A. Pengertian
Kehamilan merupakan salah satu faktor penyebab sistemik untuk terjadinya konstipasi atau
susah buang air besar. Konstipasi adalah kondisi mengalami perubahan pola defekasi normal
ditandai menurunnya frekuensi buang air besar atau pengeluaran feses yang keras dan kering
(Green & Judith, 2012). Kehamilan adalah kejadian fisiologis yang dialami semua wanita hamil.
Dalam masa kehamilan, tubuh seorang wanita akan mengalami banyak perubahan. Baik
perubahan fisik, mood, maupun hormonal. Pada kehamilan ini dapat menimbulkan keluhan dan
masalah pada kehamilan trimester ketiga salah satunya adalah konstipasi.Konstipasi merupakan
masalah yang sering banyak dikeluhkan wanita hamil terutama wanita hamil trimester ketiga
yang disebabkan berbagai faktor seperti faktor hormonal, perubahan pola diet pada saat hamil,
berkurangnya aktifitas fisik misalnya jalan kaki pada pagi hari dan senam hamil dan riwayat
posisi jongkok pada saat buang air besar.
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) dalamusus besar pada
waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak adanya
gerakan peristaltik pada usus besar sehingga memicu tidak teraturnya buang air besar dan timbul
perasaan tidak nyaman pada perut.
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar
jadi terlalu kering dan keras.
Konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit. Di masyarakat dikenal dengan istilah sembelit,
merupakan suatu keadaan sukar atau tidak dapat buang air besar, feses (tinja) yang keras, rasa
buang air besar tidak tuntas (ada rasa ingin buang air besar tetapi tidak dapat mengeluarkannya),
atau jarang buang air besar. Seringkali orang berpikir bahwa mereka mengalami konstipasi
apabila mereka tidak buang air besar setiap hari yang disebut normal dapat bervariasi dari tiga
kali sehari hingga tiga kali seminggu.
B. Etiologi
Konstipasi terjadi akibat peningkatan produksi progesteron yang menyebabkan tonus otot
polos menurun, termasuk pada sistem pencernaan, sehingga sistem pencernaan menjadi
lambat. Motilitas otot yang polos menurun dapat menyebabkan absorpsi air di usus besar
meningkat sehingga feses menjadi keras. Selain itu, konstipasi terjadi akibat aktivitas ibu yang
kurang, asupan cairan dan serat yang rendah juga dapat menjadi faktor terjadinya konstipasi
(Irianti, 2014). Progesteron menyebabkan otot-otot usus menjadi lemas dan mengering
sehingga sisa-sisa makanan menjadi sulit dan sakit untuk dikeluarkan .
Penyebab konstipasi pada ibu hamil :
a. Peningkatan hormone progesterone (mempengaruhi gerakan peristaltik usus) Progesteron akan
menyebabkan otot-otot relaksasi untuk memberi tempat janin berkembang. Relaksasi otot ini juga
mengenai otot usus sehinggaakan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan
konstipasi.
b. Mengkonsumsi zat besi
c. Penekanan uterus yang membesar
Uterus yang semakin membesar seiring dengan perkembangan janin pada wanita hamil akan
memberikan tekanan pada usus besar dengan akibat evakuasi tinja terhambat. Semakin besar
kehamilan maka semakin besar tekanan pada usus besar sehingga semakin mudah terjadinya
konstipasi.
d. Konsumsi asupan kurang serat
e. Aktivitas fisik
f. Wanita hamil cenderung akan mengurangi aktifitasnya untuk menjaga kehamilannya. Begitu juga
semakin besar kehamilan wanita hamil cenderung semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh
yang semakin berat.
g. Ketegangan psikis seperti stres dan cemas juga merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi.
C. Patofisiologi Konstipasi
Berdasarkan patofisiologinya konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat
kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi akibat kelainan struktural terjadi melalui
proses obstruksi aliran tinja, sedangkan konstipasi fungsional berhubungan dengan gangguan
motilitas kolon atau anorektal. Konstipasi pada wanita hamil umumnya merupakan konstipasi
fungsional. Ada beberapa faktor mengapa wanita hamil mengalami konstipasi yakni: faktor
hormonal, perubahan diet, pertumbuhan janin dan aktifitas fisik. Riwayat posisi saat defekasi juga
menjadi resiko untuk timbulnya konstipasi. Pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang
drastis yakni peningkatan progesteron selama kehamilan. Progesteron akan menyebabkan otot-otot
relaksasi untuk memberi tempat janin berkembang. Relaksasi otot ini juga mengenai otot usus
sehingga akan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan konstipasi (slow-
transit constipation). Disamping itu selama kehamilan tubuh menahan cairan, absorbsi cairan di
usus meningkat sehingga isi usus cenderung kering dan keras yang memudahkan terjadinya
konstipasi.
