Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Kejahatan yang kini tengah marak terjadi dewasa ini memang menjadi

sebuah realita yang mau tidak mau harus diterima oleh setiap orang sebagai

kebebasan dari orang lain dalam bertindak. Dari sini penulis mulai bertanya,

Apakah ada sebuah pengaruh dari luar manusia dalam menentukan pilihan

tindakan dalam hidupnya ? Pertanyaan ini secara langsung merujuk pada pilihan

hidup manusia yang berbasis pada baik dan tidak baik (jahat). Adanya sebuah

pengaruh dari luar ini diyakini oleh penulis sebagai konsekuensi atas kehendak

bebas yang merupakan anugerah dari Sang Pencipta. Dalam pengalaman penulis

yang telah mempelajari mengenai kehendak bebas tersebut pengaruh yang

mempengaruhi setiap tindakan manusia secara umum disebut dengan kuasa

jahat/setan. Lalu, bukan berarti kesalahan manusia dalam memilih tindakan dalam

hidupnya dilimpahkan kepada si jahat/setan tersebut, karena pada dasarnya setiap

manusia dengan kebebasannya dapat memilih yang baik. Selain itu, dibalik

pilihan tindakan manusia terdapat peperangan antara “yang jahat” dengan “yang

baik” dalam memperebutkan hati manusia. Bertolak dari realita di atas, penulis

menyimpulkan bahwa kejahatan di dunia ini bukan semata-mata kesalahan yang

dilakukan oleh setiap manusia. Ada tokoh lain yang ikut mengambil andil dalam

kejahatan manusia tersebut. Tokoh tersebut tidak lain tidak bukan adalah setan.

Berbicara mengenai setan rasa-rasanya terlalu kuno dan tradisional di

zaman modern ini. Banyak orang yang justru menganggapnya sebagai omong

1
DEMONOLOGI
kosong belaka yang digunakan orang dewasa untuk mengelabuhi anak kecil agar

patuh terhadap orangtua. Berbeda dengan anggapan banyak orang tersebut, Gereja

Katolik meyakini adanya peran setan di zaman modern ini, bahkan dalam

ajaranNya Yesus mengakui keberadaanNya salah satunya dalam doa Bapa Kami

(baca : “... tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.” ) Yesus sendiri

memperingatkan umatNya lewat doa yang diajarkanNya tersebut agar umatNya

dibebaskan dari belenggu kuasa jahat oleh karena kuasaNya. Sayangnya seiring

perkembangan zaman, Gereja dalam Konsili Vatikan II memperbaharui “Ritus

Katolik Roma” yang oleh Konsili Vatikan II di dalamnya dihapuskan mengenai

“Sakramentali” secara khusus tentang pengusiran setan (eksorsisme).

Penghapusan tersebut meminimalkan peranan setan sebagai musuh jiwa manusia

membuat manusia terhambat dalam perjalanan menuju Allah begitu juga

pengajaran teologi di seminari dan bahkan pendidikan iman umat beriman.

Menurut Johanes Robini Marianto OP, banyak imam didikan tahun 1990

di universitas St. Thomas Manila, Filipina, referensi tentang dunia malaikat dan

setan dalam pengajaran teologi sangat kurang.1 Selain itu berdasarkan data yang

didapatnya, sejak akhir 1960 sampai 1990 semua imam yang dididik sangat

kurang pengetahuannya mengenai dunia malaikat dan dunia kegelapan satanik.

Begitu pula dengan pengalamannya dengan dosen teologinya yang tidak pernah

menyinggung mengenai setan dan cara menghadapinya sebagai orang yang

beriman. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan sejak

pendidikan calon imam yang membuat banyak imam cenderung menilai gejala

satanik (dipengaruhi setan) sebagai ilusi dan tidak rasional. Hal itu menyebabkan

1
Johanes Robini Marianto, O.P, DEMONOLOGI dan EKSORSISME : Perspektif Teologi Katolik,
Yayasan Santo Martinus de Porres, Jakarta Barat, 2014, xi

2
DEMONOLOGI
pelayanan imam terhadap mereka yang terpengaruhi oleh kuasa gelap tidak

terlayani dengan baik.

Realita tersebut membuat penulis bertanya-tanya mengenai relevansi

mempelajari Demonologi. Dari situ penulis hendak menuliskan tulisan mengenai

setan atau secara ilmiah disebut dengan “Demonologi”. Dengan demikian, penulis

merasa dapat membuat pandangan imam di masa depan dalam menghadapi kasus-

kasus terkait satanik menjadi lebih terbuka terhadap keberadaan setan dibanding

menolaknya (baca: setan) yang dianggap tidak rasional.

Adapun rumusan permasalahan yang hendak penulis bahas adalah :

o Apa itu hakekat setan dan demonologi ?

o Mengapa setan berusaha menjatuhkan manusia ?

o Bagaimana cara setan menyerang manusia ?

o Apa relevansi belajar demonologi bagi calon imam ?

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini penulis memiliki beberapa tujuan dan

manfaat. Penulis membuat karya tulis ini untuk menambah dan mendalami

pengetahuan penulis mengenai demonologi yang hendak dibahas oleh penulis.

Kedua, penulis hendak membagikan apa yang telah penulis dapatkan setelah

mengumpulkan data dari berbagai sumber kepada para pembaca

1.3 Metodologi Penelitian Untuk Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan teknik pengumpulan

data dari berbagai macam sumber pustaka dengan membaca beberapa referensi

3
DEMONOLOGI
buku yang dibaca oleh penulis. Buku utama yang penulis gunakan sebagai sumber

utama adalah buku yang berjudul “DEMONOLOGI dan EKSORSISME:

Perspektif Teologi Katolik” karangan Johanes Robini Marianto O.P. Proses

penyaringan data pun penulis lakukan agar lebih efisien dalam penulisan dan juga

lebih terfokus pada fokus pembahasan penulis. Selain itu, penulis juga mengambil

beberapa sumber data yang valid dari internet dan tidak lupa untuk melakukan

proses filtrasi terhadap data tersebut. Penulis juga berusaha mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya dan mengimplementasikan serta mengkompilasikannya

dalam karya tulis ini. Dalam penarikan kesimpulan penulis membandingkan data

dari berbagai macam sumber yang penulis peroleh agar sekiranya karya tulis dari

penulis menjadi tulisan yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

1.4 Sistematika Penyajian

Penulis membuat sistematika penulisan dengan membagi karya tulis

penulis dalam lima bab. Kelima bab tersebut terbagi dalam susunan sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menyajikan Latar Belakang dan Rumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metodologi Penelitian Untuk Penulisan dan

Sistematika penulisan.

BAB II : SETAN

Dalam bab ini pada dasarnya penulis hendak memberikan pengantar

tentang setan agar pembaca memiliki gambaran tentang setan yang dimaksud

4
DEMONOLOGI
terlebih dahulu sebelum masuk kepada bab yang membahas secara khusus

mengenai ilmu tentang setan (demonologi). Pada bab ini penulis akan

menjelaskan mengenai Hakekat Setan, Perjanjian Baru Mengenai Setan dan

Hirarki Setan.

BAB III : DEMONOLOGI (ILMU TENTANG SETAN)

Dalam bab ini penulis akan memulai untuk menjelaskan seputar ilmu

tentang setan. Adapun yang akan dibahas oleh penulis adalah Arti Demonologi,

Pendapat Para Ahli, Demonologi dalam Kitab Suci, Aktivitas Demonik dan

Peperangan Rohani.

BAB IV : KESIMPULAN

Dalam bab ini penulis akan menarik kesimpulan atas penelitian penulis

dengan disertai refleksi oleh penulis atas proses yang telah dilalui penulis. Selain

itu, dalam bab ini penulis juga akan menuliskan relevansi dari belajar demonologi.

Hal ini terkait dengan minimnya perhatian khususnya kepada studi tentang

demonologi.

5
DEMONOLOGI
BAB II

SETAN

2.1 Hakikat Setan

Setan sering disebut sebagai roh jahat yang selalau menggoda manusia

supaya berlaku jahat (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pada hakekatnya setan

sering kali dianggap sebagai salah satu penyebab manusia jatuh ke dalam dosa.

2.1.1 Makhluk Ciptaan Allah yang Melawan Allah

Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan oleh Allah

baik adanya (bdk. Kej 1:10,12,18,21,25). Sedangkan menurut tradisi Yudaisme,

kelahiran setan dikaitkan dengan kejatuhan para malaikat yang setia pada Allah.

Sebagaimana menurut Neil Forsyth dalam bukunya yang berjudul “The Old

Enemy Satan end the Combat Myth” dikatakan, bahwa hal itu (kelahiran setan;

kejatuhan malaikat) ditemukan dalam tulisan-tulisan dalam kitab-kitab, seperti

The Book of Enoch (Henokh adalah “orang benar yang selamat sebelum Kristus,

dalam kitab Ibrani 11, Henokh sejajar dengan tokoh Nuh dan Abraham yang

selamat di mata Allah, dalam bahasa Yunani, tahun 0-200), The Book of Jubilees

(dalam bahasa Ethiopia, tahun 350-500), The Life of Adam and Eve dan

Apocalypse of Moses (dalam bahasa Slavia, tahun 800-1500).2

“Di balik keputusan nenek moyang kita untuk membangkang terdengar satu suara

penggoda yang bertentangan dengan Allah, yang memasukkan mereka ke dalam

2
Stefanus Pranjana, SETAN MENURUT Orang Katolik Perspektif Perjanjian Baru,
PENERBIT KANISIUS (ANGGOTA IKAPI), Yogyakarta, 2005, 93-94

6
DEMONOLOGI
maut karena iri hati. Kitab Suci dan Tradisi melihat dalam wujud ini seorang

malaikat yang jatuh, yang dinamakan Setan atau Iblis. Gereja mengajar, bahwa ia

pada mulanya adalah malaikat baik yang diciptakan Allah. ‘Setan dan roh-roh

jahat lain menurut kodrat memang diciptakan baik oleh Allah, tetapi mereka

menjadi jahat karena kesalahan sendiri. ‘”(Konsili Lateran IV, 1215; DS 800,

KGK 391).3

Kitab Suci sendiri juga mengatakan mengenai kejatuhan malaikat (bdk.

Yes 14: 13-15). Menurut Lindsay dalam bukunya yang berjudul “Malaikat-

Malaikat yang Jatuh dan Roh-Roh Iblis”4 mengatakan, bahwa kejatuhan

malaiakat tersebut merupakan kejatuhan malaikat yang bernama “Lucifer”.

Sebutan Lucifer itu sendiri mengacu pada teks bahasa Latin (Vulgata) dalam Kitab

Yesaya 14:12 yang tertulis “Quomondo cecidisti de caelo, Lucifer, qui mane

oriebaris? Corruisti in terram, qui vulnerabus gentes”. Kejatuhan malaikat

tersebut disinyalir akibat dari kesombongannya yang hendak menyamai dan

bahkan melampaui kuasa Allah (bdk. Yes 14:13). Kejatuhan malaikat itu sendiri

ternyata tidak hanya melibatkan Lucifer sendiri, malainkan Lucifer membawa

serta malaikat-malaikat lain yang dipimpin olehnya untuk menjadi pengikutnya

(bdk. Why 12:7). Setelah pemberontakan mereka, Allah menghukum mereka ke

suatu tempat sampai hari penghakiman mereka tiba (bdk. 2Ptr 2:4). Setelah

terbebas dari masa hukumannya, mereka menyebarkan kejahatan ke seluruh

dunia. (bdk. Why 20:7-8). Kejatuhan malaikat itu sendiri tidak mengurangi

hakikat mereka sebagai malaikat, meskipun demikian mereka masih berada dalam

kendali Allah dan masih tetap dapat berada di hadirat Allah. Selain itu, Allah

3
Stefanus Pranjana, op.cit., 200
4
Ibid, 10

7
DEMONOLOGI
sendiri masih berkenan untuk melibatkannya dalam rencana Allah terhadap

manusia. Salah satu kasus yang dapat dijadikan acuan adalah kisah Ayub hamba

Allah yang saleh (bdk. Ayub 2:3-9).

Penggambaran kejatuhan malaikat secara sederhana dapat dianalogikan

dengan “penjahat”. Awal dari kehidupan setiap mansuia berasal dari rahim

seorang “Ibu” dan itu adalah hal mutlak. Setiap anak yang lahir dari seorang ibu

adalah baik adanya sekalipun pada saat dewasa kelak dapat menjadi seorang

penjahat. Mengapa dapat terjadi demikian ? Hal ini tentu terkait dengan anugerah

yang telah diterima oleh setiap manusia, yakni kebebasan. Dengan bebas “si anak”

tadi dapat memilih menjadi orang baik ataupun menjadi orang jahat. Hal yang

sama juga berlaku pada malaikat ciptaan Allah. Pada awalnya semua telah

diciptakan oleh Allah dalam kondisi baik adanya (termasuk malaikat). Kebebasan

yang telah diberikan oleh Allah disalahgunakan oleh malaikat ini dengan

mengambil jalan untuk memberontak melawan Allah. Sejatinya malaikat tersebut

secara bebas tidak harus bertindak demikian, namun karena penyalahgunaan

kebebasan inilah malaikat tersebut jatuh dalam dosa. Lalu, jika demikian mengapa

Allah membiarkannya demikian? Ini merupakan rahasia Ilahi terkait dengan

penyelenggaraanNya atas dunia beserta isinya yang telah diciptakanNya.

2.1.2 Setan Mengatasi Ruang dan Waktu

8
DEMONOLOGI
Setan adalah makhluk rohani yang mengatasi ruang dan waktu. 5 Hal ini

terkait saat di mana setan dapat merasuki manusia dan binatang (bdk. Mat 8:32;

Mrk 5:13; Luk 8:33) dan benda-benda materia (tubuh, tembok dan lain-lain).

Tempat tinggal setan tidak dapat dijelaskan secara rinci dengan bukti faktual,

karena pada hakekatnya setan merupakan roh murni yang sulit dipahami oleh

manusia dan tentunya kemampuan fisik (inderawi) manusia tidak dapat

memahaminya. Memang ada anggapan bahwa perbedaan taraf yang begitu

mencolok membuat mereka tidak bisa bertahan lama dalam pengada dunia ini,

tetapi mereka dapat masuk ke dalam pengada itu karena hakikat mereka mengatasi

ruang dan waktu.6 Wajar apabila mereka dapat berkomunikasi pada tempat yang

berbeda, mengetahui rahasia masa depan yang tidak diketahui oleh manusia,

sehingga seolah mereka memiliki kekuatan dan pengetahuan yang sangat dahsyat

melampaui manusia.

Kemampuan setan memang melebihi manusia dan dapat merasuki

manusia, tetapi perlu diingat tidak semua manusia dapat dirasukinya. Hal ini

menunjukan bahwa setan itu sendiri kemampuannya masih terbatas. Dengan kata

lain, ada kekuatan di luar manusia yang jauh lebih berkuasa dibanding kekuatan

setan dan kekuatan yang dimaksud adalah kuasa Allah, maka dari itu untuk

mendapat perlindungan dari kuasa yang lebih besar manusia pun hidup dalam

Allah. Meskipun demikian, bukan berarti orang yang hidup dalam Allah tidak

terbebas dari cengkraman setan. Orang saleh yang hidup dalam Allah pun masih

dapat dikuasai oleh setan. Hal itu terjadi dikarenakan adanya kerangka

penyelenggaran Ilahi, yaitu Allah mencintai orang tersebut dan ingin berbuat

5
Stefanus Pranjana, op.cit., 190
6
Ibid, 191

9
DEMONOLOGI
sesuatu atasnya (Ayub) dan Allah tidak pernah mencobai manusia melebihi batas

kemampuannya (bdk 1Kor 10:13).

“Kekuasaan Setan bukan tanpa batas. Ia hanya ciptaan belaka. Walaupun kuat,

karena ia adalah roh murni, namun ia tetap saja makhluk: ia tidak dapat

menghindarkan pembangunan kerajaan Allah. Setan ada di dunia karena

kebenciannya terhadap Allah dan ia bekerja melawan KerajaanNya yang

berlandaskan Yesus Kristus. Usahanya membawa kerugian fisik bagi tiap manuisa

dan tiap masyarakat. Walaupun demikian, usahanya itu dibiarkan oleh

penyelenggaraan Ilahi, yang mengatur sejarah manusia dan dunia dengan penuh

kekuatan dan sekaligus dengan lemah lembut. Bahwa Allah membiarkan usaha

Setan merupakan rahasia besar, tetapi ‘kita tahu, bahwa Allah turut bekerja dalam

segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia’”

(Rm 8:28, KGK 395). 7

2.2 Perjanjian Baru (PB) Mengenai Setan

2.2.1 Nama-Nama Setan8

Menurut PB, setan-setan yang tertulis dalam teks-teks PB terbagi dalam

tujuh nama, tujuh diantaranya adalah, sebagai berikut :

2.2.1.1 Diabolos

“Ho Iesous anechthe eis ten eremon hypo tou pneumatos peirashenai

hypo diabolou”, Yesus dibimbing oleh Roh allah ke padang gurun untuk dicobai

Iblis (Mat 4:1). Sebagaimana menurut Geoffrey W. Bromiley dalam bukunya


7
Stefanus Pranjana, op.cit. , 192
8
Ibid, 62-75

10
DEMONOLOGI
yang berjudul “Theological Dictionary of The New Testamen” dikatakan, bahwa

kata diabolos dalam Authorised Version diterjemahkan dengan devil (Iblis)

sebagai kata sifat berarti “pemfitnah”, sebagai kata kerja “diaballo” mempunyai

makna “mendakwa, memisahkan dari, menempatkan diri sebagai lawan, yang

layak dibenci, tak mau mengakui ( dalam arti menanggalkan sesuatu) dan

memberikan informasi yang salah”(TDNT,150).

Konsteks diabolos sering dikaitkan dengan pencobaan Yesus di padang

gurun. Sebagaimana menurut Brown dalam bukunya yang berjudul “An

Introduction to The New Testament” mengatakan, bahwa kemenangan Yesus atas

diabolos dalam dibagi dalam beberapa tafsiran, yaitu Pertama, setan telah

mencobai Yesus untuk mengubah batu menjadi roti (bdk. Luk 4:3), sedangkan Ia

dapat membuat mukjizat mempergandakan roti untuk orang banyak (bdk. Luk

9:10-17). Kedua, menjanjikan seluruh kemegahan kerajaan dunia (bdk. Yoh 6:1-

15), sedangkan Yesus sendiri mendapatkan kuasa dari surga dan bumi atas dunia

(bdk. Mat 28:18).

2.2.1.2 Satanas

“Etheoroun ton Satanan astrapen ek tou ouranou pesonta”, Aku melihat

Iblis jatuh seperti kilat dari langit. (Luk 10:18). Pemikiran Satanologi Qumran dan

Yahudi yang menyajikan pertentangan antara kuasa terang dan malaikat kegelapan

dapat diterima sebagai latar belakang gagasan mengenai Satanas (Iblis). Pada

dasarnya antara kuasa terang dan malaikat kegelapan secara eksistensial

merupakan makhluk ciptaan Allah (TDTN, 1007).

11
DEMONOLOGI
Beberapa hal yang disebut dalam Perjanjian Baru adalah nama Satanas

keluar dari mulut Yesus (hypage Satana! Enyahlah Iblis, Mat 4:10; 16:23l; Mrk

8:33). Satanas diperkirakan membentuk suatu “jemaat Iblis” (synagoge tou

Sanata, Why 2:9; 3:9) yang mempunyai dan memiliki sejarah hidupnya tersendiri

(ay. 24). Satanas pun disebut sebagai naga atau ular tua (12:3,9). Sebagaimana

menurut Konn dalam bukunya yang berjudul “Gott und Setan” menyatakan,

bahwa Satanas tercipta dari hasil “keguguran yang mengerikan” dan merupakan

penjelmaan dari makhluk surgawi yang tidak bisa dipahami secara akali (tidak

bisa ditangkap secara rasional).

2.2.1.3 Daimon

“Ouk ephien lalein ta daimonia”, Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu

berbicara (Mrk 1:34). Dalam konteks Yunani, kata daimon yang berarti roh jahat

atau setan berkaitan dengan “kekuatan gelap” yang menguasai atau merasuki

seseorang dan menyebabkan kesakitan jasmaniah. Beberapa hal yang

berhubungan dengan daimon adalah daimon merupakan dewa yang kurang

dikenal (Kis 17:18), unsur yang kurang diketahui adalah “ilah” (dewa) yang

merasuk atau sesuatu yang menguasai manusia (TDTN, 137-140).

Dalam Injil sinoptik diungkapkan bahwa daimon adalah roh yang ditolak

oleh manusia (bdk. Mat 7:22; Mrk 3:15; 6:13; 9:38). Daimon membutuhkan

tempat untuk berdiam (Mat 8:31), membuat manusia menjadi bisu (9:33),

berbicara lewat manusia (Mrk 1:34), mengakui Yesus sebagai Anak Allah (Luk

4:41) dan memungkinkan orang tinggal di kuburan (8:27), walaupun demikian

daimon dapat ditaklukan dalam nama Tuhan (10:17), Yesus Kristus.

12
DEMONOLOGI
2.2.1.4 Beelzebul

“Beelzeboul echei”, ia kerasukan Beelzebul (Mrk 3:22). Berdasarkan arti

katanya, menurut Peggy L. Daydalam bukunya yang berjudul “An Adversary in

Heaven” dikatakan, bahwa kata “Beelzebul” terbagi dalam beberapa bagian.

Pertama, kata “b’l” yang berarti tuan dan “zbl” yang berarti rumah. Kedua, zeboul

(penghuni surgawi yang hidup di kuil-kuil) yang dilatarbelakangi oleh kata –

zebub (lalat, zibbuah yang berarti korban). Ketiga, berasal dari bahasa Aram bel el

debaba (musuh). Dengan demikian, Beelzebul berarti tuan rumah Iblis dan segala

“kekotoran”, dewa lalat, tuan yang menuntu korban dan tuan para “musuh”.

Para Ahli Kitab mengaitkan beelzebul dengan Baal-zebub (Pangeran

Baal), dewa orang Filistin (bdk. 2Raj 1:2). Dewa ini memiliki bala tentara untuk

bertempur melawan bala tentara surgawi. Dalam kerangka “kerajaan Iblis”,

beelzebul dikenal sebagai “penghulu Setan” (archonti ton daimonion, Mat 12:24).

2.2.1.5 Legion

“Legion onoma moi, oti polloi esmen”, namaku Legion karena kami

banyak (Mrk 5:9). Legion berarti divisi pasukan Romawi yang kurang lebih

berjumlah 6,000 personel. Legion dianggap najis oleh Yesus (Mat 5:8), karena

kemungkinan besar roh-roh yang membentuk pasukan Legion adalah roh-roh

yang tidak beragama Yahudi. Pernyataan yang paling mendekati kebenaran

tentang Legion adalah Legion merupakan roh-roh dari para tentara Romawi yang

gugur saat peperangan merebut Palestina. Pernyataan yang mendukung Legion

merupakan roh dari pasukan romawi adalah “Legion” merupakan istilah khas

Romawi. Kedua roh jahat tersebut bertindak destruktif seperti menghancurkan

13
DEMONOLOGI
rantai (Mrk 5:4), berteriak-teriak, memukuli diri sendiri dengan batu (ay. 5),

berbicara kasar, “Apa urusan-Mu!” (ay.7) dan berjumlah 2.000 roh (ay.13).

2.2.1.6 Belial

“Tis de symphonesis Christou pros Beliar?”, Persamaan apakah yang

terdapat antara Kristus dan Beliar ? (2Kor 6:15). Dalam tulisan-tulisan

Pseudepigrapha dan Qumran, maksud kata belial bersifat ambigu, kadang sebagai

personal kadang sebagai personifikasi. Namun, yang dimaksudkan oleh Paulus

sebagaimana menurut Freedman dalam bukunya yang berjudul “The Anchor Bible

Dictionary” mengatakan, bahwa Beliar adalah kejahatan yang terlihat secara

dualis, yaitu pemimpin “kuasa kegelapan” yang melawan “kuasa Terang” atau

dalam arti kuasa jahat membuat manusia menyembah berhala dan perzinahan.

(ABD, vol. I, 654-656).

D. Winton Thomas menafsirkan beliyya’al yang berarti ia tidak diizinkan

muncul atau bangkit dari antara orang mati. McCarter melengkapi pendapat

Thomas dengan pendapatnya yang mengartikan beliyya’al sebagai tempat yang

didiami oleh orang yang telah mati entah orang itu baik ataupun jahat. Sedang kan

bagi Emerton, beliyya’al bukanlah neraka ataupun Syeol (tempat orang mati),

melainkan sebagai kehancuran yang bersifat amat jahat (menerkan, Kis 19:16).

2.2.1.7 Apollion

“Onoma autoi Abaddon, kai apollyon”, Namanya … Abadon; dan …

Apolion yang artinya “perusak” (Why 9:11).9 Apollyon dalam Kitab Wahyu

adalah malaikat jurang maut yang menjaga bagian dunia terbawah tempat para

9
Stefanus Pranjana, op.cit., 74

14
DEMONOLOGI
malaikat menghukum manusia yang tak beriman pada Allah. Beberapa ahli tafsir

mengaitkan Apollyon dengan Dewa Apollo (mitologi Yunani) yang diyakini

sebagai dewa kematian, perusak (verdeber), wabah sampar, matahari, musik,

puisi, tentara, penggembala dan dewa para tabib (ABD I, 301-302).

Apollion adalah jenis malaikat yang paling jahat (bdk. Why 12:7).

Malaikat jurang maut sering juga disebut dengan abaddon yang berarti alam baka,

kerajaan kegelapan. Dalam perjanjian lama disebutkan sebagai dunia orang mati

atau Syeol (bdk. Ayb 2:5-6), dilumat perusak bagai api (31:12) dan akhirnya

dibinasakan oleh Allah (bdk. Mzm 88:11; Ams 15:11).

2.2.2 Sifat-sifat Setan10

 Setan Mengenal dan Mengakui Keberadaan Allah dalam Yesus

Kristus. Setan mengakui Yesus sebagai “Anak Allah” (bdk. Luk 4:41;

Mrk 3:11-12; 1:34; Kis 19:15; Yak 2:19b).

 Setan Takut Pada Allah dan Manusia. Ketakutan setan akan diri

Yesus Kristus terlihat saat ia meninggalkan Yesus (bdk. Mat 4:11),

mundur dari pada-Nya (bdk. Luk 4:13), menghempaskan orang yang

dirasuki ke tanah dan keluar darinya (bdk. Luk 9:42), keluar setelah

dihardik olehNya (bdk. Luk 4:35).

 Setan Berdiam dalam Hidup Batin Manusia. Setan yang dimaksud

dalam batin manusia adalah dalam bentuk berdusta (bdk. Yoh 8:44),

lalu kisah mengenai Yudas (bdk. Luk 22:3; Yoh 13:27) dan seperti

yang dikatakan oleh Petrus kepada Ananias (bdk. Kis 5:3).

10
Ibid, 87-93

15
DEMONOLOGI
 Setan Diikat oleh Kristus. Kedatangan Kristus ke dalam dunia telah

mengikat setan dalam beberapa kisah-kisahNya, seperti pencobaan di

padang gurun, penyembuhan dan eksorsisme, penyalibanNya,

kebangkitan dan kedatanganNya dalam Roh Kudus sebagai kekuatan

Gereja.

 Setan Mencintai Kekerasan. Kekerasan yang dilakukan oleh setan

adalah dalam bentuk seperti, memukul dirinya sendiri dengan batu

(bdk. Mrk 5:5), memutuskan belenggu rantainya (bdk. Mrk 5:4) dan

“menyerang orang Kanaan” (bdk. Yud 1:9).

 Setan Menunggu Waktu yang Tepat. Setelah gagal mencobai Yesus,

ia menunggu waktu yang tepat untuk datang kembali (bdk. Luk 4:13),

mencobai Yesus saat di salib (bdk. Mrk 15:30).

 Setan Adalah Pendusta. Setan berdusta terhadap keberadaan dirinya

sendiri, tentang kebebasan manusia yang tak terbatas dalam hal apapun

(mencintai, berpikir, mengungkapkan diri).

 Kekuatan Setan Melebihi Manusia. Setan selalu dapat menguasai

manusia apabila manusia tak kembali pada Allah (bdk. Kis 26:18),

Iblis menghalangi manusia agar tidak percaya kepada Allah (bdk. Mat

13:39; Luk 8:12).

 Setan itu Bohong. Setan memperlihatkan seluruh kerajaan dunia

kepada Yesus (bdk. Mat 4:8), menggunakan murid-muridNya (Petrus,

Yudas) untuk mencobai Yesus.

16
DEMONOLOGI
2.3 Hirarki Setan

Thomas Aquinas dalam bukunya (Summa Theologiae) mengatakan bahwa

dalam dunia setan terdapat sebuah hiraraki.11 Mereka (setan) bergabung menjadi

satu dalam sebuah hirarki di mana di tingkat yang tertinggi terdapat setan yang

paling kuat dan menjadi pemimpin diantara yang lainnya. Menurut Thomas

Aquinas, yang paling tinggi tingkatannya adalah yang paling tidak bahagia

(terbalik dengan hirarki malaikat; yang paling tinggi adalah yang paling dekat

dengan Allah). Hal yang menarik lagi dari Thomas Aquinas adalah malaikat yang

tingkatannya paling rendah dalam hirarki dapat mengalahkan setan, sekalipun

tingkatannya tertinggi. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh kedekatan malaikat

tersebut dengan Allah sehingga ia menerima kuasa dan rahmat dari Allah.

Sebagaimana menurut Thomas J. Euthener dalam bukunya yang berjudul

“Excorcism And The Church Militant” mengatakan, bahwa beberapa penulis yang

ahli membedakan setan dalam beberapa tingkatan sejauh besarnya pengaruh

mereka terhadap manusia.

 Pertama adalah setan yang terkait dengan penyembahan berhala atau

secara umum dapat disebut dengan istilah okultisme (perdukunan,

sihir). Jenis ini sukar untuk diusir, karena sering kali yang

mengundang adalah dari pihak manusia itu sendiri dalam praktek

penyembahan berhala. Contohnya : black-magic (sihir hitam),

penyembahan setan/berhala, perdukunan dan bahkan perjanjian

dengan setan.

11
Johanes Robini Marianto, O.P, DEMONOLOGI dan EKSORSISME : Perspektif Teologi
Katolik, Yayasan Santo Martinus de Porres, Jakarta Barat, 2014, 77-78

17
DEMONOLOGI
 Kedua adalah setan dosa. Setan ini mempengaruhi manusia dalam

kebiasaan manusia berbuat dosa. Roh ini sering juga disebut dengan

kenajisan dan hawa nafsu, serta ketamakan/kerakusan. Mereka

memasuki manusia melalui sisi lemah manusia, sehingga manusia

dengan mudah terperdaya olehnya untuk berbuat dosa dan bahkan

tindakan dosa tersebut lama-lama menjadi gaya hidup. Contohnya :

pembunuhan, pemerkosaan, perzinahan, dan sebagainya.

Pengusirannya menggunakan pertobatan yang mendalam.

 Ketiga adalah setan trauma. Setan jenis ini mempengaruhi manusia

dalam pengalaman masa lalunya yang tergolong menyakitkan.

Istilah yang umum digunakan adalah luka batin. Contohnya :

penolakan, kesedihan, pengkhianatan, pelecehan, ketakutan, dan

sebagainya. Pengusirannya dengan memaafkan masa lalu baik

dengan memaafkan orang yang terkait dengan masa lalu ataupun

menerima pengalaman tersebut sebagai bagian dari hidup sekarang

dan yang akan datang.

 Keempat adalah setan turunan (generational spirits). Setan turunan

yang dimaksud adalah praktek praktek berhala (perdukunan) dan

kutuk yang diturunkan dari generasi terdahulu. Biasanya dalam

bentuk sakit yang menghancurkan setiap generasi, ketergantungan

obat, broken-home, karir hancur dan gagal bersosialosasi dengan

baik.

18
DEMONOLOGI
2.4. Kesimpulan

Dari bab ini penulis menyimpulkan bahwa hakekat setan adalah setan

berasal dari malaikat Allah yang tidak taat kepada Allah, sehingga ia menjadi

jahat dan memberontak Allah. Eksistensi kekuatannya sebagai malaikat tetap dan

ia tetaplah roh murni hanya saja ia kehilangan kemuliaannya sebagai malaikat

Allah. Menurut PB, setan terbagi atas beberapa jenis yang memiliki sifat-sifatnya

tersendiri.

Adanya jenis dan sifat yang berbeda-beda ini bukan berarti memberikan

tingkatan gradasi kemampuan setan dalam menggoda manusia, karena sejatinya

mereka memiliki tujuan yang sama, yakni melawan Allah dengan

mengahancurkan segala ciptaanNya. Adapun hierarki setan dalam dunia setan pun

tidak membatasinya dalam mencapai tujuannya. Sedangkan bagi manusia, adanya

hierarki setan berguna untuk mempermudah manusia dalam menganalisis

kejadian-kejadian yang berhubungan dengan setan. Selain itu, pada dasarnya

hierarki setan merupakan pembeda antara setan-setan dalam sistem

pemerintahannya.

19
DEMONOLOGI
BAB III

DEMONOLOGI

3.1 Arti Demonologi

Secara etimologis, demonologi terdiri dari dua kata, yakni –demon berasal

dari bahasa Inggris yang berarti setan, jin, iblis (Kamus Bahasa Inggris-Indonesia)

dan –logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu, pengetahuan. Jadi,

Demonologi adalah ilmu/pengetahuan yang mempelajari tentang setan/iblis

(fenomena, sifat, tujuan, asal-usul, dsb).

3.2 Pendapat Bapa Gereja Tentang Demonologi

3.5.1 Santo Agustinus

Menurut Agustinus, setan mempunyai kekuasaan yang besar dan bahkan

diizinkan oleh Tuhan (Diizinkan Tuhan demi kebaikan yang lebih besar) untuk

menguasai dunia.12 Agustinus melihat realitas di dunia ini sebagai tempat belajar

bagi manusia untuk mencapai tingkat kualitas hidup yang baik (rendah hati,

bijaksana, kebaikan sesama) yang juga dipengaruhi oleh setan. Alasan Allah

membiarkan setan terlibat dalam kehidupan manusia masih menjadi misteri yang

tentu hanya Allah sendiri yang tahu maksud dari tindakanNya. Sejatinya,

keterlibatan setan dalam kehidupan manusia yang membuat manusia jatuh dalam

dosa dan kedosaan manusia akibat godaan dari setan merupakan kehendak bebas

yang dianugrahkan Allah kepada dua makhluk tersebut.

12
Johanes Robini Marianto, O.P, DEMONOLOGI dan EKSORSISME : Perspektif Teologi
Katolik, Yayasan Santo Martinus de Porres, Jakarta Barat, 2014, 42

20
DEMONOLOGI
Menurut Agustinus, kebenaran sejati dari kehendak bebas adalah13 :

 Pertama, Tuhan tidak bersalah atas kehendak bebas yang diberikan

kepada ciptaanNya, karena pada dasarnya ia menciptakan segala

sesuatu baik adanya.

 Kedua, kesalahan malaikat dan manusia dalam penyalahgunaan

kehendak bebasnya adalah tanggung jawab mereka sendiri yang

secara sadar memutuskan untuk melakukan dosa.

 Ketiga, kehendak bebas adalah kondisi real bagi ciptaan Allah

(manusia dan malaikat) yang dapat digunakan secara salah

sehingga berdosa.

Hal-hal yang terkait dengan pernyataan Agustinus mengenai eksistensi

setan adalah situasi dan kondisi manusia (Adam) dan setan pada awalnya

(sebelum berbuat dosa) adalah sama (sama-sama bebas). Bagi setan, sekali

mereka memutuskan untuk masuk ke dalam lingkaran dosa, maka seluruh

pengikutnya memiliki kecenderungan untuk berbuat jahat dan tidak diizinkan

untuk bertobat. Berbeda dengan manusia, sekali terjatuh dalam lingkaran dosa ia

masih diperkenankan oleh Allah untuk bertobat. Mengapa demikian ? Pertanyaan

mengenai adanya diferensiasi antara setan dengan manusia dijawab oleh

Agustinus dalam dua jawaban.14

 Pertama, ditutupnya pintu pertobatan untuk setan merupakan

salah satu bagian dari hukuman Allah yang dijatuhkan atas setan,

karena pemberontakannya melawan Allah.

13
Johanes Robini Marianto, O.P, op.cit, 43-44
14
Ibid, 45

21
DEMONOLOGI
 Kedua, terkait dengan kemuliaan dan tanggung jawab malaikat

yang lebih besar dari pada manusia, sehingga hukumannya lebih

berat dari manusia.

Kesimpulannya adalah akibat dosa asal, kehendak manusia dan malaikat

yang jatuh menjadi lebih cenderung pada keberdosaan dan tidak bisa dihindarkan

tanpa adanya rahmat Allah.

Sejak awal kejatuhan setan disebabkan oleh kesombongan mereka,

sehingga membuat mereka menjadi jatuh dalam dosa. Kesombongan tersebut

menyebabkan timbulnya dosa-dosa yang lain, yakni iri hati, dengki dan dosa-dosa

yang lain. Keberdosaan malaikat yang jatuh membuat mereka sulit untuk melihat

kebaikan yang ada dalam penyelenggaraan Ilahi dan saat mereka jatuh mereka

kehilangan kapasitas intelektualnya beserta kemuliannya. Sekalipun demikian,

malaikat yang telah jatuh tetap memiliki pengetahuan yang tertutupi oleh

keberdosaan mereka.15 Allah membiarkan setan mempunyai kekuasaan yang

terbatas atas manusia, tetapi sejatinya setan dari dirinya sendiri tidak memiliki

kuasa atas manusia. Setan pun tetap mengakui ke-Allah-an Yesus Kristus sang

“Hakim Agung”, karena ketakutan mereka, meskipun demikian mereka sama

sekali tidak mendapat pahala atas apa yang mereka perbuat. Mereka juga

menggunakan pengetahuan untuk membenci Dia.

Demonologi menurut Agustinus berkutat pada keberdosaan ciptaan Allah

akibat dari penyalahgunaan kehendak bebas mereka, sehingga mereka masuk ke

dalam lingkaran dosa. Yang menarik adalah dalam pendapat Agustinus, bahwa

terdapat perbedaan drastis antara keadaan setelah berbuat dosa antara manusia dan

15
Johanes Robini Marianto, O.P, op.cit, 46

22
DEMONOLOGI
malaikat. Jika malaikat sekali berbuat dosa nasib mereka tidak bisa kembali pada

Allah akibat dari kesombongan mereka, maka berbeda dengan manusia yang

karena kemurahan Allah yang bahkan berkenan mengirimkan Putra tunggal-Nya

untuk menebus dosa manusia dan kembali bersatu dengan Allah. Sekalipun

kemurahan Allah telah terwujud dalam diri Yesus Kristus, tetapi manusia masih

harus memilih antara Allah atau dosa (setan). Itu semua menurut Agustinus

merupakan keadilan Allah dan penyelenggaraan Ilahi-Nya: manusia dihukum dan

diuji dengan mengizinkan setan memiliki kuasa terbatas oleh Tuhan. 16 Apabila

manusia dengan rahmat Tuhan dapat mengalahkan godaan dari setan, maka

manusia dapat hidup bersama Allah.

3.5.2 Santo Thomas Aquinas

Menurut Aquinas, malaikat memiliki pengetahuan dan kehendak yang

tidak terikat pada tubuh mereka.17 Pengetahuan yang mereka dapat merupakan

anugerah dari Tuhan yang sejatinya mereka dapat secara langusung (tanpa melalui

proses belajar). Malaikat memang memiliki pengetahuan yang benar (tidak

mengenal kesalahan), tetapi dalam konteks lain (malaikat yang jatuh; setan),

mereka tidak selalu benar dalam keberdosaan mereka dan dalam sisi supranatural

mereka tidak selalu benar pula.

Hampir sama seperti Agustinus, bagi Aquinas, malaikat yang telah jatuh

dalam dosa tidak bisa bertobat untuk kembali pada Allah, karena kuatnya

kehendak mereka saat memberontak melawan Allah. Kehendak mereka kuat,

karena mereka adalah roh murni. Mereka memang telah kehilangan rahmat

16
Johanes Robini Marianto, O.P, op.cit., 47
17
Ibid, 71

23
DEMONOLOGI
pengudusan mereka, tetapi mereka tidak kehilangan hakekat mereka sebagai roh

murni. Hakekat mereka sebagai roh murni yang tak terikat oleh tubuh dan kuasa

yang dianugerahkan Tuhan dapat dibuktikan dengan adanya perubahan yang

berarti dalam dunia nyata oleh pengaruh mereka yang sejatinya terkontrol oleh

Allah. Itulah sebabnya malaikat (setan ataupun malaikat Allah) dapat melakukan

sesuatu yang seolah-olah mukjizat, sehingga dapat mempengaruhi kehendak

manusia.

Dari uraian di atas, pembahasan Aquinas mengenai demonologi berkutat

pada pengaruh malaikat (baik & jahat) dalam hidup manusia. Kembali ditekankan,

bahwa hal itu disebabkan oleh hakekat mereka sebagai roh murni yang secara

kemampuan mengungguli kemampuan manusia. Kemampuan malaikat (termasuk

setan) yang dapat mempengaruhi manusia merupakan anugerah Tuhan, karena

pada dasarnya mereka (malaikat) merupakan instrument penggerak

penyelenggaran Ilahi. Kodrat manusia sebagai makhluk yang berkehendak bebas

dan kecenderungan mereka dalam berbuat dosa (konkupinsensia) menjadi faktor

mengapa mereka mudah terpengaruh oleh pengaruh malaikat. Pengaruh yang

dirasakan manusia dalam hal demonic (aktivitas setan) dapat terlihat secara

konkrit dalam kasus kerasukan (possession). Selain itu, ketidakstabilan emosi juga

menjadi faktor lain penyebab manusia terganggu dalam hal inderawinya, sehingga

manusia dapat melihat wujud “si jahat” yang baginya mengerikan dan membuat

iman mereka terhadap Tuhan hilang.

24
DEMONOLOGI
3.3 Demonologi dalam Kitab Suci

3.5.1 Perjanjian Lama (PL)

Dalam Perjanjian Lama, pembahasan mengenai setan sangatlah sedikit

disinggung dan bahkan bisa dikatakan tidak berkembang. Hal ini terkait dengan

kerangka pemikiran penulis-penulis Perjanjian Lama (PL) yang lebih

menonjolkan kuasa Allah sebagai satu-satunya kekuatan yang menguasai dunia

dan umat manusia (monoteisme). Para penulis PL memiliki maksud tersendiri

dalam tulisan-tulisannya yang lebih menjolkan kuasa Tuhan, yakni agar para

pembaca tidak jatuh pada dualisme antara dua kekuatan yang saling berperang dan

melupakan sisi kemahakuasaan Allah (monoteisme).18 Keberadaan manusia dalam

PL ditempatkan sebagai makhluk yang bergantung pada kuasa Tuhan dan hanya

kuasa Tuhanlah satu-satunya yang dapat mengalahkan kuasa setan. Justru dalam

tulisan-tulisan yang tidak dimasukkan dalam kanon19 Kitab Suci Perjanjian Lama

yang desebut apokrifa akan terlihat jelas adanya dualisme antara kuasa Terang

dengan kuasa Jahat.

3.5.2 Perjanjian Baru (PB)

Dalam Perjanjian Baru (PB) pembahsan mengenai setan lebih banyak

dibandingkan dengan PL. Sebagaimana menurut Balducci dalam bukunya yang

berjudul “the Devil Alive and Active in Our World” mengatakan, bahwa dalam PB

setan disebut sebanyak 300 kali.20 Perlu ditekankan kontekstualisasi setan dalam

18
Johanes Robini Marianto, op.cit., 11-12
19
Kanon Kitab Suci artinya sejumlah buku yang dianggap sungguh-sungguh terinspirasi
oleh Roh Kudus sehingga bisa menjadi cerita iman. Tulisan yang dianggap suci sehingga
msuk dalam daftar buku Kitab Suci disebut kanonik; sedangkan yang beredar seolah-olah
suci dan berharap bisa masuk dalam kanon Kitab Suci disebut apokrifa (pseudo-kanonik
[seolah-olah kanonik]), Ibid, 13
20
Johanes Robini Marianto, O.P, op.cit., 17

25
DEMONOLOGI
PB tidaklah berdiri sendiri, melainkan bererkaitan dengan kuasa Kristus

(Kristologi). Maksudnya adalah Kerajaan Allah yang dihadirkan oleh Yesus

Kristus lebih berkuasa dibandingkan dengan kerajaan setan yang berusaha untuk

berkuasa atas segala ciptaanNya. Mengenai setan, penulisannya dalam teks-teks

PB bukan berasal atas inisiatif para penulis PB sendiri, melainkan atas perkataan

Yesus sendiri. Sebagai kesimpulan dari PB, setan pada kenyataannya merupakan

personal (bukan personifikasi; simbol), sebagai buktinya yaitu pengaruh setan

dalam kehidupan sehari-hari sangat terasa bagi umat manusia (kejatuhan dalam

dosa).

3.4 Aktivitas Demonik

Ada dua alasan aktivitas demonik dapat terjadi pada kehidupan manusia.

Pertama, keberdosaan manusia dan jalan dosa yang tercipta oleh manusia itu

sendiri. Kedua, kekuatan setan.

3.5.1 Pada Ciptaan & Manusia

Tidak bisa dipungkiri, bahwa setan dapat mempengaruhi manusia dan

ciptaan Tuhan. Aktivitas setan yang mempengaruhi kehidupan manusia adalah

godaan. Tuhan Yesus sendiri pernah digoda oleh setan karena sisi

kemanusiaanNya, tetapi dia tidak terperdaya seperti manusia pada umumnya oleh

karena sisi ke-Allah-anNya. Aktivitas setan sendiri terbagi dalam beberapa bagian

yang dimasukkan dalam literatur pengusiran setan.

Pertama adalah infestasi. Infestasi dapat diartikan sebagai pengalaman

akan pengaruh setan yang dialami oleh sesuatu atau manusia. Sebagaimana

26
DEMONOLOGI
menurut G. Amorth dalam bukunya yang berjudul “An Excorcism”21 dikatakan,

bahwa terjadinya infestasi dapat terjadi pada beberapa manusia dan sesuatu yang

lain.

 Manusia. Pada manusia yang sering terjadi adalah praktek

sihir/perdukunan yang mengakibatkan sisi emosional seseorang

cenderung pada kejahatan akibat pengaruh kuasa setan di

dalamnya.

 Tempat. Yang sering terjadi adalah fenomena tempat-tempat

angker. Bentuk manifestasinya, misalnya suara-suara aneh,

pergerakan aneh, bau aneh, dsb. Penyebab dari angkernya tempat-

tempat tertentu dapat dikaitkan dengan kasus pembunuhan,

praktek sihir, penyembahan berhala, kutukan, dsb.

 Binatang. Binatang paling sering digunakan dalam praktek

perdukunan/sihir.

 Objek lain. Yang lebih dikenal oleh masyarakat umum adalah

jimat (akik, kalung tertentu, keris, pedang, dan sebagainya).

Kedua adalah obsesi. Pengaruh setan ini terjadi dalam emosi dan imajinasi.

Seseorang yang terkena pengaruh ini akan cenderung berbuat irasional dan tidak

terkontrol demi sesuatu yang diinginkannya. Akibat dari pengaruh ini adalah

terkait dengan psikis seseorang, seperti seseorang akan lepas kontrol,

ketidakstabilan dalam emosi, sering melihat penampakan yang menakutkan dan

bahkan kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

21
Johanes Robini Marianto, O.P, op.cit.,, 98

27
DEMONOLOGI
Ketiga adalah fisik. Setan secara langsung menyerang seseorang secara

fisik. Secara umum serangan setan dalam bentuk fisik secara kasap mata mungkin

tidak bisa dibedakan dengan anomali alam yang dialami oleh manusia, karena

kemampuan setan yang dapat menipu fisik manusia (indera), sehingga sulit

membedakannya. Fisik seseorang yang mengalami pengaruh setan, misalnya saja

kecelakan yang terjadi secara aneh dan sulit untuk diidentifikasi sebab-sebabnya,

sakit yang secara medis tidak jelas penyebabnya dan sebagainya.

Keempat adalah opresi. Opresi merupakan salah satu cara setan

mempengaruhi manusia, agar takut padanya. Opresi diartikan sebagai setan yang

menganiaya korbannya dengan beberapa cara yang menyiksa. Siksaan itu

diberikan dengan tujuan untuk memberikan sebuah penglihatan, bahwa setan

seolah-olah berkuasa secara penuh atas kehidupan manusia. Contohnya, Ayub

secara tiba-tiba kehilangan kesehatan, harta benda dan anggota keluarganya (bdk.

Ayb 1:13-22; 2:7). Orang yang mendadak menjadi bisu dan tuli (bdk. Mrk 9: 14-

32).

Kelima adalah kerasukan. Hampir sama dengan opresi, hanya saja

kerasukan memperlihatkan si setan secara aktif dan bahkan masuk ke dalam tubuh

manusia, sehingga ia dapat sesuka hati mempermainkan manusia. Kerasukan

dapat diartikan bahwa si setan secara penuh memegang kendali atas tubuh

korbannya (bdk. Mrk 1:21-27, 5:1-20, Luk 4:31-37) dan juga kehilangan

bebasnya (pemujaan setan). Indikator yang paling jelas dalam kasus ini adalah

penolakan benda-benda sakral (Kitab Suci, Salib, Rosario, dsb).

28
DEMONOLOGI
3.5.2 Pintu Masuk Setan Dalam Diri Manusia22

Kekuatan setan sebagai roh murni memungkinkan setan bertindak di luar

rasio manusia atas hidup manusia. Kelemahan manusia sebenarnya yang membuat

jalan masuk bagi setan untuk dapat bertindak di luar nalar atas manusia itu sendiri.

Selama manusia masih memiliki sisi lemahnya, maka celah itulah yang digunakan

oleh setan sebagai jalan masuk. Beberapa jalan masuk yang dapat ditempu oleh

setan untuk masuk ke dalam manusia adalah :

 Kebiasaan manusia (dosa). Realita kehidupan yang dihadapi oleh

manusia sering kali menuntutnya untuk berbuat apapun untuk

mencapai idealnya. Pilihan tindakan manusia dalam mencapai

idealnya sering kali mengarah pada suatu tindakan yang justru

menjauhkan dirinya dari Tuhan (dosa). Sekalipun manusia itu tahu,

bahwa apa yang telah diperbuatnya merupakan sesuatu yang salah,

namun manusia tetap melakukannya demi tercapainya suatu ideal

yang diharapkan. Kebiasaan manusia dalam berbuat dosa dalam

kehidupannya tanpa disertai adanya penyesalan (perobatan) dan

bahkan tidak serius dalam hidup beriman membuat pintu jalan

masuk setan terbuka lebar.

 Persekutuan manusia dengan setan. Setan memang cerdik dalam

memanfaattkan situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh

manusia. Berbagai tawaran menjanjikan pun diberikan pada

manusia. Tawaran-tawaran tersebutlah yang sering kali mengelabui

manusia untuk memilih tawaran yang lebih menjanjikan. Manusia

22
Johanes Robini Marianto, O.P, op.cit., 87-95

29
DEMONOLOGI
sendiri sering kali tertarik dengan kemudahan yang dijanjikan oleh

setan untuk digunakannya dalam menghadapi realita

kehidupannya. Tentu saja tawaran yang diberikan bukan semata-

mata tanpa konsekuensi yang harus ditanggung oleh manusia.

Setan sendiri membuat sebuah perjanjian antara dirinya dengan

manusia untuk memberikan apa yang diminta oleh manusia dan

memperoleh apa yang diminta olehnya dari manusia. Contohnya :

perdukunan, ilmu sihir hitam/putih dan ramalan tentang masa

depan.

 Luka batin. Luka batin merupakan perasaan yang membatasi

seseorang dalam bertindak akibat dari pengalaman masa lalunya

yang membuat dirinya terluka secara batin. Secara emosional,

mereka yang memiliki luka batin sangatlah rapuh, sehingga di

situlah pintu untuk setan masuk terbuka. Misalnya, seseorang yang

sejak kecil dididik dengan keras oleh ayahnya membuat dirinya

tidak bebas dan takut. Hal ini membuat si anak tertekan dan trauma

terhadap sosok ayah yang telah mendidiknya. Anak ini akan

cenderung tidak percaya diri dan takut dalam bertindak sesuatu

atau bahkan secara otomatis anak tersebut merasakan apa yang

dirasakannya dulu ketika ia bertemu dengan sosok yang mirip

dengan ayahnya. Kelemahan inilah yang dimanfaatkan oleh setan

untuk masuk dan membuat kacau hidup anak tersebut.

 Kutukan. Kutukan merupakan suatu aktivitas setan yang di alami

oleh seseorang akibat dari tindakan orang lain yang memiliki

30
DEMONOLOGI
hubungan dengan setan. Hal ini juga terkait dengan perjanjian yang

telah dibuat oleh orang tertentu dengan setan, sehingga ia dapat

mempengaruhi kehidupan orang lain yang diinginkannya lewat

perantara setan. Inilah yang paling disukai oleh setan, karena

manusia akan saling menghancurkan satu sama lain yang tentunya

mempermudah setan untuk mencapai tujuannya mengacaukan

kehidupan manusia. Kutukan sendiri secara langsung berkaitan

dengan praktek ilmu sihir/perdukunan yang merupakan salah satu

jalan masuk setan untuk memasuki dimensi kehidupan manusia.

Kutukan sendiri secara umum di Indonesia disebut dengan santet,

guna-guna, dan sebagainya.

3.5.3 Tanda-Tanda Kehadiran Setan23

Setan memang dapat masuk dalam dimensi kehidupan manusia. Setan

yang masuk dalam dimensi kehidupan manusia tidak bisa masuk begitu saja. Di

dalamnya tentu ada sebuah proses tahapan yang harus dilewati setan, karena

sejatinya setan tidak berkuasa atas manusia dan kehidupan ini. Dari proses

masuknya setan tersebut, tentunya dapat terlihat beberapa tanda-tanda yang

disinyalir sebagai proses tahapan masuknya setan dalam diri manusia. Indikasi-

indikasinya adalah sebagai berikut :

 Menurut ritual, yakni kemampuan berbicara atau mengerti bahasa

yang tidak dikenal dan dipelajari sebelumnya oleh korban,

kemampuan untuk membaca hal-hal tersembunyi atau di masa

23
Johanes Robini Marianto, O.P, op.cit., 104-110

31
DEMONOLOGI
mendatang, dan mempunyai kekuatan (fisik) yang melampaui

kenormalan dari segi umur dan kebiasaan orang lain. Ketiga hal

tersebut berlaku apabila seseorang dalam kondisi kerasukan.

Korban kerasukan juga menolak/membenci sesuatu yang sakral (air

suci, salib, doa, ekaristi,dsb). Indikasi-indikasi tersebut merupakan

satu kesatuan yang saling berkaitan dan tak bisa dipisahkan untuk

dijadikan indikator masuknya setan dalam manusia.

 Menurut medis, yakni penyakit yang tak kunjung sembuh, meski

sudah menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang lama untuk

mendiagnosa penyakitnya dan dokter tidak bisa mengetahui

penyakit tersebut, emosi tidak stabil (kekerasan), hidup tidak

damai, dan mengungkapkan kata-kata hujatan.

 Menurut Gereja (psikis-demonik), yakni mereka yang menderita

penyakit mental (psikis) tidak bisa berhubungan dengan dunia luar

tanpa adanya bantuan terapi /obat. Dalam kasus demonik orang

tersebut menjalani hidupnya seperti biasa, sadar akan apa yang

dilakukan dan berhubungan dengan dunia luar seperti biasa. Jika

orang yang menderita sakit psikis dapat diatasi dengan obat-

obatan/terapi secara berkala, berbeda dengan orang yang terkena

pengaruh demonik, cara mengatasinya adalah dengan

mendoakannya atau dengan melakukan pengusiran (exorsisme).

3.5 Peperangan Rohani

Peperangan rohani di sini diartikan sebagai pertempuran kasap mata yang

terjadi antara kuasa “terang” melawan kuasa “kegelapan” yang mencangkup

32
DEMONOLOGI
seluruh jagat raya yang menentukan hidup dan mati. Pertempuran ini akan terus

berlangsung hingga akhir zaman.

3.5.1 Manusia Dalam Pertarungan Dua Kekuasaan Semesta

Dalam Efesus 6:12 terlihat jelas, bahwa musuh yang dihadapi oleh

manusia adalah setan (“… melawan roh-roh jahat di udara”). Manusia (Umat

Kristen) sebagai ciptaan Allah ditempatkan sebagai pasukan yang ikut ambil andil

dalam peperangan ini (bdk. Ef 6:11). Tidak banyak orang yang tahu akan maksud

dari perkataan Paulus yang mengajak setiap orang yang beriman dalam Kristus

senantiasa bertempur melawan kuasa kegelapan (bdk. Ef 6:10). Kebanyakan orang

menganggap bahwa dirinya tidak ikut terlibat dalam pertempuran tersebut yang

sejatinya melibatkan semua orang.

Dua kekuasan yang dimaksud adalah kuasa Allah dan kuasa setan. Jelas

kuasa setan (malaikat yang jahat) sejak awal bertujuan untuk melampaui Tuhan.

Ketidakberhasilan mereka untuk menyamai Allah mengakibatkan mereka

dihukum oleh Allah. Manusia yang merupakan ciptaan Allah digunakan olehnya

sebagai sarana menghancurkan kuasa Allah. Setan mengkacaubalaukan kebaikan

yang dapat diperbuat oleh setiap manusia ciptaan Allah dalam kerangka

penyelenggaraan Ilahi. Kuasa setan yang menggunakan kelemahan manusia (bdk.

Kej 3) akan kebebasannya dapat mengakibatkan dosa pada manusia, agar manusia

berpaling dari Allah dan akhirnya merusak rencana penyelenggaraan Ilahi.

Sejak awal kejatuhan setan bukanlah akhir dari peperangan setan melawan

Allah, justru merupakan awal bagi manusia untuk berjuang melawannya. Tawaran

33
DEMONOLOGI
setan kepada manusia pun semakin berkembang seiring pertumbuhan manusia

dari awal hingga sekarang. Terbukti bahwa manusia justru menerima tawaran

setan dalam bermacam-macam bentuk (gaya hidup, seks bebas, dan sebagainya).

Artinya, bisa dikatakan, bahwa beberapa orang telah berhasil dikalahkan oleh

setan dalam kenikmatan-kenikmatan sesat yang telah ditawarkannya.

Allah sendiri tidak pernah meninggalkan manusia sendirian dalam

menghadapi kuasa setan di bumi. Allah mengutus Putera tunggal-Nya sebagai

penebus atas dosa yang telah dilakukan oleh manusia sebelumnya dan dosa asal

yang berasal dari Adam. Wafat dan kebangkitanNya membuat manusia telah

menang atas dosa asal mereka. Kemengan manusia atas dosa asalnya bukan

berarti membuat kecenderungan manusia untuk berbuat dosa hilang, karena

kebebasan yang masih dimiliki oleh manusia merupakan celah bagi kuasa setan

untuk membuat manusia kembali berbuat dosa. Namun, atas kuasa Allah, Allah

tetap menyertai manusia dalam pergulatan melawan kuasa setan hingga akhir

zaman (bdk. Mat 28:20)

3.5.2 Kerajaan Iblis

Iblis memang memiliki sebuah “kerajaan” yang memiliki sistemnya

tersendiri. Hal ini dapat dilihat dalam Matius 12:22-28. Akan menjadi jelas ketika

melihat secara khusus pada bagian ayat 25. Dikatakan di sana Yesus berkata

tentang eksistensi sebuah kerajaan tak akan terwujud, jika kerajaan tersebut

terpecah-belah. Dari situ dapat diambil kesimpulan, bahwa kerajaan iblis itu ada

dan tidak terpecah belah serta sampai sekarang keberadaannya pun masih.

34
DEMONOLOGI
Bertolak dari perikop PL tentang eksistensi setan yang masih berkenan

dihadapan Allah (bdk. Ayb 1:6-7; 2:1-2), dapat diambil kesimpulan, bahwa setan

masih bisa masuk ke hadirat Allah dan Allah tidak mengusirnya. Justru terjadi

percakapan di sana. Lalu, apakah setan berada di surga setelah ia diusir oleh Allah

? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus mengetahui mengenai

keberadaan surga. Dilihat dalam konteks Kej 1:1, di sana dituliskan, bahwa Allah

menciptakan langit dan bumi, namun dalam versi bahasa Inggris dapat diartikan

demiikian, “In the begining God created the heavens and the earth” yang artinya

“pada mulanya Allah menciptakan surga-surga dan bumi”.24 Sedangkan dalam

2Taw 2:6 , dikatakan di sana bahwa “... langit yang mengatasi segala langit...”.

Berarti dapat diartikan secara harafiah bahwa masih ada langit tertinggi yang

mengatasi langit yang terlihat dari bumi. Dalam 2Kor 12:2, dikatakan di sana “...

orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga ... (Dalam bahasa

Inggris, the third heaven). Lalu dalam ayat 4, dijelaskan di sana bahwa langit

ketiga tersebut adalah Firdaus. Jelas bahwa Firdaus merupakan tempat

peristirahatan dari orang-orang benar yang telah meninggal dan di situlah

merupakan tempat kediaman Tuhan.25 Dari situ dapat diambil kesimpulan, bahwa

ternyata terdapat tiga tingkatan langit/surga di mana pada tingkat ketiga

merupakan tempat kediaman Allah. Kesimpulan tersebut bukanlah sebuah doktrin

Alkitab, tetapi hanyalah tafsiran dari Alkitab yang kiranya masuk akal.

Lantas di manakah keberadaan kerajaan setan ? Jika bertolak dari

pernyataan-pernyataan di atas, tersisa dua langit yang diberi penjelasan secara

24
Derek Prince, Peperangan Rohani, Yayasan Pengkabaran Injil “Immanuel”, Jakarta,
1993, 17-18
25
Derek Prince, op.cit., 19

35
DEMONOLOGI
terperinci. Langit yang ketiga merupakan tempat tinggal Allah sekaligus tempat

orang-orang benar yang sudah meninggal. Sedangkan langit pada tingkatan

pertama merupakan langit yang secara inderawi dapat dilihat oleh manusia

melalui penglihatan jasmaninya, tepatnya berada di atas bumi. Berarti langit pada

tingkatan kedua merupakan tempat keberadaan kerajaan setan. Pernyataan kuat

untuk membuktikan, bahwa pernyataan tersebut benar adalah terkadang kita

merasa doa-doa yang kita panjatkan sulit masuk ke dalam hadirat Allah pada saat

kita berdoa, itulah yang dinamakan “pergumulan”.26 Memang ada banyak

kemungkinan atas kesulitan yang kita alami dalam berdoa agar doa-doa kita

sampai kehadirat Allah, namun salah satu penyebabnya mengapa kita mengalami

hal tersebut adalah kita terlibat dalam sebuah peperangan antara kerajaan setan

dengan kerajaan Allah yang kasat mata.

3.5.3 Peperangan Malaikat

Daniel dalam kisahnya menceritakan tentang peperangan rohani yang

terjadi. Dalam Dan 10:2-6. Di sana diceritakan tentang pengalaman Daniel yang

bertemu dengan malaikat Allah. Malaikat tersebut kemudian menceritakan tentang

peperangan yang terjadi saat hendak pergi menemui Daniel (bdk. Dan 10:12-13).

Peperangan yang dialaminya adalah peperangan melawan sejumlah malaikat-

malaikat jahat yang menghambat pewartaan wahyu keapda Daniel.

Pada Dan 12:1 menceritakan tentang kemunculan penghulu malaikat

(archangel) yang mendapat tugas secara langsung dari Allah untuk melindungi

bani Israel. Penghulu malaikat tersebut adalah Mikhael. Tugas Mikhael adalah

melindungi bani Israel, oleh sebab itu ketika penyampaian wahyu kepada Daniel

26
Ibid., 21

36
DEMONOLOGI
atas masa depan bani Israel dihalangi oleh musuh, maka Mikhael langsung turun

untuk membantu melawan musuh yang menghalangi pemwahyuan kepada Daniel.

Pertempuran tersebut beralngsung selama dua puluh satu hari. Peperangan yang

dihadapi oleh malaikat Allah ternyata tidak berakhir begitu saja. Setelah bertemu

dengan Daniel, pertempuran melawan para malaikat jahat masih berlanjut (bdk.

Dan 10:20). Dalam pertempuran tersebut malaikat Allah yang membawa wahyu

dengan Mikhael bekerja sama untuk dapat mengalahkan musuh. Dari situ dapat

dikatakan, bahwa kekuatan malaikat jahat tidak bisa dianggap remeh.

Dari ayat-ayat dalam kitab Daniel dapat diambil kesimpulan bahwa

peperangan tersebut terjadi karena adanya korelasi antara rencana Allah dan

UmatNya. Sampai detik ini pun peperangan tersebut masih berlangsung, karena

rencana Allah atas manusia akan terus berjalan hingga tiba akhir zaman

(kedatangan PutraNya untuk kedua kalinya) dan di sanalah terjadi penghakiman

iblis olehNya (bdk. Why 20:7-10). Kesimpulan yang kedua adalah betapa

besarnya dampak dari kekuatan doa. Doa yang dipanjatkan oleh Daniel membuat

perubahan besar di langit yang melibatkan bala tentara Allah dan bala tentara

setan. Doa Daniel juga mempengaruhi kemenangan bala tentara Allah atas bala

tentara setan.

3.5.4 Kesimpulan

Dapat disimpulkan, bahwa hakekat demonologi adalah ilmu yang

mempelajari setan/iblis dan hal-hal yang terkait dengannya sebagai suatu realita

umat beriman yang bergulat di dunia ini. Dalam Alkitab sendiri banyak

diceritakan tentang adanya sebuah pertempuran antara dua kuasa dalam semesta

ini yang kerap kali dikaitkan dengan kehidupan manusia. Realitanya manusia ikut

37
DEMONOLOGI
ambil andil dalam pertempuran itu. Peran manusia di sini adalah sebagai makhluk

yang dengan kehendak bebasnya bertindak berdasarkan pilihan yang dipengaruhi

oleh dua kuasa tersebut. Di sisi lain manusia memiliki sisi lemah yang menjadi

celah bagi kuasa setan untuk menandingi kuasa Allah, namun Allah tidak tinggal

diam atas hal itu. Ia tetap menjaga manusia sebagai ciptaanNya yang merupakan

bagian dari rencana penyelenggaraan keslamatan Allah. Di sini kekuatan manusia

melawan kuasa setan bukan terletak pada kemampuan manusia semata, melainkan

merupakan sebuah rahmat dari Allah.

38
DEMONOLOGI
BAB IV

RELEVANSI DEMONOLOGI

4.1 Kesimpulan

Hakikat setan adalah setan berasal dari malaikat Allah yang tidak taat

kepada Allah, sehingga ia menjadi jahat dan memberontak Allah. Secara

eksistensial ia masih memiliki kekuatan malaikat, tetapi ia telah kehilangan

kemuliaannya oleh karena kejatuhannya dalam dosa. Dalam Perjanjian Baru, setan

terbagi dalam beberapa jenis yang memiliki sifat-sifatnya tersendiri. Adanya jenis

dan sifat yang berbeda-beda ini tidak menunjukkan tingkatan gradasi kemampuan

setan dalam menggoda manusia, karena sejatinya mereka memiliki tujuan yang

sama, yakni melawan Allah dengan mengahancurkan segala ciptaanNya. Adapun

hierarki setan dalam dunia setan pun tidak membatasinya dalam mencapai

tujuannya. Sedangkan bagi manusia, adanya hierarki setan berguna untuk

memudahkan manusia dalam menganalisis kejadian-kejadian yang berhubungan

dengan setan. Selain itu, pada dasarnya hierarki setan merupakan pembeda antara

setan-setan dalam sistem pemerintahannya.

Manusia sendiri berusaha memahami setan secara lebih mendalam agar

dapat berjaga atau berusaha untuk mengatasinya dalam ilmu yang disebut

demonologi. Hakekat demonologi itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari

setan/iblis dan hal-hal yang terkait dengannya sebagai suatu realita umat beriman

yang bergulat di dunia ini. Demonologi memang erat kaitannya dengan ranah

teologis. Dalam Alkitab sendiri banyak diceritakan tentang adanya sebuah

39
DEMONOLOGI
pertempuran antara dua kuasa dalam semesta ini yang erat hubungannya dengan

kehidupan manusia. Realitanya manusia ikut ambil andil dalam pertempuran itu.

Peran manusia di sini adalah sebagai makhluk yang dengan kehendak bebasnya

bertindak berdasarkan pilihan yang dipengaruhi oleh dua kuasa tersebut. Di sisi

lain manusia masih memiliki sisi lemah yang menjadi celah bagi kuasa setan

untuk mengahancurkan Allah dan ciptaanNya, namun Allah tidak tinggal diam

atas hal itu. Ia tetap menjaga manusia sebagai ciptaanNya yang merupakan bagian

dari rencana penyelenggaraan Ilahi. Kekuatan manusia melawan kuasa setan

secara eksistensial bukan terletak pada kemampuan manusiaitu sendiri, melainkan

merupakan sebuah rahmat dari Allah.

Tujuan setan hadir dalam hidup manusia dan bahkan merusak atau

mengganggu hidup manusia adalah untuk melawan Allah. Alasannya karena

pertama-tama ia telah dibuang olehNya dan diberi hukuman yang membuatnya

semakin teguh dalam melawan kuasa Allah. Lalu, perkara mengapa hal itu

dilimpahkan pada manusia itu karena manusia merupakan makhluk ciptaan Allah

yang diciptakan secitra denganNya serta tingkatannya lebih tinggi dibandingkan

dengan makhluk ciptaanNya yang lain. Jelaslah bahwa manusia menjadi tujuan

setan untuk berusaha mengalahkan Allah. Tujuan setan memang hanya berusaha

untuk mengalahkan kuasa Allah, tetapi ia begitu cerdik sehingga berbagai cara

dilakukannya agar dapat mengalahkan kuasa Allah.

Cara setan masuk dalam hidup manusia memang beragam. Berbagai

macam kasus telah menunjukkan, bahwa eksistensinya memang tidak diragukan

lagi. Pengaruhnyapun kepada manusia ada yang besar dan ada pula yang dalam

hidup sehari-hari biasa disebut sebagai dosa-dosa ringan. Pada dasarnya setan

40
DEMONOLOGI
dapat masuk dalam hidup manusia oleh karena manusia itu sendiri memiliki sisi

lemah. Sedangkan manusia itu sendiri lebih mudah untuk tergoda dan terjerumus

dalam tindakan yang jauh dari kehendak Allah. Hal ini semakin jelas terlihat

ketika angka kejahatan semakin meningkat tiap tahunnya dan itu menandakan

karya kerajaan setan sudah mulai berhasil.

Jelaslah sudah bahwa eksistensi setan tidak diragukan lagi. Ajaran iman

Katolik pun mengakuinya baik dalam rumusan-rumusan doa maupun rumusan-

rumusan tertentu. Mengakui keberadaan setan serta kekuatannya yang mumpuni

bukan berarti membuat manusia semakin berpaling dari Allah. Justru dengan

mengakuinya manusia seharusnya lebih percaya kepada kuasa Allah dan

berpengharapan padaNya.

4.2 Relevansi

Demonologi sangatlah relevan bagi kita manusia. Hal ini terkait peran

seorang manusia nantinya dalam menghadapi realita kehidupan. Jelas bahwa tugas

seorang manusia adalah turut membawa umat sesame kita pada jalan keselamatan.

Berbicara soal keselamatan akan menjadi lebih jelas apabila ditelisik lebih jauh

lagi mengenai esensi dari keselamatan. Keselamatan sendiri adalah jalan yang

ditawarkan oleh Yesus Kristus sebagai tanda perdamaian antara manusia dengan

Allah yang berhulu pada kehidupan abadi di surga bersama dengan Allah. Sudah

lama manusia jatuh dalam dosa dan jauh dari keselamatan. Setelah kedatangan

sang Juruselamat barulah terasa, bahwa Allah itu dekat dan penuh kasih sehingga

diberikanNya jalan keselamatan pada manusia. Ialah yang menjadi penebus dosa

Adam, sehingga manusia bisa diterima lagi oleh Allah. Hal ini (baca:keselamatan)

tentu tidak dibiarkan oleh kuasa setan sebagai musuh utama Allah dan manusia.

41
DEMONOLOGI
Sejak awal justru dialah yang membuat manusia jatuh dalam dosa, meski

sebenarnya manusia memiliki kehendak bebas untuk menolak tawarannya.

Dengan adanya jalan keselamatan yang datang dari Allah ini tentu membuat setan

kembali untuk berusaha mencegah manusia memilih jalan itu.

Peran kita sebagai manusia ciptaan Allah adalah membawa umat sesama

kita pada jalan keselamatan dan setan tidak akan membiarkan manusia berada

pada jalan itu. Dengan demikian, kita akan berhadapan secara langsung dengan

setan. Di sinilah akanada pertempuran rohani, kita akan bergulat dengan setan

baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hidup orang lain.

Secara sederhana peran demonologi adalah untuk membantu dalam

mengenali setan secara lebih detil dan mendalam. Lebih khusus lagi peran

demonologi bagi manusia adalah untuk mengenali setan secara lebih mendalam

terkait dengan kasus karasukan dan disitulah kita berperan untuk melakukan

pengusiran. Tentu tanpa adanya pengetahuan dan pendidikan yang cukup kita

tidak akan bisa mengusir setan dari tubuh seseorang. Dengan demikian, jelaslah

bahwa demonologi relevan bagi kita untuk mempersiapkan diri lebih dini agar

dapat menghadapi realita kita sebagai manusia di masa mendatang.

4.3 Rekomendasi

Rekomendasi dari penulis adalah sebaiknya diadakan pembelajaran atau

pendidikan khusus tentang demonologi bagi calon imam. Hal ini terkait dengan

kasus tahun 1960 sampai 1990, semua imam yang dididik sangat kurang

pengetahuannya mengenai dunia malaikat dan dunia kegelapan satanik. Begitu

pula dengan pengalamannya dengan dosen teologinya yang tidak pernah

42
DEMONOLOGI
menyinggung mengenai setan dan cara menghadapinya sebagai orang yang

beriman. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan sejak pendidikan calon

imam yang membuat banyak imam cenderung menilai gejala satanik (dipengaruhi

setan) sebagai ilusi dan tidak rasional. Hal itu menyebabkan pelayanan imam

terhadap mereka yang terpengaruhi oleh kuasa gelap tidak terlayani dengan baik.

(Lihat BAB I, halaman 2-3).

4.4 Refleksi

Di zaman modern ini banyak orang yang tidak percaya akan eksistensi

setan sebagaimana banyak diyakini oleh banyak orang pada zaman yang lalu. Di

satu sisi hal ini baik adanya, karena dengan demikian kepercayaan secara penuh

dapat diarahkan kepada Allah. Di sisi lain, hal itu membuat banyak orang yang

melihat realita dunia ini secara parsial saja. Selain itu, dengan demikian iman

seseorang akan kemahakuasaan Allah yang sejatinya dapat berbuat segala sesuatu

berkurang, karena Ia dianggap hanya dapat berurusan dengan hal-hal baik saja.

Dengan demikian, penulis dapat membuka pandangan banyak orang, bahwa Allah

adalah Allah yang Mahakuasa dan dapat berbuat apa saja dengan didasari oleh

apapun yang Ia ciptakan pada dasarnya baik adanya.

Peperangan antara kuasa jahat dengan kuasa baik tidak hanya terjadi

dalam dunia fisik manusia saja. Dalam batin dan hidup kita ada dua pengaruh

yang bertentangan, yaitu pengaruh roh baik dan pengaruh roh jahat. 27 Peperangan

dalam batin manusia itu biasa disebut dengan pergulatan batin. Pergulatan batin

27
Paul Suparno, SJ, Roh Baik dan Roh Jahat. Praktek Pembedaan Roh dan Pemilihan
Menurut Latihan Rohani St. Ignatius, karangan Paul Suparno, S.J., Yogyakarta:
Kanisius, 1998, 17

43
DEMONOLOGI
itulah yang menentukan seseorang bertindak. Roh baik mempengaruhi manusia

untuk berbuat baik, sedangkan roh jahat mempengaruhi manusia untuk berbuat

jahat.

Kedua kekuatan itu memang mempengaruhi manusia dalam bertindak,

tetapi terlepas dari pengaruh itu, masih ada faktor lain yang juga mempengaruhi

manusia dalam bertindak. Dalam diri kita ada tiga kekuatan yang mempengaruhi

pemikiran, penentuan dan juga cara bertindak kita, yaitu kodrat, roh baik, dan roh

jahat.28 Kodrat merupakan sifat dasar atau pembawaan manusia yang

mempengaruhi manusia untuk bertindak. Adanya pergulatan dari ketiga kekuatan

itu membuat hidup batin manusia lebih berwarna.

Realitas kehidupan yang dilihat dengan apa adanya membuat penulis

belajar untuk menerima keadaan di mana suatu tindakan yang dipilih oleh

manusia merupakan pengaruh dari dua kuasa yang ada di semesta ini. Baik dan

jahat merupakan dualisme yang dikenal banyak orang sejak dulu, namun secara

fundamental hal ini sering dilupakan oleh banyak orang siapa yang memerankan

kedua kuasa tersebut. Terkadang banyak orang juga lebih terpaku pada satu sisi

sehingga sisi yang lain sering dianggap tidak berpengaruh dalam kehidupan

manusia. Penulis pun menyadari, bahwa eksistensi kuasa jahat dalam kehidupan

manusia turut ambil bagian dalam dosa yang disebabkan oleh manusia dan kuasa

jahat itu sendiri.

Hal itu juga berlaku dalam realitas calon imam yang pada dasarnya dididik

untuk siap menghadapi realita dunia yang di dalamnya juga termasuk kuasa jahat

28
Paul Suparno, SJ, op.cit., 25

44
DEMONOLOGI
yang berperan dalam kehidupan manusia pada umumnya. Bagaimana bisa seorang

imam menghadapi realita dunia yang penuh dengan kejahatan, namun matanya

tertutup pada si pemeran utama yang mengendalikan kejahatan itu. Memang si

jahat tidak dapat disalahkan secara penuh, karena di sana kebebasan manusia

masih berlaku dan senantiasa dapat menolaknya. Dengan demikian, penulis yang

merupakan calon imam pun mulai mengambil langkah untuk berbenah dalam

melihat realita dunia ini secara penuh dan mempelajari gerakan-gerakan si jahat

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat terkalahkanlah ia. Lalu, apa yang

didapat oleh penulis dapat dibagikan kepada orang lain agar orang lain senantiasa

menyadari realita dunia ini yang tak lepas dengan aktivitas setan yang membuat

manusia jatuh dalam kondisi dosa.

Secara keseluruhan penulis mendapatkan pembelajaran penting, bahwa

segala sesuatu pada dasarnya hanya berkutat pada baik dan jahat. Baik dan jahat

itupun semakin berkembang seiring manusia itu berkembang. Di tengah krisis

moral yang tengah melanda dunia ini pun baik dan jahat merupakan sebuah

perjuangan manusia dalam mempertahankan moralitasnya sebagai makhluk yang

berakalbudi. Tidak jarang banyak orang mengalami dilema moral akibat dualisme

baik dan jahat yang terlihat tidak jauh berbeda. Terlalu naif apabila seseorang

tertutup matanya terhadap adanya baik dan jahat yang senantiasa terus berusaha

mempengaruhi tindakan manusia. Lebih bijak manusia itu menerima segala yang

ada termasuk di dalamnya baik dan jahat yang merupakan sebuah kenyataan hidup

yang utuh. Tanpa adanya kejahatan, manusia tidak tahu bagaimana bertindak baik

dan tanpa adanya kebaikan, dunia ini hanya akan dipenuhi oleh kebusukan dari

manusia itu sendiri.

45
DEMONOLOGI
46
DEMONOLOGI

Anda mungkin juga menyukai