Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Definisi
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh, bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing ( Muttaqin, 2009).
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru dimana
pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen
dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. ( Anonymous, 2009).
Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan
mungkin terjadi dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang
dapat disamakan dengan kumpulan gejala sepsis atau setelah tujuh hari
dan terbatas pada paru-paru. Tanda tandanya mungkin terbatas pada kegagalan
pernapasan atau berlanjut kearah syok dan kematian. Infeksi dapat ditularkan melalui
plasenta, aspirasi,atau diperoleh setelah kelahiran. (Caserta, 2009)

1.1.2 Etiologi
1. Bakteri
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pada orang dewasa
umumnya disebabkan oleh pneumokokus sterotipe 1 sampai dengan 8.
Sedangkan pada anak – anak serotype 14, 1, 6, dan 9. Insiden meningkat
pada usia lebih kecil 4 tahun dan menurun dengan meningkatnya umur.
Streptokokus sering merupakan komplikasi dari penyakit virus lain seperti
morbili dan varicela atau komplikasi penyakit kuman lainnya seperti
pertusis, pneumonia oleh pneumokokus.
Basil gram negative seperti hemiphilus influenza, pneumokokus aureginosa,
tubercollosa.
2. Virus
Virus respiratory syncytial, virus influenza, virus adeno, virus sistomegalik
3. Aspirasi
a. Aspirasi Pneumonia
1) Pneumonia karena infeksi virus, bakteri atau jamur
2) Pneumonia terjadi karena cairan masuk ke paru-paru
3) Biasanya karena tersedak
1
4) Didalam kandungan : aspirasi mekonium
5) Pada bayi baru lahir : tersedak karena air ketuban ibu, aspirasi
b. Aspirasi Mekonium
1) Pada neonatus : tersedak karena air susu
2) Aspirasi Mekonium
3) 9 – 15 % dari kelahiran hidup
4) Jarang terjadi pada kehamilan < 37 minggu
5) 30% atau lebih terjadi pada kehamilan 42 minggu
6) Bila air ketuban bercampur mekonium biasanya 50% mekonium
berada di trakea
4. Pneumonia Hipostatik
Penyakit ini disebabkan oleh kerena tidur terlentang terlalu lama
5. Jamur
6. Sindroma Loeffer

1.1.3 Klasifikasi
Pembagian pneumonia berdasarkan distribusi anatomic pneumonia dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Pneumonia Lobaris : Konsolidasi pada satu lobus
2. Pneumonia Interstitialis (Bronkhiolitis)
3. Pneumonia Loburis (bronkopneumonia) : konsolidasi merata pada kedua
lapang paru
4. Pleuropneumonia

2
1.1.4 Patofisiologi Pneumonia

trakea

infeksi virus, bakteri atau jamur aspirasi


mekonium, Pada bayi baru lahir : tersedak
karena air ketuban ibu

Cairan masuk ke paru - paru

Penyempitan jalan nafas Ketidakefektifan


pola nafas
Peningkatan kerja pernafasan

Peningkatan kebutuhan O2 tampak Peningkatan kehilangan air tak tampak

Ekshalasi bakteri
Penguapan
Aspirasi dari secret yang berasal
dari orofaring Reflek hisap/telan melemah

Gangguan pertukaran gas Penurunan masukan oral

Ekshalasi butiran dahak Nutrisi kurang dari kebutuhan


halus (droplet) tubuh
Plak mukosa
hematogen Hipoksemia

Atelektasis
Kuman masuk alveoli Gelisah

Reaksi radang Kerusakan


Takipnea pertukaran gas

demam Hipertermi Takikardia

Proses konsolidasi
memenuhi satu segmen

Satu lobus paru

Jaringan paru padat

Hepatiasi

3
1.1.5 Manifestasi klinik
1) Demam
2) Gelisah, rewel
3) Batuk
4) Sesak nafas
5) Tidak mau menentek
Neonatus:
1) Takhipnoe
2) Retraksi dinding dada
3) Grunting (suara merintih pada bayi muda)
4) Sianosis
5) Neonatus: ≥ 60x/mnt
2 bulan – 12 bulan : ≥ 50 x/mnt
12 bulan – 5 tahun : ≥ 40 x/mnt

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologist dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran
air bronkogram misalnya oleh streptococcus pneumoniae, bronkopenumonia
oleh karena staphylococcus virus atau mikoplasma dan pneumonia
interstitial oleh virus atau mikoplasma.
Distribusi infiltrate pada segmen apical lobus bawah atau inferior
lobus atas dikarenakan kuman aspirasi. Infiltrat dilobus sering ditimbulkan
oleh klebsiella spp, tuberkolosis atau amilodosis. Pada lobus bawah dapat
terjadi infiltrate akibat staphylococcus atau bakteriemia.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri, leukosit
normal atau rendah dapat disebabkan oleh infeksi verus atau mikoplasam
atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respon leukosit, orang
tua, atau lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya
neutropenia pada infeksi kuman gram negative atau S. aureus pada pasien
dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasinasotrakeal/transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torokosintesis, bronkoskopi atau biopsy. Kuman
yang perdominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan

4
merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman dapat bermanfaat untuk
evaluasi selanjutnya.
4. Pemeriksaan Khusus
Titer antibody terhadap virus, legionella dan mikoplasma. Nilai
diagnostic bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah
dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigin.

