Anda di halaman 1dari 25

MEKANISME PERSALINAN

Artikel

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Maternitas

Ibu Dra. GM Sindarti, M.Kes

Oleh:

1. Hardiyan Acmad P17210183069


2. Henoch Enggar Kinanthi P17210183070
3. Devi Kartika Sari P17210183071
4. Alni Setianingsih P17210183072
5. Moch. Mas’ud P17210183073
6. Riski Sulistyawati P17210183074
7. Wardah Khoirunnisa Faludi P17210183075
8. Renata Devisa Ramadhani P17210183076
9. Yulif Prakoso P17210183077
10. Annisa Aprilia Rahmaniah P17210183079
11. Reina Catur Ningtyas P17210183080

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

D3 KEPERAWATAN MALANG

Agustus 2019
A. Pengertian
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri
terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh
karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam
panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan
diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul
untuk dilahirkan.
B. Proses Persalinan
1. Kala I : Pembukaan Serviks
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap
(10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a). Fase laten
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
 Pembukaan kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
 Kontraksi muncul bervariasi dan dapat berkisar dari ringan
hingga kuat. Kontraksi ini muncuk secara tidak teratur
b). Fase aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi adekuat / 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
 Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan
1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10)
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin
 Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
 Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi
4cm
 Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari 4 menjadi 9cm
 Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
9cm menjadi 10cm / lengkap

Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)


pada primigravida dan multipara :
a) Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu
sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah
lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses
penipisan dan pembukaan.
b) Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada
ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran
kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum dan
eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti garis lebar)
c) Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan
multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada
fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
a) Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik.
Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
b) Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
c) Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg,
frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai
lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
a) Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus
(mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis,
akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara
selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
b) Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis
dan mendatar.
c) Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan
ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum
pembukaan 5 cm).

Berbagai fase pembukaan serviks pada kala I

Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri yang


semula berupa sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang
saja dengan pinggir yang tipis2.Pembukaan serviks adalah pembesaran
ostium externum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter
beberapa millimeter, menjadi lubang yang dapat dilalui anak dengan
diameter sekitar 10 cm. Pada pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir
portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah merupakan suatu
saluran.
Mekanisme membukanya serviks berbeda pada primigravida dan
multigravida. Pada yang pertama, ostium uteri internum akan membuka
lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian
ostium uteri eksternum membuka. Sedangkan pada multigravida ostium
uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum
serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I
selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida
kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7
jam. 1
Pendataran dan pembukaan serviks pada primigravida dan multipara

2. Kala II : Pengeluaran Janin


Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan
mendorong janin hingga keluar.
Pada kala II ini memiliki ciri khas :
 His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3menit sekali
 Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan
 Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
 Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan
lahir dan diikuti seluruh badan janin.
Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu :
 Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam
 Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam
Pimpinan persalinan
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak berbaring,
merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala
diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap
seperti diatas, tetapi badan miring kearah dimana punggung janin berada
dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas
3. Kala II : Pengeluaran Janin
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi
lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus
uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan
uri, dalam waktu 1 – 5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina
dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand androw, seluruh
proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Dan pada
pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira – kira
100-200cc.
Tanda kala III terdiri dari 2 fase :
1) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
a. Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah
kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula-
mula di tengah kemudian seluruhnya, menurut cara ini perdarahan
biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
b. Dunchan
 Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu
dari pinggir (20%)
 Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban
c. Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
2) Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
1) Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas
simfisis, tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum
lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti plasenta
sudah terlepas.
2) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat
kembali berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah
terlepas.
3) Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar berati sudah
terlepas.
4) Rahim menonjol diatas symfisis
5) Tali pusat bertambah panjang
6) Rahim bundar dan keras
7) Keluar darah secara tiba-tiba

