Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KMB I

ASKEP APPENDISITIS

Disusun Oleh :
Cindy Efiani PR (P17221171009)
Mar’atus Silmiah (P17221173018)
Dwi Putri Yulianti (P17221173023)
Eli Kusnatul Amalia (P17221173037)
Dyah Sulistyaningtyas (P17221173040)

POLTEKKES KEMENKES MALANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG
2018-2019

DAFTAR ISI
Daftar Isi ............................................................................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 4
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Appendisitis ....................................................................................... 4
2.2 Etiologi ................................................................................................................ 4
2.3 Tanda dan Gejala ................................................................................................. 6
2.4 Patofisiologi ......................................................................................................... 8
2.5 Penatalaksaan ........................................................................................................ 9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Asuhan Keperawatan ........................................................................................... 11
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendisitis merupakan penyakit yang biasa dikenal oleh masyarakat awam sebagai
penyakit usus buntu. Apendisitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling
sering ditemukan pada anak-anak dan remaja (Anonim, 2011). Apendisitis akut
merupakan masalah pembedahan yang paling sering dan apendektomi merupakan
salah satu operasi darurat yang sering dilakukan diseluruh dunia (Paudel et al., 2010).
Faktor potensialnya adalah diet rendah serat dan konsumsi gula yang tinggi, riwayat
keluarga serta infeksi (Mazziotti et al., 2008). Kejadian apendisitis 1,4 kali lebih
tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita (Craig, 2010). Insidensi apendisitis
lebih tinggi pada anak kecil dan lansia (Smeltzer et al, 2002).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui bahwa


apendisitis diderita oleh 418 juta jiwa di seluruh dunia, 259 juta jiwa darinya adalah
laki-laki dan selebihnya adalah perempuan, dan mencapai total 118 juta jiwa di
kawasan Asia Tenggara. Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu
sehingga penyakit ini dapat menyebabkan nyeri dan beberapa keluhan lain seperti
mual,muntah, konstipasi atau diare, demam yang berkelanjutan dan sakit perut
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Amerika Syarikat, sekitar 80.000 anak
pernah menderita apendisitis setiap tahun, dimana terjadi 4 per 1000 anak di bawah
usia 14 tahun (Hartman et al., 2000).

Apendisitis bisa terjadi pada semua golongan usia, namun sering terjadi di bawah
usia 40 tahun, terutama antara 10 dan 20 tahun. Kejadian apendisitis meningkat
dengan bertambahnya umur dan memuncak pada remaja. Apendisitis jarang terjadi
pada anak dengan umur kurang dari 10 tahun dan sangat jarang pada anak kurang
dari 2 tahun (Philip, 2007).
Menurut Departmen Kesehatan RI pada tahun 2006, apendisitis merupakan penyakit
urutan keempat terbanyak di Indonesia pada tahun 2006. Jumlah pasien rawat inap
penyakit apendiks pada tahun tersebut mencapai 28.949 pasien, berada di urutan
keempat setelah dispepsia, duodenitis, dan penyakit cerna lainnya. Pada rawat jalan,
kasus penyakit apendiks menduduki urutan kelima (34.386 pasien rawat jalan),
setelah penyakit sistem pencernaan lain, dispepsia, gastritis dan duodenitis.
Sedangkan, menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009, apendisitis masuk
dalam daftar 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di berbagai
wilayah Indonesia dengan total kejadian 30,703 kasus dan 234 jiwa yang meninggal
akibat penyakit ini. Antibiotik diberikan pada sebelum dan setelah operasi sesuai
dengan kebutuhan (Ajaz et al., 2009).

1.2 Tujuan Penulisan


- Untuk mengetahui pengertian dari appendisitis
- Untuk mengetahui etiologi atau penyebab terjadinya appendisitis
- Untuk mengetahui tanda dan gejala apendisitis
- Untuk memahami patofisiologi terjadinya appendisitis
- Untuk mengetahui penatalaksanaan appendisitis
- Untuk mengetahui asuhan keperawatan appendisitis

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Appendisitis
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal.Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum.Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan
terhadap infeksi (Brunner dan Sudarth, 2002).