1.1 7 Penatalaksanaan
1. Semua pasien harus dievaluasi terhadap hipoksia, dan oksigin harus
diberikan bila terindikasi.
2. Pemberian antibiotic dilakukan secara empiris sesuai dengan pola kuman
tersering yaitu streptococcus pneumonia dan haemophilus influenzae.
Pemberian antibiotic sesuai dengan kelompok umur.
3. Tirah baring
4. Pemberian cairan

1.1.8 Komplikasi
1. Empiema
2. Meningitis
3. Perikarditis
4. Osteomielitis
5. Peritonitis

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Data Dasar Pengkajian Klien
Data tergantung pada derajat atau lamanya penyakit dan organ yang terlibat
1. Aktivitas
Gejala : Kelelahan, malaise, kelemahan, insonia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronis
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan, pucat
3. Interitas ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial
4. Makanan/Cairan
Gejala : anoreksi, mual, muntah,

5
Tanda : Hiperaktif bunyi usus, distensi abdomen, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan mal nutrisi
5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : Perubahan mental
6. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri pleuritik meningkat oleh batuk, nyeri dada, kram
otot
Tanda : perilaku berhati – hati, focus pada diri sendiri
7. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal, penggunaan otot bantu nafas
Tanda : Dispnea, Takipnea, batuk, suara nafas tambahan, sputum merah
muda, purulen, perkusi pekak didaerah yang konsolidasi, fremitus taktil dan
vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gerakan friksi pleural, nafas
bronchial, syanosis
8. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi, kemoterapi, riwayat gangguan sistem imun
Tanda : Demam, infeksi, kemerahan, berkeringat

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa I : Kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolar
kapiler (efek inflamasi )
Tujuan : mendemostrasikan perbaikan ventilasi
Kriteria hasil:
1. Bunyi nafas jelas
2. Analisa gas darah dalam batas-batas normal,
3. Frekuensi nafas 12-24 per menit
4. Frekuensi nadi 60-100 kali/menit
5. Tidak ada batuk
6. Meningkatnya volume inspirasi pada spirometer insentif.
Intervensi dan Rasional :
1. Pantau status pernafasan tiap 8 jam, tanda vital tiap 4 jam, hasil analisa gas
darah, foto rontgen, pemeriksaan fungsi paru-paru.
R : Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
2. Berikan ekspektoran sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
R : Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekresi dapat
6
keluar pada saat batuk
3. Beri bayi minum Asi atau formula minimal 200 ml cairan per hari.
R : Membantu mengeluarkan sekresi. Cairan juga untuk membantu
mengalirkan obat-obatan di dalam tubuh.
4. Lakukan penghisapan jika bayi menderita kongesti paru tetapi refleks batuk
tidak baik atau terjadi penurunan kesadaran.
R : Suction bertujuan membersihkan jalan nafas dari sekret
5. Pertahankan posisi fowler atau semi fowler.
R : Memungkinkan ekspansi paru lebih penuh dengan cara menurunkan
tekanan abdomen pada diafragma
6. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan anjuran, sesuaikan kecepatan
aliran dengan hasil analisa gas darah.
R : Pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernafasan
dengan menyediakan lebih banyak oksigin untuk dikirim ke sel,
walaupun konsentrasi oksigin lebih tinggi dapat dialirkan melalui
masker oksigin, namun hal tersebut dapat membuat pasien terancam
khususnya dengan distress pernafasan
7. Kolaborasi dalam pemberian antimicrobial sesuai dengan hasil kultur
sputum/darah
R : Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pneumonia

Diagnosa II : Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


reflek menelan dan menghisap bayi lemah, zat besi dan kalsium
yang tidak cukup dan penipisan persediaan karena metabolik
yang tinggi, tingginya kebutuhan asupan kalori yang tidak
mencukupi dan hilangnya kalori.
1) Batasan Karakteristik
Mayor (harus terdapat) :
Seseorang yang mengalami puasa dilaporkan atau mempunyai
ketidakcukupan masukan makanan, kurang dari yang dianjurkan sehari-hari
dengan atau tanpa terjadinya penurunan berat badan dan atau kebutuhan
metabolic actual atau potensial pada kelebihan masukan terhadap penurunan
berat badan
Minor (mungkin terdapat) :
(1) Berat badan 10% - 20% di bawah normal dan tinggi serta kerangka tubuh
di bawah ideal

