Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“MEKANISME SERAH TERIMA PASIEN DI KAMAR OPERASI”


Dosen Pebimbing : Sari Candra Dewi, SKM, M.Kep

Disusun Oleh:
Arfin Kurniadita P07120216012
Arinadya Hanifa P P P07120216013
Fernanda Okti Nur A P07120216029
RR Brilianti C P07120216031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
DIV KEPERAWATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Globalisasi memberikan dampak positif bagi setiap profesi kesehatan untuk selalu
berupaya meningkatkan kinerja profesionalismenya dalam kontribusi pada pemenuhan
kebutuhan kesehatan masyarakat. Tenaga profesional kesehatan termasuk didalamnya tenaga
keperawatan yang dituntut untuk memberikan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas hanya dapat diwujudkan dengan pemberian layanan kesehatan
yang profesional, demikian juga dengan pemberian asuhan keperawatan harus dilaksanakan
dengan praktik keperawatan yang profesionalisme (Mulyaningsih, 2013).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan
kepada pasien oleh suatu tim keperawatan. Tim keperawatan merupakan anggota tim
kesehatan di garis terdepan yang menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam
secara terus menerus. Swanburg dalam Mulyani 2008 bahwa lebih dari 80% waktu yang
digunakan perawat adalah untuk berkomunikasi yaitu mendengar dan berbicara, 16% untuk
membaca dan 4% untuk menulis. Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan
kepada pasien sesuai dengan keyakinan profesi dan sesuai standar yang ditetapkan. Hal ini
ditujukan agar pelayanan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan (Suwardi, 2008).
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan tidak lepas dari peranan pelayanan
keperawatan yang berkesinambungan dengan mempromosikan perawatan yang lebih baik
sesuai dengan standar profesional dan hukum (College Registered Nurses Brithis Colombia,
2007). Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada pasien adalah pemberian asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien, keluarga serta masyarakat (Aditama,
2010).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh
pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Salah satu yang terkait dalam pemberian
asuhan keperawatan adalah prosedur serah terima disetiap penggantian shift yang
merupakan kegiatan sehari-hari yang harus dilakukan oleh perawat karena perawat yang
bertugas selalu berbeda disetiap shifnya. Pelaksanaan serah terima pasien merupakan
tindakan keperawatan yang secara langsung, selain itu juga serah terima pasien dibangun
sebagai sarana untuk menyampaikan tanggung jawab serta penyerahan legalitas yang
berkaitan dengan pelayanan keperawatan pada pasien (Safitri dalam Kesrianti, 2014).
Hampir setiap tindakan medik menyimpan resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar,
merupakan hal potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical error). Kesalahan yang
terjadi pada proses asuhan medis ini akan mengakibatkan cedera pada pasien bisa berupa
kejadian yang tidak diharapkan (KTD). Pada tahun 2000 Institude of Medicene Amerika
menngemukakan penelitian di rumah sakit Utah dan Colorado ditemukan KTD sebesar 2,9%
dari 6,6% diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di New York KTD sebesar 3,7% dari
angka kematian 13,6%. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh
Amerika yang berjumlah 33,6 juta pertahun berkisar 44.000-98.000 pertahun. ( Depkes RI
dalam Setiyajati, 2014).
Masalah yang berkaitan dengan serah terima pasien merupakan keprihatinan
internasional, sebagaimana dilaporkan Cohen & Hilliggos (2009) dalam suatu studinya dari
889 kejadian malpraktek ditemukan 32% akibat kesalahan komunikasi dalam serah terima
pasien yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat, kesalahpahaman tentang
rencana keperawatan, kehilangan informasi serta kesalahan dalam tes penunjang.
Dilaporkan juga oleh World Health Organization (WHO) tahun 2007 bahwa terdapat 11%
dari 25.000-30.000 kasus pada tahun 1995-2006 terdapat kesalahan pada serah terima pasien
(Winani, 2012).
Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan
informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik
memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana
perawatan serta menentukan prioritas pelayanan. Keakuratan data yang diberikan saat
timbang terima sangat penting, karena dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan
tanggung jawab dan tanggung gugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak
dilakukan dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang
diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian
tindakan keperawatan. Hal ini akan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
diambil (Wijaya, dkk, 2014).
Pelaksanaan serah terima pasien juga dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala ruangan,
sikap dan motivasi dari perawat itu sendiri dalam melaksanakan serah terima. Sikap yang
terbentuk dalam diri sesorang dapat memperngaruhi seseorang dalam menjalankan tugasnya
sehari-hari dengan positif. Menurut Kesrianti (2014) mengemukakan bahwa sikap
berpengaruh terhadap pelaksanaan serah terima, apabila perawat memiliki sikap positif
maka proses pelaksanaan serah terima akan berjalan dengan baik. Proses pelaksanaan serah
terima yang baik meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien secara berkesinambungan,
jika pelaksanaan asuhan keperawatan tidak disertai kepemimpinan kepala ruangan, sikap
dan motivasi yang baik dari perawat maka akan mengakibatkan kesalahan dalam pelayanan
dan pengobatan yang tidak tepat serta menimbulkan potensi kerugian bagi pasien dan rumah
sakit (Setianti, 2007).
Ada berbagai macam model operan, yaitu model tradisional dan operan di sisi tempat
tidur yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi masing-masing ruangan. Implementasi
operan di ruang MPKP berupa proses komunikasi dan proses serah terima antara shift pagi,
sore, dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dinas pagi ke dinas sore
dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin
oleh penanggung jawab shift sore (Kelliat, 2012).
Berdasarkan data dan latar belakang di atas maka penulis menyusun makalah mengenai
manajemen serah terima pasien di kamar operasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kajian teori serah terima atau handover pasien di kamar operasi?
2. Bagaimana SOP dan checklist serah terima atau handover pasien di kamar operasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui kajian teori serah terima atau handover pasien di kamar operasi
2. Mengetahui SOP dan checklist serah terima atau handover pasien di kamar operasi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Handover (serah terima pasien) adalah proses pengalihan wewenang dan
tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu
pengasuh ke pengasuh yang lain, termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten
dokter, praktisi perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi (The Joint
Commission Journal on Quality and Patient Safety, 2010).
Sedangkan Australian Medical Association (2006), mendefinisikan handover
sebagai transfer tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua
aspek perawatan untuk pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok
profesional secara sementara atau permanen.