Apendisitis adalah infeksi dan pembengkakan pada usus buntu yang dapat
menurunkan suplai darah ke dinding usus buntu. Hal ini menyebabkan kematian
jaringan dan usus buntu bisa pecah atau meledak sehingga mengakibatkan bakteri
dan tinja masuk ke dalam perut. Kejadian ini disebut usus buntu yang pecah. Sebuah
usus buntu yang pecah bisa menyebabkan peritonitis atau disebut infeksi perut.
Apendisitis paling sering terjadi pada usia 10 sampai 30 tahun yang merupakan
alasan umum untuk operasi pada anak-anak, dan merupakan bedah emergensi yang
paling umum terjadi pada kehamilan (Cheng et al, 2014).

Apendiks adalah salah satu bagian organ saluran pencernaan dan terletak pada
pangkal usus besar di daerah perut bagian kanan bawah (John et al., 2008). Ukuran
apendiks pada orang dewasa berkisar antara 6 sampai 7 cm panjang dan fungsinya
masih belum jelas (Robbins et al., 2005).

Appendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).

2.2 Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
 Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
 Adanya faekolit dalam lumen appendiks
 Adanya benda asing seperti biji-bijian
 Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut (Nuzulul, 2009).

2.3 Tanda dan Gejala


1. Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik
Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
2. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare
tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks
melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah
lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat
diketahuipada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa
ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan
pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
3. Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri,
yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah
kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar distensi
abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi klien memburuk

2.4 Patofisiologi
Secara klinis, apendisitis ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Apendisitis akut
Apendisitis yang terjadi dengan diawali oleh nyeri periumbilikal yang diikuti
dengan rasa mual dan muntah sehingga bisa menyebabkan anoreksia,
dan peningkatan nyeri lokal pada perut bagian kanan bawah. Lamanya rasa nyeri
ini berlangsung selama 24 sampai 36 jam. Penyebab apendisitis akut ini adalah
adanya obstruksi apendiks dan infeksi hematogen (Craig, 2005). Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mengalami sumbatan, sehingga
semakin lama, mukus tersebut semakin banyak. Namun, elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan di mana akan menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen (Anonim, 2000).
2) Apendisitis Kronis
Apendisitis kronis terjadi apabila ada rasa nyeri di perut bagian kanan bawah
yang tidak berat, tetapi bisa menyebabkan aktivitas penderita terganggu dan
lebih dari dua minggu. Nyeri yang dirasakan dapat berlangsung secara terus-
menerus dan bisa bertambah berat parah kemudian mereda lagi (Sjamsuhidajat et
al., 2003).
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif, operasi, dan pencegahan tersier (Norton,2001).
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis
perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta
pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi.Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).

c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah
infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik.Pasca appendektomi
diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi
disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Anamnesa
1. Data demografi
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 26 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Suku/bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Malang
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 23 April 2012
Ruang/NO : Mawar/15
2. Keluhan Utama : Klien mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan
dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang
menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
3. Riwayat penyakit sekarang : Keluhan yang dirasakan oleh pasien mulai
pertama / saat dirumah sampai MRS / opname.
4. Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada
B. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi :
Takipnoe, pernapasan dangkal.
2. B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
3. B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data
psikologis Klien nampak geli
4. B4 (Bladder) : –
5. B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen
sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi
pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator untuk menentukan
pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada
awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare
6. B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak.