7
(2) Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot
(3) Pertengahan lengan kurang 60% dan ukuran standar
(4) Kelemahan dan nyeri tekan otot
(5) Mudah tersinggung dan bingung
(6) Penurunan albumin serum
(7) Penurunan transferin atau kapasitas pengikat zat besi
2) Tujuan
Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan status gizi bayi
3) Kriteria hasil :
Bayi akan :
(1) Menerima nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan sesuai dengan umur
dan kebutuhan
(2) Mendemonstrasikan peningkatan ketrampilan dalam cara makan yang
sesuai dengan kemampuan perkembangannya
4) Implementasi dan rasional
(1) Mulai pemberian makan sementara dengan menggunakan selang sesuai
indikasi
R: Pemberian makan perselang mungkin perlu untuk memberikan nutrisi
adekuat pada bayi yang telah mengalami koordinasi, menghisap yang
buruk dan reflek menelan atau yang menjadi lelah selama pemberian
makan
(2) Masukkan ASI atau formula dengan perlahan selama 10 menit pada
kecepatan 1 ml/mnt
R : Pemasukan makanan ke dalam lambung yang terlalu cepat dapat
menyebabkan respons balik cepat dengan regurgitasi peningkatan
resiko aspirasi dan distensi abdomen, semua ini menurunkan status
pernafasan
(3) Pertahankan termonetral lingkungan dan oksigenasi jaringan dengan tepat.
Gangguan pada bayi harus seminimal mungkin
R : Stress dingin hypoxia, dan penanganan yang berlebih meningkatkan
laju metabolisme dan kebutuhan kalori bayi, kemungkinan
memperlambat pertumbuhan dan peningkatan berat badan
(4) Catat pertumbuhan dengan membuat pengukuran BB setiap hari dan setiap
minggu dari panjang badan dan lingkar kepala

8
R : Pertumbuhan dan peningkatan BB adalah kriteria untuk penentuan
kebutuhan kalori untuk menyesuaikan formula dan untuk menentukan
frekuensi pemberian makan. Pertumbuhan mendorong peningkatan
kebutuhan kalori dan kebutuhan energi
(5) Beri makan sesering mungkin sesuai indikasi berdasarkan BB bayi dan
perkiraan kapasitas lambung
R: Bayi kurang dari 1250 gr (2 bl 12 OZ) diberi makan setiap jam, bayi
antara 1500 dan 1800 (3 bulan sampai 4 bl) diberi makan setiap 3 jam

Diagnosa III Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi


1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalah
tidak menjadi aktual
2) Kriteria hasil :
(1) Suhu dalam batas normal (36 – 37 o C)
(2) RR : < 40 x/mnt
(3) N : 60-120 x/mnt
3) Intervensi :
(1) Observasi adanya faktor-faktor yang memperberat
risiko hipertermia
R : Mencegah terjadinya risiko peningkatan suhu tubuh
(2) Observasi TTV
R : Peningkatan suhu tubuh diawasi
(3) Pendidikan kesehatan kompres dingin
R : Merangsang saraf di hipotalamus untuk menghentukan panas
tubuh dan memberikan rasa nyaman
(4) Menganjurkan memakai pakaian yang tipis
R : Dapat membantu menyerap keringat
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat
Febris 2,5 cc/hari
R : Efek obat diharapkan dapat menurunkan panas

Diagnosa IV : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penyempitan jalan


nafas.
Batasan karakteristik
Mayor :
(1) Perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai dasar)

9
(2) Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
Minor :
(1) Ortopnea
(2) Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
(3) Pernafasan disritmik
(4) Pernafasan sukar/berhati-hati
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola napas menjadi efektif.
Kriteria hasil :
(1) Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.
(2) Ekspansi dada simetris.
(3) Tidak ada bunyi nafas tambahan.
(4) Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
Intervensi keperawatan :
1) Observasi frekuensi pernapasan dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea
dan perubahan frekuensi jantung, tonus otot dan warna kulit berkenaan dengan
prosedur atau perawatan.
Rasional : Membantu membedakan periode perputaran pernapasan normal dan
serangan apneik sejati, yang termasuk sering terjadi sebelum gestasi minggu
ke-30.
2) Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional : Perbaikan kadar O2 dan CO2 dapat meningkatkan fungsi
pernapasan.
3) Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok di
bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi.
Rasional : Posisi ini dapat memudahkan pernapasan dan menurunkan periode
apnoe, khususnya adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea.
4) Berikan rangsangan taktil segera, misalnya gosok punggung bayi bila terjadi
apnoe. Perhatikan adanya sianosis, bradikardia.
Rasional : Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan
kembalinya pernapasan spontan. Kadang-kadang bayi mengalami kejadian
apnea lebih sedikit atau tak ada bradikardia bila orang tua menyentuh, bicara
pada mereka.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2009). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.


