Bab Iii
Bab Iii
PEMBAHASAN
Menurut Roger Spence and Caijun Shi (2006), tata cara kerja stabilitas atau
solidifikasi:
a. Limbah B-3 sebelum distabilisasi atau solidifikasi harus dianalisis
karakteristiknya guna mementukan jenis stabilisasi atau solidifikasi yang
diperlukan terhadap limbah B-3 tersebut.
b. Setelah dilakukan stabilisasi atau solidifikasi, terhadap hasil olahan tersebut
selanjutnya dilakukan uji kuat tekan (Compressive Strength) dengan Soil
Penetrometer Test. Hasil uji kuat tekan harus mempunyai nilai tekanan
minimum sebesar 10 ton/m2.
c. Kemudian dilakuakan uji TCLP untuk mengukur kadar atau konsentrasi
parameter dalam lindi. Hasil uji TLCP sebagaimana dimaksud kadarnya tidak
boleh melewati nilai ambang batas sebagaimana ditetapkan.
d. Hasil olahan yang telah memenuhi persyaratan kadar TCLP dan nilai uji kuat
tekan, disamping bisa dibuang ke landfill juga dimanfaatkan sebagai bahan
konstruksi. Produk solidifikasi biasanya berupa blok monolitik, material
berbasis lempung, granular, dan bentuk fisisk lain yang berupa padatan.
Pengunaan bahan sisa berupa salag nikel sebagai bahan pengganti agregat kasar
pada campuran Hot Rolled Shit-Binder Course merupakan salah satu alternatif solusi
pengadaan material agregat kasar serta sebagai bentuk pemanfaatan limbah yang
secara ekonomis mampu meminimalisir dampak negatif berupa pencemaran
lingkungan dan fenomena social di masyarakat. Untuk membuat slag sebagai agregat
dengan campuran Hot Rolled Shett dilakukan pengujian dengan uji tekan (Marshall
Compression) atau uji kekuatan dan uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure
(TCLP) untuk mengetahui nilai volumetrik campuran agregat-aspal panas dan
durabilitas campuran (Marshall Compression) dengan perendaman 24 jam sesuai
persyaratan dan spesifikasi, Departemen Pekerjaan Umum (2005).
a. Uji kuat tekan/ Unconfined Compressive Strength (UCS)
Uji kuat tekan adalah parameter kunci yang digunakan sebagai ukuran
kemampuan monolit bahan solidifikasi untuk menahan tekanan mekanis.
Pengujian kuat tekan material dilakukan untuk mengetahui mutu kuat tekan
suatu material tersebut dengan satuan luasan bidang tekan tertentu.
Unconfined Compressive Strength (UCS) terkait dengan perkembangan
reaksi hidrasi di dalam produk solidifikasi atau stabilitas dan ketahanan
bahan monolit hasil proses solidifikasi atau stabilisasi sehingga merupakan
parameter kunci. Uji ini merupakan salah satu uji yang umumnya digunakan.
b. Uji TCLP atau Toxicity Characteristic Leaching Procedure
Uji TCLP ini dilakukan untuk menentukan mobilitas baik analit organik dan
anorganik yang ada dalam limbah cair, limbah padat, dan multifase.
Biasanya digunakan untuk menentukan apakah limbah termasuk dalam
definisi toksik berdasarkan kategori US-EPA. Analisis TCLP
mensimulasikan kondisi TPA (tempat pembuangan akhir). Seiring waktu air
dan cairan lainnya yang berasal dari limbah akan meresap melalui TPA.
Cairan yang meresap seringkali bereaksi dengan limbah padat dan dapat
menimbulkan resiko kesehatan masyarakat dan lingkungan karena
mengandung kontaminan. Analisis TCLP akan menentukan mana dari
kontaminan yang teridentifikasi toksik (berdasarkan Environmental
Protection Angency atau EPA) dalam bentuk lindi dan konsentrasinya. LC50
(Median Lethal Concentration) adalah uji toksisitas hayati menggunakan
hewan uji untuk mengetahui konsentrasi yang menyebabkan kematian
hewan uji sebanyak 50%. Waktu pengamatan pada umumnya adalah 96 jam
dan biota uji yang digunakan mengacu pada US-EPA. Untuk mengetahui
nilai LC-50, digunakan uji statik. Ada dua tahapan dalam penelitian yaitu:
uji pendahuluan (untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu konsentrasi
yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan kematian
terkecil mendekati 50%) dan uji lanjutan (setelah diketahui batas kritis,
selanjutnya ditentukan konsentrasi berdasarkan seri logaritma konsentrasi).
3.1.2. Slag Nikel Sebagai Subsitusi Parsial Dengan Aditif Serbuk Kaca Dan
Semen Portland Dalam Pembuatan Beton
Beton adalah material yang dibentuk komposit dari bahan batu-batuan yang
direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar)
dan ditambah ddengan pasta semen. Singkatnya dapat dikatakan bahawa semen
mengikat pasir dan bahan-bahan agregat lain (batu kerikil, basalt dan sebagainya).