 ANALISIS DATA
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1 DS: Fekalit/masa keras Resiko tinggi
- Nyeri feses terhadap infeksi
- Mual Obstruksi lumen
- Muntah apendiks
DO: Suplai aliran darah
- Penurunan berat badan menurun, Mukosa
- Anorexia terbendung
- Infeksi epigastrium
Inflamasi apendik,
mengalami edema
Perforasi, abses,
peritonium
Appendiktomy
Insisi Bedah

2 DS: - Haus Fekalit/masa keras Volume cairan


DO: feses kurang dari
- Usia lanjut Obstruksi lumen kebutuhan
- Kelebihan berat badan apendiks
- Defisit pengetahuan Suplai aliran darah
- Immobilitas fisik menurun, Mukosa
- Pengobatan (diuretik) terbendung

Inflamasi apendik,
mengalami edema
Distensi abdomen
Menekan gaster
Peningkatan
produksi HCL
Mual, muntah

3 DS: Fekalit/masa keras Nutrisi kurang dari


- Kram abdomen feses kebutuhan tubuh
- Nyeri abdomen dengan Obstruksi lumen
atau tanpa penyakit apendiks
- Merasakan Suplai aliran darah
Ketidakmampuan untuk menurun, Mukosa
mengingesti makanan terbendung
- Melaporkan perubahan Inflamasi apendik,
sensasi rasa mengalami edema
- Melaporkan kurangnya Distensi abdomen
makanan Menekan gaster
- Merasa kenyang segera Peningkatan
setelah mengingesti produksi HCL
makanan Mual, muntah
- Indigesti
DO:
- Tidak tertarik untuk
makan
- Kerapuhan kapiler
- Diare dan atau steatore
- Adanya bukti kekurangan
makanan
- Kehilangan rambut yang
berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang informasi
- Kurangnya minat pada
makanan
- Konjungtiva dan
membran mukosa pucat
- Tonus otot buruk
- Menolak untuk makan
- Luka, rongga mulut
inflamasi
4 Ds: Fekalit/masa keras Nyeri
- Keletihan feses
- Takut kembali terluka Obstruksi lumen
Do: apendiks
- Atrofi kelompok otot yang Suplai aliran darah
terlibat menurun, Mukosa
- Anoreksia terbendung
- Perubahan kemampuan Inflamasi apendik,
untuk meneruskan mengalami edema
aktivitas sebelumnya Aliran cairan limfe
- Perubahan pola tidur dan darah tidak
- Penurunan interaksi sempurna
dengan orang lain Penurunan tekanan
- Perubahan berat badan intraluminal
Menghambat aliran
limfe
Nyeri epigastrium
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi behubungan dengan perforasi pada Apendiks
dan tidak adekuatnya pertahanan utama.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan
muntah.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan terjadinya mual
dan muntah.
4. Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah.

