Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kerja Praktek: Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Pemeriksa Keuangan RI di

Banda Aceh

BAB I
PENDAHULUAN
Pemerintah Republik Indonesia khususnya Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
dalam mewujudkan pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat terus berupaya
meningkatkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pembangunan sarana
dan prasarana tersebut antara lain adalah berbagai macam bangunan gedung, jalan,
bendungan, jembatan dan lapangan terbang serta masih banyak lagi jenis sarana dan
prasarana yang telah atau sedang dan akan terus diupayakan pembangunannya.
Upaya peningkatan kenyamanan serta kinerja para aparatur negara dalam menjalankan tugas
mengaudit keuangan negara agar tidak terjadi penyalahgunaan anggaran negara, maka atas
dasar tersebut perlu adanya perbaikan sarana pendukung antara lain dengan melaksanakan
Pembagunan Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda Aceh yang
selama ini hanya menggunakan rumah kontrakan sebagai kantor tempat bekerja.
Pembangunan Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda Aceh di
Desa Lampineung Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh ini merupakan proyek pembangunan
sebagai penunjang bagi fasilitas para pegawai Badan Pemeriksa Keuangan RI. Gedung ini terdiri
dari empat lantai dan mempunyai luas 3528 m2, dengan total biaya pelaksanaan sebesar Rp
24.761.464.200,00 (dua puluh empat milyar tujuh ratus enam puluh satu juta empat ratus
enam puluh empat ribu dua ratus rupiah). Dana pembangunannya berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2008/2009 Republik Indonesia, jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan direncanakan dalam waktu 300 hari kalender atau ± 10 bulan
berdasarkan time schedule yang sesuai dengan kontrak kerja pelaksanaan.
Proyek Pembagunan Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda Aceh
ini pelaksanaan fisiknya dilakukan oleh PT. Nindya Karya (persero) sebagai kontraktor
pelaksana yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sedangkan perencanaan
(konsultan perencana) dilakukan oleh PT. Deka Konsultan dan pengawasan pekerjaan
(konsultan pengawas) dilakukan oleh PT. Trapenca Puga Raya.
Lokasi Proyek Pembagunan Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda
Aceh ini berada di Desa Lampineung, Kota Banda Aceh, dengan batasan-batasan sebagai
berikut :
- sebelah Utara berbatasan dengan rumah toko;
- sebelah Timur berbatasan dengan perumahan penduduk;
- sebelah Selatan berbatasan dengan rumah toko; dan
- sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Tgk. Nyak Makam.
Lokasi proyek tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.1.3.
halaman 44.

1.1 Tujuan

Kerja Praktek (KP) adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus diselesaikan untuk
memenuhi persyaratan perkuliahan di Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala guna mencapai
gelar sarjana (S1). Kerja praktek ini merupakan tugas lapangan selama dua bulan dengan cara
mengamati dan mengikuti proses atau kegiatan pekerjaan konstruksi secara langsung pada
proyek tertentu. Hasil pengamatan ditulis dalam suatu Laporan Kerja Praktek di bawah arahan
dosen pembimbing, diperiksa dan dibahas oleh dosen pembahas, serta disahkan oleh bidang
dan jurusan. Jenis proyek yang dipilih diutamakan sesuai dengan bidang studi.
Tujuan kerja praktek ini adalah untuk mengamati secara langsung kegiatan pekerjaan
konstruksi di lapangan agar mahasiswa dapat membandingkan secara langsung antara
pekerjaan di lapangan dengan teori yang telah dipelajari di perkuliahan untuk menambah
wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa.
Klasifikasi pemilihan proyek yang disyaratkan untuk Kerja Praktek yaitu dengan biaya lebih
besar dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Untuk Jurusan Sipil, proyek yang dapat
dipilih adalah :
- Gedung : minimal dua lantai dengan luas lantai lebih besar dari 500 m2;
- Irigasi : bendungan dan bangunan;
- Jalan raya : lapisan perkerasan aspal beton mulai dari subgrade, kelas jalan minimal kelas II;
dan
- Jembatan permanen dengan bentang lebih besar dari 30 m.
BAB II
ORGANISASI PELAKSANA PROYEK
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam penyelesaian suatu proyek sangat tergantung pada
sistem perencanaan sampai pelaksanaannya. Kelancaran suatu pekerjaan didukung oleh
adanya unsur-unsur organisasi proyek, di mana masing-masing unsur yang terlibat di dalamnya
bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan hingga selesainya proyek. Hubungan
antara satu unsur dengan unsur lainnya adalah saling berkaitan, sehingga diharapkan dapat
saling berinteraksi dan saling menunjang sesuai dengan fungsi dan wewenangnya masing-
masing agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

2.1 Struktur Organisasi

Badan-badan hukum dan susunan organisasi pelaksanaan pekerjaan perlu dibentuk


untuk menjamin pelaksanaan proyek agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan selesai pada waktunya (Soeharto, 2001 : 57). Masing-masing unsur organisasi
tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda.
Unsur-unsur organisasi yang terlibat langsung dalam Proyek Pembangunan Gedung adalah :
1. pemilik proyek (bouwheer/owner);
2. konsultan perencana (consultant/designer);
3. konsultan pengawas (direksi/supervisor); dan
4. pelaksana proyek (contractor).
Setiap unsur yang terlibat harus dapat berinteraksi dengan baik dan saling menunjang antara
satu dengan yang lainnya sesuai dengan wewenang dan fungsinya masing-masing agar sasaran
pelaksanaan dapat tercapai sebagaimana diharapkan.

2.1.1 Pemilik proyek

Pemilik proyek (bouwheer/owner) adalah pihak yang memiliki gagasan untuk membangun,
baik secara perorangan (individu) atau badan hukum seperti wakil dari suatu perusahaan atau
organisasi swasta maupun wakil suatu dinas. Tugas dan tanggung jawab pemilik proyek
(Ervianto, 2003 : 38) adalah sebagai berikut:
a. menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor);
b. meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan
oleh penyedia jasa;
c. memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak
penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan;
d. menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan;
e. menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah biaya
yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan;
f. ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan cara
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik;
g. mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi); dan
h. menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia
jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.

2.1.2 Konsultan perencana

Konsultan perencana (consultant/designer) adalah pihak perorangan atau badan hukum


yang menerima tugas dari pemimpin proyek untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan dan
memberikan saran-saran yang perlu dalam perencanaan/pelaksanaan proyek. Tugas dan
tanggung jawab perencana (Ervianto, 2002 : 39) adalah sebagai berikut :
a. membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja
dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya;
b. memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek dan pihak kontraktor
tentang pelaksanaan pekerjaan;
c. memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang
jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-syarat;
d. membuat gambar revisi apabila terjadi perubahan perencanaan; dan
e. menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

2.1.3 Konsultan pengawas

Konsultan pengawas (direksi/supervisor) adalah perorangan, beberapa orang, badan hukum


atau instansi yang ditunjuk dan diberi kuasa penuh oleh pemilik proyek untuk mengawasi dan
mengontrol pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pengawasan dan pengontrolan dilakukan agar
tercapai hasil kerja sesuai dengan persyaratan yang ada atau berdasarkan petunjuk-petunjuk
dalam aanwijzing. Adanya pengawasan dari direksi diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil sesuai perencanaan yang diharapkan. Dalam
mengawasi pelaksanaan pekerjaan, pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab
(Ervianto, 2002 : 40) adalah sebagai berikut :
a. mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan;
b. membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan
pekerjaan;
c. melakukan perhitungan prestasi pekerjaan;
d. mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antar
berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar;
e. menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari
pembengkakan biaya;
f. mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil akhir
sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah
ditetapkan;
g. menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor;
h. menghentikan sementara apabila terjadi penyimpangan dari peraturan ysng berlaku;
i. menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan); dan
j. menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah atau berkurangnya
pekerjaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada pemimpin
proyek. Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk kepada pelaksana
(pemborong/kontraktor) jika dirasakan perlu, agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
peraturan yang telah disepakati bersama di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

2.1.4 Pelaksana proyek

Pelaksana (contractor) adalah perorangan atau badan hukum yang dipercaya untuk
melaksanakan pembangunan dan memiliki usaha yang bergerak di bidang jasa kontruksi sesuai
dengan keahlian dan kemampuannya serta mempunyai tenaga ahli teknik dan sarana
peralatan yang cukup. Pelaksana disebut juga sebagai rekanan yang bertugas melaksanakan
pekerjaan sesuai surat petunjuk dan surat perintah kerja dari pemimpin proyek setelah
dinyatakan sebagai pemenang tender.
Penunjukan pelaksana proyek dilaksanakan melalui proses pelelangan, yang selanjutnya
melaksanakan pembangunan proyek tersebut sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana (Ervianto, 2002 : 41) adalah sebagai berikut :
a. mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja;
b. menyediakan dan mempersiapkan perlengkapan bahan yang akan digunakan pada
proyek sesuai dengan persyaratan bestek;
c. menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang diperlukan pada
saat pelaksanaan pekerjaan;
d. melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan memenuhi peraturan
yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
e. menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang telah
ditetapkan dalam kontrak;
f. mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung jawab
pelaksana; dan
g. bertanggungjawab terhadap fisik bangunan selama masa pemeliharaan.

