1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan padapengamat saat
melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan membaca skala
kecil, dan kekurangterampilan dalam menyusun dan memakai alat, terutama untuk alat yang
melibatkan banyak komponen.
2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang digunakan dan
atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol, kesalahan komponen alat atau kerusakan alat, kesalahan paralaks,
perubahan suhu, dan kelembaban.
1. Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan atau
kalibrasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini mengakibatkan pembacaan hasil pengukuran
menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Kesalahan ini dapat diatasi
dengan mengkalibrasi ulang alat
menggunakan alat yang telah terstandarisasi.
2. Kesalahan Titik Nol
Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat
berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat
pada skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran dapat mengalami penambahan atau
pengurangan sesuai dengan selisih dari skala
nol semestinya. Kesalahan titik nol dapat diatasi dengan melakukan koreksi pada
penulisan hasil pengukuran
3. Kesalahan Komponen Alat
Kerusakan pada alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur. Misalnya, pada
neraca pegas. Jika pegas yang digunakan sudah lama dan aus, maka akan berpengaruh
pada pengurangan konstanta pegas. Hal ini menjadikan jarum atau skala penunjuk tidak
tepat pada angka nol yang
membuat skala berikutnya bergeser.
4. Kesalahan ParalaksKesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk
dengan garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum.
3. Kesalahan Acak
Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasifluktuasi halus pada
saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena adanya gerak brown
molekul udara, fluktuasi tegangan listrik, landasan bergetar, bising, dan radiasi.
1. Gerak Brown Molekul Udara
Molekul udara seperti Anda ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak teratur atau
rambang. Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan menyebabkan
jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada mikrogalvanometer terganggu karena
tumbukan dengan molekul udara.
2. Fluktuasi Tegangan Listrik
Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti aki dan baterai selalu mengalami
perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan data pengukuran
besaran listrik yang tidak konsisten.
3. Landasan yang Bergetar
Getaran pada landasan tempat alat berada dapat berakibat pembacaan skala yang berbeda,
terutama alat yang sensitif terhadap gerak. Alat seperti seismograf butuh tempat yang
stabil dan tidak bergetar. Jika landasannya bergetar, maka akan berpengaruh pada
penunjukkan skala pada saat terjadi gempa bumi.
4. Bising
Bising merupakan gangguan yang selalu di jumpai pada alat elektronik. Gangguan ini
dapat berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari komponen alat bersuhu.
5. Radiasi Latar Belakang
Radiasi gelombang elektromagnetik dari kosmos (luar angkasa) dapat mengganggu
pembacaan dan menganggu operasional alat. Misalnya, ponsel tidak boleh digunakan di
SPBU dan pesawat karena bisa mengganggu alat ukur dalam SPBU atau pesawat.
Gangguan ini dikarenakan gelombang elektromagnetik pada telepon seluler dapat
mengasilkan gelombang radiasi yang mengacaukan alat ukur pada SPBU atau pesawat.
L1 in L1 out
L2 in L2 out
L3 in L3 out
Nol Nol
Amp. A
Meter
CT CT yang diuji
A
Amp.