 INTERVENSI
No Diagnosa Kriteria dan Hasil Intervensi Rasional
1. Resiko Tujuan & Kriteria Mandiri · Dugaan adanya
terjadinya Hasil :  Awasi tanda vital. infeksi/terjadinya sepsis,
infeksi Meningkatkan Perhatikan abses, peritonitis.
berhubungan penyembuhan luka demam, · Menurunkan resiko
dengan dengan benar, menggigil, penyebaran bakteri.
perforasi bebas tanda berkeringat, · Memberikan deteksi dini
pada infeksi atau perubahan mental, terjadi proses infeksi,
Apendiks inflamasi. meningkatkan dan/atau pengawasan
dan tidak  Awasi tanda nyeri abdomen. penyembuhan peritonitis
adekuatnya vital.  Lakukan yang telah ada sebelumnya.
pertahanan Perhatikan pencucian tangan · Pengetahuan tentang
utama. demam, yang baik dan kemajuan situasi
menggigil, perawatan luka memberikan dukungn
berkeringat, aseptic. Berikan emosi, membantu
perubahan perawatan menurunkan ansietas.
mental, paripurna. · Kultur pewarnaan Gram
meningkatnya  Lihat insisi dan dan sensitivities berguna
nyeri abdomen. balutan. Catat untuk mengidentifikasikan
 Lakukan pen- karakteristik organism penyebab dan
cucian tangan drainase pilihan terapi.
yang baik dan luka/drein (bisa · Mungkin diberikan secara
perawatn luka dimasukkan), profilaktik atau menurunkan
aseptic. Berika adanya eritema. jumlah organism (pada
perawatan  Berikan informasi infeksi yang telah ada
paripurna. yang tepat, jujur pertumbuhannya pada
 Lihat insisi dan pada pasien/orang rongga abdomen.
balutan. Catat terdekat. · Dapat diperlukan untuk
karakteristik Kolaborasi mengalirkan isi abses
drainase luka,  Ambil contoh terlokalisir.
adanya eritema. drainase bila
 Berikan diindikasikan.
informasi yang  Berikan antibiotic
tepat dan jujur sesuai indikasi.
pada pasien  Bantu irigasi dan
 Ambil contoh drainase bila
drainage bila diindikasikan
diindikasikan.
 Berikan
antibiotic
sesuai indikasi/
 Dugaan adanya
infeksi/terjadin
ya sepsis,
abses,
peritonitis.
 Menurunkan
resiko
penyebaran
bakteri.
 Memberikan
deteksi dini
terjainya proses
infeksi, dan
atau
pengawasan
penyembuhan
peritonitis yang
telah ada
sebelumnya.
 Pengetahuan
tenteng
kemajuan
situasi
memberikan
dukungan
emosi,
membantu
menurunkan
anxietas.
 Kultur
pewarnaan
gram dan
sensitifias
berguna untuk
mengidentifika
si organism
penyebab dan
pilihan terapi.
 Mungkin
diberikan
secara
profilaktik atau
menurunkan
jumlah
organism (pada
innfeksi yang
telah ada
sebelumnya)
utuk
menurunkan
penyebaran dan
pertumbuhanny
a pada rongga
abdomen.
2. Volume Tujuan : Mandiri · Tanda yang membantu
cairan Kriteria Hasil :  Awasi tekanan mengidentifikasikan
kurang dari Mempertahankan darah nadi. fluktuasi volume
kebutuhan keseimbangan  Lihat membrane intravaskuler.
berhubungan cairan dibuktikan mukosa, kaji · Indicator keadekuatan
dengan mual oleh kelembaban tugor kulit dan sirkulasi perifer dan hidrasi
dan muntah. membrane pengisian kapiler. seluler.
mukosa, turgor  Awasi masukan · Penurunan haluaran urin
kulit baik, tanda- dan haluaran, pekat dengan peningkatan
tanda vital stabil, catat warna berat jenis diduga
dan secara urine/konsentrasi, dehidrasi/kebutuhan
individual berat jenis. peningkatan cairan.
haluaran urine  Auskultasi bising · Indicator kembalinya
adekuat. usus, catat peristaltic, kesiapan untuk
kelancaran flatus, pemasukan per oral.
gerakan usus. · Dehidrasi mengakibatkan
 Berikan bibir dan mulut kering dan
perawatan mulut pecah-pecah
sering dengan · Selang NG biasanya
perhatian khusus dimasukkan pada praoperasi
pada dan dipertahankan pada fase
perlindungan segera pascaoperasi untuk
bibir. dekompresi usus,
Kolaborasi meningkatkan istirahat usus,
 Pertahankan mencegah mentah.
penghisapan · Peritoneum bereaksi
gaster/usus. terhadap iritasi/infeksi
dengan menghasilkan
 Berikan cairan IV
sejumlah besar cairan yang
dan elektrolit
dapat menurunkan volume
sirkulasi darah,
mengakibatkan hipovolemia.
· Dehidrasi dapat terjadi
ketidakseimbangan elektrolit