Perubahan diet pada wanita hamil berkontribusi untuk terjadinya konstipasi. Gejala mual
muntah pada trimester pertama disertai asupan makanan khususnya minuman yang berkurang akan
mempengaruhi proses defekasinya. Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil cenderung
mengurangi asupan cairan. Komposisi makanan yang cenderung berupa susu dan daging / ikan
tanpa disertai cukup makanan yang kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya konstipasi.
Begitu juga pemberian suplemen besi dan kalsium selama kehamilan merupakan faktor resiko
terjadinya konstipasi. Uterus yang semakin membesar seiring dengan perkembangan janin pada
wanita hamil akan memberikan tekanan pada usus besar dengan akibat evakuasi tinja terhambat.
Semakin besar kehamilan maka semakin besar tekanan pada usus besar sehingga semakin mudah
terjadinya konstipasi. Aktifitas fisik yang cukup akan memperbaiki motilitas pencernaan termasuk
usus dengan memperpendek waktu transitnya. Wanita hamil cenderung akan mengurangi
aktifitasnya untuk menjaga kehamilannya. Begitu juga semakin besar kehamilan wanita hamil
cenderung semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh yang semakin berat. Ketegangan psikis
seperti stres dan cemas juga merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi.
Posisi defekasi juga mempengaruhi untuk terjadinya konstipasi. Pada posisi jongkok, sudut antara
anus dan rektum akan menjadi lurus akibat fleksi maksimal dari paha. Ini akan memudahkan
terjadinya proses defekasi sehingga tidak memerlukan tenaga mengedan yang kuat. Pada posisi
duduk, sudut antara anus dan rektum menjadi tidak cukup lurus sehingga membutuhkan tenaga
mengedan yang lebih kuat. Proses mengedan kuat yang berkelanjutan akan dapat menimbulkan
konstipasi dan hemoroid. Ibu hamil cenderung lebih nyaman defekasi dengan posisi duduk tetapi
dapat berakibat timbulnya konstipasi.
Pengeluaran feses merupakan akhir proses pencernaan. Sisa-sisa makanan yang tidak dapat
dicerna lagi oleh saluran pencernaan, akan masuk kedalam usus besar ( kolon ) sebagai massa yang
tidak mampat serta basah. Di sini, kelebihan air dalam sisa-sisa makanan tersebut diserap oleh tubuh.
Kemudian, massa tersebut bergerak ke rektum ( dubur ), yang dalam keadaan normal mendorong
terjadinya gerakan peristaltik usus besar. Pengeluaran feses secara normal, terjadi sekali atau dua kali
setiap 24 jam. Kotoran yang keras dan sulit dikeluarkan merupakan efek samping yang tidak nyaman
dari kehamilan. Sembelit terjadi karena hormon-hormon kehamilan memperlambat transit makanan
melalui saluran pencenaan dan rahim yang membesar menekan poros usus ( rektum ). Suplemen zat
besi prenatal juga dapat memperburuk sembelit. Berolahraga secara teratur, menyantap makanan yang
kaya serat serta minum banyak air dapat membantu meredakan masalah tersebut.
D. Pathway
H. Pengobatan Konstipasi
Menurut Herawati (2012), pengobatan konstipasi pada ibu hamil dapat dibagi menjadi dua
cara, yaitu terapi non obat dan terapi obat.
a. Terapi non obat
Pada umumnya, konstipasi pada masa kehamilan dapat diatasi dengan melakukan
penyesuaian pola makan dan perubahan gaya hidup. Makanan kaya serat (30-35%), misalnya
gandum, buah-buahanan dan sayuran dapat meringankan konstipasi.
