaan wiraswasta. Hari Pertama
Haid Terakhir 23 Mei 2016, Hari Perkiraan Lahir 28 Februari 2017, usia
kehamilan 37 minggu, Status obstetri G3P2A0. Pada trimester ketiga pada saat ini
klien mengatakan susah buang air besar, biasanya buang air besar 2 hari sekali,
dengan konsistensi feses keras, terasa ingin buang air besar tapi tidak bisa keluar,
perut terasa penuh dan kembung.
Pemeriksaan fisik diperoleh data, keadaan umum klien baik, kesadaran
composmentis, Tanda-tanda vital : Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi : 75
kali/menit, suhu: 36,2 °C, pernafasan : 24 kali/menit, berat badan sebelum hamil
60 kg, berat badan selama hamil 74 kg serta tinggi badan : 155 cm, lingkar lengan
atas 30 cm. Pada pemeriksaan abdomen saat dilakukan inspeksi terdapat linea
nigra, hasil auskultasi denyut jantung janin terdengar keras, kuat dan teratur pada
satu sisi sebelah kanan dengan frekuensi : 142 kali/menit,bayi tunggal, tinggi
fundus uteri 32 cm, hasil pemeriksaan leopold I teraba bokong, leopold II pada
perut bagian kanan teraba punggung janin, dan pada perut bagian kiri teraba
ekstremitas (tangan dan kaki), leopold III teraba kepala, leopold IV : kepala
belum masuk panggul, hasil perkusi hipertympani. Klien makan 3 kali sehari
dengan nasi, lauk dan sayur, makan buah kurang lebih 3 hari sekali. Klien minum
air putih kurang lebih 4 sampai 5 gelas kurang lebih 1000 cc sehari.

3.2. Data fokus


Berdasarkan pengkajian tanggal 11 Februari 2017 di peroleh data subyektif
klien mengatakan susah untuk buang air besar, biasa buang air besar 2 hari
sekali, terasa ingin mengejan tapi feses susah keluar, perutnya terasa penuh dan
kembung, Klien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk dan sayur, makan buah
kurang lebih 3 hari sekali. Klien minum air putih kurang lebih 4 sampai 5 gelas
kurang lebih 1000 cc sehari. Klien jarang
3.2. Data fokus
Berdasarkan pengkajian tanggal 11 Februari 2017 di peroleh data subyektif klien
mengatakan susah untuk buang air besar, biasa buang air besar 2 hari sekali, terasa ingin
mengejan tapi feses susah keluar, perutnya terasa penuh dan kembung, Klien makan 3 kali
sehari dengan nasi, lauk dan sayur, makan buah kurang lebih 3 hari sekali. Klien minum
air putih kurang lebih 4 sampai 5 gelas kurang lebih 1000 cc sehari. Klien jarang
berolahraga karena disibukkan urusan rumah tangga, tidak mengkonsumsi obat pencahar
maupun obat herbal, klien mengatakan biasanya mengkonsumsi obat dari bidan (zat besi
(Fe), cyanobalamine, calsium lactate) dan data obyektif di dapatkan feses keras, perkusi
abdomen hipertympani. Tanda-tanda vital : Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi : 75
kali/menit, suhu: 36,2°C, pernafasan : 24 kali/menit, berat badan sebelum hamil 60 kg,
berat badan selama hamil 74 kg dan tinggi badan : 155 cm, detak jantung janin 142
kali/menit, tinggi fundus uteri 32 cm.