4. Kala IV : Kala Pengawasan


Fase ini dimulai sejak plasenta terlahir hingga 2 jam setelah kelahiran (post
partum istilahnya). Kala IV dimaksudkan untuk pelaksanaan observasi karena
umumnya pendarahan setelah melahirkan (yang tentu saja dapat
membahayakan jika tidak ditangani dengan baik) paling sering terjadi pada 2
jam pertama setelah kelahiran. Adapun observasi yang dilakukan oleh pihak
nakes meliputi hal yang perlu diperhatikan berikut:
1. Kondisi kita apakah bahagia dan sadar. Sebab tugas beratnya sudah selesai
dan bayi lahir dengan selamat.
2. Dicek tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh.
3. Kontraksi uterus baik
4. tidak ada pendarahan per vaginam (di area alat reproduksi) atau dari alat
genital lainnya
5. plasenta dan selaput ketuban semua harus sudah terlahir dengan lengkap
6. kandung kemih harus kosong
7. luka-luka pada perineum (jika ada) akan dirawat dan dipastikan tidak ada
hematoma (kumpulan darah tak normal di luar pembuluh darah)
8. resume umum keadaan ibu dan bayi
9. bayi yang telah dibersihkan akan diletakkan di samping kita untuk
pemberian ASI
10. Observasi dilakukan setiap 2 jam
11. Bila kondisi kita membaik, akan dipindah ke ruang rawat inap bersama
bayinya.

C. Mekanisme Persalinan
1. Engagement
Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin (biasanya
kepala) telah memasuki rongga panggul. Engagement telah terjadi ketika
bagian terendah janin telah memasuki station nol atau lebih rendah. Pada
nulipara, engagement sering terjadi sebelum awal persalinan. Namun, pada
multipara dan beberapa nulipara, engagement tidak terjadi sampai setelah
persalinan dimulai

Gambar 14. Pengukuran engagement

Sinklitisme
Peristiwa yang terjadi adalah sinklitismus. Pada presentasi belakang
kepala, engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah
melewati pintu atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura
sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan posisi
yang paling sering kita temukan. Apabila diameter biparietal tersebut
sejajar dengan bidang panggul, kepala berada dalam sinklitisme.
Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul
bagian depan dan belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila
uterus tegak lurus terhadap pintu atas panggul dan panggulnya luas. Jika
keadaan tersebut tidak tercapai, kepala berada dalam keadaan
asinklitisme.

Gambar 15. Sinklitisme

Asinklitisme
Asinklitisme anterior, menurut Naegele ialah arah sumbu kepala
membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula
terjadi asinklitismus posterior yang menurut Litzman ialah apabila
keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior.

Gambar 16. asinklitismus anterior Gambar 17. Asinklitismus posterior

Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal,


namun jika derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi
sefalopelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun.
Perubahan yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior
mempermudah desensus dengan memungkinkan kepala janin
mengambil kesempatan memanfaatkan daerah-daerah yang paling luas
di rongga panggul.

Hodge
Hodge adalah garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa
jauh penurunan kepala janin pada panggul. yaitu bidang-bidang sepanjang
sumbu panggul yang sejajar dengan pintu atas panggul, untuk patokan
/ukuran kemajuan persalinan (penilaian penurunan presentasi).

a) Bidang Hodge I : adalah bidang pintu atas panggul, dengan batas tepi atas
simfisis
b) Bidang Hodge II : adalah bidang sejajar H-I setinggi tepi bawah simfisis
c) Bidang Hodge III : adalah bidang sejajar H-I setinggi spima ischiadica
d) Bidang Hodge IV : adalah bidang sejajar H-I setinggi ujung bawah os.
coccygis

2. Descent
Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati
panggul. Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari
cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi
diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan,
dengan sumbu jalan lahir:
 Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan lahir
 Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah promontorium
sehingga os parietalis lebih rendah.
 Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis dan
tertahan oleh simfisis pubis

Proses Descent
3. Fleksi
Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan oleh serviks,
dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi
dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Fleksi ini disebabkan oleh:
 Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke
dada.
 Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang
sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.
 Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu
lebih menempel pada tulang dada janin .
 Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan
sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi fleksi
untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir.
Gambar 18. Proses Fleksi

4. Putaran paksi dalam


Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina ischiadika.
Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan ke bawah lengkung
pubis dan kepala berputar saat mencapai otot panggul.

Gambar 20. Mekanisme persalinan pada posisi oksiput anterior kiri.

Gambar 21. Mekanisme persalinan untuk ubun-ubun kecil kiri lintang: (A).
Asinklitismus posterior pada tepi panggul diikuti fleksi lateral, menyebabkan (B)
asinklitismus anterior, (C) Engagement, (D) Rotasi dan ekstensi.
Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni :
a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian
terendah dari kepala
b. Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit,
yaitu di sebelah depan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara
antara musculus levator ani kiri dan kanan.
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior

5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah
simfisis pubis, kemudian kepala keluar mengikuti sumbu jalan lahir akibat
ekstensi.