3. Nutrisi Tujuan : Mandiri Setelah tindakan pembagian,


kurang dari Kriteria Hasil : BB  Buat jadwal kapasitas gaster menurun
kebutuhan normal, masukan tiap jam. kurang lebih 50 ml,
berhubungan anjurkan sehingga perlu makan
dengan mengukur sedikit/sering.
terjadinya cairan/makanan Pengawasan kehilangandan
mual dan dan minum alat pengkajian kebutuhan
muntah. sedikit demi nutrisi/keefektifan terapi.
sedikit atau Makan berlebihan dapat
makan dengan menyebabkan mual/muntah
perlahan. atau kerusakan operasi
 Timbang berat pembagian.
badan tiap hari. Menurunkan kemungkinan
buat jadwal aspirasi.
teratur setaelah Dapat mempengaruhi nafsu
pulang. makan/pencernaan dan
 Tekankan membatasi masukan nutrisi.
pentingnya Dapat meningkatkan
menyadari masukan, meningkatkan rasa
kenyang dan berpartisipasi/kontrol.
menghentikan Memberikan nutrisi tanpa
masukan. menambah
 Beritahu pasien kalori.catatan: diet cair
untuk duduk saat biasanya dipertahankan
makan/minum. selama 8 minggu setelah
 Tentukan prosedur pembagian.
makanan yang Perlu bantuan dalam
membentuk gas. perencanaan diet yang
 Diskusikan yang memenuhi kebutuhan
disukai pasien dan nutrisi.
masukan dalam Tambahan dapat diperlukan
diet murni. untuk mencegah anemia
Kolaborasi karena gangguan absorpsi.
 Berikan diet cair, Peningkatan motilitas usus
lebih lembut, setelah
tinggi protein dan prosedurbypassmerendahkan
serat, dan rendah kadar kalsium dan
lemak, dengan meningkatkan absorpsi
tambahan cairan oksalat, dimana dapat
sesuai kebutuhan. menimbulkan pembentukan
batu urine.
 Rujuk ke ahli gizi
 Berikan tambahan
vitamin seperti
B12 injeksi, folat,
dan kalsium
sesuai indikasi.
4. Nyeri Tujuan : Mandiri · Berguna dalam
berhubungan Kriteria hasil :  Kaji nyeri, catat pengawasan keefektifan
dengan Pasien tampak lokasi, obat, kemajuan
adanya insisi rileks mampu karakteristik, penyembuhan.
bedah tidur/ istirahat berat (skala 0-10).· Perubahan pada
dengan tepat. Sakit dan kerakteristik nyeri
laporkan menunjukkan terjadinya
perubahan nyeri abses/peritonitis,
dengan tepat. memerlukan upaya evaluasi
 Pertahankan medic dan intervensi.
istirahat dengan · Gravitasi melokalisasi
posisi semi- eksudat inflamasi dalam
fowler. abdomen bawah atau pelvis,
 Dorong ambulasi menghilangkan tegangan
dini. abdomen yang bertambah
 Berikan aktivitas dengan posisi terlentang.
hiburan. · Meningkatkan normalitas
Kolaborasi fungsi organ, contoh
 Pertahankan merangsang peristaltic dan
puasa/penghisapa kelancaran flatus,
n NG pada awal menurunkan ketidak
 Berikan analgesic nyamanan abdomen.
sesuai indikasi · Focus perhatian kembali,
 Berikan kantong meningkatkan relaksasi dan
es pada abdomen. dapat meningkatkan
kemampuan koping.
· Menurunkan
ketidaknyamanan pada
peristaltic usus dini dan
iritasi gaster/muntah.
· Menghilangkan nyeri
mempermudah kerja sama
intervensi terapi lain contoh
ambulasi, batuk.
· Menghilangkan dan
mengurangi nyeri melalui
penghilangan rasa ujung
saraf.

