Anda di halaman 1dari 3

1. Bilirubin adalah pigmen kuning yang ada di dalam darah, urine, dan tinja manusia.

Pigmen ini berasal


dari sel darah merah yang sudah mati dan pecah. Terkadang kadar bilirubin melebihi ambang batas
normal sehingga menimbulkan berbagai gejala dan tanda-tanda yang bisa kita amati, yaitu
menguningnya kulit dan bagian putih mata. Kondisi ini disebut penyakit kuning atau jaundice.

Urobilinogen sendiri merupakan salah satu zat warna hasil dari pemecahan bilirubin dimana
bilirubin sendiri merupakan zat warna kuning hasil pemecahan dari sel darah merah. Pada
normalnya, urobilinogen ini memang sebagian akan dikeluarkan bersama tinja dan sebagian kecil
lewat urin. Jika terlalu banyak kadar urobilinigen dalam darah, maka ada kemungkinan kondisi
klinis seperti penyakit pada organ hati baik hepatitis seperti hepatitis B ataupun sirosis.

2. Masa abstinensia : Jarak waktu istirahat tidak melakukan seks

3. Pemeriksaan kreatinin

Prinsip : Kreatinin dengan asam pikrat alkalis membentuk kreatinin pikrat yang
berwarna merah intensitas warna merah menunjukkan kadar kreatinin bila dibaca
pada fotometer.
Cara Kerja :
 Pipet plasma sebanyak 0,05 mL masukkan ke dalam tabung reaksi
 Ditambahkan 1 mL reagen warna kreatinin I ( NaOH 1 % )
 Inkubasi 5 menit dengan temperatur 37 0C
 Ditambah 0,25 mL reagen warna kreatinin II ( asam pikrat )
 Baca pada spektrofotometer dengan λ = 546 nm dan f = .2
Nilai normal kadar kreatinin plasma:
- Laki – laki : 0,9 – 1,3 mg/dL
- Wanita : 0,6 – 1,1 mg/dL

4. Kelainan Sperma
Oligoteratozoospermia. Bentuk sperma tidak normal serta jumlah sel sperma yang dihasilkan
hanya sedikit. Seseorang dinyatakan mengalami oligoteratozoospermia bila di dalam 1 cc
semennya hanya terdapat 10 juta sel sperma atau kurang. Normalnya, untuk terjadi suatu proses
pembuahan, harus terdapat 20 juta sel sperma di dalam 1 cc cairan semen.
Azoospermia. Cairan semen tidak ada atau nyaris tidak ditemukan adanya sel sperma sama
sekali. Kelainan sperma ini dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu akibat ada
sumbatan pada saluran sperma atau testis tidak mampu (gagal) menghasilkan sel-sel sperma.
Dysspermia/ Asthenozoopermia Kemampuan gerak atau motilitas sperma rendah. Kelainan
sperma yang dikenal dengan dysspermia ini terjadi bila sel-sel sperma yang dikeluarkan saat
berhubungan intim tidak mampu berenang dengan cukup cepat melewati lapisan mukosa mulut
rahim, hingga sampai ke ovarium dan membuahi sel telur matang di dalamnya.
Teratozoospermia merupakan kelainan sperma di mana bentuk dan ukurannya abnormal
sehingga tidak dapat membuahi sel telur.
Necrospermia (necrozoospermia) adalah suatu kondisi di mana sperma dalam air mani, mati
atau tidak bergerak sehingga tidak dapat melakukan perjalanan ke sel telur untuk pembuahan.

5. Vesika seminalis : penghasil fruktosa guna menghasilkan energin untuk sperma bergerak
6. Batas waktu sampel sperma ntuk diperiksa adalah 30-60 menit. Apabila lebih dari 1 jam tidak
dilakukan pemeriksaan.
7. PEMERIKSAAN URIN
Makroskopik :
a. Volume, Rata-rata didaerah tropik volume urine dalam 24 jam antara 800 – 1300 ml
untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml
maka keadaan itu disebut poliuria. Poliuria ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik
seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek
diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti
diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila
volume urine selama 24 jam 300-750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan
ini mungkin didapat pada diare, muntah - muntah, deman edema, nefritis menahun.
b. Warna, Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang
disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada
dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat.
c. Pemeriksaan berat jenis urine bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan
pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang
normal antara 1,003 - 1,030 . Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin
besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urine makin
tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin
sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal
pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan
dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake
cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.
d. Bau
e. pH, pH urine normal berkisar antara 4,5 - 8,0 .
MIKROSKOPIK :
a. Eritrosit
Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena:
kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu
saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi
saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin, dll. Dinyatakan hematuria
mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK.
b. Leukosit
Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali
eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear,
PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.
Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal.
Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya
menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah,
sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai
pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi,
karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan
karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan
motilitas leukosit.
c.

Anda mungkin juga menyukai