2.2 Hubungan Kerja antara Unsur-unsur Organisasi Proyek

Dalam pelaksanaan sebuah proyek, hubungan kerja antara unsur-unsur organisasi yang terlibat
dapat berupa hubungan kerja secara teknis dan hukum. Secara teknis, hubungan kerja ini
merupakan hubungan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu
proyek. Hubungan ini dapat terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur Hubungan Kerja Secara Teknis
Sumber : Ervianto (2002 : 41)

Dalam hal ini semua masalah teknis perencanaan diserahkan oleh pemimpin proyek kepada
perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh pemimpin proyek, maka seluruh teknis
pengawasan diserahkan kepada pengawas. Jika terdapat suatu masalah teknis yang perlu
dibicarakan, pemilik proyek tidak dapat berhubungan langsung kepada pelaksana melainkan
harus melalui pengawas. Dalam pelaksanaan di lapangan pengawas memiliki kuasa penuh
untuk menegur pelaksana apabila pekerjaan yang dilaksanakannya menyimpang dari bestek.
Apabila teguran tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, maka pengawas dapat
menghentikan seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan, baik untuk sementara maupun
seterusnya.
Secara hukum masing-masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan terikat dengan
kontrak, sehingga masing-masing pihak menjalankan tugasnya sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati bersama. Pelaksana dan pengawas proyek bertanggungjawab terhadap
pemilik proyek. Keduanya saling keterkaitan satu sama lain, sehingga didapat hasil proyek
sesuai dengan yang direncanakan. Sama halnya dengan pelaksana dan pengawas proyek,
perencana juga bertanggungjawab terhadap pemilik proyek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2.2
Keterangan: Membayar jasa kepada konsultan perencana, pengawas,
kontraktor
Memberi jasa kepada pemilik proyek (owner)
Kontrak
Mengawasi RKS
Realisasi RKS

Gambar 2.2 Skema Hubungan Kerja Secara Hukum


Sumber : Ervianto (2002)

2.3 Pelaksanaan Pelelangan

Pelelangan menurut Ervianto (2002 : 43) adalah suatu sistem penawaran di mana setiap
rekanan yang diundang diberi kesempatan untuk mengajukan besarnya anggaran biaya
pelaksanaan untuk proyek yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat di antara para
kontraktor yang benar-benar mampu dan memenuhi syarat administratif, teknis dan keuangan
(financial) untuk melaksanakan pembangunan suatu proyek.
Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang pengadaan konstuksi, Penentuan pelaksanaan
proyek dapat dilakukan dengan cara penyediaan jasa dan swakelola. Penyediaan jasa dapat
dilakukan dengan cara:
a. pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara
terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa atau papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan
memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya;
b. dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas
yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan
dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas melalui media massa dan
papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini
mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi
kualifikasi;
c. pemilihan langsung adalah pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan
membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran
dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi, serta dilakukan negosiasi baik teknis
maupun biaya, serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk
penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet; dan
d. dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan
cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan
secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Karena proyek pembagunan gedung merupakan milik pemerintah, maka untuk
menetapkan pelaksana proyek diadakan pelelangan. Sistem pelelangan yang dilakukan adalah
sistem pelelangan umum.

2.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada proyek ini merupakan gabungan antara tenaga kerja lokal yang berasal dari
daerah Aceh dan tenaga kerja yang didatangkan dari Medan dan Jawa yang disediakan oleh
kontraktor sejumlah 135 orang. Dalam melaksanakan pekerjaannya mereka diklasifikasikan
menurut bidang keahlian masing-masing dan dikepalai oleh seorang kepala tukang. Untuk
menjamin kelancaran dalam melaksanakan pekerjaan, kontraktor juga menyediakan tempat
pemondokan bagi pekerjanya yang berada dalam lokasi proyek. Waktu kerja ditentukan, yaitu
:
a. Pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB; dan
b. Sore mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.
Upah kerja yang dibayar kontraktor kepada kepala tukang adalah berdasarkan prestasi kerja,
sedangkan kepala tukang membayar upah harian kepada pekerja yang masing-masing berbeda
menurut keahlian, kemampuan dan kerja per harinya.

2.5 Rencana Pelaksanaan Pekerjaan

Penjadwalan dilakukan dengan menyusun sebuah time schedule, yaitu waktu pelaksanaan
penyelesaian proyek. Apabila jangka waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan tidak dapat
dipenuhi oleh kontraktor dan tidak dapat mengemukakan alasan-alasan keterlambatan, maka
akan dikenakan denda 1/1000 (satu per mil) dari harga kontrak untuk tiap-tiap hari kalender
keterlambatan. Keterlambatan akibat pekerjaan yang tidak sesuai kualitas standar selama
masa pelaksanaan merupakan tanggung jawab pelaksana dan tidak dapat meminta
perpanjangan waktu dari jadwal kontrak.

BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pada pelaksanaan suatu proyek, pelaksana perlu mengatur langkah kerja setiap pekerjaan dari
awal hingga akhir pekerjaan. Hal ini berfungsi untuk menentukan rencana kerja, tenaga kerja
dan alat-alat yang digunakan, sehingga menghasilkan mutu pekerjaan dan waktu pekerjaan
sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan. Pelaksana perlu mengatur volume pekerjaan
untuk mengarahkan tenaga kerja dalam menggunakan peralatan yang diperlukan sehingga
pemakaian waktu, bahan dan mutu sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
Berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), ruang lingkup pekerjaan pada Proyek
Pembagunan Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda Aceh ini
adalah :
pekerjaan persiapan;
pekerjaan pemancangan;
pekerjaan beton;
pekerjaan dinding;
pekerjaan plesteran;
pekerjaan atap;
pekerjaan plafond;
pekerjaan lantai;
pekerjaan kusen, pintu, jendela dan ventilasi;
pekerjaan kunci dan pengantung;
pekerjaan elektrikal;
pekerjaan pemadam kebakaran;
pekerjaan tata udara;
pekerjaan sanitasi;
pekerjaan pengecatan;
pekerjaan lain-lain; dan
pekerjaan pagar.

3.1 Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi semua kegiatan sebelum dilaksanakannya pekerjaan


konstruksi/pekerjaan fisik. Kontraktor diharuskan melaksanakannya guna mendukung
kelancaran pekerjaan sehingga pada saat konstruksi berlangsung, maka tidak akan terjadi
hambatan-hambatan yang dapat mengganggu pelaksanaan proyek. Pekerjaan persiapan ini
meliputi :
1. koordinasi lapangan,
2. pembuatan papan nama proyek,
3. pekerjaan pembongkaran bangunan lama & pembersihan lapangan,
4. pekerjaan pengukuran/bouwplank, dan
5. pembuatan barak pekerja, gudang, direksi keet dan fasilitas lainnya.

3.1.1 Koordinasi lapangan


Pekerjaan ini dilakukan pada areal pekerjaan untuk mengukur luasan tanah tempat areal
pekerjaan akan dilakukan. Koordinasi lapangan dilakukan dengan cara mengukur koordinat-
koordinat batas tanah dari areal pekerjaan agar tidak terjadi sengketa pada waktu yang akan
datang. Koordinasi lapangan ini dilaksanakan dengan menggunakan theodolite.