Carpenito, Lynda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10
Jakarta : EGC
Caserta. (2009). Pedoman Klinis Keperwatan Pediatrick. Jakarta : EGC.
Corwin. (2000). Buku Ajar Keperawatn Maternitas. Jakarta: EGC.
Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Suriadi. (2001). Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Jakatra : ECG

11
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A
DENGAN PNEUMONIA DI RUANG VIP

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 64 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Marital : Menikah
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Tani
Asuransi :-
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Karangrejo-Tulungagung
Tanggal Masuk : 30 Maret 2009 jam 3 pm
Tanggal Pengkajian : 31 Maret 2009 jam 9 am
No Register : 605471
Diagnosa Medis : Pneumonia

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama Penanggung : Tn. M
Hubungan dengan Pasien : Menantu
Alamat : Karangrejo-Tulungagung
No. Telepon :-
Nomor Kartu Identitas :-
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : Wiraswasta/Peternak ikan

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

12
Pasien mengatakan dada terasa sesak seperti tertimpa benda berat, sesak
semakin bertambah jika dibuat beraktivitas, berkurang jika dibuat istirahat
setengah duduk.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan  sudah 3 bulan batuk – batuk biasa, riak (+), keluar
keringat dingin dan 1 minggu ini batuk tambah ngikil, badan panas naik
turun dan lemas, nafsu makan menurun, merasa sesak, ampeq dan dada
terasa nyeri, badan sakit semua. Pada tanggal 30-03-2009 sesak semakin
bertambah. Kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke UGD RS. Baptis
Kediri.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sudah mempunyai riwayat pneumonia sejak tahun
2006
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit sama seperti pasien.
Genogram :

Keterangan :
: Laki - laki : Hub. Perkawinan

: Wanita : Hub. Keturunan

: Meninggal : Tinggal satu rumah

e. Riwayat Sosiokultural
Pasien percaya jika berusaha dan berdoa pasti ada jalan keluar.
f. Review Pola Sehat – Sakit
Pasien mengatakan merasa tidak berdaya karena merasa sangat sesak,
dada juga terasa ampeq dan nyeri, skala nyeri 3, pasien juga mengeluhkan
mual, tidak nafsu makan
g. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
13
Pasien mengatakan merasa sehat jika tidak ada keluhan yang dirasakan
mengganggu aktivitas. Yang dilakukan untuk menjadi sehat adalah
mengikuti semua nasehat dari dokter dan petugas kesehatan.

2) Pola Nutrisi – Metabolik


Berat Badan : 38 kg
Kebiasaan makan dirumah : Nasi, sayur, lauk, buah jarang
Kebiasaan makan di RS : Makan lunak TKTP,dan buah, porsi habis ¼
- ½ karena pasien merasa perut penuh dan
mual.
3) Pola Eliminasi
BAB : 1x/hr rutin (pagi hari) saat sakit ada perubahan pola BAB, di
RS BAB : jarang seringkali 2 hr sekali, konsistensi lembek, tidak ada
perdarahan.
BAK : 5-6x/hr baik di rumah maupun di RS.
Intake cairan di rumah : 6-8 gelas/hr dengan air putih, kopi.
Intake cairan di RS : 5-6 gelas/hr dengan sirup, susu, air putih
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Di rumah Di rumah sakit
Di Rumah : Di Rumah Sakit :
- Aktivitas sehari – hari sebagai - Pasien lebih banyak
ibu rumah tangga, makan, berbaring di TT, makan dan
mandi biasa. mandi dibantu oleh perawat
Masalah : Pasien mengatakan dan keluarga.
sering merasa mudah lelah saat Masalah : Pasien mengatakan
beraktivitas enggan berlebihan untuk
bergerak dan beraktivitas karena
dada tersa sesak, nyeri

5) Pola Koqnitif dan Persepsi


Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak
mengalami disorientasi
6) Pola Persepsi – Konsep Diri
 Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan ingin segera pulang
berkumpul bersama keluarga di rumah

14
 Pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit tidak dapat
melakukan apa-apa, tetapi pasien tidak putus asa dengan kondisi
sakitnya

7) Pola Tidur dan Istirahat


Di rumah Di rumah sakit
Di Rumah : Di Rumah Sakit :
- Tidak pernah tidur siang - Pasien berbaring di TT.
- Tidur malam 4 – 5 jam - Malam hari tidur 6 – 7
- Sering berkumpul bersama jam
keluarga saat sore hari. - Masalah : kadang-kadang
- Masalah : tidak ada keluhan. terbangun karena batuk

8) Pola Peran – Hubungan


Pasien dapat berhubungan baik dengan semua anggota keluarga yang
lain. Pasien selalu membicarakan setiap masalah dan keputusan yang
diambil dengan keluarga yang lain.
9) Pola Seksual – Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, mengatakan sudah menikah
10) Pola Toleransi Stress – Koping
Pasien selalu membicarakan setiap masalah yang dihadapi dengan istri
dan keluarga yang lain.
11) Pola Nilai – Kepercayaan
Pasien beragama islam, selalu melakukan sholat 5 waktu selama sehat,
saat sakit pasien tidak dapat melakukan sholat 5 waktu tetapi pasien
yakin Allah mengetahui keadaannya.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
KU lemah, pasien terlihat pucat, sesak dan lemas, terpasang O2 dengan
nasal kanul 3 l/mnt, posisi semi fowler, terlihat berhati – hati saat batuk,
ekspresi wajah menahan nyeri saat batuk, terpasang IV D1/2 NS 500 cc q
8 jam, GCS : E: 4, V:5, M: 6
Keterangan GCS :
4. : Buka mata spontan (normal)

