Disusun Oleh:
Arfin Kurniadita P07120216012
Arinadya Hanifa P P P07120216013
Fernanda Okti Nur A P07120216029
RR Brilianti C P07120216031
A. Latar Belakang
Globalisasi memberikan dampak positif bagi setiap profesi kesehatan untuk selalu
berupaya meningkatkan kinerja profesionalismenya dalam kontribusi pada pemenuhan
kebutuhan kesehatan masyarakat. Tenaga profesional kesehatan termasuk didalamnya tenaga
keperawatan yang dituntut untuk memberikan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas hanya dapat diwujudkan dengan pemberian layanan kesehatan
yang profesional, demikian juga dengan pemberian asuhan keperawatan harus dilaksanakan
dengan praktik keperawatan yang profesionalisme (Mulyaningsih, 2013).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan
kepada pasien oleh suatu tim keperawatan. Tim keperawatan merupakan anggota tim
kesehatan di garis terdepan yang menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam
secara terus menerus. Swanburg dalam Mulyani 2008 bahwa lebih dari 80% waktu yang
digunakan perawat adalah untuk berkomunikasi yaitu mendengar dan berbicara, 16% untuk
membaca dan 4% untuk menulis. Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan
kepada pasien sesuai dengan keyakinan profesi dan sesuai standar yang ditetapkan. Hal ini
ditujukan agar pelayanan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan (Suwardi, 2008).
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan tidak lepas dari peranan pelayanan
keperawatan yang berkesinambungan dengan mempromosikan perawatan yang lebih baik
sesuai dengan standar profesional dan hukum (College Registered Nurses Brithis Colombia,
2007). Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada pasien adalah pemberian asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien, keluarga serta masyarakat (Aditama,
2010).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh
pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Salah satu yang terkait dalam pemberian
asuhan keperawatan adalah prosedur serah terima disetiap penggantian shift yang
merupakan kegiatan sehari-hari yang harus dilakukan oleh perawat karena perawat yang
bertugas selalu berbeda disetiap shifnya. Pelaksanaan serah terima pasien merupakan
tindakan keperawatan yang secara langsung, selain itu juga serah terima pasien dibangun
sebagai sarana untuk menyampaikan tanggung jawab serta penyerahan legalitas yang
berkaitan dengan pelayanan keperawatan pada pasien (Safitri dalam Kesrianti, 2014).
Hampir setiap tindakan medik menyimpan resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar,
merupakan hal potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical error). Kesalahan yang
terjadi pada proses asuhan medis ini akan mengakibatkan cedera pada pasien bisa berupa
kejadian yang tidak diharapkan (KTD). Pada tahun 2000 Institude of Medicene Amerika
menngemukakan penelitian di rumah sakit Utah dan Colorado ditemukan KTD sebesar 2,9%
dari 6,6% diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di New York KTD sebesar 3,7% dari
angka kematian 13,6%. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh
Amerika yang berjumlah 33,6 juta pertahun berkisar 44.000-98.000 pertahun. ( Depkes RI
dalam Setiyajati, 2014).
Masalah yang berkaitan dengan serah terima pasien merupakan keprihatinan
internasional, sebagaimana dilaporkan Cohen & Hilliggos (2009) dalam suatu studinya dari
889 kejadian malpraktek ditemukan 32% akibat kesalahan komunikasi dalam serah terima
pasien yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat, kesalahpahaman tentang
rencana keperawatan, kehilangan informasi serta kesalahan dalam tes penunjang.
Dilaporkan juga oleh World Health Organization (WHO) tahun 2007 bahwa terdapat 11%
dari 25.000-30.000 kasus pada tahun 1995-2006 terdapat kesalahan pada serah terima pasien
(Winani, 2012).
Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan
informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik
memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana
perawatan serta menentukan prioritas pelayanan. Keakuratan data yang diberikan saat
timbang terima sangat penting, karena dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan
tanggung jawab dan tanggung gugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak
dilakukan dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang
diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian
tindakan keperawatan. Hal ini akan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
diambil (Wijaya, dkk, 2014).
Pelaksanaan serah terima pasien juga dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala ruangan,
sikap dan motivasi dari perawat itu sendiri dalam melaksanakan serah terima. Sikap yang
terbentuk dalam diri sesorang dapat memperngaruhi seseorang dalam menjalankan tugasnya
sehari-hari dengan positif. Menurut Kesrianti (2014) mengemukakan bahwa sikap
berpengaruh terhadap pelaksanaan serah terima, apabila perawat memiliki sikap positif
maka proses pelaksanaan serah terima akan berjalan dengan baik. Proses pelaksanaan serah
terima yang baik meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien secara berkesinambungan,
jika pelaksanaan asuhan keperawatan tidak disertai kepemimpinan kepala ruangan, sikap
dan motivasi yang baik dari perawat maka akan mengakibatkan kesalahan dalam pelayanan
dan pengobatan yang tidak tepat serta menimbulkan potensi kerugian bagi pasien dan rumah
sakit (Setianti, 2007).
Ada berbagai macam model operan, yaitu model tradisional dan operan di sisi tempat
tidur yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi masing-masing ruangan. Implementasi
operan di ruang MPKP berupa proses komunikasi dan proses serah terima antara shift pagi,
sore, dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dinas pagi ke dinas sore
dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin
oleh penanggung jawab shift sore (Kelliat, 2012).
Berdasarkan data dan latar belakang di atas maka penulis menyusun makalah mengenai
manajemen serah terima pasien di kamar operasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kajian teori serah terima atau handover pasien di kamar operasi?
2. Bagaimana SOP dan checklist serah terima atau handover pasien di kamar operasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui kajian teori serah terima atau handover pasien di kamar operasi
2. Mengetahui SOP dan checklist serah terima atau handover pasien di kamar operasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Handover (serah terima pasien) adalah proses pengalihan wewenang dan
tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu
pengasuh ke pengasuh yang lain, termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten
dokter, praktisi perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi (The Joint
Commission Journal on Quality and Patient Safety, 2010).
Sedangkan Australian Medical Association (2006), mendefinisikan handover
sebagai transfer tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua
aspek perawatan untuk pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok
profesional secara sementara atau permanen.
B. Tujuan Handover
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu: a. Sebagai forum diskusi
untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat. b. Sebagai sumber
informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan
keperawatan.
Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat
PENGERTIAN ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi
1. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan ruangan dan kamar
operasi oleh petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan
operasi bisa berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatan
TUJUAN pasien
2. Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus
lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi
tersebut
PETUGAS Perawat
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi.
2. Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur yang
berlaku.
3. Petugas ruangan mengisi berita acara.
4. Petugas ruangan mempersiapkan mempersiapkan semua catatan
medik pasien termasuk surat izin operasi untuk dibawa bersama
pasien ke ruang operasi.
5. Petugas ruangan mengalungkan label identitas yang meliputi, nama,
unmur, nomor RM, alamat, dokter operator, diagnosis, rencana jenis
operasi pasien pada pergelanhangan tangan kanan pasien atau bila
tidak memungkinkan pada pergelangan tangan kiri, kemudian
pergelangan kaki kakan, kemudian kiri, kemudian leher.
6. Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang operasi
misalnya, persediaan obat-obatan atau persediaan darah yang
diperlukan saat operasi dilakukan yang akan dibawa bersama pasien
ke kamar operasi.
7. Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada panggilan dari
petugas kamar operasi, pasien dibawa ke kamar operasi dengan
memakai tempat tidur yang dipakai di ruang.
8. Serah terima pasien pra operasi dilakukan diruang transfer.
9. Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai berita acara serah
terima yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan petugas kamar
operasi dan ditulis dalam buku register kamar operasi. Petugas
kamar operasi memeriksa kelengkapan berita acara, kelengkapan
identitas, catatan medik pasien, keadaan umum pasien, surat izin
tindakan dan kelengkapan penunjang penunjang lainnya seperti obat-
obatan dan persediaan darah.
10. Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi berlangsung dicatat
dalam berita acara oleh asisten operasi/ amplop.
11. Setelah operasi selesai, asisten menyiapkan berita acara, catatan
medik pasien.
12. Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan petugas ruangan.
13. Serah terima dilakukan diruang transfer, petugas kamar operasi
menyerahkan pasien beserta semua kelengkapannya yang ditandai
dengan penandatanganan berita acara serah terima pasien pasca
operasi.
DOKUMEN Kamar bedah
TERKAIT
F. Serah terima Pasien di Ruang Pulih
Hal-hal yang perlu diperhatiakn saat serah terima pasien
1. Masalah-masalah tatalaksana anesthesia, penyulit selama anesthesia/pembedahan,
pengobatan dan reaksi alergi yang mungkin terjadi.
2. Tindakan pembedahan yang dikerjakan , penyulit-penyulit saat pembedahan,
termasuk jumlah perdarahan.
3. Jenis anesthesia yang diberikan dan masalah-masalah yang terjadi, termasuk jumlah
cairan infus yang diberikan selama operasi, diuresis serta gambaran sirkulasi dan
respirasi.
4. Posisi pasien ditempat tidur.
5. Hal-hal lain yang perlu mendapat pengawasan khusus sesuai dengan permasalahan
yang terjadi selama anestesi/operasi.
6. Apakah pasien perlu mendapat penanganan khusus di ruang terapi intensif (sesuai
dengan intruksi dokter)
G. Contoh SOP (Standar Operasional Prosedur) Serah Terima Pasien Post Operasi)
SOP SERAH TERIMA PASIEN SETELAH PEMBEDAHAN
(POST OPERASI)
Pengertian Suatu prosedur yang harus dilakukan dalam menerima pasien yang
akan dilakukan tindakan pembedahan
Poliklinik
Rawat inap
H. Contoh Cheklist Serah Terima Pasien Pra Bedah dan Kelengkapan
I. Proses Serah Terima di Kamar Operasi
diperhatikan.
17) Tim perawat
review sudah
steril (termasuk
indicator hasil),
adakah masalah
alat, jumlah
kassa.
18) Konfirmasi
pemberian
antibiotic
profilaksis.
Keterangan: *Aktivitas yang menyebabkan failure mode dengan skor ekstrim. **Aktivitas yang dilakukan dengan lengkap sesuai WHO.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Serah terima pasien diruang operasi dilakukan demi keselamatan
pasien, tercapainya program dengan tepat sesuai prosedur yang ditetapkan.
Kegiatan ini dilakukan antara perawat ruangan dengan perawat ruang operasi
menggunakan format yang disiapkan. Serah terima dikamar operasi
dilakukan pada saat pasien datang diserahkan oleh perawat bangsal kepada
perawat kamar operasi dan ketika pasien akan meninggalkan ruang
pemulihan yang akan kembali ke ruangan baik bangsal maupun ICU tetap
harus dilakukan serah terima. Standar serah terima pasien di kamar operasi
akan berbeda tiap rumah sakit dengan manajemen rumah sakit yang berbeda
pula namun dengan prinsip-prinsip yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit: Edisi kedua.
Jakarta: UI Press.
Adhytyo, Defrian Rizky; Mulyaningsih. (2013). “Reliabilitas Mempengaruhi
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di salah satu Puskesmas
Kabupaten Ngawi”. STIKES Aisyiyah. Surakarta. Indonesia
Australian Medical Association, (2006), Safe handover:safe patients, By The
Australian Medical Association Limited, ABN: 37 008 426 793 2006.
Friesen, M. A., White, S. V., & Byers, J. F., (2009), Handoffs: Implications for
Nurses, Nurses First, Volume 2, Issue 3 May/June 2009.
https://www.scribd.com/doc/314212493/Sop-Serah-Terima-Pasien-Setelah-
Pembedahan-Post-Operasi diakses tanggal 6/8/2019 pukul 13.20 WIB
dr. Mangku Gde,dkk. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi, Indeks Jakarta,
2010.