B. Tujuan Handover
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu: a. Sebagai forum diskusi
untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat. b. Sebagai sumber
informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan
keperawatan.

C. Jenis - Jenis Handover


Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen, White, dan
Byers (2009) beberapa jenis serah terima pasien yang berhubungan dengan perawat,
antara lain:
1. Serah terima pasien antar shift
Metode serah terima pasien antar shift dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode, antara lain: secara lisan, catatan tulisan tangan, di samping tempat
tidur pasien, melalui telepon, rekaman, nonverbal, menggunakan laporan elektronik,
cetakan komputer, dan memori.
2. Serah terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka
tinggal di rumah sakit.
3. Serah terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostic
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama
rawat inap. Pengiriman dari unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik
(misalnya; radiologi, kateterisasi jantung, laboratorium, dll) telah dianggap sebagai
konstributor untuk terjadinya kesalahan. Hal ini penting, ketika perubahan unit tempat
keperawatan pasien terutama untuk tingkat pelayanan yang berbeda dari unit
perawatan sebelumnya dan untuk keamanan pasien, staf pada unit pemeriksaan
disgnostik harus memiliki informasi lengkap yang mereka butuhkan dan melakukan
komunikasi yang konsisten. Kompleksitas kondisi pasien mungkin memerlukan
perawat untuk menyertai pasien ke tempat pemeriksaan diagnostic.
4. Serah terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi
antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah sakit
ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda. Pengiriman pasien antar
fasilitas, meliputi; antar rumah sakit, pusat rehabilitasi, lembaga kesehatan di rumah,
dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya. Faktor yang cenderung membuat
pengiriman pasien tidak efektif adalah kesenjangan dan hambatan komunikasi antar
fasilitas kesehatan tersebut dan juga dipengaruhi oleh perbedaan budaya organisasi.

D. Prinsip Handover/ Serah Terima


Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen, White, dan
Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip serah terima pasien, yaitu:
1. Kepemimpinan dalam serah terima pasien: Semakin luas proses serah terima (lebih
banyak peserta dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi sangat penting
untuk mengelola serah terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman
yang komprehensif dari proses serah terima pasien dan perannya sebagai pemimpin.
Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang
memburuk.
2. Pemahaman tentang serah terima pasien: Mengatur sedemikian rupa agar timbul
suatu pemahaman bahwa serah terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan
bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien.
Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri serah terima pasien yang relevan
untuk mereka. Meninjau roster dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan
mendukung kegiatan serah terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang
diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat serah terima
pasien.
3. Peserta yang mengikuti serah terima pasien: Mengidentifikasi dan mengorientasikan
peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang proses serah terima
pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan
keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan serah
terima pasien. Dalam tim multidisiplin, serah terima pasien harus terstruktur dan
memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
4. Waktu serah terima pasien: Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi
untuk serah terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, di mana strategi ini
memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Serah terima pasien tidak
hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung
jawab, misalnya; ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu
pemeriksaan. Ketepatan waktu serah terima sangat penting untuk memastikan proses
perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.
5. Tempat serah terima pasien: Sebaiknya, serah terima pasien terjadi secara tatap muka
dan di sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien tidak dapat dilakukan secara
tatap muka, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan serah terima
pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa
tempat serah terima pasien bebas dari gangguan, misal; kebisingan di bangsal secara
umum atau bunyi alat telekomunikasi.
6. Proses serah terima pasien:
a. Standar protokol, standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran
peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/ pencatatan terakhir yang
paling penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien,
penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan, kerangka waktu dan persyaratan
untuk perawatan transisi, penggunaan catatan pasien untuk cross-check
informasi, memastikan bahwa semua temuan penting atau perubahan kondisi
pasien terdokumentasi, memastikan pemahaman dan tanggung jawab bagi pasien
oleh perawat yang menerima penyerahan pasien.
b. Kondisi pasien memburuk, pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan
pengelolaan pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang
terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya, prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya:
tindakan yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko
keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.

E. Contoh SOP Handover di Kamar Operasi (Pre Operasi)


STANDAR PROSEDUR
TATA KERJA KAMAR OPERASI PERSIAPAN TINDAKAN
OPERASI
No. Revisi:001
No Dokumen:
A1/001/2018 Halaman:
RUMAH SAKIT
1/ 2
UMUM ANNISA
Ditetapkan :
Tanggal Terbit:

QUEEN KABUPATEN 02 Januari 2018


drg. H. Arya Tarmadi, M.Kes
GARUT

Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat
PENGERTIAN ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi
1. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan ruangan dan kamar
operasi oleh petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan
operasi bisa berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatan
TUJUAN pasien
2. Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus
lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi
tersebut
PETUGAS Perawat
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi.
2. Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur yang
berlaku.
3. Petugas ruangan mengisi berita acara.
4. Petugas ruangan mempersiapkan mempersiapkan semua catatan
medik pasien termasuk surat izin operasi untuk dibawa bersama
pasien ke ruang operasi.
5. Petugas ruangan mengalungkan label identitas yang meliputi, nama,
unmur, nomor RM, alamat, dokter operator, diagnosis, rencana jenis
operasi pasien pada pergelanhangan tangan kanan pasien atau bila
tidak memungkinkan pada pergelangan tangan kiri, kemudian
pergelangan kaki kakan, kemudian kiri, kemudian leher.
6. Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang operasi
misalnya, persediaan obat-obatan atau persediaan darah yang
diperlukan saat operasi dilakukan yang akan dibawa bersama pasien
ke kamar operasi.
7. Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada panggilan dari
petugas kamar operasi, pasien dibawa ke kamar operasi dengan
memakai tempat tidur yang dipakai di ruang.
8. Serah terima pasien pra operasi dilakukan diruang transfer.
9. Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai berita acara serah
terima yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan petugas kamar
operasi dan ditulis dalam buku register kamar operasi. Petugas
kamar operasi memeriksa kelengkapan berita acara, kelengkapan
identitas, catatan medik pasien, keadaan umum pasien, surat izin
tindakan dan kelengkapan penunjang penunjang lainnya seperti obat-
obatan dan persediaan darah.
10. Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi berlangsung dicatat
dalam berita acara oleh asisten operasi/ amplop.
11. Setelah operasi selesai, asisten menyiapkan berita acara, catatan
medik pasien.
12. Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan petugas ruangan.
13. Serah terima dilakukan diruang transfer, petugas kamar operasi
menyerahkan pasien beserta semua kelengkapannya yang ditandai
dengan penandatanganan berita acara serah terima pasien pasca
operasi.
DOKUMEN Kamar bedah
TERKAIT
F. Serah terima Pasien di Ruang Pulih
Hal-hal yang perlu diperhatiakn saat serah terima pasien
1. Masalah-masalah tatalaksana anesthesia, penyulit selama anesthesia/pembedahan,
pengobatan dan reaksi alergi yang mungkin terjadi.
2. Tindakan pembedahan yang dikerjakan , penyulit-penyulit saat pembedahan,
termasuk jumlah perdarahan.
3. Jenis anesthesia yang diberikan dan masalah-masalah yang terjadi, termasuk jumlah
cairan infus yang diberikan selama operasi, diuresis serta gambaran sirkulasi dan
respirasi.
4. Posisi pasien ditempat tidur.
5. Hal-hal lain yang perlu mendapat pengawasan khusus sesuai dengan permasalahan
yang terjadi selama anestesi/operasi.
6. Apakah pasien perlu mendapat penanganan khusus di ruang terapi intensif (sesuai
dengan intruksi dokter)
G. Contoh SOP (Standar Operasional Prosedur) Serah Terima Pasien Post Operasi)
SOP SERAH TERIMA PASIEN SETELAH PEMBEDAHAN
(POST OPERASI)

NO. DOKUMEN : NO. REVISI HALAMAN

RSUD ‘’45’’ KUNINGAN 0

TANGGAL TERBIT : Ditetapkan :

STANDAR Direktur RSUD ‘’45’’


KUNINGAN
OPERASIONAL
PROSEDUR Dr. Hj. Titin Suhartini
Pembina Tk. I
NIP.

Pengertian Suatu prosedur yang harus dilakukan dalam menerima pasien yang
akan dilakukan tindakan pembedahan

Tujuan Memberikan komunikasi pelayanan yang diberikan sebelumnya


kepada pasien agar pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan
secara berkesinambungan

Kebijakan Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan


anestesi dan bedah Nomor :

Prosedur 1. Pemantauan kesadaran, tekanan darah, nadi, napas, suhu,


SPO2 diruang pemulihan dilakukan secara rutin setiap 5
menit pada 15 menit pertama atau smpai stabil, kemudian
setelah itu tiap 15 menit.
2. Pantau adanya nyeri pascaoperasi, mual muntah, input-
output, cairan, drain, perdarahan. Kemudian lakukan
tindakan/tatalaksana yang sesuai.
3. Pada pasien yang mendapatkan tindakan regional harus
dilakukan pemeriksaan motorik dan sensorik secara
periodic dengan pamantauan hehodinamik yang lebih kuat.
4. Ktiteria pengeluaran pasien dari ruang pemulihan
menggunakan criteria Aldrete Score dengan scor ≥9
1. Dibuat laporan tertulis yang akurat tentang pemantauan
kondisi pasien di ruang pemulihan.
Unit Terkait Kamar operasi

Poliklinik

Rawat inap
H. Contoh Cheklist Serah Terima Pasien Pra Bedah dan Kelengkapan
I. Proses Serah Terima di Kamar Operasi

Tabel: Aktivitas Subproses Pelayanan Operasi menurut Indiati,dkk (2012)

1. Persiapan 2. Serah Terima 5. Sebelum Pasien 6. Selama 7. Serah


3. Persiapan 4. Persiapan
Pengiriman Pasien di Meninggalkan Pasien di Terima
Sebelum Sebelum Insisi
Pasien Kamar (Time Out) Ruang Operasi RR Pasien dari
Anestesi (Sign (Sign Out)
Operasi Oleh RR ke
In)
Perawat Perawat
Ruang Rawat Rawat Inap
Inap Kepada
Petugas
Kamar
Operasi
1) Pengecekan 4) Serah terima 8) Memastikan 19) Memeriksa 24) Serah terima 26) Serah terima
13) Memastikan
identitas RM, catatan identitas pasien kelengkapan hal – hal pasien
semua anggota
pasien (nama, pre operasi (nama, nomer instrument dan penting meliputi RM
memperkenalkan
nomer RM, secara RM, lab, Ro, alat, disampaikan untuk secara
nama dan
lab, Ro, dokumen dan ECG). secara verbal.** pemulihan dokumen dan
ECG. komunikasi 20) Memeriksa dan pasien, komunikasi
2) Pengecekan 9) Memastikan perannya.
verbal. 14) Dokter bedah, melakukan meliputi secara verbal.
diagnosis 5) Serah terima kondisi pasien 27) Serah terima
anestesi dan pengecekan ulang tindakan
rencana identitas (puasa, vital hal – hal
perawat sumber-sumber yang telah
tindakan dan pasien (nama, sign, lokasi penting untuk
konfirmasi secara perdarahan.* dilakukan,
sisi operasi. nomer RM, operasi, 21) Mengumpulkan pemulihan
verbal mengenai: kondisi,
3) Pengecekan prosedur yang
lab, Ro, ECG). dan menyiapkan pasien,
pasien, sisi, dan terapi, ke
ulang: vital 6) Serah terima akan bahan pemeriksaan meliputi
prosedur. petugas RR.
sign, diagnosis dilakukan).
15) Dokter bedah serta pemberian 25) Observasi tindakan
persiapan rencana 10) Memastikan
review keadaan label.* kesadaran, yang telah
puasa, surat tindakan dan kelengkapan 22) Konfirmasi tim
kritis atau patensi jalan dilakukan,
pernyataan sisi operasi. alat/implant, tentang nama
langkah-langkah nafas, jumlah kondisi, dan
7) Serah terima, obat yang
informed prosedur.
yang tidak 23) Dokter cairan masuk terapi
persiapan, diperlukan. bedah,
concern),
11) Memastikan diharapkan, lama dan keluar, lanjutan.
lama puasa, anestesi, dan
riwayat alergi 28) Serah terima
adakah riwayat operasi, kondisi luka
darah, surat perawat review hal
obat. pemeriksaan
alergi. antisipasi dan drain.**
pernyataan – hal penting untuk
12) Memastikan tambahan
informed kehilangan darah. pemulihan pasien.
adakah risiko 16) Tim anestesi yang harus
concern,
perdarahan.* review apakah dilakukan,
riwayat alergi
ada keadaan laboratorium,
obat.*
pasien yang perlu control Ro.

diperhatikan.
17) Tim perawat
review sudah
steril (termasuk
indicator hasil),
adakah masalah
alat, jumlah
kassa.
18) Konfirmasi
pemberian
antibiotic
profilaksis.
Keterangan: *Aktivitas yang menyebabkan failure mode dengan skor ekstrim. **Aktivitas yang dilakukan dengan lengkap sesuai WHO.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Serah terima pasien diruang operasi dilakukan demi keselamatan
pasien, tercapainya program dengan tepat sesuai prosedur yang ditetapkan.
Kegiatan ini dilakukan antara perawat ruangan dengan perawat ruang operasi
menggunakan format yang disiapkan. Serah terima dikamar operasi
dilakukan pada saat pasien datang diserahkan oleh perawat bangsal kepada
perawat kamar operasi dan ketika pasien akan meninggalkan ruang
pemulihan yang akan kembali ke ruangan baik bangsal maupun ICU tetap
harus dilakukan serah terima. Standar serah terima pasien di kamar operasi
akan berbeda tiap rumah sakit dengan manajemen rumah sakit yang berbeda
pula namun dengan prinsip-prinsip yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit: Edisi kedua.
Jakarta: UI Press.
Adhytyo, Defrian Rizky; Mulyaningsih. (2013). “Reliabilitas Mempengaruhi
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di salah satu Puskesmas
Kabupaten Ngawi”. STIKES Aisyiyah. Surakarta. Indonesia
Australian Medical Association, (2006), Safe handover:safe patients, By The
Australian Medical Association Limited, ABN: 37 008 426 793 2006.

Australian Resource Centre for Healthcare Innovation, (2009), Standard Key


Principles for Clinical Handover, © NSW Department of Health.

Friesen, M. A., White, S. V., & Byers, J. F., (2009), Handoffs: Implications for
Nurses, Nurses First, Volume 2, Issue 3 May/June 2009.

Indiati,dkk. 2012. Healthcare Failure Mode And Effect Analysis: Proses


Pelayanan Operasi di Rumah Sakit. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan. 15(4): 170.

The Joint Commission Journal on Quality and Patient Safety, (2010),


Understanding and Improving Patient Handoff, February 2010, Volume 36
Number 2.

https://www.academia.edu/36660251/SOP_OK diakses tanggal 03/08/2019 pukul


16.45WIB.

https://www.scribd.com/doc/314212493/Sop-Serah-Terima-Pasien-Setelah-
Pembedahan-Post-Operasi diakses tanggal 6/8/2019 pukul 13.20 WIB

dr. Mangku Gde,dkk. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi, Indeks Jakarta,
2010.

Anda mungkin juga menyukai