15
5. : Komunikasi verbal baik, jawaban tepat (normal)
6. : Mengikuti perintah
b. Tanda Vital
Suhu : 37,9 0C Nadi : 100 x/menit Napas: 26 x/menit, T.Darah :140/60
mmHg

c. Kepala
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan, rambut berminyak, tidak ada lesi
d. Mata
Tidak ada edema palpebrae, tidak ada icterus, pupil isokor, reflek pupil
terhadap cahaya +/+, conjungtiva pucat (anemis).
e. Hidung
Septum hidung normal berada di tengah, tidak ada secret, tidak ada polip,
tidak ada perdarahan, memakai nasal kanul O2
f. Telinga
Simetris, tidak ada nyeri tekan pada tulang mastoid, bersih tidak ada
serumen
g. Mulut
Tidak ada halitosis. Tidak ada stomatitis, ada karang gigi, ada caries gigi,
pasien tidak memakai gigi palsu, lidah sedikit kotor, bibir pucat
h. Leher
Tidak ada massa, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada bendungan vena jugularis.
i. Dada dan punggung
Paru :
Tidak ada kelainan bentuk dada seperti barel chest, pigion chest,dan
funnel chest, terdapat retraksi intercostae, pola nafas teratur dan cepat 30
x/menit, ada suara nafas tambahan ronki +/+, perkusi redup pada paru.
Jantung :
Jantung : Inspeksi = Tidak terlihat ictus cordis
Perkusi = Suara pekak
Auskultasi = S1 dan S2 tunggal, reguler, tidak terdapat suara
jantung tambahan seperti mur - mur
Punggung : Tidak ada kelainan bentuk punggung seperti kifosis, lordosis
dll, tidak ada nyeri tekan pada daerah pinggul.
j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi
16
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah
Perkusi : Suara tympani
Auskultasi : Terdapat bising usus 6x / menit

k. Ekstremitas
Terpasang IV D1/2 NS 500cc tiap 8jam pada tangan kiri, tidak ada edema
pada ekstremitas atas maupun bawah, tidak ada clubbing of the finger,
turgor kulit menurun
Keterangan 5 : Kekuatan utuh, mampu melawan
MMT 5 5
gravitasi gravitasi dan tahanan dari pemeriksa
5 5

l. Genetalia
Bersih, tidak ada fluor albus
m. Anus
Bersih, tidak terdapat hemorrhoid

4. Data Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik)


Pemeriksaan Darah Lengkap Tgl 30-03-2009
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Interprestasi
WBC 21,9 4.1 – 10.9 k/ul Meningkat
LYM 0,5 R2 1,9 0.6 – 4.1 10.0 – 58. %L Menurun
*MID 0,9 R2 3,1 0.0 – 1.8 0.1 – 24. %M Normal
GRAN 2,61 95,0 2.0 – 7.8 37.0 – 92. %G Normal
RBC 4,38 4.20 – 6.30 m/ul Normal
HGB 13,2 12.0 – 18.0 g/dl Normal
HCT 37,2 37.0 – 51.0 % Normal
MCV 85,0 80.0 – 97.0 Fl Normal
MCH 30,1 26.0 – 32.0 Pg Normal
MCHC 35,5 31.0 – 36.0 g/dl Normal
RDW 13,3 11.5 – 14.5 % Normal
PLT 393 140. – 440. k/ul Normal

Hasil Radiologi Tgl 30-03-2009


Foto thorak AP
COR : Normal
Pulmo : Tampak perselubungan dengan air, bronchogram (+) pada para
hilerpara cardial kanan. Kedua sinus ph – costalis tajam
*Kesimpulan : Pneumonia dextra lobus inferior

17
5. Data Tambahan (Penatalaksanaan)
Volequin drip 500mg /hari
Codein 3 x 1 pil prn batuk ngikil
Paracetamol 4 x 1 pil prn panas
Multivit 1 pil /hari
Flexasure cream 3x1 /hari
Simatral 3 x 1 pil /hari
Vometa 3x 1pil
Macef 1 gr IV Q 12 Jam
Cernevit 750 mg IV q botol

18
B. ANALISA DATA
1. Analisa Data
Masalah
Data Etiologi Kolaboratif
/ Keperawatan
DS : Pasien mengatakan dada Kerusakan
terasa sesak pertukaran gas
DO :
Dx Medis Pneumonia
- Posisi semi fowler
- O2 3L/mnt dengan kanul
Peningkatan kerja pernafasan
nasal
- Bibir pucat
Peningkatan Peningkatan
- ronkhi di seluruh lapang kebutuhan O2 kehilangan air tak
tampak tampak
paru
- redup di lobus kanan Ekshalasi Penguapan
bakteri
- N : 30x/mnt
Resti
- P : 100x/mnt Aspirasi dari kekurangan
secret yang cairan
berasal dari
orofaring Penurunan
masukan oral
DS : Pasien mengatakan dada Gangguan Perubahan nyaman
terasa ampeg dan nyeri, pertukaran gas nyeri
Plak mukosa
skala nyeri 4
DO : Ekshalasi butiran Atelektasis
 px terlihat menyeringai dahak halus (droplet)

menahan nyeri
Kerusakan
 ADL dibantu keluarga hematogen pertukaran
dan perawat gas
Kuman masuk
 Px terlihat berhati – hati alveoli
saat batuk
Reaksi radang Kohn dan
 TD : 140/60 mmHg Meluas
saluran nafas
 P : 100x/mnt