3.1.2 Pembuatan papan nama proyek

Papan Nama Proyek diletakkan pada tempat yang mudah terlihat dan mudah dibaca dari jalan
umum. Papan nama dibuat sedemikian rupa dengan ketinggian 2 m dari permukaan tanah.
Kaki tiang penyangga di cor dengan kedalaman 40 cm di dalam tanah dan 10 cm di atas
permukaan tanah.

3.1.3 Pekerjaan pembongkaran bangunan lama & pembersihan lapangan

Bangunan lama yang terdapat di lokasi pekerjaan harus dibongkar terlebih dahulu untuk
memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan agar tidak mengurangi mutu bangunan yang akan
dibangun. Semua hasil dari pembongkaran bangunan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan agar
tidak mengganggu pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pembersihan lahan dilakukan pada areal
pekerjaan dari segala kotoran/sampah dan akar--akar kayu serta sisa bangunan lama agar
dalam pelaksanaan pekerjaan tidak mendapat gangguan yang dapat menyebabkan terjadinya
keterlambatan pekerjaan.

3.1.4 Pekerjaan pengukuran/bouwplank

Pemasangan bouwplank dilakukan dengan menggunakan kayu 5/5 cm dan papan


bouwplank. Kayu yang dipasang harus kuat agar tidak mudah lepas. Pengukuran as-as
bangunan yang akan dilakukan harus siku dan ukurannya harus sesuai dengan gambar bestek
dengan menggunakan theodolite. Pada saat pemasangan bouwplank harus mendapat
persetujuan dari Direksi dan Pengawas Lapangan dari Konsultan Pengawas.
3.1.5 Pembuatan barak pekerja, gudang, direksi keet dan fasilitas lainnya

Pekerjaan ini dibuat di sekitar bangunan yang akan dikerjakan, lengkap dengan peralatannya,
letak ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Bahan-bahan yang memerlukan perlindungan
disimpan di dalam gudang demi menjaga mutu bahan yang telah/sudah dibawa ke lokasi
pekerjaan. Barak kerja dibuat untuk tempat tidur pekerja agar terlindungi dari hujan dan sinar
matahari.

3.2 Pekerjaan Pemancangan

Pekerjaan pemancangan ini secara garis besar terdiri dari pengadaan tiang pancang,
penumpukan sementara tiang pancang, melaksanakan setting out (penentuan titik posisi tiang
di lapangan sesuai dengan gambar rencana dengan menggunakan theodolite), pelaksanaan
pemancangan tiang pancang (dengan menggunakan Pile Hammer), melaksanakan kalendering
pada akhir pemancangan, dan pemotongan tiang pancang. Tiang pancang yang digunakan
adalah tiang pancang mini jenis persegi 20 x 20 cm dengan mutu beton K500 dengan
kedalaman tiap titiknya direncanakan 30 m per titik pemancangan.

3.3 Pekerjaan Beton

Pekerjaan ini meliputi kegiatan yaitu pile cap, tie beam/sloof, kolom, plat lantai, ring balok,
plat tangga, dan plat bordes. Pekerjaan pengecoran dilakukan dengan adukan 1 : 3 : 5.
Sebelum pengecoran terlebih dahulu dilakukan pemasangan papan mal untuk tempat
pengecoran sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dalam gambar. Pengecoran
menggunakan mutu beton K300. Setelah pengecoran dilakukan, pada saat pembongkaran
papan mal dilakukan penyiraman air agar kualitas beton yang dihasilkan baik dan tahan.
Pekerjaan ini dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan mendapat persetujuan direksi.

3.4 Pekerjaan Dinding

Pemasangan dinding Bata merah setebal 1/2 bata dan sekat dinding (partisi) dilakukan untuk
seluruh pembatas ruangan, dan dinding penahanan tanah emperan keliling bangunan, seperti
tertera dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar detail. Adukan pasangan dibuat secara
hati-hati, diaduk di dalam bak kayu yang memenuhi syarat, mencampur semen dengan pasir
harus dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang plastis.
Adukan yang telah mengering akibat tidak habis digunakan sebelumnya, tidak boleh dicampur
lagi dengan adukan yang baru. Pasangan kedap air (1 Pc : 2 Ps), semua pasangan bata dimulai
diatas sloof antara 35 cm sampai setinggi 65 cm (sesuai gambar), diatas lantai dan sampai
setinggi 150 cm dari permukaan lantai setempat untuk sekeliling dinding ruang-ruang basah
(toilet, kamar mandi dan WC), dan pasangan dinding penahanan tanah emperan keliling
bangunan. Pasangan adukan 1 Pc : 4 Ps berada di atas pasangan kedap air tersebut.
Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan secara teliti dan sesuai gambar. Semua pasangan dinding
harus rata (horizontal), dan pengukuran harus dilakukan dengan benang. Pengukuran
pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh melebihi 30 cm, dari
pasangan bata yang telah selesai.

3.5 Pekerjaan Plesteran

Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, beton bertulang dan dinding
penahanan tanah emperan keliling bangunan. Sebelum plesteran dilakukan dinding
dibersihkan dari semua kotoran, dinding dibasahi dengan air, semua siar permukaan dinding
batu bata dikorek sedalam 0,5 cm. Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar
bahan plesteran dapat merekat dengan baik.
Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 Pc : 2 Ps , sedangan plesteran
bata lainnya dipergunakan campuran 1 Pc : 4 Ps. Ketebalan plesteran pada semua bidang
permukaan harus sama tebalnya dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan
terlalu tebal. Ketebalan yang, diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk
mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang dengan
menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan vertikal.

3.6 Pekerjaan Atap

Pekerjaan atap terdiri pekerjaan rangka atap baja ringan untuk semua rangka atap dan
penutup atap genteng metal untuk semua penutup atap. Pelaksanaan rangka atap baja ringan
dilakukan oleh tenaga ahli atau disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Untuk atap
digunakan Atap Genteng Metal dan bubungan memakai jenis yang sama dengan atap yang
digunakan. Pemasangan atap dipakukan langsung pada gording dengan menggunakan paku
ulir (paku khusus untuk atap). Tiap sambungan diberi overlapping sesuai dengan spesifikasi
pabrik. Alur seng harus dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akhir pasangan akan
rapi. Bubungan ditutup dengan seng bubungan. Tindisan antara satu lembaran bubungan
dengan lembaran bubungan lainnya harus sesuai dengan persyaratan pabrik minimal 10 cm.
Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak mengakibatkan
kebocoran.

3.7 Pekerjaan Langit-Langit

Meliputi penyediaan bahan langit-langit, peralatan dan konstruksi penggantungnva, penyiapan


tempat serta pemasangan plafondnya sesuai gambar kerja. Bahan yang digunakan adalah
gypsum, ukuran 600 x 1200 mm. Rangka plafond menggunakan rangka galvanis.
Pekerjaan plafond dimulai dengan menentukan elevasi plafond dan membuat garis sipatan
pada dinding dan as sumbu ruangan serta titik-titik paku pada langit-langit dengan jarak sesuai
gambar kerja. Paku-paku kait dipasangkan pada garis yang telah ditentukan yaitu 600 x 1200
mm. Pasang penggantung rangka plafond (Rod) yang terdiri dari hanger dan clip adjuster
dengan posisi tegak lurus. Pasang rangka tepi (steel hollow) dan wall angel profil L 20 x 20 mm
atau moulding profil W sebagai list tepi tepat pada sipatan penandaan elevasi plafond.
Tentukan jarak penempatan kait penggantung dan pasang tarikan benang sebagai pedoman
penentu kelurusan dan ketinggian rangka plafond. Pasang rangka utama dengan jarak 1200
mm. Pasang rangka pembagi/Furing Chanel dengan jarak 600 mm menggunakan locking clip.
Cek elevasi, jarak rangka plafond, kayu rangka, pipa-pipa dan perlengkapan
mekanikal/elektrikal lainnya. Pasang dan kencangkan clip/Rod. Pasang panel gypsum pada
rangka dengan sekrup ceiling menggunakan obeng dengan jarak 60 cm dan setiap sambungan
harus tepat pada rangka. Cek kerapihan dan kerataan bidang plafond dengan menggunakan
waterpass. Perataan sambungan plafond dengan menggunakan ceiling net/lakban dan ditutup
dengan paper tape dan compound ceiling lalu diamplas. Ratakan permukaan plafond gypsum
menggunakan plamur sampai terlihat rata dan lurus. Haluskan dengan amplas sampai rata dan
benar-benar halus. Cat seluruh permukaan plafond sampai merata dengan kuas untuk bagian
tepi dan sudut, serta rol cat untuk bidang luas.

3.8 Pekerjaan Lantai

Bagian ini mencangkup semua pekerjaan penutup lantai dalam bangunan dan teras-teras
termasuk tangga, seperti yang tercantum dalam gambar. Keramik yang dipakai ukuran 40 x 40
cm untuk lantai, 20 x 20 cm untuk lantai kamar mandi, untuk anak tangga ukuran 10 x 40.
Dasar lantai dilapis pasir pasangan setebal 5cm, dengan adukan untuk lantai beton tumbuk 1
Pc : 3 Ps : 6 Kr.
Permukaan lantai yang akan dipasang keramik harus bersih, cukup kering dan rata air.
Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan tata letak ruangan/tangga/lantai yang ada.
Pemasangan keramik lantai dimulai dari tulangan ini. Sebelum dipasang, keramik lantai agar
direndam dalam air terlebih dahulu. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang rata air.
Adukan semen untuk pemasangan keramik harus putih, baik permukaan dasar maupun di
badan belakang keramik lantai yang terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata-rata
yang dianjurkan adalah semen : pasir = 1 : 6, dengan ketebalan rata-rata 2-4 cm. Bersihkan
segera bekas adukan dari permukaan dengan air bersih. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan
serapi-rapinya oleh tukang yang benar- benar ahli dan berpengalaman.
Pemasangan pelapis dinding keramik dilakukan pada semua dinding kamar mandi. Bahan yang
digunakan yaitu keramik ukuran 20 x 25cm dan sebagai pengikat spesi dengan campuran 1 Pc :
3 Ps. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung
asam alkali) sampai jenuh. Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, tidak retak,
cacat ataupun bernoda. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong
keramik khusus sesuai persyaratan pabrik. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan
dari segala macam noda pada permukaan keramik hingga betul-betul bersih. Dinding dengan
pengakhiran keramik, minimum 3 mm dan maksimum 6 mm.

3.9 Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela dan Ventilasi

Pekerjaan kusen menggunakan alumunium. Ukuran kusen yang akan dibuat harus sesuai
dengan ukuran gambar bestek. Pintu, jendela dan ventilasi menggunakan alumunium. Ukuran
pintu, jendela dan ventilasi disesuaikan dengan ukuran gambar bestek. Kaca yang digunakan
dalam untuk jendela dan ventilasi menggunakan kaca dengan ketebalan 5 mm. Warna kaca
disesuaikan dengan permintaan Direksi.
Pasang kusen pintu/jendela alumunium pada lokasi yang ditentukan (sesuai tipe yang ada
pada gambar rencana), sesuaikan lubang kusen dengan ukuran kusen (selisih lubang 1 cm) dan
masukkan kusen yang siap dipasang ke lubang tembok dengan bantuan baji karet/kayu. Atur
kedudukan kusen dengan baji karet/kayu dan atur kelurusan/kedudukan kusen terhadap
dinding. Lubangi dinding melalui lubang kusen dengan bor untuk tempat sekrup dan masukkan
sekrup ke dalam lubang bor lalu dikencangkan dengan obeng. Pasang daun pintu/jendela
(setelah dipasang kaca) ke dalam kusen. Atur perlengkapan serta asessorisnya (roda/rel,
engsel, kunci, dll). Pengisian pada celah antara kusen dan dinding digunakan dengan adukan
semen. Untuk menghindari cacat pada profil-profil alumunium yang telah terpasang, maka
diberi pelindung sejenis vaseline/isolasi kertas/plastik pada tempat yang rawan goresan.

3.10 Pekerjaan Kunci dan Penggantung

Pekerjaan pengunci dan penggantung dipasang pada semua daun pintu dan jendela,
selanjutnya pada jendela dipasang grendel dan hak angin. Bila tidak disebutkan dalam gambar,
engsel-engsel dari Stainless Ukuran 4" dan 3" kualitas baik. Kunci pintu dipasang 2 (dua) slaag
(dua kali putar) yang berkualitas baik. Grendel dan hak angin berkualitas baik.
Engsel pintu dipasang 2 (dua) buah dibagian atas dan bawah setiap lembaran daun pintu.
Engsel jendela dipasang 2 (dua) buah pada setiap daun jendela. Pemasangan dilakukan dengan
mur khusus untuk alumunium dan dilakukan dengan alat khusus untuk kusen alumunium.
Grendel 1 buah dan hak angin dipasang 2 (dua) buah untuk setiap daun jendela. Pasangan
harus rapi dan dapat hekerja dengan baik. Untuk melengketkan alat tersebut ke daun jendela
harus menggunakan mur (atau sejenis) seperti tersebut pada ayat pasal ini.

3.11 Pekerjaan Elektrikal

Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi di dalam bangunan,
penyambungan arus yang bersumber dari bangunan yang telah ada, penyediaan bola lampu,
kabel-kabel, pipa-pipa PVC sesuai gambar kerja. Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik
lampu/stop kontak serta jenis armatur lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai dengan
gambar instalasi listrik. Sedangkan sistem pemasangan pipa-pipa listrik pada dinding maupun
beton harus ditanam (sistem inbouw) dan penarikan kabel (jaringan kabel) di atas plafond
diikat dengan isolator khusus dengan jarak 1,00 m atau 1,20 m, atau jaringan kabel di atas
plafon tersebut dimasukkan dalam pipa PVC. Khusus untuk instalasi stop kontak harus
dilengkapi kabel arde (pentanahan) sesuai dengan peraturan yang berlaku (mencapai dan
terendam air tanah). Pekerjaan ini dilakukan oleh pekerja yang ahli dalam bidang tersebut.
3.12 Pekerjaan Pemadam Kebakaran

Pekerjaan pemadam kebakaran dimulai dengan menandai plafond dengan kapur/spidol. Tarik
kabel instalasi keluar plafond. Pasang detector dan sambung kabel instalasinya. Kencangkan
detector dengan sekrup dan lindungi detector dari debu. Urutan pelaksanaan pada pekerjaan
pemadam kebakaran ini adalah pemasangan instalasi conduit, pemasangan kabel instalasi fire
alarm, pemasangan instalasi rak kabel, pemasangan terminal blok, pemasangan detector, dan
pemasangan peralatan utama. Buat galian untuk instalasi outdoor. Pasang sparing pipa pada
struktur. Pasang fiting- fiting pipa dan beri lem Epoxy untuk pipa GIP pada tiap- tiap fiting
pipa. Cat pipa yang tidak dalam keadaan tertanam dalam tanah dan plinkote untuk pipa yang
ditanam dalam tanah. Isi pipa dengan air pakai test pump dan beri tekanan pada pipa dengan
menggunakan test pump, sesuai tekanan yang diinginkan untuk pengetesan kebocoran.
Pemasangan hydrant sesuai gambar. Tes pemakaian.

3.13 Pekerjaan Tata Udara

Pekerjaan tata udara dimulai dengan membuat saluran ducting dengan memotong seng BJLS
sesuai ukuran gambar. Seng diroll untuk membuat tulangan. Seng dilipat dan slip untuk
sambungan dengan mesin lock former. Membuat kep dan flens untuk sambungan saluran.
Saluran yang sudah dirakit setiap sambungannya diberi plinkote. Lalu saluran dibalut dengan
glass wool & aluminium foil. Saluran digantung/dipasang sesuai dengan gambar di lapangan.
Setelah instalasi saluran selesai lalu dites kebocoran dengan pencahayaan atau pengasapan.
Setelah pekerjaan ducting selesai dilanjutkan dengan pekerjaan pipa refrigerant. Ukur jarak
indoor ke outdoor unit termasuk jarak untuk elbow. Potong pipa tembaga sesuai pengukuran
di lapangan. Bersihkan dalam pipa dengan menggunakan kain. Pasang armaflex pada pipa. Las
fitting pada pipa dengan menggunakan LPG dan Oxigen (dilas panjang pipa untuk daerah yang
aman di lapangan). Pasang asessories pipa seperti sight glass dan filter dryer. Sambung
instalasi tersebut ke indoor dan outdoor. Vacum instalasi melalui outdoor unit. Setelah
instalasi vacum isi dengan freon baca melalui analyzer. AC siap untuk dites (pada waktu
pengetesan baca ampere melalui tang ampere).

3.14 Pekerjaan Sanitair

Pekerjaan instalasi air bersih dan air kotor meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi
didalam bangunan, penyambungan yang bersumber dari bangunan yang telah ada,
penyediaan bahan-bahan kelengkapan, pipa-pipa PVC dan sebagainya sehingga instalasi
berfungsi dengan baik. Pipa-pipa PVC yang digunakan Type AW dari beberapa ukuran, antara
lain diameter, 1/2", 3/4", 3" dan 4". Pipa diameter 1/2" dan 3/4" digunakan untuk instalasi air
bersih serta ukuran 3" lan 4" untuk instalasi air kotor (Buangan KM/WC). Sebagai alat sambung
digunakan sock drat, elbow dan T yang sesuai dengan spesifikasi dan ukuran bahan yang
direkatkan dengan mengunakan lem PVC. Kran air yang digunakan harus poliakitact atau yang
setara dari steinlessteel. Kloset jongkok dan kloset duduk menggunakan bahan keramik
dengan merek KIA atau yang setara. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan gambar bestek
dengan persetujuan direksi.
Pekerjaan septictank dan resapan dilakukan sesuai dengan spesifikasi gambar dan tata
letakmya sesuai dengan petunjuk Pengawas Lapangan.

3.15 Pekerjaan Pengecatan

Cat kayu untuk bidang-bidang kayu listplank yang nampak. Cat tembok untuk dinding yang
diplester, bidang-bidang beton dan plafond. Pekerjaan meni, berwarna sama, pengecatan
minimal 2 (dua) kali. Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan
memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan. Urutan pekerjaan sebagai
berikut : 2 (dua) kali pengerjaan meni kayu, 1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu,
penghalusan dengan amplas, dan finishing dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali.
Pengecatan dilakukan serapi mungkin.
3.16 Pekerjaan Lain-lain

Pekerjaan lain-lain yaitu pembuatan skycross yang dibuat sesuai dengan spesifikasi gambar
dan mendapat persetujuan Pengawas Lapangan. Pekerjaan realing tangga, relief dinding
dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dalam bidang tersebut dan dibuat serapi mungkin dan
sesuai dengan gambar dan mendapat persetujuan Pengawas Lapangan. Tower air dibuat
dengan rangka baja dengan ukuran sesuai dengan spesifikasi gambar dan dikerjakan oleh
tenaga kerja yang ahli dibidang tersebut. Tower air dibuat sekokoh mungkin agar tidak mudah
rusak. Di dalam pekerjaan ini juga dilakukan pembuatan sumur bor dangkal dan instalasi air
dari sumur ke dalam bangunan. Pekerjaan finishing dilakukan pada bagian-bagian yang perlu
dirapikan atau mendapat perintah untuk dirapikan dari Pengawas Lapangan. Semua sisa bekas
pekerjaan yang tidak diperlukan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Pemasukan air PDAM
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3.17 Pekerjaan Pagar

Pekerjaan pagar bangunan dilakukan sesuai dengan gambar bestek dan persetujuan direksi.
Bahan yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi bahan dan pekerjaan sesuai dengan
rencana anggaran biaya.

BAB IV
KEGIATAN PROYEK YANG DIIKUTI
Kegiatan proyek yang penulis ikuti selama 2 (dua) bulan melaksanakan Kerja Praktek pada
Proyek Pembagunan Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda Aceh
ini adalah pekerjaan yang meliputi :
1. pekerjaan pondasi tiang pancang;
2. pekerjaan pile cap;
3. pekerjaan sloof; dan
4. pekerjaan kolom lantai I.
4.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang (Precast Concrete Pile)

Proyek pembangunan Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda Aceh
ini menggunakan sistem pondasi tiang pancang (Precast Concrete Pile). Yang dimaksud dengan
sistem ini adalah tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan
beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat (keras) lalu diangkat dan dipancangkan ke
dalam tanah. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol,
sedangkan berat sendiri daripada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah
diberi penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan
timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangannya.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar, hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam
perencanaan tiang pancang ini panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab
kalau ternyata panjang daripada tiang ini kurang terpaksa harus diadakan penyambungan.
Tahap-tahap dari pekerjaan pondasi pondasi tiang pancang adalah :
1. pengadaan tiang pancang;
2. penumpukan sementara tiang pancang;
3. melaksanakan setting out;
4. pemancangan tiang pancang;
5. pile driving analyzer test; dan
6. pemotongan ujung atas tiang pancang.

4.1.1 Pengadaan tiang pancang

Tiang pancang (Precast Concrete Pile) ini dipesan dan didatangkan langsung dari PT. Adhimix
Precast Indonesia. Pada proyek gedung ini tiang pancang yang direncanakan berjumlah 960
(sembilan ratus enam puluh) buah tiang pancang. Pemancangan ini menggunakan tiang
pancang beton pratekan berbentuk persegi yang berukuran 20 x 20 cm. Pemancangan ini
dilakukan sebanyak 192 (seratus sembilan puluh dua) titik pemancangan.

4.1.2 Penumpukan sementara tiang pancang


Tiang pancang (Precast Concrete Pile) yang telah dipesan didatangkan minimal dua pekan
setelah pemesanan dilakukan. Pengangkatan tiang pancang dilakukan dengan trailer yang
menggunakan alas kayu sehingga dapat menghindari benturan-benturan yang berlebihan yang
dapat menimbulkan kerusakan pada tiang pancang. Di lapangan tiang pancang (Precast
Concrete Pile) yang telah dipesan tersebut diletakkan dan disusun di atas tanah terbuka tanpa
alas. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.1 halaman 68.

4.1.3 Melaksanakan setting out

Setting out atau penentuan titik posisi tiang pancang di lapangan sesuai dengan gambar
rencana dilaksanakan oleh 2 (dua) orang Surveyor dengan menggunakan alat ukur theodolite
dan bak ukur. Posisi pemancangan yang telah diukur ditandai dengan menggunakan tali raffia
sepanjang 1,2 m yang pada bagian tengahnya ditancapkan ke dalam tanah dengan
menggunakan paku 5 inci.

4.1.4 Pemancangan tiang pancang

Pemancangan ini menggunakan tiang pancang beton pratekan dengan mutu beton K-500.
Tiang pancang berbentuk persegi dan berukuran 20 x 20 cm dengan panjang tiang 6 (enam)
meter. Tiang pancang diangkat dengan crane sedemikian rupa sehingga dapat menghindari
benturan-benturan yang berlebihan yang dapat menimbulkan kerusakan pada tiang pancang.
Perletakan titik tiang pancang dilakukan dengan menggunakan alat ukur theodolite dan
waterpass, agar pemancangan tiang betul-betul vertikal tegak lurus seperti yang diinginkan.
Pemancangan dilakukan dengan menggunakan mesin pancang jenis Diesel Pile Hammer
dengan tipe hammer K-13. Pada waktu pemancangan, kepala tiang pancang harus dilindungi
dengan bantalan (driving tap).
Untuk mencapai kedalaman 30 (tiga puluh) meter, di setiap titik tiang pancang harus dilakukan
4 (empat) kali joint atau penyambungan tiang pancang. Tiang pancang disambung dengan cara
pengelasan penuh di sekeliling pertemuan kedua plat ujung tiang pancang. Besi las yang
digunakan adalah type LB-52 Ø 40 mm.
Tiang pancang dipancang sampai kedalaman 30 (tiga puluh) meter atau bila sudah mencapai
tanah keras, yang ditandai dengan patahnya tiang saat dipancang atau secara teoritis
pemancangan dapat dihentikan apabila pada 10 (sepuluh) kali pukulan terakhir didapat
penetrasi 2,0 cm. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.2
halaman 68 dan Lampiran A Gambar A.4.3 halaman 69.

4.1.5 Pile driving analyzer test

PDA (Pile Driving Analyzer) dilaksanakan pada tanggal 03 November 2008 atas kesepakatan
semua pihak yang terlibat dalam proyek ini. Uji disaksikan perwakilan dari masing-masing
pihak. Tim penguji didatangkan dari Jakarta beserta dengan alat ujinya. Tim ini mandiri bersifat
lepas dari ketiga pihak yang terlibat langsung.
Alat PDA (Pile Driving Analyzer) test terdiri dari 2 (dua) buah sensor yang dipasang pada badan
tiang yang akan diuji. Sensor ini dihubungkan dengan alat pembaca tekanan yang disebut Pile
Driving Analyzer. Pembacaannya berupa grafik yang akan terbentuk ketika tiang ditumbuk oleh
hammer (hammer yang sama untuk pemancangan). Kertas grafik dilekatkan di badan tiang
pancang yang gampang terjangkau oleh pekerja. Kalendering ini dilakukan langsung dengan
bantuan pekerja untuk mengetahui penurunan seketika setalah 10 (sepuluh) pukulan hammer.
Hasil dari kalendering menunjukkan tiang yang diuji sudah memenuhi syarat 2,5 cm untuk 10
pukulan.
Tang-tiang yang diuji dipilih random oleh penguji. PDA (Pile Driving Analyzer) test pada tiang-
tiang yang nantinya akan terpakai pada konstruksi gedung. Jumlah titik uji PDA (Pile Driving
Analyzer) adalah 2 (dua) titik tiang pancang sesuai dengan kesepakatan. Hasil dari PDA (Pile
Driving Analyzer) test adalah daya dukung aksial, efisiensi dari hammer, panjang tiang efektif
terpancang dan kerusakan tiang di dalam tanah. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat
pada Lampiran A Gambar A.4.4 halaman 69 dan Lampiran A Gambar A.4.5 halaman 70.

4.1.6 Pemotongan ujung atas tiang pancang

Pekerjaan pemotongan ujung atas tiang pancang diawali dengan pembukaan tutup atas tiang
pancang kemudian beton pada ujung tiang pancang yang berada di atas tanah dihancurkan
sehingga sisa tulangan dalam tiang pancang tersebut menjadi angker pada saat pembesian
tulangan pile cap. Pemotongan ujung atas tiang pancang dilakukan dengan menggunakan alat
pemotong besi. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.6
halaman 70 dan Lampiran A Gambar A.4.7 halaman 71.

4.2 Pekerjaan Pile Cap

Pada bagian atas pondasi tiang pancang dibuat pile cap (pondasi tapak) dari beton bertulang.
Pile cap ini berfungsi sebagai penyatu antar tiang pancang pada masing – masing titik.
Pekerjaan pile cap pada proyek ini terdiri dari 4 (empat) tipe, yaitu:
1. tipe 1 (PC2)
Pile cap PC2 yang terdiri dari 2 (dua) buah tiang pancang sebagai pondasi dalam, pile cap ini
berbentuk persegi panjang;
2. tipe 2 (PC3)
Pile cap PC3 yang terdiri dari 3 (tiga) buah tiang pancang sebagai pondasi dalam, pile cap ini
berbentuk trapesium;
3. tipe 3 (PC4)
Pile cap PC4 yang terdiri dari 4 (empat) buah tiang pancang sebagai pondasi dalam, pile cap ini
berbentuk persegi;
4. tipe 4 (PC5)
Pile cap PC5 yang terdiri dari 5 (lima) buah tiang pancang sebagai pondasi dalam, pile cap ini
berbentuk persegi.
Tahap-tahap pengerjaan pile cap meliputi:
1. pekerjaan pembesian pile cap;
2. pemasangan bekisting pile cap;
3. pengecoran pile cap;
4. perawatan beton pile cap; dan
5. pembukaan bekisting pile cap.

4.2.1 Pekerjaan pembesian pile cap

Pekerjaan pembesian pile cap diawali dengan pemotongan dengan menggunakan alat
pemotong besi (Bar Cutter) dan pembengkokan besi dengan menggunakan alat pembengkok
besi (Bar Bender) yang dilakukan di lokasi proyek pada tempat yang telah dibuat secara
khusus. Tulangan yang dipakai terlebih dahulu diukur lalu dipotong dengan alat pemotong
besi. Besi-besi tulangan yang akan dipotong sesuai dengan ukurannya, lalu dibengkokkan
kemudian dirangkai berbentuk sangkar yang disesuaikan dengan gambar rencana. Tulangan
yang digunakan adalah besi ulir D13 untuk tulangan atas dan D16 untuk tulangan bawah.
Tulangan ini diikat dengan menggunakan kawat beton Ø1 mm.
Setelah pekerjaan perangkaian selesai kemudian rangkaian tulangan besi ini dibawa ketempat
pemasangan. Sangkar besi ini diletakkan di atas pondasi tiang pancang kemudian dikait pada
besi angker yang merupakan besi ujung atas tiang pancang yang telah dibengkokkan,
kemudian diikat dengan kawat. Besi angker ini berfungsi sebagai pengaku pile cap dengan
tiang pancang agar rangkaian tulangan tidak terjadi pergeseran pada saat pengecoran. Sangkar
berbentuk persegi diletakkan pada 4 (empat) buah tiang pancang yang terletak di satu titik,
sangkar berbentuk trapesium diletakkan pada 3 buah tiang pancang yang diletakkan pada satu
titik, dan sangkar berbentuk persegi panjang diletakkan pada 2 (dua) buah tiang pancang yang
terletak pada 1 (satu) titik. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A
Gambar A.4.8 halaman 71.

4.2.2 Pemasangan bekisting pile cap

Setelah pekerjaan pembesian selesai dikerjakan, dilanjutkan dengan pemasangan bekisting


untuk pile cap. Bekisting dibuat dari papan 2/20 cm yang dipotong sesuai dengan ukuran pile
cap. Papan ini kemudian dirangkai dengan keempat sisinya diberikan pengaku sehingga
membentuk sudut siku-siku. Pada pertemuan ujung-ujung sisi antar papan mal dibuat cukup
rapat untuk mencegah keluarnya campuran mortar pada saat pengecoran. Bekisting harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga pembukaannya dapat dilaksanakan dengan aman
tanpa merusak permukaan beton. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran
A Gambar A.4.9 halaman 72.

4.2.3 Pengecoran pile cap

Pengecoran dilakukan setelah pembesian dan pemasangan bekisting siap dikerjakan. Mutu
beton yang direncanakan adalah K- 300 dengan campuran 1 Pc: 2 Ps : 3 Kr ditambah air
dalam perbandingan volume.
Adapun alat yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran ini adalah sebagai berikut:
1. truck mixer;
2. kereta sorong untuk memasukkan mortar;
3. tangga kayu yang digunakan untuk mengangkut mortar ke dalam bekisting saat dilakukan
pengecoran pile cap;
4. sendok semen; dan
5. pemadat beton (Concrete Vibrator).
Pengecoran pile cap ini menggunakan ready mix concrete yang berasal dari batching plan PT.
KM Beton Concrete mix design, dengan mutu beton K-300. Mortar yang digunakan dalam
pengecoran ini proses pencampuran dan pengadukannya dilakukan di batching plan PT. KM
Beton dan setelah itu barulah mortar dibawa ke lokasi proyek dengan menggunakan mobil TM
(truck mixer). Pelaksanaan pengecoran ini dilakukan secara manual. Pengadukan campuran
dilakukan dengan menggunakan truck mixer, kemudian dituang ke dalam kereta sorong,
kemudian diangkut dengan timba dan dituang ke dalam cetakan bekisting. Penuangan mortar
dilakukan terus menerus di mana tiap lapisan diratakan dengan sendok perata kemudian
dipadatkan secara merata ke dalam tempat-tempat di sekitar tulangan dan kesudut-sudut
acuan dengan menggunakan concrete vibrator. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan rongga-
rongga udara yang tersekap dalam campuran mortar guna untuk mencapai kepadatan yang
maksimum. Pemadatan juga bertujuan untuk menjamin perlekatan yang baik antara beton
dengan baja tulangan serta sarana lain yang ikut dicor. Pada saat beton dipadatkan, perlu agar
tulangan jangan diganggu dan acuan jangan sampai rusak atau berpindah tempat. Pada saat
pengecoran pile cap digunakan tenaga kerja sebanyak 8 (delapan) orang. Gambar dokumentasi
lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.10 halaman 72.

4.2.4 Perawatan beton pile cap

Perawatan beton pile cap dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan kantong
semen bekas yang dibasahi selama 1 (satu) hari. Perawatan ini dilakukan jika cuaca panas dan
setelah beton mengeras, yaitu berkisar 6 (enam) jam sampai 8 (delapan) jam setelah
pengecoran yang bertujuan untuk mencegah terjadinya keretakan pada sloof. Pekerjaan ini
dilakukan oleh 3 (tiga) orang tenaga kerja.
4.2.5 Pembukaan bekisting pile cap

Pekerjaan pembukaan cetakan pondasi tapak dilakukan setelah beton berumur ± 2 (dua) hari.
Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 (tiga) orang pekerja. Pekerjaan dilakukan secara hati-hati, agar
tidak merusak permukaan beton yang telah dicor. Peralatan yang digunakan pada saat
pembukaan bekisting adalah palu dan linggis. Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan
baik, selain untuk menjaga lapisan kolom agar tidak terkelupas, juga agar papan bekisting
tetap bagus karena akan dipakai untuk keperluan lain.

4.3 Pekerjaan Sloof

Agar seluruh konstruksi pondasi dan kolom-kolom dari bangunan tersebut menjadi satu
kesatuan yang kokoh dalam memikul seluruh muatan bangunan, maka diantara pondasi dan
kolom-kolom bangunan tersebut dipasang sloof. Pekerjaan sloof dilakukan setelah pekerjaan
pile cap selesai.
Tahapan-tahapan dari pekerjaan sloof adalah:
1. pekerjaan pembesian sloof;
2. pemasangan bekisting sloof;
3. pengecoran sloof;
4. perawatan beton sloof; dan
5. pembukaan bekisting sloof.

4.3.1 Pekerjaan pembesian sloof

Pekerjaan pembesian sloof pada proyek ini terdiri dari 2 (dua) tipe, yaitu:
1. tipe S1
dengan ukuran 30/50
a. Penulangan pada momen tumpuan: atas 3 D19 mm
tengah 2 D8 mm
bawah 3 D19 mm
sengkang Ø10 -125 mm
b. Penulangan pada momen lapangan: atas 3 D19 mm
tengah 2 D8 mm
bawah 3 D19 mm
sengkang Ø10 -125 mm
2. tipe S2
dengan ukuran 30/60
a. Penulangan pada momen tumpuan: atas 3 D19 mm
tengah 2 D8 mm
bawah 3 D19 mm
sengkang Ø10 -125 mm
b. Penulangan pada momen lapangan: atas 3 D19 mm
tengah 2 D8 mm
bawah 3 D19 mm
sengkang Ø10 -125 mm

Pekerjaan pembesian dilakukan langsung di atas papan mal dan dirangkai sesuai gambar
rencana. Semua besi yang dipakai untuk tulangan terlebih dahulu dibentuk dan dipotong di
lokasi kerja. Sebelum diadakan pemotongan, besi terlebih dahulu diluruskan oleh 2 (dua)
orang yang berdiri di atas tanah. Besi yang diluruskan diletakkan diantara potongan besi dan
diluruskan dengan menggunakan kunci khusus.
Semua besi tulangan yang dipakai harus ditekuk dan dibentuk sesuai dengan yang tertera pada
gambar. SK SNI – T – 15 -1991 – 03 menyebutkan pada saat beton dicor, besi harus bebas dari
kotoran, karat serta bahan-bahan lain yang dapat menyebabkan kurangnya daya ikat besi
tulangan terhadap beton. Tulangan-tulangan yang telah dibentuk diangkat ke atas papan mal
untuk dirangkai. Untuk pengikat digunakan kawat beton Ø 1 mm. Gambar dokumentasi
lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.11 halaman 73.

4.3.2 Pemasangan bekisting sloof

Bekisting atau cetakan berfungsi sebagai tempat mencetak sloof yang akan dicor dan tempat
dipasangnya pembesian. Bekisting untuk sloof terbuat dari papan. Pemasangan harus benar-
benar kuat dan kokoh agar setelah dibongkar akan memberikan bidang yang rata. Pada
permukaan cetakan diberi minyak untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pekerjaan
pemasangan bekisting di kerjakan oleh 7 (tujuh) orang tenaga kerja. Gambar dokumentasi
lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.12 halaman 73.

4.3.3 Pengecoran sloof

Sebelum pengecoran dimulai semua cetakan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat
dan juga diadakan pemeriksaan letak tulangan maupun letak cetakan. Alat-alat yang
dipersiapkan sebelum melakukan pengecoran adalah sebagai berikut:
1. truck mixer;
2. kereta sorong untuk memasukkan mortar;
3. timba plastik untuk menuang air;
4. sendok semen; dan
5. pemadat beton (Concrete Vibrator).

Pengecoran sloof ini juga menggunakan ready mix concrete yang berasal dari batching plan PT.
KM Beton Concrete mix design, dengan mutu beton K-300, dan setelah itu mortar dibawa ke
lokasi proyek dengan menggunakan mobil TM (truck mixer). Pelaksanaan pengecoran ini
dilakukan secara manual. Pengadukan campuran dilakukan dengan menggunakan truck mixer,
kemudian dituang ke dalam kereta sorong, kemudian diangkut dengan timba dan dituang ke
dalam cetakan bekisting. Penuangan mortar dilakukan terus menerus di mana tiap lapisan
diratakan dengan sendok perata kemudian dipadatkan secara merata ke dalam tempat-tempat
di sekitar tulangan dan kesudut-sudut acuan dengan menggunakan concrete vibrator. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan rongga-rongga udara yang tersekap dalam campuran mortar
guna untuk mencapai kepadatan yang maksimum. Pemadatan juga bertujuan untuk menjamin
perlekatan yang baik antara beton dengan baja tulangan serta sarana lain yang ikut dicor. Pada
saat beton dipadatkan, perlu agar tulangan jangan diganggu dan acuan jangan sampai rusak
atau berpindah tempat. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar
A.4.13 halaman 74.

4.3.4 Perawatan beton sloof


Perawatan beton sloof dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan kantong semen
bekas yang dibasahi selama 1 (satu) hari. Perawatan ini dilakukan jika cuaca panas dan setelah
beton mengeras, yaitu berkisar 6 (enam) sampai 8 (delapan) jam setelah pengecoran yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya keretakan pada sloof. Pekerjaan ini dilakukan oleh 3
(tiga) orang tenaga kerja.

4.3.5 Pembukaan bekisting sloof

Pekerjaan pembukaan cetakan pondasi tapak dilakukan setelah beton berumur ± 2 (dua) hari.
Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 (tiga) orang pekerja. Pekerjaan dilakukan secara hati-hati, agar
tidak merusak permukaan beton yang telah dicor. Peralatan yang digunakan pada saat
pembukaan bekisting adalah palu dan linggis. Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan
baik, selain untuk menjaga lapisan kolom agar tidak terkelupas, juga agar papan bekisting
tetap bagus karena akan dipakai untuk keperluan lain.

4.4 Pekerjaan Kolom Lantai 1

Pekerjaan kolom lantai 1 pada proyek ini dilaksanakan setelah pekerjaan balok sloof selesai.
Tahap-tahap untuk pekerjaan kolom lantai 1 adalah sebagai berikut :
1. pembesian kolom lantai 1;
2. pemasangan bekisting kolom lantai 1; dan
3. pengecoran kolom lantai 1.

4.4.1 Pembesian kolom lantai 1

Tulangan untuk stik kolom adalah besi ulir diameter 19 mm dan ukuran sengkang Ø10-140
untuk tumpuan dan Ø10-180 untuk lapangan dan untuk pengikatnya digunakan kawat Ø1 mm.
Pekerjaan pembengkokan dan penyetelan tulangan kolom dilakukan di lokasi proyek. Tulangan
dan begel yang akan dipakai terlebih dahulu dipotong dan dibentuk sesuai dengan bentuk dan
panjang yang diinginkan.
Tulangan dan begel yang telah dibentuk ini dibawa ke lokasi pekerjaan untuk dipasang atau
dirangkaikan. Pekerjaan pembesian dan pemasangan tulangan dikerjakan oleh 2 (dua) sampai
3 (tiga) orang pekerja. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar
A.4.14 halaman 74.

