Anda di halaman 1dari 29

STATUS KEDOKTERAN KELUARGA

“INFEKSI:INFEKSI SALURAN KEMIH”

NAMA : MIRATUNNISA AZZAHRAH

NIM : 201610401011002

Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2018

1
I. IDENTITAS
A. PENDERITA

1. Nama (Inisial) : An. D


2. Umur : 3 thn
3. Jenis Kelamin :P
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : tidak ada
6. Status Perkawinan : Tidak menikah
7. Jumlah Anak : Tidak ada
8. Pendidikan terakhir : Belum sekolah
9. Alamat lengkap : RT 04 RW 03
Desa / Kelurahan Purnorejo
Kecamatan Kandat
Kabupaten Kediri

B. ORANG TUA

1. Nama (Inisial) : Tn S
2. Umur : 40 thn
3. Jenis Kelamin :L
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : .Buruh tani
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Jumlah Anak : 2 orang
8. Pendidikan terakhir : SD tamat
1. Nama (Inisial) : Ny. Y
2. Umur : 45 thn
3. Jenis Kelamin :P
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : .IRT
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Jumlah Anak : 2 orang
8. Pendidikan terakhir : SD tamat

2
C. GENOGRAM
Tn. M , Tn. Y , Tn. Z , Ny. N ,
Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal
thn 2010 thn 2017 thn 1987 thn 1989

Tn. K, 49 Tn. J, 47 Tn. N, Tn. K, 48 Tn R, 43 Tn. S, 40


Ny. Y,
thn, thn, 50 thn, thn, thn. thn, Buruh
45 thn,
petani Petani Petani Petani Petani tani
IRT

Sdr. R, 20 An. D,
thn, Buruh 3 thn.
perusahaan

Keterangan: : Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal serumah

: Meninggal

3
D. INTERAKSI DALAM KELUARGA

Keterangan
Status
Nama Usia Pekerjaan Hubungan Keluarga Domisili
No Sex Perkawinan
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap) (S, I, AK, AA) Serumah
(TK, K, J, D)
Ya Tdk
1 Tn. S L 40 th Buruh tani S K 
2 Ny. Y P 45 th IRT I K 
3 Sdr. R L 20 th Buruh perusahaan AK TK 
4 An. D P 3 thn Tidak bekerja AK TK 

4
II. DATA DASAR KESEHATAN
STATUS MEDIS (Klinis)

KU : panas
Anamnesis : Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSU
Muhammadiyah Surya Melati dengan keluhan panas. Panas sejak 3 hari SMRS. Panas
naik turun, panas tinggi, turun ketika diberi obat penurun panas. Panas disertai nyeri perut
terutama bagian bawah, nyeri bertambah parah ketika berkemih, nyeri kencing (+),
anyang-anyangan disangkal, warna air kencing tidak diperhatikan. Mual (+) , muntah (+),
muntah 1 kali, jumlah sedikit berisi air, keluar cairan dari telinga (-), menggigil (-), batuk
(-), pilek (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), ruam-ruam di badan (-), diare (-), BAB
terakhir pagi hari SMRS. nyeri kepala (-), Anak rewel (+). Anak tidak menggunakan
pempers. Nafsu makan menurun, minum masih mau. Ibu membawa anakya ke tukang pijat
sebelum di bawa ke RS karena nyeri perut yang dialami anaknya.
Pem. Fisik :
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : 4-5-6
3. Tanda Vital
• Frekuensi nadi : 98 x/menit, teratur
• Frekuensi napas : 22 x/menit
• Suhu : 36,80 Celsius (setelah diberikan bodreksin)
4. Kulit : Turgor baik <2 detik
5. Kepala : bentuk kepala normal, lingkar kepala 44 cm dbn (44-46cm)
6. Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil bulat isokor +/+
Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Mata cowong -/-
7. Leher : Dalam batas normal tidak terdapat pembesaran KGB
8. Telinga :Otore (-)
9. Hidung :Pernafasan cuping hidung (-), deviasi septum (-), rinore (-)
10. Tenggorok :Sulit dinilai
11. Mulut : mukosa bibir basah, lidah kotor (-), gusi berdarah (-),
12. Jantung
a. Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
c. Perkusi : Batas jantung kesan normal
d. Auskultasi : Bunyi jantung SI – SII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
13. Thorax
a. Inspeksi : normochest, dada simetris, retraksi -
b. Palpasi : gerak dada simetris
c. Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-
14. Abdomen
a. Inspeksi : Cembung normal, tidak ada massa