Parenkim paru
Nyeri dada
19
Masalah
Data Etiologi Kolaboratif
/ Keperawatan

DS : Px mengatakan merasa
haus terus
DO :
 Turgor turun
 bibir kering Resti kekurangan
 px terlihat sesak cairan
 nafas 30 x/mnt
 px sering berkeringat
 terpasang IV Rl 500 cc
q 8 jam
 CRT < 2 dtk

20
2. Daftar Masalah Kolaboratif / Diagnosa Keperawatan
Tanggal /
Tanggal / Jam
No Jam Masalah Kolaboratif / Diagnosa Keperawatan
Teratasi
ditemukan
1. 31-03-2009 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
9 am perubahan membrane alveolar kapiler yang ditandai
dengan pasien mengatakan Pasien mengatakan dada
terasa sesak, Dx Medis Pneumonia, Posisi semi fowler,
O2 3L/mnt dengan kanul nasal , Bibir pucat, ronkhi di
seluruh lapang paru, redup di lobus kanan, N : 30 x/mnt

2. 31-03-2009 Perubahan kenyamanan : nyeri dada pleuritik dan


9 am demam berhubungan dengan proses penyakit, yang
ditandai dengan Pasien mengatakan dada terasa ampeg
dan nyeri, skala nyeri 4, px terlihat menyeringai
menahan nyeri, ADL dibantu keluarga dan perawat, Px
terlihat berhati – hati saat batuk, TD : 140/60 mmHg, P :
100x/mnt

3. 31-03-2009 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan


9 am demam, diaforesis dan masukan oral sekunder terhadap
proses penyakit yang ditandai dengan Px mengatakan
merasa haus terus, Turgor turun, bibir kering, px terlihat
sesak, nafas 30 x/mnt, px sering berkeringa, tterpasang
IV Rl 500 cc q 8 jam, CRT < 2 dtk

21
22
C. PERENCANAAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Asuhan Keperawatan Rasinoal TTD

1. Kerusakan pertukaran gas Tujuan : 1. Pantau status pernafasan @ 8 jam, 1. Mengidentifikasi kemajuan atau
berhubungan dengan perubahan mendemostrasikan tanda vital@4 jam, hasil analisa gas penyimpangan dari hasil yang
membrane alveolar kapiler yang perbaikan darah, foto rontgen, pemeriksaan fungsi diharapkan
ditandai dengan pasien mengatakan ventilasi paru-paru.
Pasien mengatakan dada terasa sesak, Kriteria hasil: 2. Berikan ekspektoran sesuai dnegan 2. Ekspektoran membantu
Dx Medis Pneumonia, Posisi semi 1. Bunyi nafas anjuran dan evaluasi keefektifannya. mengencerkan sekresi sehingga
fowler, O2 3L/mnt dengan kanul jelas sekresi dapat keluar pada saat batuk
nasal , Bibir pucat, ronkhi di seluruh 2. Analisa gas
lapang paru, redup di lobus kanan, N : darah dalam batas- 3. Dorong pasien untuk minum minimal 3. Membantu mengeluarkan sekresi.
30 x/mnt batas normal, 2-3 liter cairan per hari. Cairan juga untuk membnatu
3. Frekuensi mengalirkan obat-obatan di dalam
nafas 12-24 per tubuh.
menit 4. Lakukan penghisapan jika pasien 4. Suction bertujuan membersihkan
4. Frekuensi menderita kongesti paru tetapi refleks jalan nafas dari sekret
nadi 60-100 batuk tidak baik atau terjadi penurunan
kali/menit kesadaran.
5. Tidak ada 5. Pertahankan posisi fowler atau semi 5. Memungkinkan ekspansi paru lebih

23
batuk fowler. penuh dengan cara menurunkan
6. Meningkatny tekanan abdomen pada diafragma
a volume inspirasi 6. Berikan oksigen tambahan sesuai 6. Pemberian oksigin tambahan dapat
pada spirometer dengan anjuran, sesuaikan kecepatan menurunkan kerja pernafasan dengan
insentif. aliran dengan hasil analisa gas darah. menyediakan lebih banyak oksigin
untuk dikirim ke sel, walaupun
konsentrasi oksigin lebih tinggi dapat
dialirkan melalui masker oksigin,
namun hal tersebut dapat membuat
pasien terancam khususnya dengan
distress pernafasan
7. Kolaborasi dalam pemberian 7. Obat ini digunakan untuk membunuh
antimicrobial sesuai dengan hasil kultur kebanyakan microbial pneumonia
sputum/darah