Gambar 22. Permulaan ekstensi Gambar 23. Ekstensi kepala

6. Putaran paksi luar


Putaran paksi luar terjadi ketika kepala lahir dengan oksiput anterior,
bahu harus memutar secara internal sehingga sejajar dengan diameter
anteroposterior panggul. Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi internal
bahu bayi.
Gambar 24. Rotasi eksterna

7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu
dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis
pubis.

Gambar 25. Kelahiranbahudepan

Gambar 26. Kelahiran bahu belakang


D. Letak, Presentasi, Sikap, dan Posisi Janin Mempengaruhi Persalinan
Orientasi janin digambarkan menurut letak, presentasi, sikap, dan posisi.
Hal ini dapat ditentukan secara klinis dengan melakukan palpasi abdomen,
pemeriksaan vagina, dan auskultasi, atau secara teknis menggunakan USG atau
sinar X. Pemeriksaan klinis kurang akurat atau bahkan tidak mungkin dilakukan
dan diinterpretasikan pada wanita obese.
1. Letak Janin
Letak adalah hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang
ibu. Terdiri dari letak memanjang dan letak melintang. Kadangkala terdapat
letak oblik, dimana akibat sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan
sudut 45°. Letak oblik tidak stabil, dapat berubah posisi menjadi letak
memanjang atau melintang selama proses persalinan. Letak memanjang
terjadi pada lebih dari 99% persalinan aterm. Faktor predisposisi untuk letak
lintang adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion, dan anomali
uterus.
Ubun-Ubun Belakang
Posisi kepala bayi berada di dasar panggul, namun dengan wajah
menghadap perut ibu, kebalikan dari presentasi kepala. Salah satu faktor
yang meningkatkan risiko presentasi ubun-ubun belakang adalah panggul
ibu yang sempit.
Meski posisi ini biasanya menyebabkan masalah dalam persalinan, pada
kebanyakan kasus tidak diperlukan intervensi khusus selama proses
persalinan bayi. Namun dokter mungkin akan membantu Anda dengan
menggunakan forsep atau memutar posisi bayi secara manual jika proses
persalinan mengalami hambatan. Jika hambatan masih terjadi walau sudah
dibantu, maka diperlukan operasi caesar untuk melahirkan bayi.
Alis atau wajah
Pada presentasi muka, bagian alis bayi merupakan bagian yang
pertama kali memasuki jalan lahir dengan kepala leher yang mendongak.
Pada presentasi kepala yang normal, kepala bayi seharusnya dalam posisi
meringkuk dengan dagu menempel ke arah dada. Presentasi muka lebih
jarang terjadi dibandingkan dengan presentasi ubun-ubun belakang.
Biasanya faktor yang menyebabkan hal ini adalah:
 Ketuban pecah dini
 Kepala bayi yang besar
 Riwayat melahirkan sebelumnya
Kebanyakan presentasi muka dapat berputar sendirinya ke posisi kepala
atau ubun-ubun belakang sebelum tahap persalinan kedua. Jika proses
persalinan macet pada presentasi muka, maka dokter harus banting setir
dengan memulai operasi caesar.
Melintang
Pada posisi ini, bayi terletak melintang — tegak lurus dengan jalan
lahir. Kebanyakan bayi dalam posisi ini tidak dapat dilahirkan secara normal
karena terlalu lebar untuk dapat melewati jalan lahir. Apabila dipaksakan,
maka persalinan dengan posisi bayi lintang dapat menyebabkan robeknya
jalan lahir dan menimbulkan situasi yang mengancam nyawa baik bagi ibu
maupun janin.
Posisi bayi melintang tidak membahayakan selama kehamilan hingga
sebelum persalinan karena bayi bisa saja bergerak mengubah posisi menuju
posisi presentasi kepala. Akan tetapi, jika posisi lintang ini bertahan hingga
detik-detik menjelang proses persalinan, maka persalinan harus dilakukan
lewat operasi caesar.
Sungsang
Posisi sungsang adalah kondisi yang lumayan sering
terjadi. American Pregnancy Association mencatat terjadi 1 posisi sungsang
dari setiap 25 kehamilan. Posisi janin disebut sungsang apabila bagian yang
paling dekat dengan jalan lahir adalah bokong bayi. Beberapa hal yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya posisi sungsang adalah:
 Kehamilan kedua atau lebih
 Hamil kembar dua atau lebih
 Riwayat melahirkan prematur
 Bentuk rahim yang abnormal
 Cairan ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit
 Plasenta previa, kondisi di mana plasenta terletak di bagian bawah rahim,
menutupi leher rahim.
Salah satu risiko dari posisi bayi sungsang adalah tali pusat dapat melilit
leher bayi. Kadang, selama kehamilan masih berlangsung posisi sungsang
masih dapat berputar ke posisi normal, yaitu lahir dengan kepala keluar
terlebih dulu. Akan tetapi, apabila tidak, dan dokter menganggap persalinan
akan berisiko jika dilakukan secara normal, maka Anda harus bersiap untuk
menjalani operasi caesar.