Namun, mengkomsumsi makanan kaya serat dalam jumlah besar secara tiba-tiba dapat
menyebabkan perut terasa tidak enak dan kembung. Ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi
makanan secara teratur dan minum air dalam jumlah cukup (6-8 gelas/hari). Perubahan gaya
hidup, misalnya: olahraga teratur dapat memperbaiki saluran cerna.
b. Terapi obat
Obat pencahar digunakan apabila konstipasi tidak dapat diatasi dengan penyesuaian jenis
makanan dan perubahan gaya hidup saja. Kriteria obat pencahar yang boleh diberikan kepada
ibu hamil adalah:
a. Efektif,
b. Tidak diserap oleh saluran cerna,
c. Tidak teratogenik ( tidak menyebabkan cacat pada janin ), dan
d. Dapat ditoleransi dengan baik ( tidak menimbulkan efek samping pada ibu dan janin )
e. Terdapat beberapa golongan obat pencahar, antara lain: obat pencahar
osmotik, pembentuk massa, dan stimulan. Obat pencahar pilihan untuk ibu
hamil adalah hanya digunakan secara terbatas hanya jika konstipasi tidak
dapat diatasi dengan obat pencahar osmotik.
I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari kamis, tanggal 11 Februari 2017 jam
11.40 WIB data yang diperoleh dari klien, keluarga klien dan buku Kesehatan Ibu
dan Anak serta petugas kesehatan, melalui observasi dan wawancara. Data hasil
pengkajian sebagai berikut: Nama klien S , umur 38 tahun, pekerjaan ibu rumah
tangga. Nama suami : Tn.S, umur 42 tahun, pekerjaan wiraswasta. Hari Pertama
Haid Terakhir 23 Mei 2016, Hari Perkiraan Lahir 28 Februari 2017, usia
kehamilan 37 minggu, Status obstetri G3P2A0. Pada trimester ketiga pada saat ini
klien mengatakan susah buang air besar, biasanya buang air besar 2 hari sekali,
dengan konsistensi feses keras, terasa ingin buang air besar tapi tidak bisa keluar,
perut terasa penuh dan kembung.
Pemeriksaan fisik diperoleh data, keadaan umum klien baik, kesadaran
composmentis, Tanda-tanda vital : Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi : 75
kali/menit, suhu: 36,2 °C, pernafasan : 24 kali/menit, berat badan sebelum hamil
60 kg, berat badan selama hamil 74 kg serta tinggi badan : 155 cm, lingkar lengan
atas 30 cm. Pada pemeriksaan abdomen saat dilakukan inspeksi terdapat linea
nigra, hasil auskultasi denyut jantung janin terdengar keras, kuat dan teratur pada
satu sisi sebelah kanan dengan frekuensi : 142 kali/menit,bayi tunggal, tinggi
fundus uteri 32 cm, hasil pemeriksaan leopold I teraba bokong, leopold II pada
perut bagian kanan teraba punggung janin, dan pada perut bagian kiri teraba
ekstremitas (tangan dan kaki), leopold III teraba kepala, leopold IV : kepala
belum masuk panggul, hasil perkusi hipertympani. Klien makan 3 kali sehari
dengan nasi, lauk dan sayur, makan buah kurang lebih 3 hari sekali. Klien minum
air putih kurang lebih 4 sampai 5 gelas kurang lebih 1000 cc sehari.
Herawati, F . 2012. Panduan Terapi Aman Selama Kehamilan. Surabaya: PT. ISFI
Herdman, 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020. Jakarta : EGC
Ojieh AE. 2012. Constipation in pregnancy and the effect of vegetable consumption
in different socio-economic class in Warri, Delta state. Journal of Medical and
Applied Biosciences.
Syam AF. 2008. Konstipasi pada kehamilan. Dalam: Laksmi PW, Alwi I, Setiati S,
Purwaningsih W. &fatmawati S.(2010).Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuhamedika
Muflihah S., Kamariyah N., &Anggasari Y. (2014).Buku Ajar Kehamilan. Jakarta:
SalembaMedika
Irianti, B., Halida, E.M., Huhita, F.,Prabandari, F., Yulita, N., Yulianti, N.,
Hartiningtiyaswati, S.,Anggraini, Y. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis
bukti. Jakarta: Sagungceto
Indiarti.(2015). Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan. Yogyakarta: indoliterasi
Goetzl L. & Harford R. (2013).Kehamilan diatas 35 tahun .jakarta: Dian rakyat
Harsono T. (2013). Permasalahan kehamilan yang sering terjadi.Jakarta:
Platinum
Hutahaean, S. (2013).Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika
Indiarti.(2015). Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan. Yogyakarta: indoliterasi
Irianti, B., Halida, E.M., Huhita, F.,Prabandari, F., Yulita, N., Yulianti, N.,
Hartiningtiyaswati, S.,Anggraini, Y. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis
bukti. Jakarta: Sagungceto