Meter
SUMBER
AC
Supplay
Pada Gambar 7.3 merupakan pengujian pemeriksaan rasio CT dimana pada pemeriksaan
Rasio CT ini digunakan untuk mengetahui rasio CT sesuai dengan nameplate yang telah
tertera pada CT atau tidak, hal ini digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan nilai dan
data yang tepat pada pengukurannya. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :
Kn Is − Ip
S= x 100%
Ip
Keterangan :
S = Kesalahan Arus (%)
Kn = Rasio Transformer CT
Is = Arus Sisi Sekunder (A)
Ip = Arus Sisi Primer
7.4.3 Pemeriksaan Rasio PT
250 V HIGH
AC VOLTAGE
SUPPLY TEST SET
PT standar PT yg diuji
V V
Pada Gambar 7.4, merupakan pengujian pemeriksaan rasio PT dimana pada pemeriksaan
Rasio PT ini digunakan untuk mengetahui rasio PT sesuai dengan nameplate yang telah tertera
pada PT atau tidak, hal ini digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan nilai dan data yang
tepat pada pengukurannya. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :
Kn Vs − Vp
S= x 100%
Vp
Keterangan :
S = Kesalahan Tegangan (%)
Kn = Rasio Transformer PT
Vs = Tegangan Sekunder PT Standar (V)
Vp = Tegangan Sekunder PT Yang Diuji (V)
K L
k l
mA
F
LOAD
Pada Gambar 7.6 merupakan gambar wiring kWh meter 1 Fasa Normal dengan 1 CT dan
PT yang dirangkai sesuai dengan standartnya. Perhitungan secara teori dari kWh meter 1
fasa ini dapat ditunjukkan dengan rumusan sebagai berikut :
N x 3600
P1 = = (kW)
txc
Keterangan :
N = Banyaknya putaran piringan / menit
t = Lamanya waktu dalam satu putaran (s)
c = Konstanta meter
Sedangkan untuk rumus perhitungan secara praktek dapat ditunjukkan dengan rumusan
sebagai berikut :
V x I x Cos φ
P2 = = (kW)
1000
Keterangan :
V= Tegangan (Volt)
I = Arus (A)
Kemudian untuk melihat hasil error yang didapatkan maka dapat dihitung dengan rumusan
sebagai berikut :
P1−P2
Selisih dalam % = X 100 %
P2
7.4.6 KWh Meter Dengan Polaritas CT Fasa Terbalik
F
LOAD
Pada Gambar 7.7 merupakan gambar wiring kWh meter 1 fasa dengan 1 CT dan PT yang
dirangkai dengan polaritas CT pada fasa R dibalik . Hasil yang didapatkan dari wiring seperti
Gambar 7.7 sebagai berikut
Pr = Vr . Ir . (-1x) = -1x
Dari data diatas maka akan terjadi kesalahan putaran pada piringan kWh meter 1 fasa akibat
dari wiring pada polaritasnya terbalik yang diberikan tanda -1x (putaran terbalik), sehingga
data hasil pembacaan kWh meter akan melambat serta tidak sesuai dengan energi yang
digunakan oleh pelanggan terhadap pengukuran kWh meter. Hal ini akan menjadikan
pelanggan akan diuntungkan serta PLN akan dirugikan.
7.5 Workshop Pemeriksaan Kesalahan kWh Meter 3 Fasa
7.5.1 Pemeriksaan Rasio CT
Amp. A
Meter
CT CT yang diuji
A
Amp.
Meter
SUMBER
AC
Supplay
Kn Is − Ip
S= x 100%
Ip
Keterangan :
S = Kesalahan Arus (%)
Kn = Rasio Transformer CT
Is = Arus Sisi Sekunder (A)
Ip = Arus Sisi Primer
7.5.2 Pemeriksaan Rasio PT
250 V HIGH
AC VOLTAGE
SUPPLY TEST SET
PT standar PT yg diuji
V V
Pada Gambar 7.9, merupakan pengujian pemeriksaan rasio PT dimana pada pemeriksaan
Rasio PT ini digunakan untuk mengetahui rasio PT sesuai dengan nameplate yang telah tertera
pada PT atau tidak, hal ini digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan nilai dan data yang
tepat pada pengukurannya. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :
Kn Vs − Vp
S= x 100%
Vp
Keterangan :
S = Kesalahan Tegangan (%)
Kn = Rasio Transformer PT
Vs = Tegangan Sekunder PT Standar (V)
Vp = Tegangan Sekunder PT Yang Diuji (V)
K L
k l
mA
R
S LOAD
T
N
Gambar 7.11 Wiring KWh Meter 3 Fasa Normal
Pada Gambar 7.11 merupakan gambar wiring kWh meter 3 fasa normal dengan 3 CT dan
PT yang dirangkai sesuai dengan standartnya. Perhitungan secara teori dari kWh meter 3 fasa
ini dapat ditunjukkan dengan rumusan sebagai berikut :
N x 3600
P1 = = (kW)
txc
Keterangan :
N = Banyaknya putaran piringan / menit
t = Lamanya waktu dalam satu putaran (s)
c = Konstanta meter
Sedangkan untuk rumus perhitungan secara praktek dapat ditunjukkan dengan rumusan
sebagai berikut :
V rata−rata x√3 x I rata−rata x Cos φ
P2 (R-S-T) = = (kW)
1000
Keterangan :
V= Tegangan (Volt)
I = Arus (A)
Kemudian untuk melihat hasil error yang didapatkan maka dapat dihitung dengan rumusan
sebagai berikut :
P1−P2
Selisih dalam % = X 100 %
P2
Untuk rangkaian kWh meter 3 fasa perlu dilakukan juga kesesuaian terhadap urutan fasa
yaitu fasa R, fasa S dan fasa T, agar data yang didapatkan lebih presisi.
R
S LOAD
T
N
Gambar 7.12 Wiring KWh Meter 3 Fasa Polaritas CT Fasa R Terbalik
Pada Gambar 7.12 merupakan gambar wiring kWh meter 3 fasa dengan 3 CT dan PT
yang dirangkai dengan polaritas CT pada fasa R dibalik . Hasil yang didapatkan dari wiring
seperti Gambar 7.12 sebagai berikut
Pr = Vr . Ir . (-1x) = -1x
Ps = Vs . Is . 1x = 1x
Pt = Vt . It . 1x = 1x
P3ф = = +1x
Dari data diatas maka akan terjadi kesalahan putaran pada piringan fasa R akibat dari
wiring fasa R pada polaritasnya terbalik yang diberikan tanda -1x (putaran terbalik), sehingga
data hasil pembacaan kWh meter akan melambat serta tidak sesuai dengan energi yang
digunakan oleh pelanggan terhadap pengukuran kWh meter. Hal ini akan menjadikan
pelanggan akan diuntungkan serta PLN akan dirugikan.
7.5.6 KWh Meter Dengan Polaritas CT Fasa R dan S Terbalik
R
S LOAD
T
N
Gambar 7.13 Wiring KWh Meter 3 Fasa Polaritas CT Fasa R dan S Terbalik
Pada Gambar 7.13 merupakan gambar wiring kWh meter 3 fasa dengan 3 CT dan PT
yang dirangkai dengan polaritas CT pada fasa R dan S dibalik . Hasil yang didapatkan dari
wiring seperti Gambar 7.13 sebagai berikut
Pr = Vr . Ir . (-1x) = -1x
Ps = Vs . Is . (-1x) = -1x
Pt = Vt . It . 1x = 1x
P3ф = = -1x
Dari data diatas maka akan terjadi kesalahan putaran pada piringan fasa R dan S akibat dari
wiring fasa R dan S pada polaritasnya terbalik yang diberikan tanda -1x (putaran terbalik),
sehingga data hasil pembacaan kWh meter akan melambat 2x lipat dari perputaran normal
akibat dari 2 fasa polaritas yang terbalik. Hal ini akan menjadikan pelanggan akan lebih
diuntungkan dan PLN akan dirugikan.
R
S LOAD
T
N
Gambar 7.14 Wiring KWh Meter 3 Fasa Polaritas CT Fasa R dan S Terbalik
Pada Gambar 7.14 merupakan gambar wiring kWh meter 3 fasa dengan 3 CT dan PT
yang dirangkai dengan polaritas CT pada fasa R,S,dan T dibalik . Hasil yang didapatkan dari
wiring seperti Gambar 7.14 sebagai berikut
Pr = Vr . Ir . (-1x) = -1x
Ps = Vs . Is . (-1x) = -1x
Pt = Vt . It . (-1x) = -1x
P3ф = = -3x
Dari data diatas maka akan terjadi kesalahan putaran pada piringan fasa R, S, dan T akibat
dari wiring fasa R, S, dan T pada polaritasnya terbalik yang diberikan tanda -1x (putaran
terbalik), sehingga data hasil pembacaan kWh meter akan melambat 3x lipat dari perputaran
normal akibat dari 3 fasa polaritas yang terbalik. Hal ini akan menjadikan pelanggan akan
lebih diuntungkan dan PLN akan dirugikan.