2. Presentasi Janin
Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling
depan di dalam jalan lahir . Bagian terbawah janin menentukan presentasi.
Bagian terbawah janin dapat diraba melalui serviks pada pemeriksaan vagina.
Karena itu, pada letak memanjang, bagian terbawah janin adalah kepala janin
atau bokong, masing-masing membentuk presentasi kepala atau bokong.Jika
janin terletak pada sumbu panjang melintang, bahu merupakan bagian
terbawahnya. Jadi, presentasi bahu teraba melalui serviks pada perabaan
vagina.
a. Presentasi Kepala
Presentasi kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala
dengan badan janin.
(1) Biasanya kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu
menempel pada dada. Pada keadaan ini , ubun-ubun kecil (fontanela
oksipitalis) merupakan bagian terbawah janin, disebut presentasi
puncak kepala (verteks) atau oksiput.

Gambar 1. Presentasi
Puncak kepala
Gambar 1. Presentasi Puncak kepala
(2) Leher janin juga dapat mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
dan punggung saling menempel dan wajah menjadi bagian terdepan
di jalan lahir, disebut Presentasi muka.

Gambar 2. Presentasi Muka

(3) Kepala janin dapat mengambil suatu posisi di antara kedua keadaan
ini, pada beberapa kasus terjadi fleksi parsial dengan bagian
presentasi adalah fontanel anterior (ubun-ubun besar) atau bregma.
Disebut presentasi sinsiput.

Gambar 3. Presentasi Sinsiput

(4) Dapat juga mengalami ekstensi parsial pada kasus lainnya, dengan
dahi sebagai bagian terbawah, disebut presentasi dahi. Ketika
persalinan maju, presentasi sinsiput atau dahi hampir selalu berubah
menjadi presentasi verteks atau muka karena masing-masing akan
mengalami fleksi atau ekstensi.
Gambar 4. Presentasi Dahi

b. Presentasi Bokong
Bila janin menunjukan presentasi bokong, terdapat tiga konfigurasi
umum yang dapat terjadi.

Gambar 5. Presentasi Bokong Murni (Frank Breech)

 Apabila paha berada dalam posisi fleksi dan tungkai bawah ekstensi
di depan badan, hal ini disebut presentasi bokong murni (frank
breech).
 Jika paha fleksi di abdomen dan tungkai bawah terletak di atas paha,
keadaan ini disebut presentasi bokong sempurna ( complete breech)
 Bila salah satu atau kedua kaki, atau satu atau kedua lutut,
merupakan bagian terbawah, hal ini disebut presentasi bokong tidak
sempurna (incomplete breech) atau presentasi bokong kaki ( footling
breech).

Gambar 6. Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank Breech,


(C) Footling atau Incomplete Breech.

3. Sikap atau Postur Janin


Pada bulan-bulan terakhir kehamilan janin membentuk suatu postur khas
yang disebut sebagai sikap atau habitus. Biasanya janin membentuk suatu
massa ovoid yang secara kasar menyesuaikan dengan bentuk rongga uterus.
Dengan sendirinya, janin menjadi melipat atau membungkuk sehingga
punggungnya akan menjadi sangat konveks, kepala mengalami fleksi
maksimal sehingga dagu hampir bertemu dengan dada, paha fleksi di depan
abdomen, tungkai bawah tertekuk pada lutut, dan lengkung kaki bersandar
pada permukaan anterior tungkai bawah. Pada semua presentasi kepala,
lengan biasanya saling menyilang di dada atau terletak di samping, dan tali
pusat terletak di ruang antara kedua lengan dengan ekstremitas bawah. Postur
khas ini terjadi akibat cara pertumbuhan janin dan akomodasinya terhadap
rongga uterus.