 IMPLEMENTASI
No Dx Hari/tgl Implementasi Paraf
1. 1 Senin, 23 Menghindari infeksi
April 2012
· Jam 08.00-  Melakukan pencucian tangan yang baik dan
08.05 perawatan luka aseptic
· Jam 08.05-  Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda
08.15 infeksi
· Jam 08.15-  Memberikan antibiotic sesuai indikasi
08.20
2. 2 Selasa, 24 Mempertahankan keseimbangan cairan
April 2012
· Jam 08.00-  Mempertahankan catatan intake dan output yang
08.05 akurat.
· Jam 08.05-  Memonitor vital sign dan status hidrasi.
08.10  Memonitor status nutrisi
· Jam 08.10-  Mengawasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht,
08.15 Na+ albumin dan waktu pembekuan.
· Jam 08.15-  Berkolaborasikan pemberian cairan intravena
08.25 sesuai terapi.
· Jam 08.25-  Mengatur kemungkinan transfusi darah.
08.30
· Jam 08.30-
08.35
3. 3 Rabu, 25 Memenuhi kebutuhan nutrisi
April 2012
· Jam 08.00-  Menentukan kemampuan pasien untuk
08.05 memenuhi kebutuhan nutrisi.
· Jam 08.05-  Memantau kandungan nutrisi dan kalori pada
08.10 catatan asupan.
· Jam 08.10-  Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan
08.20 nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
· Jam 08.20-  Meminimalkan faktor yang dapat menimbulkan
08.25 mual dan muntah.
· Jam 08.25-  Mempertahankan higiene mulut sebelum dan
08.35 sesudah makan.

4. 4 Kamis, 26 Mengurangi nyeri


April 2012
· Jam 08.00-  Melakukan pengkajian nyeri, secara
08.15 komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
· Jam 08.15-  Mengobservasi ketidaknyamanan non verbal
08.20  Menggunakan pendekatan yang positif terhadap
· Jam 08.20- pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi
08.35 kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase,
· Jam 08.35- perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak
08.40 terburu-buru.
· Jam 08.40-  Mengendalikan factor lingkungan yang dapat
08.45 mempengaruhi respon pasien terhadap
· Jam 08.45- ketidaknyamanan.
08.50  Menganjurkan pasien untuk istirahat dan
menggunakan teknik relaksai saat nyeri.
 Berkolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

 EVALUASI

No Evaluasi
1 Jam:
S: Pasien mengatakan tidak ada tanda infeksi
O O: Menunjukan tidak ada tanda infeksi: Luka sembuh tanpa tanda infeksi, Cairan yang
keluar dari luka tidak purulen
A A: Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
2 Jam:
S: Pasien mengatakan tidak merasa haus lagi
OO: Cairan tubuh seimbang: Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal, Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal, Tidak
ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab.
AA: Masalah teratasi
P P: Intervensi di hentikan
3 Jam:
S: Pasien mengatakan tidak merasa lapar
O O: Nutrisi terpenuhi: Mempertahankan berat badan, Toleransi terhadap diet yang
dianjurkan, Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi dan Turgor kulit baik
A A: Masalah teratasi
P P: Intervensi di hentikan
4 Jam:
S: Pasien mengatakan tidak nyeri lagi
O O: Melaporkan berkurangnya nyeri: Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol dan Klien
tampak rileks, mampu tidur/istirahat
A A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus
buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol
dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking
tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun,
lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim,
Apendisitis, 2007)
4.2 Saran
Mahasiswa keperawatan harus benar-benar memahami konsep dasar penyakit apendisitis
dan diverkulitis ini sebelum benar-benar mempraktekkannya di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Burner and suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.volume 2.Jakarta :
EGC.
Engram, Barbara, 1994. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC.
Perry & Potter, 2006, Fundamental Keperawatan volume 2.Jakarta : EGC.
Marylin E. Doenges.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Mansjoer. A.dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
Johnson, Marion,dkk.2000. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri: Mosby Yearbook,Inc.
Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis, Missouri: Mosby Yearbook,Inc.

Anda mungkin juga menyukai