3.3. Analisa data


Berdasarkan data fokus yang diperoleh maka dapat disimpulkan masalah
keperawatan adalah konstipasi penyebab atau etiologi yaitu peningkatan produksi hormon
progesteron, kurangnya asupan serat, cairan, dan olahraga.
3.4. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data hasil pengkajian maka penulis merumuskan masalah keperawatan
yaitu konstipasi berhubungan dengan peningkatan produksi hormon progesteron,
kurangnya asupan serat, cairan, dan olahraga ( NANDA , 2015 )
3.5. Intervensi
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari kunjungan rumah
diharapkan klien dapat buang air besar 1 kali sehari, dengan kriteria hasil klien dapat
buang air besar 1 kali sehari, dengan konsistensi feses lunak, eliminasi feses tanpa perlu
mengejan berlebihan, mampu memilih makanan untuk mencegah konstipasi.
Rencana keperawatan meliputi : 1) kaji pola eliminasi alvi yang normal atau biasa
pada klien. Rasional : pola defekasi setiap individu beragam dari defekasi satu kali setiap
hari hingga setiap 2 atau 3 hari. Pola defekasi normal pada klien ditentukan untuk
merencanakan intervensi korektif (Green & Judith, 2012). 2) Ajarkan tentang asupan serat
dalam diet. Rasional : dalam mengkonsumsi asupan serat dalam diet menyebabkan
kurangnya ampas yang tersedia untuk membentuk feses.
2012). Berdasarkan penelitian Jewell, dengan memperbanyak mengkonsumsi
makanan mengandung serat sebanyak 20-35 gr/hari dapat mengurangi konstipasi sebanyak
30% atau 0,18 kali dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi serat (Irianti, 2014). 3)
Ajarkan tentang asupan cairan. Rasional: Bila asupan cairan tidak adekuat, feses akan
kekurangan kandungan cairan yang cukup untuk memudahkan pengeluaran saluran usus
bawah (Green & Judith, 2012). Dengan minum paling sedikit 8-10 gelas air dalam sehari
serta menghindari minuman yang dapat memperberat kerja sistem pencernaan seperti teh
atau kopi (Irianti, 2014). 4) Ajarkan tentang pola aktivitas. Rasional : jika dalam latihan
fisik tidak cukup, gerakan peristaltik normal dapat berkurang dan otot saluran cerna dapat
kehilangan tonusnya sehingga menyebabkan konstipasi atau impaksi feses (Green &
Judith, 2012). 5).Anjurkan ibu untuk olahraga ringan secara rutin dengan mengikuti
kegiatan senam hamil atau sekedar berjalan ringan disetiap hari (Trottier, 2012).6).Ajarkan
tentang penggunaan obat resep, obat bebas, dan obat herbal . Rasional : Jika ibu
mengalami konstipasi, tunda pemberian Fe untuk beberapa hari, karena berdasarkan
review (Chocrane, 2009) pemberian Fe lebih dari 10 gr/hari dapat meningkatkan konstipasi
(Bradley, 2007). 7).Berikan pendidikan kesehatan tentang cara mengatasi konstipasi pada
ibu hamil trimester ketiga, diantaranya : Konsumsi makanan berserat tiap hari,
memperbanyak minum air putih, olahraga secara teratur, ajarkan cara efektivitas
mengkonsumsi suplemen besi, anjurkan tidak minum obat pencahar. Rasional : untuk
meningkatkan pengetahuan serta pemahaman klien tentang cara-cara mengatasi konstipasi.
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada hari pertama : 1. Menjelaskan kepada
klien perlunya meningkatkan asupan makanan berserat dalam diet. Rasional :Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Jewell tahun 2001, dengan memperbanyak mengkonsumsi
makanan mengandung serat sebanyak 20-35 gr/hari bisa mengurangi konstipasi sebanyak
30% atau 0,18 kali dibandingkan dengan tidak mengkonsumsi serat (Irianti, 2014). 2.
Menganjurkan klien meningkatkan asupan cairan hingga 8–10 gelas sehari.
Rasional : Bila asupan cairan tidak adekuat feses akan kekurangan kandungan cairan
yang cukup untuk memudahkan pengeluaran melalui saluran usus bawah (Green & Judith,
2012).
Intervensi keperawatan hari kedua : 1. Menganjurkan klien melakukan aktivitas fisik
seperti jalan kaki dan senam hamil. Rasional : jika dalam latihan fisik tidak cukup, gerakan
peristaltik normal dapat berkurang dan otot saluran cerna dapat kehilangan tonusnya
sehingga menyebabkan konstipasi atau impaksi feses (Green & Judith, 2012).
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada hari ketiga yaitu : 1. Observasi pola
eliminasi alvi yang normal atau biasa pada klien. Rasional : pola defekasi setiap individu
beragam dari defekasi satu kali setiap hari hingga setiap 2 atau 3 hari. Pola defekasi normal
pada klien ditentukan untuk merencanakan intervensi korektif.
DAFTAR PUSTAKA

Herawati, F . 2012. Panduan Terapi Aman Selama Kehamilan. Surabaya: PT. ISFI
Herdman, 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020. Jakarta : EGC
Ojieh AE. 2012. Constipation in pregnancy and the effect of vegetable consumption
in different socio-economic class in Warri, Delta state. Journal of Medical and
Applied Biosciences.
Syam AF. 2008. Konstipasi pada kehamilan. Dalam: Laksmi PW, Alwi I, Setiati S,
Purwaningsih W. &fatmawati S.(2010).Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuhamedika
Muflihah S., Kamariyah N., &Anggasari Y. (2014).Buku Ajar Kehamilan. Jakarta:
SalembaMedika
Irianti, B., Halida, E.M., Huhita, F.,Prabandari, F., Yulita, N., Yulianti, N.,
Hartiningtiyaswati, S.,Anggraini, Y. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis
bukti. Jakarta: Sagungceto
Indiarti.(2015). Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan. Yogyakarta: indoliterasi
Goetzl L. & Harford R. (2013).Kehamilan diatas 35 tahun .jakarta: Dian rakyat
Harsono T. (2013). Permasalahan kehamilan yang sering terjadi.Jakarta:
Platinum
Hutahaean, S. (2013).Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika
Indiarti.(2015). Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan. Yogyakarta: indoliterasi
Irianti, B., Halida, E.M., Huhita, F.,Prabandari, F., Yulita, N., Yulianti, N.,
Hartiningtiyaswati, S.,Anggraini, Y. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis
bukti. Jakarta: Sagungceto

Muflihah S., Kamariyah N., &Anggasari Y. (2014).Buku Ajar Kehamilan. Jakarta:


SalembaMedika
Purwaningsih W. &fatmawati S.(2010).Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuhamedika
Rungsiprakarn P.,Laopboon, M.,Sangkomkamhang, U.S.,Lumbiganon, P.,Pratt,
(2014).Interventions for traeting constipation in pregnancy. Intervention
protocol.Vol 10. NoCD011448.12 2014:1-11
Shi,wenjun.,Xu, Xiaohang.,Zhang, Yi.,Guo, Sa.,Wang, Jing.,Wang, Jianjun,.
(2015). Epidemiology and Risk factors of functional Constipation in Pregnant
Women.Research article.vol.No 10.1371.24juli 2015:1-10

Anda mungkin juga menyukai