4. Posisi Janin
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan
pada bagian terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu. Karena
itu, pada setiap presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri. Oksiput, dagu
(mentum), dan sakrum janin masing-masing merupakan titik penentu pada
presentasi verteks, muka, dan bokong.
E. Tanda-Tanda Persalinan

Tanda-tanda persalinan, antaralain :


a. Tanda Persalinan Sudah Dekat
1. Adanya Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul. Gambaran
Lightening pada primigravida menunjukkan hubungan antara ketiga P,
yaitu ; power (kekuatan his), passage (jalan lahir normal), passanger
(janinnya dan plasenta).
2. Terjadinya his permulaan (his palsu)
Sifat his permulaan (his palsu) :
a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b. Datangnya tidak teratur
c. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d. Durasinya pendek
e. Tidak bertambah bila beraktifitas
b. Tanda Persalinan
1. Penipisan dan pembukaan serviks ( Effacement dan Dilatasi
serviks ) Effacement serviks adalah pemendekan dan penipisan
serviks selama tahap pertama persalinan. Serviks yang dalam kondisi
normal memiliki panjang 2 sampai 3 cm dan tebal sekitar 1 cm,
terangkat ke atas karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus
selama penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan.
Hal ini menyebabkan bagian ujung serviks yang tipis saja yang dapat
diraba setelah effacement lengkap. Pada kehamilan aterm pertama,
effacement biasanya terjadi lebih dahulu dari pada dilatasi.. Pada
kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung bersamaan.
Tingkat effacement dinyatakan dalam persentase dari 0% sampai
100%. Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran muara dan
saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan. Diameter
meningkat dari sekitar 1 cm sampai dilatasi lengkap (sekitar 10 cm)
supaya janin aterm dapat dilahirkan. Apabila dilatasi serviks lengkap,
serviks tidak lagi dapat di raba. Dilatasi serviks lengkap menandai
akhir tahap pertama persalinan
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan
untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus
involunter, yang disebut kekuatan primer, menandai dimulainya
persalinan. Kekuatan primer membuat serviks menipis, berdilatasi
dan janin turun. Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar
panggul, sifat kontraksi berubah, yakin bersifat mendorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi
setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk
mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina
3. Keluarnya lendir bercampur darah (Show) melalui vagina.
Sumbatan mukus, yang di buat oleh sekresi servikal dari proliferasi
kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan sebagai
barrier protektif dan menutup kanal servikal pada awal kehamilan.
Blood show adalah pengeluaran dari mukus plug tersebut. Blood
show merupakan tanda dari persalinan yang sudah dekat, yang
biasanya terjadi dalam jangka waktu 24-48 jam terakhir, asalkan
belum dilakukan pemeriksaan vaginal dalam 48 jam sebelumnya
karena pemecahan mukus darah selama waktu tersebut mungkin
hanya efek trauma minor atau pecahnya mukus plug selama
pemeriksaan. Normalnya, darah yang keluar hanya beberapa tetes,
perdarahan yang lebih banyak menunjukan penyebab yang
abnormal.

F. Pembukaan Melahirkan
 Pembukaan 1
Leher rahim (serviks) sudah terbuka sebesar 1 sentimeter. Pada fase ini, ibu
hamil mulai mengalami kontraksi yang ditandai dengan rasa mulas dan
nyeri di bagian punggung dan pinggang. Kepala janin juga sudah berada di
tempat yang tepat menuju jalan lahir. Namun, janin belum melakukan
pergerakan apapun untuk menembus jalan lahir. Itu sebabnya di fase ini ibu
masih bisa beraktivitas ringan di rumah sambil memantau pergerakan janin
serta kontraksi rahim.
 Pembukaan 2
Meskipun di fase ini serviks sudah terbuka sebesar 2 sentimeter, posisi
janin masih sama dengan fase pembukaan 1. Umumnya, fase ini akan
berlangsung selama 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam
untuk kehamilan berikutnya. Beberapa hal yang ibu hamil rasakan pada fase
ini adalah rasa mulas, perut kram, mual, kembung, nyeri punggung, hingga
gangguan pada sistem pencernaan. Itu sebabnya di fase ini ibu dianjurkan
untuk mengonsumsi makanan yang kaya serat dan perbanyak minum air
putih supaya pencernaan tetap berjalan lancar.
 Pembukaan 3
Di fase ini, serviks sudah terbuka sebesar 3 sentimeter. Meski gerakan
janin belum signifikan, kepala janin mulai bergerak untuk masuk ke area
tulang panggul. Itu sebabnya di tahap ini ibu hamil akan merasakan
kontraksi yang lebih kuat sehingga menimbulkan rasa sakit yang tak
tertahankan. Karena kontraksi sudah mulai terasa kuat, ibu hamil dianjurkan
untuk menuju rumah bersalin untuk mendapatkan pantauan dan penanganan
yang tepat dari dokter.
 Pembukaan 4
Serviks sudah terbuka sebesar 4 sentimeter. Kontraksi yang dialami juga
akan semakin kuat dan semakin mendorong bayi untuk menyeruak masuk
ke dalam serviks. Akibatnya, serviks akan menjadi lebih tipis dan lebih
lebar. Fase ini juga ditandai dengan pecahnya air ketuban, sehingga semakin
memudahkan janin untuk menembus jalan lahir.
 Pembukaan 5
Serviks sudah terbuka sebesar 5 sentimeter. Kontraksi yang dialami
akan semakin menguat dengan frekuensi yang semakin rapat, yaitu
berlangsung 2-5 menit dengan jeda antar kontraksi 30 menit–1 jam. Pada
fase ini, kepala janin sudah berada di bagian tulang panggul dan sudah
dalam posisi melintang. Bagi ibu yang belum mengalami ketuban pecah
pada pembukaan 4 mungkin akan mengalaminya di pembukaan 5 atau
pembukaan 6.
 Pembukaan 6
Serviks sudah terbuka sebesar 6 sentimeter. Kontraksi juga akan
semakin kuat dan berlangsung selama 1-1,5 menit dengan jeda waktu antar
kontraksi 3-5 menit. Pada fase ini, kepala janin telah sepenuhnya berada di
dalam tulang panggul dan diameter kepala bayi yang terlebar telah melewati
pinggir tulang panggul.
 Pembukaan 7
Serviks sudah terbuka sebesar 7 sentimeter. Frekuensi kontraksi juga
semakin rapat dengan intensitas yang kuat. Oleh karena itu, di fase ini ibu
hamil perlu mengatur napas untuk relaksasi, yaitu dengan mengambil napas
dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
 Pembukaan 8
Serviks sudah terbuka sebesar 8 sentimeter. Di fase ini, ibu hamil akan
merasakan tekanan yang sangat kuat di bagian bawah punggung dan anus.
Akibatnya, ibu akan merasakan panas di sekujur tubuh dan mulai muncul
keringat dingin. Ibu hamil juga akan merasa kelelahan karena kontraksi
yang kuat dan munculnya rasa kantuk akibat oksigen di dalam kepala lebih
terfokus pada daerah persalinan. Karena itu, ibu hamil memerlukan
dukungan dari suami dan keluarga agar ia tetap sadarkan diri dan semangat
melalui proses persalinan.
 Pembukaan 9
Di fase ini, ibu hamil akan merasakan rasa mulas dan dorongan yang
sangat kuat untuk mengejan. Ini karena serviks sudah terbuka sebesar 9
sentimeter dan ada tekanan yang sangat kuat di bagian perut bawah. Namun,
di fase ini ibu tidak dianjurkan untuk mengejan agar tidak “mengganggu”
pembukaan 10 nantinya. Ibu lebih dianjurkan untuk mengambil napas
dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sambil menunggu
pembukaan sempurna.
 Pembukaan 10
Pembukaan 10 merupakan pembukaan sempurna karena serviks sudah
terbuka sebesar 10 sentimeter. Kontraksi di bagian otot-otot panggul akan
semakin kuat terasa, sehingga membuat ibu hamil refleks untuk mengejan.
Bagian anus, vulva, dan perineum (area di antara lubang miss V dan lubang
dubur) sudah terbuka cukup lebar sehingga kepala bayi sudah mulai terlihat.
Karena ibu hamil mengejan, kepala janin akan semakin menekan dan
merobek bagian perineum. Untuk memudahkan jalan lahir, tidak jarang
bagian perineum digunting meski sebenarnya bagian tersebut sangat elastis.

Anda mungkin juga menyukai