2. Perubahan kenyamanan : nyeri dada Tujuan : Pasien 1. Berikan analgetik sesuai dengan 1. Analgetik membantu mengkontrol
pleuritik dan demam berhubungan mendemonstrasikan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik nyeri dengan memblok rang sang

24
dengan proses penyakit, yang ditandai bebas dari jika perlu dan evaluasi keefektifannya. nyeri di SSP
dengan Pasien mengatakan dada terasa ketidaknyamanan Konsul dokter jika analgesik tidak
ampeg dan nyeri, skala nyeri 4, px Kriteria Hasil : efektif dalam mengontrol nyeri.
terlihat menyeringai menahan nyeri, 1. Pasien 2. Konsultasi dokter jika demam dan 2. Tanda-tanda tersebut merupakan
ADL dibantu keluarga dan perawat, Px mengatakan reaksi yang tidak diinginkan gejala keracunan antibiotika dan
terlihat berhati – hati saat batuk, TD : tidak ada nyeri (kemerahan,gangguan saluran pengobatan tersebut harus dihentikan
140/60 mmHg, P : 100x/mnt dada pencernaan, menurunnya jumlah urine,
2. Ekspresi wajah menurunnya fungsi pendengaran,
rileks meningkatnya kelelahan).
3. Suhu tubuh 3. Berikan tindakan untuk memberikan 3. Tindakan tersebut meningkatkan
normal 36-37oC rasa nyaman seperti mengelap bagian relaksasi sehingga menurunkan nyeri
4. Kultur sputum punggung pasien, mengganti alat tenun
negative yang kering setelah diaforesis, memberi
5. Kadar leukosit minum hangat, lingkungan yang tenang
antara 5000- dengan cahaya yang redup dan sedatif
10.000/mm3 ringan jika dianjurkan serta
memberikan pelembab pada kulit dan
bibir.
4. Lakukan tindakan-tindakan untuk 4. Memungkinkan pelepasan panas
mengurangi demam seperti: kompres secara konduksi dan evaporasi, cairan

25
hangat, selimut yang tidak terlalu tebal dapat membantu mencegah dehidrasi
(mempertahankan selimut cukup untuk kerena meningkatnya metabolisme
mencegah kedinginan/menggigil), beri
antipiretik yang diresepkan, tingkatkan
masukan cairan.
5. Konsul dokter jika nyeri dan demam 5. Hal tersebut merupakan tanda
tetap ada atau makin memburuk. perkembangan komplikasi

3. Resiko kekurangan volume cairan Tujuan: 1. Pantau: masukan dan haluaran setiap 8 1. Mengidentifikasi kemajuan atau
berhubungan dengan demam, Mendemonstarsikan jam, timbang BB tiap hari, hasil penyimpangan dari sasaran yang
diaforesis dan masukan oral sekunder perbaikan status pemeriksaan analisa urine dan elektrolit diharapkan.
terhadap proses penyakit yang ditandai cairan dan elektrolit. serum, kondisi kulit dan mukosa
dengan Px mengatakan merasa haus membran tiap hari.
terus, Turgor turun, bibir kering, px
terlihat sesak, nafas 30 x/mnt, px Kriteria Hasil : 2. Berikan terapi intravena sesuai dengna
sering berkeringa, tterpasang IV Rl 1. Haluaran anjuran dan berikan dosis pemeliharaan 2. Selama fase akut, paisen sering
500 cc q 8 jam, CRT < 2 dtk urine lebih besar dari dan tindakan-tindakan pencegahan. terlalu lemah dan sesak, unutk
30 ml/jam panas. meminum cairan per oral secara

26
2. Berat jenis adekuat dan untuk mempertahankan
urine 1,005-1,025 hidrasi yang adekuat. Jika ada demam
3. Natrium maka kebuuthna cairan akan
serum dalam batas meningkat, karena jika demam
normal kehilangan cairan akan meningkat,
4. Mukosa sebab: keringat yang berlebihan, yang
membran lembab terjadi jika demam membaik;
5. Turgor kulit meningkatnya penguapan yang terjadi
baik karena vasodilatasi perifer, hal
6. Tidak tersebut terjadi sebagai mekanisme
mengeluh kehausan. kompensasi yang digunakan oleh
tubuh untuk mengeluarkan

3. Berikan caran per oral sekurang- 3. Cairan membantu distribusi obat-


kurangnya tiap 2 jam sekali. Dorong obatan dalam tubuh, serta membantu
pasien untuk minum cairan yang bening menurunkan demam. Cairan bening
dan mengandung kalori. membantu mencairkan mukus, kalori
mambantu menanggulangi kehilangan

27
BB

28
D. IMPLEMENTASI
TGL,JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI
31-03-2009 Kerusakan pertukaran 1. Mengobservasi TTV, Nafas : 30 x/mnt
Jam 9 am gas berhubungan dengan 2. Memberikan obat batuk yekadril 15cc PO
perubahan membrane 3. Membantu merubah posisi dari semi
Jam 10 am alveolar kapiler (Efek fowler ke fowler
Inflamasi) 4. Mengajarkan teknik batuk efektif, px
menirukan