5
b. Auskultasi : Bising usus positif normal
c. Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, Lien tidak teraba.
Nyeri tekan (+) di supra simpisis. Turgor baik <2 detik
d. Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen
e. Ektremitas : AHKM + + ,Oedem - -
+ + - -
CRT <2 detik
15. Genitalia : dalam batas normal
16. Status Neurologis
o Meningeal sign (-)
o Reflek fisiologis : BPR/TPR : +2/+2
KPR/APR : +2/+2
o Reflek patologis Ch -/- , Bb -/-
o Motorik : dbn
17. Status gizi
Antropometris:
• Berat Badan (BB) : 13 kg
• BB/U : -2 s/d -3
Simpulan status gizi : gizi kurang

.Gambar 1.1 Berat badan per umur untuk pasien An. D

 Pem Penunjang :
Laboratorium (27/4/2018)

6
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi
1.
Hemoglobin 11,9 10,7-14,7 g/dL

Hematokrit 35,9 33-45

Leukosit 19.980 6000-17.500/mm3

Trombosit 328.000 180-550 ribu/

2. UL

PH 6,0
Berat Jenis 1.010
Reduksi urin -
Eritrosit +2
Leukosit +2
Protein +2
Nitrit +
Keton -
Urobilin -
Bilirubin -
Sedimen leukosit 25-50
Sedimen eritrosit 5-10
Bakteri (+)
4. Widal test
S.Typhi O 1/80
S.Typhi H 1/80
S.Paratyphi A-H 1/80
S.Paratyphi B-H 1/80

• Rw Imunisasi :
Riwayat Imunisasi
Jenis I II III IV
BCG 1 bulan - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak - -
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan

7
Rw Persalinan :
Natal : Anak kedua, lahir normal, usia kehamilan cukup bulan, BBLR 1900
gr

Postnatal : Menangis spontan, Bernafas spontan, icterus (-), sianosis (-), kejang
(-)

Rw KB : Ibu menggunakan KB IUD selama 2 tahun ini

RPD : Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat sakit demam tiphoid (-), DF (-), ISPA (+)

RPK : Di keluarga tidak ada yang sakit seperti ini

8
Riwayat Sosial, Budaya, Ekonomi, Lingkungan dll

UPAYA & PERILAKU KESEHATAN


KETERANGAN
NO KOMPONEN URAIAN UPAYA & PERILAKU (RASIONAL ATAU
IRRASIONAL)
Ibu pasien tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang infeksi saluran kemih
1 Promotif maupun cara menjaga kebersihan organ genital yang baik dan benar, baik di Irrasional
posyandu maupun di puskesmas setempat.
Ibu pasien selalu membersihkan genital pasien dengan air bersih setelah BAB Rasional
dan BAK
2 Preventif
Mencuci celana dalam pasien yang telah kotor Rasional
Ibu pasien membawa pasien ke tukang pijat untuk menyembuhkan nyeri perut Irrasional
pada anaknya

Ibu membawa anaknya ke Bidan untuk diobati panas dan nyeri perutnya serta Rasional
3 Kuratif
nyeri kencingnya dan diberikan obat penurun panas.

Ibu pasien membawa anaknya ke IGD RSU Muhammadiyah Surya Melati untuk
dilakukan pemeriksaan dan perawatan. Rasional
4 Rehabilitatif Pasien beristrahat dan memakan makanan yang bergizi Rasional

9
STATUS SOSIAL
NO KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengkap dan jelas)
Pasien belum bersekolah dan Pasien sehari hari di rumah, bermain dengan ibunya, selain itu pasien
1 Aktifitas sehari-hari
juga kadang bermain dengan teman-teman seusianya di rumah tetangganya.
Pasien lahir dengan berat badan lahir rendah,dan sekarang pasien nafsu makannya kurang dan tidak
menkonsumsi susu serta jarang mengkonsumsi makanan tambahan seperti buah. Pasien memiliki
2 Status Gizi status gizi kurang.
Sehari-hari pasien makan masakan ibu 2-3 kali sehari namun tidak pernah habis dan harus disuapin.
Jajan : jarang.
3 Pekerjaan Pasien usia anak-anak dan belum bekerja.

4 Jaminan Kesehatan Pasien belum dibuatkan jaminan kesehatan apapun oleh orang tuanya.

10
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN
KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
- Tanah dan bangunan rumah milik orangtua sendiri
- Luas bangunan ± 9 x 6 m
- Jenis dinding : tembok
- Jenis lantai : semen
1 Fisik - Sumber penerangan: listrik
- Ventilasi rumah: Kurang
- Atap terbuat dari genting
- MCK: 1 MCK
- Memiliki sumur air sendiri
2 Biologi - Hewan peliharaan: tidak ada
- SPAL: melalui selokan kecil
- Sumber air minum: air sumur
3 Kimia
- Sampah dibakar
- Pabrik di sekitar rumah : -
- Hubungan dengan anggota keluarga harmonis dan saling memperhatikan
4 Sosial - Hubungan dengan tetangga baik, hubungan dengan teman sekitar rumah baik dan erat, komunikasi
berjalan dengan lancar dan baik
5 Budaya - Sering mengikuti pengajian di langgar an yang diadakan tetangga sekitar rumah.
- Pasien dan keluarga tidak memiliki masalah yang serius
6 Psikologi
- Anak yang aktif
- Sumber penghasilan ayah Rp 2.000.000- 2.500.000/bulan, sumber penghasilan ibu Rp 0/bulan
7 Ekonomi - Kebutuhan pengeluaran sekitar Rp 2.500.000/bulan untuk kebutuhan makan, biaya listrik dan
kesehatan

11
8 Ergonomi Pasien bermain di rumah dan di tetangga dengan bebas tanpa memperhatikan ergonomi.

12
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)

Aspek 1:
 Chief complain: panas
 Fear: keluarga khawatir terjadi penyakit yang parah pada anaknya karena anak
rewel dan mengeluh nyeri perut
 Wishes/hope: ingin segera sembuh dan keluhan dari anaknya hilang.

Aspek 2:
 Clinical diagnosis: Infeksi Saluran Kemih (N.30)
 Differential diagnosis: Demam Typhoid (A01.0)

Aspek 3:
 Riwayat BBLR
 Gizi kurang
 Membersihkan genitalia dari belakang ke depan

Aspek 4:
 Tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan di Posyandu maupun
Puskesmas
 Tidak memiliki jaminan kesehatan
 Keadaan ekonomi pasien cukup

Aspek 5:
 Fungsi sosial pasien : Tingkat 4

13
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF:

No Aspek Dx Holistik Penatalaksanaan Komprehenship yang dapat dilakukan oleh


(Uraian permasalahan/penyebab maslah kesehatan penderita
berdasarkan tiap aspek)
1 Personal: Promotif:
 Chief complain: panas  Edukasi pada keluarga mengenai penyakit saluran kemih yang diderita
 Fear: keluarga khawatir terjadi penyakit yang parah pada pasien seperti penyebab dan cara pencegahannya agar tidak terulang
anaknya karena anak rewel dan mengeluh nyeri perut kembali.
 Wishes/hope: ingin segera sembuh dan keluhan dari  Edukasi kepada keluarga pasien untuk mengikuti penyuluhan tentang
anaknya hilang. kesehatan genitalia dan saluran kencing di Puskesmas.
 Edukasi kepada keluarga pasien mengenai jaminan kesehatan yang dapat
2 Klinis: dibuat untuk pasien.
 Clinical diagnosis: Infeksi Saluran Kemih (N.30)
 Differential diagnosis: Demam Typhoid (A01.0) Preventif:
Edukasikan untuk:
3 Internal:
 Minum air putih yang banyak
 Riwayat BBLR
 Makan makanan yang bergii dan porsi yang cukup
 Gizi kurang
 Mencuci alat genital dengan baik dan benar yaitu dari arah depan kle
 Membersihkan genitalia dari belakang ke depan
belakang dengan air bersih.
4 Eksternal:
Kuratif:
 Tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan
 MRS
di Posyandu maupun Puskesmas  Infus D5 ½ NS 1150 CC
 Tidak memiliki jaminan kesehatan  Seftriakson iv. 650 mg / Hari, 2 x sehari
 Keadaan ekonomi pasien cukup
 Parasetamol syr Forte 130 mg, 3 x ¾ cth
 Ondansetron : 0,15mg/kgBB (1,95 mg) I.V bolus.
 Diet TKTP
5 Fungsi Sosial:

14
 Fungsi sosial pasien : Tingkat 4 Rehabilitatif:
 Istirahat cukup
 Menjaga pola makan
 Memberikan makanan tambahan seperti susu agar terdapat peningkatan
pada BB anak.
 Menjagan hygiene kelamin

15
V. RESUME KASUS

1. Definisi

Infeksi Slauran Kemih (ISK) merupakan terdapatnya bakteri pada urin


bersamaan dengan adanya gejala infeksi. Terdapat tiga kategori dasar pada ISK
yaitu : Pyelonefritis (ISK atas), Systitis ( ISK bawah) dan bakteriuria
asimtomatis.1 Pada kapita selekta kedokteran dijelaskan bahwa ISK adalah
istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan dan perkembangbiakan
bakteri di dalam saluran kemih, termasuk kandung kemih dan parenkim ginjal,
dalam jumlah yang signifikan. 2,18

2. Epidemiologi

ISK merupakan penyebab demam kedua tersering setelah infeksi saluran


pernapasan pada anak usia < 2tahun. 2

Infeksi Saluran Kemih merupakan salah satu infeksi bakteri yang umum
terjadi pada usia anak-anak, terhitung 5%-14% dari total kunjungan di IGD.
Prevalensi kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan efeknya besar pada
kesehatan anak , mulai dari usia neonatal hingga remaja.3

ISK diderita kebanyakan pada anak wanita sebesar 5% dan 1-2% pada laki-
laki. Pada usia > 1 tahun, baik bakteriuria maupun infeksi saluran kemih lebih
umum terjadi pada wanita. Penelitian yang dilakukan di Swedia memperlihatkan
bahwa setidaknya 3% anak wanita dan 1% anak laki-laki memiliki ISK
simptomatis hingga usia 11 tahun. 1

Insiden dari infeksi saluran kemih meningkat pada usia balita pada
perempuan dan laki-laki, sekitar pada waktu latihan toilet dan pada awal masa
pubertas pada wanita, dan biasanya merupakan infeksi asending.4

Menurut usia, berikut ini tingkat kejadian ISK pada anak wanita :

- 0-3 bulan : 7,5 %


- 3-6 bulan : 5,7 5
- 6-12 bulan : 8,3 %
- >12 bulan : 2,1 % 12

3. Etiologi

Etiologi tersering ISK pada anak ialah Escherichia coli. 2 Hampir seluruh
infeksi saluran kemih melalui asending dari tempat asalnya. Kebanyakan infeksi
berawal dari baldder, dari sini, patogen dapat meluas ke atas ke traktus urinarius
, ke ginjal yang disebut pyelonfritis dan berkemungkinan menyebar ke aliran
darah (bakteriemia). Infeksi bakteri merupakan penyebab paling umum pada

16
ISK, dengan E. Coli menjadi yang paling sering menjadi kuman patogen,
menyebabkan 75 – 90 % dari ISK. 1

Bakteri lainnya adalah spesies Klebsiella, spesies Proteus, spesies


enterococcus. Staphylococcus saprophyticus, terutama pada remaja wanita yang
sedang masa pubertas, Streptococcus group B – dan khusus pada neonatus dapat
ditemukan bakteri Pseudomonas aeruginosa, Fungi ( Spesies Candida) terutama
pada pemasangan instrumen pada traktus urinarius.1