Nawy (1985) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan intraksi mekanis dan
kimiawi dari material pembentuknya. Sedangkan Neville dan Brooks (1987)
mendefinisikan ditinjau dari keragaman material pembentuk beton yaitu bahan yang
terbuat dari berbagai macam tipe semen, agregat dan juga bahan pozzolan slag dan
lain-lain. Dan menurut Supartono (1998) ternyata criteria beton tinggi juga berubah
sesuai dengan perkembangan jaman, beton dikatakan mutu tinggi jika kekuatan
tekannya diatas 50 Mpa sampai 80 Mpa adalah beton mutu sangat tinggi. Ada
beberapa fakta yang mempengaruhi kekuatan beton mutu tinggi:
a. Air
Air tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, bahan padat sulfat dan
bahan lainnya yang dapat merusak beton. Sebaiknya digunakan air yang
dapat digunakan untuk minum.
b. Agregat kasar
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori,
agregat kasar dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak
melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% yang
diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,63
mm.
c. Agregat halus
Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan 4,8
mm (ASTM 1982).
d. Semen
Semen adalah hasil industri dari perpaduan bahan baku batu gamping
sebagian bahan utama. Semen yang digunakan dalam pembuatan beton
dengan menggunakan slag nikel ini ialah semen Portland, semen Portland
yang merupakan campuran silikat kalsium, alumunium, kalsium dan dapat
berhidrasi bila diberi air, yaitu semen Portland dengan tipe Portland
Composite Cement (PCC). Portland Composite Cement (PCC) merupakan
bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama slag, gypsum dan
satu atau lebih bahan anorganik. Kegunaan semen jenis ini sesuai untuk
konstruksi beton umum, pasangan batu bata, plesetan bangunan khusus
seperti beton para cetak dan paving block.
Pada kegiatan ini slag nikel dihaluskan dan dicampur dengan berbagai variasi
persentase bubuk slag nikel dan semen. Berdasarkan kehalusan slag nikel yang ada,
maka dalam kegiatan ini, beton dibuat dalam tiga jenis spesimen, yaitu:
1. Beton normal tanpa bubuk slag nikel dengan symbol BPOC (beton Ordinary
Portland Cement).
2. Beton dengan campuran bubuk slag nikel dengan specific surface sebesar 284
m2/kg dengan symbol BSSA (Beton Specific Surface A).
3. Beton dengan campuran bubuk slag nikel dengan specific surface sebesar 306
m2/kg dengan symbol BSSB (Beton Specific Surface B).
Adapun hasil kuat tekan rata-ratanya dapat dilihat pada table 3.2.
Table 3.2. Kuat tekan beton rata-rata
Kode Subsitusi Kuat Tekan rata-rata (Mpa)
Beton Semen BTN 3 hari 14 hari 28 hari 56 hari 90 hari
BOPC 100% 0% 49,85 59,88 65,92 66,34 66,54
90% 10% 42,47 54,01 66,71 68,71 70,06
80% 20% 40,89 54,93 62,21 64,38 67,13
70% 30% 36,35 48,76 56,47 64,84 67,96
BSSA
60% 40% 32,15 47,39 54,80 62,17 64,38
50% 50% 23,07 34,27 42,10 53,38 56,09
40% 60% 17,36 28,52 40,81 45,60 51,47
90% 10% 46,47 64,54 67,13 69,33 72,12
80% 20% 36.77 64,13 68,75 70,21 71,87
70% 30% 27,57 51,76 57,59 67,21 69,38
BSSB
60% 40% 28,57 45,76 53,22 58,05 59,96
50% 50% 21,99 35,44 43,31 54,22 57,75
40% 60% 18,99 31,23 41,77 47,72 52,76
*Bubuk slag nikel. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan 1juni 2005
Keempat macam penanggulangan secra teknis tersebut diatas dapat dilakukan secara
bersama-sama tergantung pada kajian dan kenyataan yang sebenarnya.
a. Mengubah Proses
Apabila dalam suatu proses industri dan teknologi terdapat bahan buangan
(limbah) yang berupa zat-zat kimia, maka akan terjadi pencemaran lingkungan
baik melalui pencemaran udara, air maupun pencemaran darat. Keadaan ini
harus dihindari yaitu dengan mengubah proses yang ada dan memenuhi
kriteria yang telah disebut diatas. Beberapa proses dalam kegiatan industri dan
teknologi sesudah banyak yang melakukan cara ini dan ternyata berhasil
dengan baik.
b. Mengganti Sumber Energi
Sumber energi yang digunakan pada berbagai kegiatan industri pertambangan
dan teknologi sebagian besar masih menggunakan bahan bakar minyak.
Seperti telah diuraikan bahwa pemakaian bahan bakar minyak akan
menghasilkan komponen tercemar udara yang berupa gas SO2, NO2, H2S dan
lain sebagainya. Pada tahapan pengolahan bahan bakar fosil bisa diganti
dengan LNG (Liquefied Natural Gases) jika pemakain LNG tidak rugi.
c. Mengolah Limbah
Semua kegiatan industri pertambangan dan teknologi selalu akan
menghasilkan limbah yang menimbulkan masalah bagi lingkungan.
Pengelolaan limbah dari bahan bangunan industri dan teknologi dimaksudkan
untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Cara pengelolaan limbah ini
sering disebut dengan waste treatmen atau waste management. Cara
mengelola limbah industri dan teknologi tergantung pada sifat dan kandungan
limbah serta tergantung pula pada rencana pembuangan olahan limbah secara
permanen. Salah satunya bisa menggunakan metode Solidifikasi atau
Stabilisasi.