31-03-2009 Perubahan kenyamanan : 1. Mengobservasi TTV, P : 105 x/menit, TD:


Jam 12 am nyeri dada pleuritik dan 120/70 mmHg
demam berhubungan 2. Memberikan obat parasetamol 1 pil dan
dengan proses penyakit obat volequin 500mg drip
3. Mengajarkan cara melakukan kompres
dingin pada keluarga dan mengajarkan
teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri

31-03-2009 Resti kekurangan volume 1. Mengobservasi TTV, S : 36,9 0C


Jam 10 am cairan berhubungan 2. Memberikan cairan IV NS 500cc 20tts/mnt
Jam 12 am dengan demam, 3. Membantu px minum sirup
diaforesis dan masukan 4. Mengukur output urin, 3x (1200cc)
oral sekunder terhadap 5. Mengganti baju px yang basah setelah
proses penyakit diaforesis

01-04-2009 Kerusakan pertukaran 1. Mengobservasi TTV, Nafas : 28 x/mnt


Jam 9 am gas berhubungan dengan 2. Memberikan obat batuk yekadril 15cc PO
Jam 10 am perubahan membrane 3. Membantu merubah posisi dari semi
alveolar kapiler (Efek fowler ke fowler
Inflamasi)

29
TGL,JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI
01-04-2009 Perubahan kenyamanan : 1. Mengobservasi TTV, P : 100 x/menit
Jam 9 am nyeri dada pleuritik dan TD:140/80mmHg
Jam 12 am demam berhubungan 2. Memberikan obat parasetamol 1 pil dan
dengan proses penyakit obat volequin 500mg drip
3. Membantu menyeka keringat dan
mengganti baju px yang basah setelah
diaforesis

01-04-2009 Resti kekurangan volume 1. Mengobservasi TTV, S : 38 0C


Jam 9 am cairan berhubungan 2. Memberikan cairan IV NS 500cc 20tts/mnt
Jam 12 am dengan demam, 3. Membantu px minum teh hangat
diaforesis dan masukan 4. Mengukur output urin, 5 x (1300cc)
oral sekunder terhadap
proses penyakit

30
E. EVALUASI
TGL,JAM DIAGNOSA EVALUASI
31-03-2009 Kerusakan pertukaran S : Pasien mengatakan dada masih terasa
Jam 2 pm gas berhubungan dengan sesak
perubahan membrane O:
alveolar kapiler (efek - Dx Medis Pneumonia
inflamasi) - O2 3L/menit dengan nasal kanul
- Posisi semi fowler/fowler
- Batuk dengan sputum
- Ronki di lapang paru
A : Tujuan belum tercapai
P : lanjutkan Intervensi no 1-6

31-03-2009 Perubahan kenyamanan S : Pasien mengatakan dada terasa nyeri


Jam 2 pm nyeri dada pleuritik dan saat dibuat batuk, skala nyeri 3
demam berhubungan O:
dengan proses penyakit - Ekspresi wajah menahan nyeri saat
batuk
- S : 36, 6 0C
- Nadi 130 x/mnt
- Leukosit 27.5
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi no1-4

31-03-2009 Resti kekurangan volume S : Pasien mengatakan merasa haus terus,


Jam 2 pm caiaran berhubungan bibir terasa kering
dengan demam, O:
diaforesis, dan masukan - Haluaran urin 1200cc
oral sekunder terhadap - Na+ 115, K+ 3,24 mmol/L
proses penyakit - Turgor turun
- keluar keringat dingin
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi

31
TGL,JAM DIAGNOSA EVALUASI
01-04-2009 Kerusakan pertukaran S : Pasien mengatakan dada masih terasa
Jam 2 pm gas berhubungan dengan sesak
perubahan membrane O:
alveolar kapiler (efek - Dx Medis Pneumonia
inflamasi) - O2 3L/menit dengan nasal kanul
- Posisi semi fowler/fowler
- Batuk dengan sputum
- Ronki di lapang paru
A : Tujuan belum tercapai
P : lanjutkan Intervensi

01-04-2009 Perubahan kenyamanan S : Pasien mengatakan dada terasa nyeri


Jam 2 pm nyeri dada pleuritik dan saat dibuat batuk, skala nyeri 2
demam berhubungan O:
dengan proses penyakit - Ekspresi wajah menahan nyeri saat
batuk
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi 100 x/mnt
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi

01-04-2009 Resti kekurangan volume S : Pasien mengatakan merasa haus terus,


Jam 2 pm caiaran berhubungan bibir sudah tidak kering
dengan demam, O:
diaforesis, dan masukan - Haluaran urin 1300cc
oral sekunder terhadap - Turgor turun
proses penyakit - mukosa lembab
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi

32
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10


Jakarta : EGC

Doengoes, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC

Hendarwanto. (1996). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi ketiga. FKUI : Jakarta.

Watson, Roger. (2002). Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Edisi 10


Jakarta : EGC
Wong, Donna L. ( 2003 ). Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik. EGC ; Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai