Anda di halaman 1dari 14

BAB 7

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALAT PENGUKURAN

7.1 Faktor Mekanik


Faktor mekanik adalah faktor dimana yang disebabkan oleh mekanika atau mesin.
Beberapa faktor mekanik antara lain :

1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan padapengamat saat
melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan membaca skala
kecil, dan kekurangterampilan dalam menyusun dan memakai alat, terutama untuk alat yang
melibatkan banyak komponen.

2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang digunakan dan
atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol, kesalahan komponen alat atau kerusakan alat, kesalahan paralaks,
perubahan suhu, dan kelembaban.
1. Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan atau
kalibrasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini mengakibatkan pembacaan hasil pengukuran
menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Kesalahan ini dapat diatasi
dengan mengkalibrasi ulang alat
menggunakan alat yang telah terstandarisasi.
2. Kesalahan Titik Nol
Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat
berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat
pada skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran dapat mengalami penambahan atau
pengurangan sesuai dengan selisih dari skala
nol semestinya. Kesalahan titik nol dapat diatasi dengan melakukan koreksi pada
penulisan hasil pengukuran
3. Kesalahan Komponen Alat
Kerusakan pada alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur. Misalnya, pada
neraca pegas. Jika pegas yang digunakan sudah lama dan aus, maka akan berpengaruh
pada pengurangan konstanta pegas. Hal ini menjadikan jarum atau skala penunjuk tidak
tepat pada angka nol yang
membuat skala berikutnya bergeser.
4. Kesalahan ParalaksKesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk
dengan garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum.
3. Kesalahan Acak
Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasifluktuasi halus pada
saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena adanya gerak brown
molekul udara, fluktuasi tegangan listrik, landasan bergetar, bising, dan radiasi.
1. Gerak Brown Molekul Udara
Molekul udara seperti Anda ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak teratur atau
rambang. Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan menyebabkan
jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada mikrogalvanometer terganggu karena
tumbukan dengan molekul udara.
2. Fluktuasi Tegangan Listrik
Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti aki dan baterai selalu mengalami
perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan data pengukuran
besaran listrik yang tidak konsisten.
3. Landasan yang Bergetar
Getaran pada landasan tempat alat berada dapat berakibat pembacaan skala yang berbeda,
terutama alat yang sensitif terhadap gerak. Alat seperti seismograf butuh tempat yang
stabil dan tidak bergetar. Jika landasannya bergetar, maka akan berpengaruh pada
penunjukkan skala pada saat terjadi gempa bumi.
4. Bising
Bising merupakan gangguan yang selalu di jumpai pada alat elektronik. Gangguan ini
dapat berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari komponen alat bersuhu.
5. Radiasi Latar Belakang
Radiasi gelombang elektromagnetik dari kosmos (luar angkasa) dapat mengganggu
pembacaan dan menganggu operasional alat. Misalnya, ponsel tidak boleh digunakan di
SPBU dan pesawat karena bisa mengganggu alat ukur dalam SPBU atau pesawat.
Gangguan ini dikarenakan gelombang elektromagnetik pada telepon seluler dapat
mengasilkan gelombang radiasi yang mengacaukan alat ukur pada SPBU atau pesawat.

Adanya banyak faktor yang menyebabkan kemungkinan terjadinya kesalahan


dalam suatu pengukuran, menjadikan Anda tidak mungkin mendapatkan hasil
pengukuran yang tepat benar. Oleh karena itu, kita harus menuliskan ketidakpastiannya
setiap kali melaporkan hasil dari suatu pengukuran. Untuk menyatakan hasil
ketidakpastian suatu pengukuran dapat menggunakan cara penulisan x = (xo ± x),
dengan x merupakan nilai pendekatan hasil pengukuran terhadap nilai benar, xo
merupakan nilai hasil pengukuran, dan x merupakan ketidakpastiannya (angka
taksiran ketidakpastian).
7.2 Faktor Elektrik
1. Current Transformer (CT)
Current Transformer/Trafo Arus (CT) umumnya difungsikan sebagai alat bantu
untuk pengukuran arus dengan nilai besar. CT berfungsi agar alat ukur (ampere meter, cos
phi meter, watt meter dll) dapat digunakan untuk mengukur arus yang jauh lebih besar dari
kapasitas aslinya. Dengan menggunakan CT, sebuah alat ukur dengan arus nominal 1A
atau 5A dapat digunakan untuk mengukur arus yang besarnya ratusan hingga ribuan
ampere. CT bekerja dengan “mengecilkan” nilai arus yang diukur dengan rasio tertentu ke
nilai yang dapat diukur oleh alat ukur.
Sebagai contoh, sebuah Ampere Meter dengan arus nomimal 5A, artinya Ampere
Meter tersebut hanya dapat dilewati arus maksimal sebesar 5A. Ampere Meter tersebut
akan digunakan untuk mengukur arus pada panel MDP (Main Distribution Panel/panel
induk) yang mana arus maksimalnya mencapai 100A. Karena arus nominal pada Ampere
Meter hanya 5A, jika dipasang langsung ke MDP untuk mengukur arus 100A maka
Ampere Meter tersebut akan terbakar. Untuk menghindari hal itu, dibutuhkan sebuah trafo
arus yang mampu mengukur arus 100A di sisi primer dan mengeluarkan arus 5A di sisi
sekunder. Kita dapat memilih CT dengan rasio 100/5A (100A untuk sisi primer dan 5A
untuk sisi sekunder sehingga faktor kalinya adalah 20 kali). Pada kWh meter fungsi CT
juga sama dengan sebagaimana mestinya. Jadi apabila rasio yang digunakan tidak sesuai
dengan semestinya maka hasil yang didapat juga tidak sesuai.
2. Potensial Transformer (PT)
Potensial Transformer biasa digunakan pada kWh meter tak langsung. Arti dari tak
langsung sendiri adalah letak dari Potensial Transformer yang di luar kWh meter sendiri.
Biasanya digunakan pada pelanggan TM (Tegangan Menengah). Fungsi dari PT sendiri
hampir sama dengan CT hanya saja PT digunakan untuk tegangan, sedangkan CT untuk
arus. Apabila PT yang digunakan tidak sesuai dengn rasio seharusnya maka akan
berpengaruh pada hasil yang diperoleh. Ini juga akan mengurangi efisiensi dari hasil yang
diharapkan.

7.3. Faktor Instalasi


Faktor instalasi ini dipengaruhi dari sisi wiring pada instalasi APP. Instalasi yang dirubah
dan tidak sesuai dengan standart akan mengakibatkan data hasil pengukuran dengan
perhitungan pembacaan meter terjadi error yang besar. Hal ini berdampak pada kerugian yang
akan di tanggung oleh salah satu pihak yaitu antara PLN maupun pelanggan.
Wiring meter Landis+Gyr
Pengukuran langsung

L1 in L1 out

L2 in L2 out

L3 in L3 out

Nol Nol

Ground harus disambung dengan nol meter

Gambar 7.1 Instalasi Meter 3 Fasa Sambungan Langsung


Sumber : Materi Pengelolaan Alat Pengukut dan Pembatas PLN Distribusi Jawa Timur

Gambar 7.2 Instalasi Meter 3 Fasa Sambungan Tidak Langsung


Sumber : Materi Pengelolaan Alat Pengukut dan Pembatas PLN Distribusi Jawa Timur

7.4 Workshop Pemeriksaan Kesalahan kWh Meter 1 Fasa


7.4.1 Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan visual ini digunakan terhadap meter, perlengakapan atau komponen, dan
pengawatannya. Tujuan dari pemeriksaan ini untuk mengetahui kondisi dalam keadaan baik,
rusak, atau cacat, serta juga posisi-posisi meter, baut dan lain sebagainya. Sehingga dalam
pemeriksaan visual ini dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut jika meter terindikasi dengan
kondisi-kondisi yang tidak sesuai dengan standar.

7.4.2 Pemeriksaan Rasio CT

Amp. A
Meter

CT CT yang diuji

A
Amp.
Meter
SUMBER

AC
Supplay

Gambar 7.3 Pengujian Pemerikasaan Rasio CT


Sumber : Materi Pelajaran Pemasangan & Pemeriksaan
Alat Pengukur &Pembatas PT PLN (Persero) Udiklat Pandaan

Pada Gambar 7.3 merupakan pengujian pemeriksaan rasio CT dimana pada pemeriksaan
Rasio CT ini digunakan untuk mengetahui rasio CT sesuai dengan nameplate yang telah
tertera pada CT atau tidak, hal ini digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan nilai dan
data yang tepat pada pengukurannya. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

Kn Is − Ip
S= x 100%
Ip
Keterangan :
S = Kesalahan Arus (%)
Kn = Rasio Transformer CT
Is = Arus Sisi Sekunder (A)
Ip = Arus Sisi Primer
7.4.3 Pemeriksaan Rasio PT

250 V HIGH
AC VOLTAGE
SUPPLY TEST SET

PT standar PT yg diuji

V V

Gambar 7.4 Pengujian Pemerikasaan Rasio PT


Sumber : Materi Pelajaran Pemasangan & Pemeriksaan
Alat Pengukur &Pembatas PT PLN (Persero) Udiklat Pandaan

Pada Gambar 7.4, merupakan pengujian pemeriksaan rasio PT dimana pada pemeriksaan
Rasio PT ini digunakan untuk mengetahui rasio PT sesuai dengan nameplate yang telah tertera
pada PT atau tidak, hal ini digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan nilai dan data yang
tepat pada pengukurannya. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

Kn Vs − Vp
S= x 100%
Vp
Keterangan :
S = Kesalahan Tegangan (%)
Kn = Rasio Transformer PT
Vs = Tegangan Sekunder PT Standar (V)
Vp = Tegangan Sekunder PT Yang Diuji (V)

7.4.4 Pemeriksaan Polaritas Arus Pada CT


1,5 v s
+ -

K L

k l

mA

Gambar 7.5 Pengujian Pemerikasaan Polaritas Arus Pada CT


Sumber : Materi Pelajaran Pemasangan & Pemeriksaan
Alat Pengukur &Pembatas PT PLN (Persero) Udiklat Pandaan
Pada gambar 7.5 merupakan pengujian pemeriksaan polaritas arus pada CT dengan tujuan
untuk mengetahui polaritas dari CT yang digunakan sudah tepat atau perlu pembenahan.
Untuk pemeriksaannya yaitu ketika saklar ON maka jarum mA akan bergerak karena arus
transient, bila jarum bergerak kearah kanan berarti polaritas benar jika ke kiri maka polaritas
salah

7.4.5 KWh Meter 1 Fasa


Dalam proses wiring kWh meter 1 fasa terdapat rangkaian 1 CT dan PT, yang sistem
wiring normal instalasi kWh meter 1 fasa yaitu sebagai berikut :

F
LOAD

Gambar 7.6 Wiring KWh Meter 1 Fasa Normal

Pada Gambar 7.6 merupakan gambar wiring kWh meter 1 Fasa Normal dengan 1 CT dan
PT yang dirangkai sesuai dengan standartnya. Perhitungan secara teori dari kWh meter 1
fasa ini dapat ditunjukkan dengan rumusan sebagai berikut :

N x 3600
P1 = = (kW)
txc

Keterangan :
N = Banyaknya putaran piringan / menit
t = Lamanya waktu dalam satu putaran (s)
c = Konstanta meter

Sedangkan untuk rumus perhitungan secara praktek dapat ditunjukkan dengan rumusan
sebagai berikut :

V x I x Cos φ
P2 = = (kW)
1000

Keterangan :
V= Tegangan (Volt)
I = Arus (A)

Kemudian untuk melihat hasil error yang didapatkan maka dapat dihitung dengan rumusan
sebagai berikut :

P1−P2
Selisih dalam % = X 100 %
P2
7.4.6 KWh Meter Dengan Polaritas CT Fasa Terbalik

F
LOAD

Gambar 7.7 Wiring KWh Meter 1 Fasa Polaritas CT Fasa Terbalik

Pada Gambar 7.7 merupakan gambar wiring kWh meter 1 fasa dengan 1 CT dan PT yang
dirangkai dengan polaritas CT pada fasa R dibalik . Hasil yang didapatkan dari wiring seperti
Gambar 7.7 sebagai berikut

Pr = Vr . Ir . (-1x) = -1x

Dari data diatas maka akan terjadi kesalahan putaran pada piringan kWh meter 1 fasa akibat
dari wiring pada polaritasnya terbalik yang diberikan tanda -1x (putaran terbalik), sehingga
data hasil pembacaan kWh meter akan melambat serta tidak sesuai dengan energi yang
digunakan oleh pelanggan terhadap pengukuran kWh meter. Hal ini akan menjadikan
pelanggan akan diuntungkan serta PLN akan dirugikan.
7.5 Workshop Pemeriksaan Kesalahan kWh Meter 3 Fasa
7.5.1 Pemeriksaan Rasio CT

Amp. A
Meter

CT CT yang diuji

A
Amp.
Meter
SUMBER

AC
Supplay

Gambar 7.8 Pengujian Pemerikasaan Rasio CT


Sumber : Materi Pelajaran Pemasangan & Pemeriksaan
Alat Pengukur &Pembatas PT PLN (Persero) Udiklat Pandaan

Pada Gambar 7.8, merupakan pengujian pemeriksaan rasio CT dimana pada


pemeriksaan Rasio CT ini digunakan untuk mengetahui rasio CT sesuai dengan nameplate
yang telah tertera pada CT atau tidak, hal ini digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan
nilai dan data yang tepat pada pengukurannya. Rumus perhitungannya adalah sebagai
berikut :

Kn Is − Ip
S= x 100%
Ip
Keterangan :
S = Kesalahan Arus (%)
Kn = Rasio Transformer CT
Is = Arus Sisi Sekunder (A)
Ip = Arus Sisi Primer
7.5.2 Pemeriksaan Rasio PT

250 V HIGH
AC VOLTAGE
SUPPLY TEST SET

PT standar PT yg diuji

V V

Gambar 7.9 Pengujian Pemerikasaan Rasio PT


Sumber : Materi Pelajaran Pemasangan & Pemeriksaan
Alat Pengukur &Pembatas PT PLN (Persero) Udiklat Pandaan

Pada Gambar 7.9, merupakan pengujian pemeriksaan rasio PT dimana pada pemeriksaan
Rasio PT ini digunakan untuk mengetahui rasio PT sesuai dengan nameplate yang telah tertera
pada PT atau tidak, hal ini digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan nilai dan data yang
tepat pada pengukurannya. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

Kn Vs − Vp
S= x 100%
Vp
Keterangan :
S = Kesalahan Tegangan (%)
Kn = Rasio Transformer PT
Vs = Tegangan Sekunder PT Standar (V)
Vp = Tegangan Sekunder PT Yang Diuji (V)

7.5.3 Pemeriksaan Polaritas Arus Pada CT


1,5 v s
+ -

K L

k l

mA

Gambar 7.10 Pengujian Pemerikasaan Polaritas Arus Pada CT


Sumber : Materi Pelajaran Pemasangan & Pemeriksaan
Alat Pengukur &Pembatas PT PLN (Persero) Udiklat Pandaan
Pada Gambar 7.10 merupakan pengujian pemeriksaan polaritas arus pada CT dengan
tujuan untuk mengetahui polaritas dari CT yang digunakan sudah tepat atau perlu
pembenahan. Untuk pemeriksaannya yaitu ketika saklar ON maka jarum mA akan bergerak
karena arus transient, bila jarum bergerak kearah kanan berarti polaritas benar jika ke kiri
maka polaritas salah

7.5.4 KWh Meter 3 Fasa


Dalam proses wiring kWh meter 3 fasa terdapat rangkaian 3 CT dan PT, yang sistem
wiring normal instalasi kWh meter 3 fasa yaitu sebagai berikut :

R
S LOAD
T
N
Gambar 7.11 Wiring KWh Meter 3 Fasa Normal

Pada Gambar 7.11 merupakan gambar wiring kWh meter 3 fasa normal dengan 3 CT dan
PT yang dirangkai sesuai dengan standartnya. Perhitungan secara teori dari kWh meter 3 fasa
ini dapat ditunjukkan dengan rumusan sebagai berikut :

N x 3600
P1 = = (kW)
txc

Keterangan :
N = Banyaknya putaran piringan / menit
t = Lamanya waktu dalam satu putaran (s)
c = Konstanta meter

Sedangkan untuk rumus perhitungan secara praktek dapat ditunjukkan dengan rumusan
sebagai berikut :
V rata−rata x√3 x I rata−rata x Cos φ
P2 (R-S-T) = = (kW)
1000

Keterangan :
V= Tegangan (Volt)
I = Arus (A)
Kemudian untuk melihat hasil error yang didapatkan maka dapat dihitung dengan rumusan
sebagai berikut :
P1−P2
Selisih dalam % = X 100 %
P2

Untuk rangkaian kWh meter 3 fasa perlu dilakukan juga kesesuaian terhadap urutan fasa
yaitu fasa R, fasa S dan fasa T, agar data yang didapatkan lebih presisi.

7.5.5 KWh Meter Dengan Polaritas CT Fasa R Terbalik

R
S LOAD
T
N
Gambar 7.12 Wiring KWh Meter 3 Fasa Polaritas CT Fasa R Terbalik

Pada Gambar 7.12 merupakan gambar wiring kWh meter 3 fasa dengan 3 CT dan PT
yang dirangkai dengan polaritas CT pada fasa R dibalik . Hasil yang didapatkan dari wiring
seperti Gambar 7.12 sebagai berikut

Pr = Vr . Ir . (-1x) = -1x
Ps = Vs . Is . 1x = 1x
Pt = Vt . It . 1x = 1x
P3ф = = +1x

Dari data diatas maka akan terjadi kesalahan putaran pada piringan fasa R akibat dari
wiring fasa R pada polaritasnya terbalik yang diberikan tanda -1x (putaran terbalik), sehingga
data hasil pembacaan kWh meter akan melambat serta tidak sesuai dengan energi yang
digunakan oleh pelanggan terhadap pengukuran kWh meter. Hal ini akan menjadikan
pelanggan akan diuntungkan serta PLN akan dirugikan.
7.5.6 KWh Meter Dengan Polaritas CT Fasa R dan S Terbalik

R
S LOAD
T
N

Gambar 7.13 Wiring KWh Meter 3 Fasa Polaritas CT Fasa R dan S Terbalik

Pada Gambar 7.13 merupakan gambar wiring kWh meter 3 fasa dengan 3 CT dan PT
yang dirangkai dengan polaritas CT pada fasa R dan S dibalik . Hasil yang didapatkan dari
wiring seperti Gambar 7.13 sebagai berikut

Pr = Vr . Ir . (-1x) = -1x
Ps = Vs . Is . (-1x) = -1x
Pt = Vt . It . 1x = 1x
P3ф = = -1x

Dari data diatas maka akan terjadi kesalahan putaran pada piringan fasa R dan S akibat dari
wiring fasa R dan S pada polaritasnya terbalik yang diberikan tanda -1x (putaran terbalik),
sehingga data hasil pembacaan kWh meter akan melambat 2x lipat dari perputaran normal
akibat dari 2 fasa polaritas yang terbalik. Hal ini akan menjadikan pelanggan akan lebih
diuntungkan dan PLN akan dirugikan.

7.5.7 KWh Meter Dengan Polaritas CT Fasa R, S, dan T Terbalik

R
S LOAD
T
N

Gambar 7.14 Wiring KWh Meter 3 Fasa Polaritas CT Fasa R dan S Terbalik

Pada Gambar 7.14 merupakan gambar wiring kWh meter 3 fasa dengan 3 CT dan PT
yang dirangkai dengan polaritas CT pada fasa R,S,dan T dibalik . Hasil yang didapatkan dari
wiring seperti Gambar 7.14 sebagai berikut
Pr = Vr . Ir . (-1x) = -1x
Ps = Vs . Is . (-1x) = -1x
Pt = Vt . It . (-1x) = -1x
P3ф = = -3x

Dari data diatas maka akan terjadi kesalahan putaran pada piringan fasa R, S, dan T akibat
dari wiring fasa R, S, dan T pada polaritasnya terbalik yang diberikan tanda -1x (putaran
terbalik), sehingga data hasil pembacaan kWh meter akan melambat 3x lipat dari perputaran
normal akibat dari 3 fasa polaritas yang terbalik. Hal ini akan menjadikan pelanggan akan
lebih diuntungkan dan PLN akan dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai