Anda di halaman 1dari 7

The 7th University Research Colloqium 2018

STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Peningkatan Pengetahuan Tentang Obat Melalui Kegiatan


Apoteker Kecil Untuk Siswa Sekolah Dasar Di Desa Selogiri Kecamatan
Karanggayam Kabupaten Kebumen

Tri Cahyani Widiastuti1*, Naelaz Zukhruf Wakhidatul Kiromah2, dan Ledianasari3


1,2,3
Program Studi Farmasi Program Sarjana STIKES Muhammadiyah Gombong
*Email : TriCahyaniApt@gmail.com

Abstrak

Keywords: Pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan, terutama obat


Apoteker, masih sangat terbatas, padahal obat merupakan bahan yang mudah kita
Konsultasi, temukan di sekitar kita. Obat harus selalu digunakan secara benar agar
Informasi dan memberikan manfaat klinik yang optimal. Salah satu elemen yang
Edukasi (KIE), memiliki keahlian dan dapat menjadi sumber informasi mengenai obat
kesehatan, obat, adalah apoteker atau farmasis. Peran Apoteker dalam bidang kesehatan
siswa Sekolah yaitu memberikan Konsultasi, Informasi dan Edukasi (KIE),
Dasar mengarahkan pasien untuk melakukan pola hidup sehat, dan melakukan
monitoring. Target atau sasaran pendidikan kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang ditujukan kepada kelompok atau populasi umur tertentu
sangat menentukan keberhasilan suatu program kesehatan, salah
satunya adalah anak usia sekolah. Pelaksanaan program Apoteker Kecil
pada siswa SD Negeri 4 Selogiri kelas 5 dan 6. SD Negeri 4 Selogiri
merupakan salah satu SD Negeri yang terletak di Dukuh Sipanjang
Desa Selogiri, Kecamatan Karanggaram, Kabupaten Kebumen. Tujuan
dari kegiatan tersebut adalah meningkatkan eksistensi Apoteker dan
tugasnya sehingga pelaksanaan program Apoteker kecil dapat sebagai
perwujudan kader sadar obat sejak dini. Selain itu, Pengetahuan anak
tentang obat semakin baik sehingga anak dapat ikut andil dalam
menyampaikan informasi obat dan kepatuhan penggunaan obat secara
umum kepada keluarga dan lingkungannya sejak dini. Pelaksanaan
kegiatan meliputi, pengenalan apoteker, penyampaian materi mengenai
penggolongan obat, jenis obat, informasi pada kemasan dan brosur
obat, cara penggunaan obat, efek samping obat, cara penyimpanan
obat, obat rusak dan kadaluwarsa serta praktek meracik obat. Hasil dari
kegiatan tersebut adalah adanya perbedaan nilai antara pre test dan
post test, dimana hasil nilai rata-rata post test lebih tinggi daripada pre
test. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh hasil penyampaian
materi terhadap tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang obat dan
apoteker.

1. PENDAHULUAN
Pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan, terutama obat masih sangat
terbatas, padahal obat merupakan bahan yang mudah kita temukan di sekitar kita. Obat
berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai
penyakit tidak dapat dijelaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Obat harus selalu digunakan secara
benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal. (Anidya et al., 2005)
Dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 disebutkan bahwa obat adalah
bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk memengaruhi atau
menyelidikin sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

182
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi manusia.


Untuk memberikan fungsinya, obat dibuat menjadi bentuk sediaan tertentu yang kemudian
dikenal dengan istilah obat jadi, dan obat tersebut mengandung komposisi sesuai dengan
standar (Zaman-Joenoes, 2001). Obat paten merupakan obat jadi yang dikuasakan untuk
diedarkan dengan bungkus asli dari produsen dan masih memiliki hak paten. Obat paten
sering disebut dengan obat dagang dimana perbedaan obat dagang yang beredar terletak pada
kecepatan absorpsi obat, kenyamanan penggunaan obat dalam hal rasa dan bau, serta
kemudahan obat dicerna (Henry, 2004).
Salah satu elemen yang memiliki keahlian dan dapat menjadi sumber informasi
mengenai obat adalah apoteker atau farmasis. Peran Apoteker dalam bidang kesehatan yaitu
memberikan Konsultasi, Informasi dan Edukasi (KIE), mengarahkan pasien untuk
melakukan pola hidup sehat, dan melakukan monitoring. Hasil terapi pengobatan yang telah
dijalankan oleh pasien merupakan kerja sama dengan profesi kesehatan lain yang tentunya
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Astika, 2003). Tetapi, dari hasil survey
ternyata masyarakat masih kurang mengenal siapa apoteker dan bagaimana dunianya
sehingga akses masyarakat untuk mendapatkan informasi obat juga terbatas. Karena
pengetahuan mengenai obat yang terbatas tersebut maka banyak timbul permasalahan dalam
penggunaan obat.
Masalah tersebut tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga berkaitan dengan
anak-anak. Anak sering bersikap enggan untuk patuh minum obat demi kesembuhan
penyakit atau gangguan yang dideritanya, karena beranggapan obat memiliki rasa yang pahit
dan tidak enak. Orang tua, terutama ibu, sangat berperan dalam menjaga anak untuk patuh
minum obat. Namun, problema ini akan menjadi lebih mudah lagi jika pada diri anak juga
ditumbuhkan kesadaran untuk patuh minum obat sejak mereka berusia dini. Selain itu,
kurangnya pengetahuan anak mengenai obat yang benar akan menyebabkan anak mudah
terpengaruh untuk menyalahgunakan obat tersebut, terutama golongan narkotika dan obat
terlarang (Kompas. 2011).
Target atau sasaran pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada kelompok atau populasi umur tertentu sangat menentukan keberhasilan suatu
program kesehatan, salah satunya adalah anak usia sekolah. Alasannya adalah: Pertama,
populasinya tergolong besar karena jumlah anak usia sekolah mencapai 30 % dari jumlah
penduduk (Depkes, 2008). Kedua, mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik di
Institusi-institusi sekolah. Ketiga, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang diberikan sejak
dini jauh lebih baik daripada diberikan pada usia yang sudah agak terlambat. Keempat, anak
usia sekolah merupakan generasi penerus yang potensial karena di masa depan mereka akan
berumah tangga, menjadi orang tua dan mempunyai anak, maka nasib anak-anaknya dalam
bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan banyak bergantung kepada mereka. Kelima,
masalah kesehatan yang dialami anak usia sekolah ternyata sangat kompleks dan bervariasi.
Selain keberadaan tempat, jalur transportasinya sulit untuk dicapai.
Mitra memiliki masalah yaitu pengetahuan mengenai obat yang terbatas. Mitra juga
kurang mengenal apoteker sebagai salah satu sumber informasi mengenai obat. Hal tersebut
menimbulkan permasalahan pada mitra yang merupakan siswa SD yaitu anak sering bersikap
enggan untuk patuh minum obat demi kesembuhan penyakit atau gangguan yang
dideritanya, karena beranggapan obat memiliki rasa yang pahit dan tidak enak. Selain itu,
kurangnya pengetahuan anak mengenai obat yang benar akan menyebabkan anak mudah
terpengaruh untuk menyalahgunakan obat tersebut, terutama golongan narkotika dan obat
terlarang. Karena kurangnya informasi, anak-anak juga tidak mengenal obat tradisional
khususnya yang berasal dari tanaman. Akibatnya kecintaan anak-anak terhadap obat asli
Indonesia akan berkurang. (Kurnia, Suswandari, Sari, & Suswandari, 2016)
Berdasarkan permasalahan mitra yang diuraikan diatas, maka solusi yang dapat
ditawarkan adalah meningkatkan pengetahuan mitra mengenai dunia obat baik obat modern
maupun obat tradisional yang berasal dari tanaman. Diharapkan dengan pengetahuan yang
benar tentang obat-obatan, mitra dapat menggunakan obat secara bijak serta terhindar dari

183
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

penyalahgunaan obat. Mitra dalam kegiatan ini adalah siswa kelas 5 dan 6 SD Negeri 4
Selogiri yang terletak di Dukuh Sipanjang Desa Selogiri, Kecamatan Karanggaram,
Kabupaten Kebumen. Beberapa program kegiatan yang dilaksanakan adalah:
1. Pemberian pendidikan dan pelatihan mengenai manfaat obat sehingga tumbuh kesadaran
untuk patuh minum obat
2. Pemberian Pendidikan dan Pelatihan mengenai bahaya obat agar terhindar dari
penyalahgunaan obat
3. Pemberian pendidikan dan pelatihan mengenai cara penggunaan dan penyimpanan obat
(BPOM, 2008)
Berdasarkan gambaran lokasi atau tempat SD Negeri 4 Selogiri maka perlu diadakan
edukasi mengenai obat terutama cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan
membuang obat dengan benar. Fenomena yang terjadi saat ini di daerah pedesaan khususnya
desa Selogiri kurangnya pengetahuan tentang obat, dimana mereka bisa memperoleh obat
dan dimana mereka bisa konsultasi tentang obat meliputi cara penggunaan, interaksi, dosis
sekaligus salah satu cara untuk memperkenalkan profesi Apoteker dan tugasnya dalam
menyampaikan informasi obat.

2. METODE
Realisasi kegiatan ini dilakukan mulai dari survey tempat, pelaksanaan kegiatan hingga
evaluasi dan rencana tindak lanjut. Berikut adalah tabel rincian kegiatan yang dilakukan:

Tabel 1. Rincian Kegiatan Pengabdian Masyarakat


Kegiatan Metode PJ
Pembuatan Proposal dan Konsultasi Tri Cahyani W,
Perbaikan (12 jam) M.Sc.,Apt
Rapat Koordinasi Diskusi Tri Cahyani W,
Pengabdian Masyarakat I (3 jam) M.Sc.,Apt
Orientasi tempat pelaksanaan Survey (6 Jam) Ledianasari.,S.Farm.,Apt
Pengabdian Masyarakat I
Persiapan Pengabdian Persiapan teknis dan alat Naelaz Zukhruf
Masyarakat I (3 jam) W.K.,S.Farm.,Apt
Orientasi tempat pelaksanaan Survey (6 Jam) Ledianasari.,S.Farm.,Apt
Pengabdian Masyarakat II
Persiapan Pengabdian Persiapan teknis dan alat Naelaz Zukhruf
Masyarakat II (3 jam) W.K.,S.Farm.,Apt

Rapat Koordinasi Diskusi Tri Cahyani W,


Pengabdian Masyarakat II (3 jam) M.Sc.,Apt
Orientasi tempat pelaksanaan Survey (6 Jam) Ledianasari.,S.Farm.,Apt
Pengabdian Masyarakat III
Pelaksanaan pengabdian Pembukaan dan Pre Test Tri Cahyani W., M. Sc.,
masyarakat (1 Jam) Apt.
Pemberian Materi Diskusi (1 Jam)
Pengabdian Masyarakat
Praktik Meracik Obat Diskusi (30 Menit)
Pelaksanaan pengabdian Post Test dan Penutupan
masyarakat (30 Menit)
Evaluasi Diskusi (5 Jam)
Pembuatan laporan hasil Laporan tertulis (10 Naelaz Zukhruf
Jam) W.K.,S.Farm.,Apt

184
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Kegiatan dimulai dengan melakukan survey ke tempat atau lokasi yang bertempat di SD
Negeri 4 Selogiri, Karanggayam, Kebumen. Didapatkan data jumlah peserta Apoteker Kecil
sebanyak 61 siswa, yang merupakan siswa SD Negeri 4 Selogiri kelas 5 dan 6. Sarana
prasarana yang tersedia di sana adalah ruang, meja dan kursi sedangkan LCD dan sound
sistem belum tersedia. Siswa kelas 5 dan 6 dibagi menjadi 10 kelompok dimana setiap
kelompok terdapat 6 siswa. Setiap kelompok didampingi oleh dosen dan mahsiswa. Setiap
meja telah disediakan paket obat dalam berbagai bentuk sediaan obat lengkap dengan
kemasannya, kertas perkamen, lumpang dan alu, cangkang kapsul, sudip, tepung sebagai
serbuk obat, lembar kerja siswa dan bulpoint untuk masing-masing siswa. Materi diberikan
dengan sistem klasikal beserta contoh penerapannya pada produk obat.
Materi sosialisasi tentang pengenalan apoteker meliputi, pengenalan apoteker,
penggolongan obat, jenis obat, informasi pada kemasan dan brosur obat, cara penggunaan
obat, efek samping obat, cara penyimpanan obat, obat rusak dan kadaluwarsa. Sebelum
penyampaian materi, dilaksanakan pre test terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat
pemahaman dan pengetahuan siswa.
Setelah dilakukan pre test, Peserta juga diberikan simulasi atau praktek langsung
berdasarkan teori atau materi yang telah diberikan sebelumnya meliputi praktek mengenal
golongan obat, membaca informasi pada kemasan dan brosur obat, menganalisis efek
samping obat seperti yang tercantum dalam kemasan. Masing-masing siswa mendapatkan
satu botol multivitamin sehingga dapat digunakan untuk mempraktekkan bagaimana cara
minum obat sesuai dengan dosis yang tercantum dalam kemasan, menentukan berapa
frekuensi penggunaan dalam sehari sesuai dengan aturan penggunaan yang tercantum dalam
kemasan, serta bagaimana cara menyimpan obat dengan benar setelah kemasan dibuka.
Evaluasi keberhasilan pemberian penyuluhan tahap pertama dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan mengenai materi yang sudah diberikan. Siswa yang menjawab
pertanyaan dengan tepat mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan oleh tim.

Tabel 2. Lembar Kerja Siswa


Untuk Cara
Nama Nama bahan Aturan Efek
mengobati menyimpan
dagang aktif pemakaian samping obat
apa? obat
Panadol Parasetamol Menurunkan Diminum 3 Hipersensitiv Disimpan
demam dan kali dalam terhadap di lemari
panas sehari bahan aktif obat atau di
A. Sebelum bawah
makan suhu 30ᵒC
B. Sesudah
makan

Pada saat mengisi lembar kerja, siswa sangat antusias dan pendamping kelompok atau
tutor membantu untuk menjawab pertanyaan dari siswa. Sehingga siswa paham apa yang
mereka baca di kemasan dan yang akan mereka tulis di lembar jawab. Metode ini sangat
relevan untuk diterapkan pada siswa SD.
Setelah mengisi lembar jawab, kegiatan selanjutnya adalah praktek meracik obat. Setiap
meja disediakan peralatan meracik obat yang terdiri dari : lumpang, alu, tablet yang aman,
kertas perkamen, pencetak kapsul, bungkus obat, cangkang kapsul, dan etiket. Setiap siswa
diberikan 2 lembar kertas perkamen dan 2 kapsul. Perwakilan kelompok meracik salah satu
sediaan obat ( puyer atau kapsul) lalu dinilai kelompok mana yang paling bagus hasil
racikannya. Siswa diajarkan bagaimana cara meracik obat dengan benar. Kegiatan terakhir
adalah evaluasi yaitu siswa dibagikan lembar post test dan kemudian dikumpulkan untuk
dinilai.

185
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kegiatan ini berupa penyuluhan mengenai pengenalan profesi apoteker dan obat.
Penyuluhan dilaksanakan di SD 4 selogiri. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan
pengetahuan siswa mengenai obat dan profesi apoteker sehingga akan meningkatkan
kepatuhan siswa untuk
minum. Sebelum penyampaian materi, dilaksanakan pre test terlebih dahulu untuk
mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa. Hasil pre-test ini akan dibandingkan
dengan hasil post-test yang akan dikerjakan setelah siswa mendapatkan penyuluhan. Setelah
pre-test siswa diajak berkenalan terlebih dahulu dengan para pemateri, tujuannya agar siswa
dapat lebih mudah berinteraksi sehingga materi yang diberikan dapat diterima dengan baik.
Dosen sebagai pemateri menyampaikan materi selama 1 jam yang diselingi dengan tanya
jawab dan permainan.
Peserta juga diberikan simulasi atau praktek langsung berdasarkan teori atau materi
yang telah diberikan sebelumnya meliputi praktek mengenal golongan obat, membaca
informasi pada kemasan dan brosur obat, menganalisis efek samping obat seperti yang
tercantum dalam kemasan. Masing-masing siswa mendapatkan satu botol multivitamin
sehingga dapat digunakan untuk mempraktekkan bagaimana cara minum obat sesuai dengan
dosis yang tercantum dalam kemasan, menentukan berapa frekuensi penggunaan dalam
sehari sesuai dengan aturan penggunaan yang tercantum dalam kemasan, serta bagaimana
cara menyimpan obat dengan benar setelah kemasan dibuka.
Evaluasi keberhasilan pemberian penyuluhan tahap pertama dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan mengenai materi yang sudah diberikan. Siswa yang menjawab
pertanyaan dengan tepat mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan oleh tim. Kegiatan
terakhir adalah evaluasi yaitu siswa dibagikan lembar post test dan kemudian dikumpulkan
untuk dinilai. Hasil pre test dan post test siswa untuk kelas 5 dan kelas 6 dapat dilihat pada
tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pre test dan Post test Siswa Kelas 5


Pre Post Pre Post
No. Nama No. Nama
Test Test Test test
1 Adit Suryanuloh 60 70 1 Adam Maulana 80 80
2 Agus 60 80 2 Aditira 50 100
3 Agus Rohman 60 70 3 Ahmad Akbar 90 100
4 Ana Saputri 90 80 4 Andri Setiawan 90 70
5 Ardi Setiawan 50 70 5 Apriningsih 90 90
6 Arif 70 80
6 Arianto 90 100
Hidayatuloh
7 Dias Nofariyan 70 60 7 Budi Lesmana 90 80
Kelas 5

Kelas 6

8 Deni Wahyu 70 60
8 Daryo 100 90
Irawan
9 Devi Haryanti 70 70 9 Eling Saputra 90 100
10 Endang Sulastri 80 80 10 Eka Hidayat 90 90
11 Fefririastuti 80 80 11 Eli Nurjanah 90 100
12 Firman Syah 80 80 12 Erika Melani 90 90
13 Gilang 70 90
13 Herlino Rionaldo 70 80
Ramadan
14 Hoerun Marsel 60 80 14 Iis Maulana 100 100
15 Ikhsan Hamid 70 70 15 Ilham Ramadhani 90 90
16 Karsini 50 70 16 Jefri Setiawan 90 90
17 Malik Nasaim 100 100 17 Juliana Dewi 80 90

186
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

18 May Felani 90 90 18 Mohamad Rifai 80 80


19 Maytri Nindi 80 80
19 Nur Widi yanti 60 80
Sari
20 Nendian Saputra 80 80 20 Rafasemi Saputra 90 100
21 Novellia 90 90 21 Santi 100 100
22 Nur Fauzi 50 70 22 Sarmini 90 90
23 Nur Fita Sari 80 90 23 Selfiyah 80 80
24 Putri Lestari 80 60 24 Siti Fahijah 80 80
25 Ragil 80 70 25 Susi Wahyuni 100 100
26 Saeful Fahri 80 80 26 Umi Nur Kholifah 80 90
27 Solehin 70 80 27 Farizal Naim 100 100
28 Sukur Refi 90 90 Wahyuni Siti
28 90 100
Yanto Fadilah
29 Toto Prayoga 90 80
30 Wahyono 100 80
31 Wahyu Hidayat 80 80
32 Yusuf Hidayat 90 90
33 Zahra Olivia 80 80
Rata – Rata 75,75 80.90 Rata – Rata 86.42 90.71

Siswa kelas 5 yang mengikuti kegiatan apoteker kecil sejumlah 33 siswa, dimana nilai
rata-rata pre test adalah 75,75 sedangkan nilai rata-rata post test adalah 80,90. Jumlah siswa
kelas 6 yang mengikuti sebanyak 28 siswa, dimana nilai rata-rata pre test sebesar 86,42
sedangkan nilai post test sebesar 90,71. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa adanya perbedaan
nilai antara pre test dan post test, dimana hasil nilai rata-rata post test lebih tinggi daripada
pre test. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian penyuluhan mengenai obat dan dapat
diterima dengan baik oleh siswa. Materi penyuluhan yang diberikan dapat meningkatkan
pengetahuan siswa mengenai profesi apoteker dan informasi terkait obat terbukti dengan
peningkatan nilai post test yang diperoleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
pengaruh hasil penyampaian materi terhadap tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang
apoteker dan obat sebelum dan sesudah materi dilaksanakan dalam kegiatan ini.
Kegiatan ini mendapatkan tanggapan yang positif dari semua pihak, baik pihak sekolah
yang diwakili para guru dan kepala sekolah maupun dari pihak siswa. Siswa sangat
bersemangat ketika mengikuti materi, mereka juga saling berebutan untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan. Hal tersebut menunjukkan antusiasme siswa yang sangat besar.
Siswa juga sangat tertarik ketika mereka dapat praktek membaca leaflet/brosur obat maupun
cara minum obat. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang besar, baik untuk
siswa sendiri maupun pihak sekolah

4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan pengabdian ini adalah masih rendahnya
pengetahuan siswa sekolah dasar tentang profesi apoteker, jenis dan golongan obat beserta
cara penggunaan dan penyimpanannya, serta jenis obat. Pemberian penyuluhan terbukti
dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Kegiatan ini mendapatkan sambutan yang positif
dari pihak guru dan kepala sekolah serta diikuti dengan sangat antusias oleh seluruh siswa.
kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan citra positif profesi apoteker di masyarakat
sehingga tercipta suasana lingkungan yang menyehatkan bagi semua orang.

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya,penulis dapat menyelesaikan
jurnal ini dengan baik. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada STIKES Muhammadiyah

187
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Gombong yang telah memberikan kontribusi sehingga kegiatan pengabdian berjalan dengan
lancar. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada segenap pihak-pihak terkait dalam
kegiatan meliputi instansi pemerintah daerah kabupaten kebumen dan Sekolah dasar yang turut
mendukung berjalannya kegiatan ini.

REFERENSI
Anidya, C. M., Taufikurrakhman, A., Akbar, Z., Ningsih, S., Farmasi, P. S., & Indonesia, U. I.
(2005). Upaya Membangkitkan Eksistensi Profesi Apoteker Dan Sistem Interpersonal
Education, 35–40.
Astika, S.L., dalam Charles, S., dan Lia, A., 2003, Farmasi Rumah Sakit : Teori Dan Terapan,
EGC, Jakarta, 177-178.
Barnes, J., Anderson, L.A., Phillipson, J.D. (2005). Herbal medicines. London:Pharmaceutical
Press.
BPOM. (2008). Pengetahuan Tentang Obat: Perlunya Pendekatan dari Perspektif Masyarakat.
Majalah Info POM Vol. 9 No. 4
Depkes RI. (2008). Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Direktorat Bina Kesehatan Anak. Depkes
RI
Kurnia, N., Suswandari, M., Sari, N. K., & Suswandari, M. (2016). Effektivitas Program
Apoteker Kecil ( Apcil ) Terhadap Pengetahuan Tanaman Obat Tradisional Keluarga Di
Sekolah Dasar Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015 / 2016. (Kurnia, Suswandari,
Sari, & Suswandari, 2016)
Kompas. 2008. Hampir Empat Ribu Anak SD Terkena Narkoba. Diakses 16 April 2017.
http://nasional.kompas.com/read/2008/02/14/16413551/hampir.empat.ribu.anak.sd.teren
a.narkoba
Kompas. 2011. 95 Siswa SD Terlibat Penggunaan Narkoba. Diakses 16 April 2017.
http://megapolitan.kompas.com/read/2011/01/20/22541115/95.Siswa.SD.Terlibat.Pengg
unaan.Narkoba

188

Anda mungkin juga menyukai