4. Faktor risiko
Faktor resikonya antara lain :

1. Anomali pada anatomi traktus urinariusnya


2. Gangguan berkemih
3. Konstipasi
4. Neurogenik blader
5. Kontaksi detrusor yang tidakbisa dikendalikan
6. Wanita
7. Laki-laki yangbelum sirkumsisi
8. Anak yang menerima antibiotik broadspektrum. 1

Gambar 2.1 Faktor risiko ISK 5

5. Patogenesis
Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen (neonates) atau secara
ascending (anak-anak). Pathogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena

17
tergantung dari banyak faktor host, dan faktor organismenya. Bakteri dalam urine
dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesica urinaria, uretra.6

Pada bayi dan anak-anak biasanya bakteri berasal dari tinjanya sendiri yang
menjalar secara ascending. Bakteri uropatogenik yang melekat pada sel
uroepithelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan
dapat menyebabkan gangguan peristaltic ureter. Melekatnya bakteri ke sel
uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut.7

Mikroorganisme lebih banyak menyebar secara ascending, hal ini dapat


menjelaskan mengapa wanita lebih sering terkena infeksi saluran kemih dari pada
laki-laki. 7

Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi
sebagai anti bakteri. Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri dapat
melekat, membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan
selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter
dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis dari cairan (films of fluid), apalagi bila ada
refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya vesica urinaria yang
terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot, akibatnya rasa ingin miksi
terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frequency), sakit waktu miksi
(dysuria). Mukosa vesica urinaria menjadi edema, meradang, dan perdarahan
(hematuria).6

Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medulla ginjal
dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urine akibat refluks berupa
atrofi ginjal. Pada pielonefritis akut dapat ditemukan focus infeksi dalam parenkim
ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi leukosit polimorfonuklear dalam jaringan
interstitial, akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu. Pada pielonefritis kronis akibat
infeksi, adanya produk bakteri atau zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel
yang rusak, mengakibatkan parut ginjal (renal scarring).7

18
Gambar 2.2 patogenesis ISK 7

Gambar 2.3 Patogenesis ISK 1

Penyebaran secara Hematogen jarang terjadi namun dapat terjadi pada usia
neonatus ataupun pada anak dengan imunodefisiensi. Streptococcus grup B,
Staphylococcus aureus, Candida dan Salmonella dapat menyebabkan pyelonefritis
melalui rute hematogen.7

6. Manifestasi Klinis
Gejala klinis infeksi saluran kemih bagian bawah secara klasik yaitu nyeri bila
buang air kecil (dysuria), sering buang air kecil (frequency), dan ngompol. Gejala
infeksi saluran kemih bagian bawah biasanya panas tinggi, gejala-gejala sistemik,
nyeri di daerah pinggang belakang, namun demikian sulit membedakan infeksi
saluran kemih bagian atas dan bagian bawah berdasarkan klinis saja.7

Klasifikasi berdasarkan lokasi infeksi :

Sistitis : inflamasi paa mukosa blader dengan gejala disuria, stranguria, frekuensi,
urgensi, malodorouse urin, inkontinensia, hematuria, dan nyeri supra pubik.

Pyelonefritis: infeksi piogenik yang difus pada pelvis renal dan parenkima dengan
gejala demam (≥ 38 oC), namun tidak seperti pada usia dewasa, bayi dan balita tidak
terdapat gejala dan tanda yang spesifik seperti kurangnya nafsu makan, gagal
tumbuh, letargi, irritable, comit, dan diare. 17,19,20

19
Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut :

0-1 bulan : gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma,
panas, hipotermia tanpa diketahui penyebabnya, icterus (sepsis)

1 bln – 2thn : panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan


pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras),
air kemih berbau/berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri perut/pinggang

2-6 thn : panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat


menahan kencing, polakisuria, dysuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah
warna, diare, muntah, gangguan pertumbuhan serta anoreksia.

6-18 thn : nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat
menahan kencing, polakisuria, dysuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah
warna.7

Gambar 2.4 Tanda dan Gejala ISK 5

20
Gambar 2.5 alur diagnostik ISK 15
7. Penatalaksanaan sesuai dengan standar diagnosis (medikamentosa dan non
medikamentosa)
Ada 3 prinsip pelaksanaan terapi infeksi saluran kemih :7
1. Memberantas infeksi
2. Menghilangkan faktor predisposisi
3. Memberantas penyulit

21
Gambar 2.5 Terapi parenteral ISK 3

Gambar 2.6 Terapi ISK 11

Gambar 2.7 Tabel pilihan antibiotik pada ISK menurut American Academi of
Pediatrics13
Pemberian antibiotik sebagai terapi ISK :
a. Untuk Aisk bawah atau sistitis : 5-7 hari, per oral
b. Untuk ISK atas atau pielonefritis akut : 7-10 hari antibiotik parenteral
Jika setelah 3-4 hari pemberian antibiotik parenteral tampak
perbaikan klinis, pengobatan dapat dilanjutkan dengan antibiotik
oaral sampai pemberian antibiotik selesai atau lama pemberian
parenteral dan oral : 7-10 hari (Switch terpy).
c. Untuk ISK pada neonatus : 10-14 hari, parenteral.

22
d. Pemberian antibiotik parenteral harus dipertimbangkan pada anak
yang toksik, muntah, dehidrasi, ataupun yang mempunyai kelainan
pada sistem saluran kemih.
e. Jika kondisi pasien tidak membaik dalam waktu 48 jam, perlu
dilakukan biakan urin ulangan dan pertimbangan melakukan
pemeriksaan pencitraan segera untuk mengetahui kelainan urologi. 14
AAP (American Academy of Pediatrics) membuat guideline dalam proses diagnostik ISK
yaitu ditemukannya piuria atau bakteriuria pada analisa urin dan pada kultur urin yang
positif menampakkan pertumbuhan bakteri > 50.000/CFUs (Colony Forming Unit)
dapat dikomfirmasi merupakan suatu ISK. Dengan mengacu pada pemeriksaan
radiololgi, dengan menggunakan RBUS ( Renal-Bladder Ultrasonography) untuk
diagnostik pada seluruh pasien dan VCUG ( Voiding Ctstouretrography), pada kasus
tertentu saja. Adapun kriteria dalam menggunakan VCUG adalah : 1. Hasil yang
abnormal pada RBUS, 2. Infeksi yang recurrent, 3. Atypical clinical course. 16

8. Komplikasi
 Gangguan ginjal akut
 Bakteremia
 Sepsis
 Penyakit ginjal kronis
ISK dapt menyebabkan gagal ginjal akut, baktrmia, sepsis dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,
komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada
8-40 % pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko
terjadinya parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian
antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran
kemih.

9. Prognosis

Kematian sangat jarang terjadi pada anak dengan ISK. Systitis dapat
meberikan gejala radang saluran kemih seperti: urgensi, frekuensi, serta disuria
dan memerlukan antibiotik, namun jarang menyebabkan kerusakan ginjal. 12

Morbiditas yang brhubungan dengan pyelonefritis terkarakteristik dengan gela


sistemik, seperti demam, nyeri prut, muntah, dan dehidrasi. Bakterimia dan
sepsis klinis dapat terjadi. 12

Anak dengan pyelonefritis dapat mengalami inflamasi fokal pada ginjal atau
terjadi abses renal. Inflamasi apapun yang terjadi pada parenkim ginjal dapat
menjadi scar. 12

Komplikasi jangka panjang dari pyelonefritis adalah : hipertensi, kerusakan


fungsi ginjal dan gagal ginjal. 12

23
Dehidrasi merupakan komplikasi akut yang umum terjadi pada ISK anak.
Pemeberian cairan intravena diperlukan pada beberapa kasus. 12

Di negara berkembang, komplikasi sudah jarang terjadi oleh karena


perkembangan terapi dan pelayanan kesehatan.12

24
Lampiran:
- Foto home visit dan home care

WC Kamar tidur

Ruang
Tamu

Rumah
pasien
tampak
dari
depan

25
- Foto pada saat anamnesis dan pemeriksaan fisik

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Farzana Hamid, dkk. 2013. Urinary Tract Infection in Children: A review. Delta Med

Col. J. Vol. 2: Hal. 51-57.

2. Novita, Suprapto. Sudung O. 2014. Infeksi Saluran Kemih dalam Kapita Selekta

Kdokteran. Jakarta. Edisi 4. Hal. 91-92.

3. Eric, Baligian. Michael, Burk. 2018. Urinary Track Infections in Children. Pediatrics in

Review Journal. Vol. 39. No. 1. USA. Viewed 1 Mei 2018

http://pedsirevie.aappublications.org/

4. Elizabeth C. Jackson. 2015. Urinary Track Infection : Knowledge Updates and a Salute

to the Future. Departemen of Urology and Nephrology, Cincinnati Children’s Hospital

Medical Center. Pediatrics in Review Journal. Vol. 36. No.4. USA. Viewed 1 Mei 2018

http://pedsirevie.aappublications.org/

5. Claudia Espinosa, dkk. 2015. Teurapetics of Pediatrics Urinary Track Infections.

ImedPub Journals. Vol. 7 No. 5:4. China. Vied on 2 mei 2018.

http://wwwimedpub.com

6. Rusdidjas, Rafita Ramayati. 2002. Infeksi Saluran Kemih. In : Buku Ajar Nefrologi

Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Pp : 142-157.

7. Noer, M. Sjaifullah., Soemiarso, Niniek. 2008. Infeksi Saluran Kemih. In : Pedoman

Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2 nd ed.

Surabaya : FK Universitas Airlangga. Pp : 122-126

8. Eppy. 2009. Diare Akut. Medicinus: Scientific journal of pharmaceutical development

and medical application Vol 22 No 3, Edition September-November 2009

9. Seung joo lee. 2015. Clinical Guidline for Childhood Urinary Tract Infection (Second

Revition). Chil. Kidney Dis. Vool. 19. Hal. 56-64. Seoul, South Korea. Viewed on 2

mei 2018

27
<www.chikd.org>

10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana

Diare pada Balita. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan

11. Ana, Cristina. Eduardo. 2015. Update on the approch of Urinary Track Infection In

Childhood. Journal de Pediatria. Elsevier. Bazil.

12. Donna, J Fisher. 2017. Pediatric Urinary Track Infection. Emedicine. USA. Viewed on

2 Mei 2018.

Https://emedicine.medscape.com/article/969643-ovrview#a1

13. Subcommitte on UTI. Urinary Tract Infection : Clinical Practice Guideline for the

Diagnosis and Management of the Initial UTI in Febrile Infant and Children 2024

Months. American Academy of Pediatrics. USA. Pediatrics Volume 128. No. 3. Pp.

595-610.

14. Sudung O, Pardede, dkk. 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Ikatan

Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi. Jakarta.

15. Hsiao, Wen Chen, dkk. 2011. Urinary Tract Infection in Children. Viewed on 3 Mei

2018

<www.intchopen.com>

16. Da Min Choi,dkk. 2015. Evaluation of New American Academyof Pediatric Guideline

for Febrile Urinary Tract Ifection”. Korean Journal Pediatric. Vol. 58, No. 9. Hal. 341-

346.

17. Raimund Stein, dkk. 2014. Urinary Tract Infections in Children:EAU/ESPU

Guidelines.European Assosiation of Urology.Hal. 546-558.

18. Andi Alfian,dkk. 2014. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter Di fasilitas Pelayanan

Kesehatan Primer. Ikatan Dokter Indonesia. Edisi Revisi. Hal. 558-562.

28
19. Rakel. R.E. Rakel, D.P. 2011. Textbook of Family Medicine. 2011.

20. Hooton TM.2012 Uncomplicated Urinary Tract Infection.Hooton. N Engl J Med.; 366:

1028-37.

29

Anda mungkin juga menyukai