4.4.2 Pemasangan bekisting kolom lantai 1

Bekisting untuk kolom dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran kolom yang direncanakan.
Adapun multipleks yang digunakan untuk bekisting berukuran tebal 15 mm, dan kayu pemaku
5/7 cm dengan jarak 60 cm.
Pembuatan papan bekisting ini dibuat di pondok kerja dengan menggunakan peralatan tukang.
Cetakan yang telah selesai dibawa ke lokasi pekerjaan dan dipasang sesuai dengan posisi
tulangan yang telah terpasang sebelumnya. Untuk memeriksa tegak lurusnya acuan digunakan
unting-unting yang diikatkan pada papan bekisting dengan benang. Selanjutnya papan
bekisting disejajarkan dengan benang tersebut. Pada bagian dalam tripleks bekisting diolesi oli
agar ketika pembukaan mal menjadi lebih mudah. Setiap pekerjaan pemasangan bekisting
yang telah selesai diperiksa dan disetujui oleh pengawas lapangan.
Dalam pekerjaan pemasangan bekisting diperlukan 16 (enam belas) orang pekerja, untuk satu
hari dapat diselesaikan 8 (delapan) buah bekisting, alat yang digunakan untuk membuat
bekisting adalah linggis, palu dan gergaji untuk memotong papan dan alat bantu tukang
lainnya. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.4.15 halaman
75.

4.4.3 Pengecoran kolom lantai 1

Setelah pekerjaan pembesian dan pemasangan bekisting selesai dikerjakan, maka selanjutnya
adalah pekerjaan pengecoran. Pengecoran kolom lantai 1 ini menggunakan ready mix concrete
yang berasal dari batching plan PT. KM Beton Concrete mix design, dengan mutu beton K-300.
Mortar yang digunakan dalam pengecoran ini proses pencampuran dan pengadukannya
dilakukan di batching plan PT. KM Beton dan setelah itu barulah mortar dibawa ke lokasi
proyek dengan menggunakan mobil TM (truck mixer).
Pelaksanaan pengecoran ini dilakukan secara manual. Pengadukan campuran dilakukan
dengan menggunakan truck mixer, kemudian dituang ke dalam kereta sorong, kemudian
diangkut dengan timba dan dituang ke dalam cetakan bekisting. Untuk mencegah adanya
rongga-rongga udara dan sarang-sarang kerikil, maka selama pengecoran dilakukan
pemadatan dengan menggunakan concrete vibrator dan juga dilakukan penusukan-penusukan
dengan menggunakan tongkat besi. Gambar dokumentasi lapangan dapat dilihat pada
Lampiran A Gambar A.4.16 halaman 75.

4.5 Tinjauan Khusus Tenaga Kerja dan Waktu Pelaksanaan Pile Cap

Tinjauan khusus yang penulis pilih pada Proyek Pembagunan Gedung Kantor Perwakilan Badan
Pemeriksa Keuangan RI di Banda Aceh ini adalah:
1. bahan/material pile cap; dan
2. jumlah tenaga kerja.

4.5.1 Bahan/material pile cap

Perhitungan bahan/material yang dibutuhkan dalam pekerjaan pile cap dapat dihitung dengan
menggunakan analisa SNI tahun 2001 sebagai berikut:
Jumlah pile cap yang ditinjau : 4 buah
Volume 4 (empat) buah pile cap : 3,4560 m3
Bahan/material yang dibutuhkan:
a. Untuk Pekerjaan Beton Cor :
20,0448 zak semen Portland
1,7971 m3 pasir beton
b. Untuk Pekerjaan Pembesian :
363,472 m3 besi ulir
0,0518 kawat beton
c. Untuk Pekerjaan Bekisting :
0,1382 m3 kayu bekisting kelas III
1,3824 kg paku kayu
0,6912 liter minyak pelumas
0,0518 m3 kayu borneo balok
1,2096 lembar Plywood 9 mm
20,7360 batang kayu dolken ukuran 8/15 – 4 m
Untuk perhitungan bahan/material yang dibutuhkan lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran C Perhitungan C.4.1 halaman 76.

4.5.2 Jumlah tenaga kerja

Perhitungan jumlah tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan pile cap dapat dihitung dengan
menggunakan analisa SNI tahun 2001 sebagai berikut:
Jumlah pile cap yang ditinjau : 4 buah
Volume 4 (empat) buah pile cap : 3,4560 m3
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan:
a. Untuk Pekerjaan Beton Cor :
5,702 pekerja
0,276 mandor
b. Untuk Pekerjaan Pembesian :
2,544 pekerja
0,109 mandor
c. Untuk Pekerjaan Bekisting :
1,106 pekerja
0,021 mandor
1,140 tukang
0,114 kepala tukang

Untuk perhitungan jumlah tenaga kerja lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran C
Perhitungan C.4.2 halaman 77.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Setelah mengikuti Kerja Praktek selama lebih kurang 2 (dua) bulan pada Proyek Pembagunan
Gedung Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan RI di Banda Aceh, penulis banyak
memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman di lapangan secara langsung. Hal ini
dapat menjadi bahan perbandingan bagi penulis, antara pengetahuan yang didapat di
lapangan dengan teori yang diperoleh dari bahan kuliah maupun dari literatur-literatur.
Berdasarkan analisis serta hasil pengamatan di lapangan selama mengikuti Kerja Praktek,
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. kesalahan pihak perencana dalam perencanaan kedalaman tiang pancang menyebabkan
kerugian finansial/material pada pihak pelaksana karena harus menambah jumlah pemesanan
tiang pancang agar memenuhi kebutuhan material tiang pancang di lapangan dan juga harus
menambah biaya operasional alat berat yang digunakan dalam pekerjaan pemancangan tiang
pancang;
2. kesalahan pihak perencana dalam perencanaan kedalaman tiang pancang juga
mengakibatkan kerugian waktu pada pihak pelaksana dalam melaksanakan kegiatan pekerjaan
pemancangan tiang pancang agar mencapai daya dukung tanah yang diinginkan;
3. pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak sesuai dengan time schedule/jadwal rencana
berdasarkan kurva ”S” proyek yang telah direncanakan karena kesalahan perencanaan
kedalaman tiang pancang yang menyebabkan keterlambatan pekerjaan;
4. pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak sesuai dengan time schedule/jadwal rencana
berdasarkan kurva ”S” proyek yang telah direncanakan karena mengalami gangguan cuaca
(hujan) yang menyebabkan keterlambatan pekerjaan;
5. pelaksanaan pekerjaan di lapangan juga tidak sesuai dengan time schedule/jadwal
rencana berdasarkan kurva ”S” proyek yang telah direncanakan karena keterlambatan
pengadaan material yang menyebabkan keterlambatan pekerjaan;
6. pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangat tergantung pada keadaan cuaca dan
tersedianya bahan/material yang akan digunakan;
7. pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangat mengutamakan mutu/kualitas dari
bahan/material yang akan digunakan; dan
8. metode pelaksanaan pekerjaan yang dipakai di lapangan sudah sangat baik dikarenakan
banyaknya pengalaman kerja dari pihak pelaksana dalam melaksanakan pembangunan
gedung.

5.2 Saran-saran
Setelah diamati secara keseluruhan dari pekerjaan yang diikuti di lapangan, beberapa saran
yang dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut :
1. pihak perencana diharapkan agar lebih teliti dalam merencanakan tiap-tiap pekerjaan
yang akan dilaksanakan agar mencegah kerugian pada semua pihak, baik kerugian
finansial/material maupun kerugian waktu;
2. pihak pelaksana diharapkan agar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan time
schedule/jadwal rencana berdasarkan kurva ”S” proyek yang telah direncanakan; dan
3. pengadaan material diharapkan agar tepat pada waktu agar tidak menyebabkan
keterlambatan pekerjaan di lapangan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim, 2006, Buku Panduan Penulisan Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.

Anonim, 2003, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 80 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, http://www.geogle.co.id/

Anonim, 2008, Pre Construction Meeting Proyek Gedung Perwakilan BPK RI Aceh, PT. Nindya
Karya (Persero), Banda Aceh.

Ervianto, 2002, Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Kusuma, G., 1993, Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SK. SNI T-15-1991-03 Seri Beton 2,
Erlangga, Jakarta.

Soeharto, I., 1995, Manajemen Proyek, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai