Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sering terlihat anak-anak yang tidak mau ditinggal oleh ibunya ketika diantar ke sekolah,
mereka menempel pada ibunya dan menolak setiap upaya untuk menempatkan mereka ke
sekolah. Pemandangan itu telah begitu umum, bahwa banyak orang menganggap hal itu menjadi
bagian integral dari pertumbuhan anak. Tidak ada yang suka pergi ke sekolah dan perilaku ini
bisa dimengerti. Tapi ada beberapa anak-anak yang tidak tahan untuk melihat orang tua mereka
keluar dari pandangan. Adegan ini tidak hanya di depan sekolah, tetapi juga ketika orang tua
pergi untuk bekerja atau contoh-contoh seperti ketika anak itu ditinggalkan. Sementara
kebanyakan orang tua mengabaikan insiden tersebut sebagai bagian alami dari pertumbuhan
anak. Namun kasus ini penting untuk dinilai dan mempertimbangkannya.1,2
Meskipun kebanyakan anak-anak segera cenderung lupa bahwa orang tua mereka tidak
dekat mereka dan bergabung dengan lingkungan sekitar mereka, ada beberapa yang menderita
gangguan kecemasan pemisahan. Anak-anak seperti ini akan terus merenung dan menampilkan
rasa ketakutan untuk diri mereka sendiri dan orang yang mereka cintai. Jika kita memberikan
nasihat yang tapat kepada anak, anak dapat mengatasi rasa takut ini. Namun, jika kita
mengabaikannya, maka kondisi ini dapat memiliki efek pada perkembangan anak dan pandangan
masa depan. 1,2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Gangguan kecemasan berpisah (separation anxiety disorder) adalah bentuk kecemasan
berlebihan yang dialami anak ketika berpisah dari orang-orang yang dekat dengannya (major
attachment figure), misalnya ibu, atau ketika jauh dari rumah. Diperkirakan bahwa beberapa
jenis gangguan kecemasan masa kanak-kanak mempengaruhi hingga 10% dari anak usia
sekolah.1,2
Keengganan atau penolakan untuk pergi ke sekolah termasuk ke dalam gangguan
kecemasan berpisah (separation anxiety disorder) karena pada gangguan school refusal ini
gejala yang muncul adalah rasa khawatir, cemas dan takut yang berlebihan yang dialami anak
ketika harus pergi ke sekolah, karena ketika ia pergi ke sekolah berarti berpisah dari ibu atau
jauh dari rumah.2
Beberapa tahap kecemasan berpisah adalah normal dan dialami hampir setiap anak-anak,
khususnya pada anak yang sangat kecil. Sebaliknya, gangguan kecemasan berpisah adalah
kegelisahan berlebihan yang melebihi apa yang diharapkan untuk tingkat perkembangan anak.
Kecemasan berpisah dipertimbangkan sebagai gangguan jika berlangsung setidaknya sebulan
dan menyebabkan gangguan yang sangat berarti atau merusak fungsi. Durasi pada gangguan
tersebut menggambarkan keparahannya.1,2,3
Suatu tingkat cemas perpisahan (separation anxiety) adalah fenomena yang universal,
dan merupakan bagian yang diperkirakan pada perkembangan anak yang normal. Bayi
menunjukkan cemas perpisahan dalam bentuk cemas terhadap orang asing (stranger anxiety)
pada usia kurang dari 1 tahun jika bayi dan ibunya dipisahkan. Beberapa cemas perpisahan juga
normal pada anak-anak kecil yang masuk sekolah untuk pertama kalinya. Tetapi, gangguan
cemas perpisahan, ditemukan jika secara perkembangannya adalah tidak sesuai dan kecemasan
yang berlebihan timbul dalam hal perpisahan dari tokoh perlekatan yang utama. Penghindaran
sekolah (school avoidance) dapat terjadi. Menurut Diagnostik and Statistical Manual of Mental
Disorders edisi keempat (DSM-IV), gangguan cemas perpisahan memerlukan adanya
sekurangnya tiga gejala yang berhubungan dengan kekhawatiran berlebihan tentang perpisahan
dari tokoh perlekatan utama. Ketakutan mungkin mengambil bentuk penolakan sekolah,
ketakutan dan ketegangan akan perpisahan, keluhan berulang gejala fisik tertentu seperti nyeri
kepala dan nyeri perut jika akan dihadapi perpisahan, dan mimpi buruk tentang masalah
perpisahan. Kriteria diagnostic DSM-IV memasukkan durasi sekurangnya empat minggu dan
onset sebelum usia 18 tahun.2,3,4,5
Gangguan cemas perpisahan adalah gangguan kecemasan satu-satunya yang sekarang
dimasukkan dalam bagian anak-anak dan remaja dalam DSM-IV. Sebaliknya, bagian anak dan
remaja dalam DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) memasukkan gangguan cemas
berlebihan (over-anxious disorder) dan gangguan menghindar (avoidant disorder) pada masa
anak-anak atau masa remaja sebagai tambahan gangguan cemas perpisahan. Dalam DSM-III-R,
gangguan cemas berlebihan ditandai oleh kecemasan yang berlebihan yang tidak berhubungan
dengan masalah perpisahan. Anak-anak dengan gejala yang konsisten dengan gangguan cemas
berlebihan sekarang dicakup oleh kategori dewasa gangguan kecemasan umum (generalized
anxiety disorder) dalam DSM-IV. Dalam kategori DSM-III-R gangguan menghindar masa anak-
anak atau remaja, anak menunjukkan hubungan yang hangat dan memuaskan dengan anggota
keluarga tetapi menghindari kontak dengan orang yang tidak dikenal; tidak ditemukan kategori
diagnostik yang sejajar dalam bagian masa anak-anak dari DSM-IV. Anak-anak dengan gejala
gangguan menghindar memenuhi kriteria diagnostic DSM-IV untuk fobia sosial, yang juga
digunakan untuk dewasa. Anak-anak dan remaja mungkin juga menunjukkan gangguan cemas
yang digambarkan dalam bagian dewasa DSM-IV, termasuk fobia spesifik, gangguan panik,
gangguan obsesif kompulsif, dan gangguan stress pascatraumatik.4,5,6,7,8

2. Epidemiologi
Gangguan cemas perpisahan adalah lebih sering terjadi pada anak kecil dibandingkan
remaja dan dilaporkan terjadi sama seringnya pada anak laki-laki dan anak perempuan. Onset
dapat terjadi pada tahun-tahun prasekolah tetapi yang tersering ditemukan pada usia 7 sampai 8
tahun. Prevalensi gangguan cemas perpisahan diperkirakan 3 sampai 4 persen dari semua anak
usia sekolah dan 1 persen dari semua remaja.7,8
3. Etiologi
Faktor Psikososial
Anak kecil, imatur dan tergantung pada tokoh ibu, adalah yang terutama rentan terhadap
kecemasan yang berhubungan dengan peprisahan. Karena anak mengalami urutan ketakutan
perkembangan – takut kehilangan ibu, takut kehilangan cinta ibu, takut cedera tubuh, takut akan
impulsnya, dan takut akan cemas hukuman (punishing anxiety) dari superego dan rasa bersalah –
sebagian besar anak mengalami cemas perpisahan didasarkan pada salah satu atau lebih
ketakutan-ketakutan tersebut. Tetapi, gangguan cemas perpisahan terjadi jika anak memiliki
ketakutan yang tidak sesuai akan kehilangan ibu. Dinamika yang sering adalah penyangkalan
dan pengalihan perasaan kemarahan anak terhadap tokoh orangtua kepada lingkungan, yang
selanjutnya menjadi sangat mengancam. Rasa takut akan luka terhadap diri sendiri dan bahaya
pada salah satu orang tua adalah preokupasi yang menetap; anak dapat merasa aman dan yakin
hanya dengan kehadiran orang tua. Sindrom sering ditemukan pada masa anak-anak, terutama
dalam bentuk ringan yang tidak mencapai tempat periksa dokter. Hanya jika gejala menjadi
ditegakkan dan mengganggu adaptasi umum anak dalam kehidupan keluarga, teman sebaya, dan
sekolah, mereka datang untuk mendapatkan perhatian professional.8,9,10
Pola struktur karakter pada banyak anak dengan gangguan adalah berhati-hati, hasrat
untuk menyenangkan, dan kecenderungan ke arah kecocokan. Keluarga cenderung erat dan
mengasuh, dan anak sering tampak manja atau sasaran perhatian orang tua secara berlebihan.4,6
Stres kehidupan luar sering bersamaan dengan perkembangan gangguan. Kematian
seorang sanak saudara, penyakit pada anak, perubahan lingkungan anak, atau pindah ke rumah
baru atau sekolah baru sering kali ditemukan dalam riwayat anak dengan gangguan.4,5

Faktor Belajar
Kecemasan fobik dapat dikomunikasikan dari orangtua kepada anak-anak dengan
modeling langsung. Jika orangtua penuh ketakutan, anak kemungkinan memiliki adaptasi fobik
terhadap situasi baru, terutama pada lingkungan sekolah. Beberapa orangtua tampaknya
mengajari anak-anaknya untuk cemas dengan melindungi mereka secara berlebihan
(overprotecting) dari bahaya yang diharapkan atau dengan membesar-besarkan bahaya. Sebagai
contoh, orang tua yang ngeri di ruangan selama kilatan cahaya mengajarkan anaknya untuk
melakukan hal yang sama. Orangtua yang ketakutan terhadap tikus atau serangga menyampaikan
afek takut kepada anaknya. Sebaliknya, orangtua yang menjadi marah pada anak selama awal
permasalahan fobik tentang binatang dapat menanamkan permasalahan fobik pada anak-anak
dengan intensitas kemarahan yang diekspresikan.9,10,11

Faktor Genetik
Intensitas nama cemas perpisahan dialami oleh anak individual kemungkinan memiliki
dasar genetik. Penelitian keluarga telah menunjukkan bahwa keturunan biologis dari orang
dewasa dengan gangguan kecemasan adalah rentan terhadap gangguan cemas perpisahan pada
masa anak-anak. Orang tua yang memiliki gangguan panik dengan agorafobia tampaknya
memiliki risiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas perpisahan. Gangguan
cemas perpisahan dan depresi pada anak-anak adalah bertumpang tindih, dan beberapa klinisi
memandang gangguan cemas perpisahan sebagai varian dari gangguan depresif.10,11,12

Faktor Predisposisi
Beberapa tekanan hidup, seperti kematian seorang keluarga, teman, atau binatang
peliharaan atau pindah wilayah atau pindah sekolah, bisa memicu gangguan te

Anda mungkin juga menyukai