NIM : 201610401011002
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2018
1
I. IDENTITAS
A. PENDERITA
B. ORANG TUA
1. Nama (Inisial) : Tn S
2. Umur : 40 thn
3. Jenis Kelamin :L
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : .Buruh tani
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Jumlah Anak : 2 orang
8. Pendidikan terakhir : SD tamat
1. Nama (Inisial) : Ny. Y
2. Umur : 45 thn
3. Jenis Kelamin :P
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : .IRT
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Jumlah Anak : 2 orang
8. Pendidikan terakhir : SD tamat
2
C. GENOGRAM
Tn. M , Tn. Y , Tn. Z , Ny. N ,
Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal
thn 2010 thn 2017 thn 1987 thn 1989
Sdr. R, 20 An. D,
thn, Buruh 3 thn.
perusahaan
Keterangan: : Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Meninggal
3
D. INTERAKSI DALAM KELUARGA
Keterangan
Status
Nama Usia Pekerjaan Hubungan Keluarga Domisili
No Sex Perkawinan
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap) (S, I, AK, AA) Serumah
(TK, K, J, D)
Ya Tdk
1 Tn. S L 40 th Buruh tani S K
2 Ny. Y P 45 th IRT I K
3 Sdr. R L 20 th Buruh perusahaan AK TK
4 An. D P 3 thn Tidak bekerja AK TK
4
II. DATA DASAR KESEHATAN
STATUS MEDIS (Klinis)
KU : panas
Anamnesis : Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSU
Muhammadiyah Surya Melati dengan keluhan panas. Panas sejak 3 hari SMRS. Panas
naik turun, panas tinggi, turun ketika diberi obat penurun panas. Panas disertai nyeri perut
terutama bagian bawah, nyeri bertambah parah ketika berkemih, nyeri kencing (+),
anyang-anyangan disangkal, warna air kencing tidak diperhatikan. Mual (+) , muntah (+),
muntah 1 kali, jumlah sedikit berisi air, keluar cairan dari telinga (-), menggigil (-), batuk
(-), pilek (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), ruam-ruam di badan (-), diare (-), BAB
terakhir pagi hari SMRS. nyeri kepala (-), Anak rewel (+). Anak tidak menggunakan
pempers. Nafsu makan menurun, minum masih mau. Ibu membawa anakya ke tukang pijat
sebelum di bawa ke RS karena nyeri perut yang dialami anaknya.
Pem. Fisik :
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : 4-5-6
3. Tanda Vital
• Frekuensi nadi : 98 x/menit, teratur
• Frekuensi napas : 22 x/menit
• Suhu : 36,80 Celsius (setelah diberikan bodreksin)
4. Kulit : Turgor baik <2 detik
5. Kepala : bentuk kepala normal, lingkar kepala 44 cm dbn (44-46cm)
6. Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil bulat isokor +/+
Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Mata cowong -/-
7. Leher : Dalam batas normal tidak terdapat pembesaran KGB
8. Telinga :Otore (-)
9. Hidung :Pernafasan cuping hidung (-), deviasi septum (-), rinore (-)
10. Tenggorok :Sulit dinilai
11. Mulut : mukosa bibir basah, lidah kotor (-), gusi berdarah (-),
12. Jantung
a. Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
c. Perkusi : Batas jantung kesan normal
d. Auskultasi : Bunyi jantung SI – SII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
13. Thorax
a. Inspeksi : normochest, dada simetris, retraksi -
b. Palpasi : gerak dada simetris
c. Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-
14. Abdomen
a. Inspeksi : Cembung normal, tidak ada massa
5
b. Auskultasi : Bising usus positif normal
c. Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, Lien tidak teraba.
Nyeri tekan (+) di supra simpisis. Turgor baik <2 detik
d. Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen
e. Ektremitas : AHKM + + ,Oedem - -
+ + - -
CRT <2 detik
15. Genitalia : dalam batas normal
16. Status Neurologis
o Meningeal sign (-)
o Reflek fisiologis : BPR/TPR : +2/+2
KPR/APR : +2/+2
o Reflek patologis Ch -/- , Bb -/-
o Motorik : dbn
17. Status gizi
Antropometris:
• Berat Badan (BB) : 13 kg
• BB/U : -2 s/d -3
Simpulan status gizi : gizi kurang
Pem Penunjang :
Laboratorium (27/4/2018)
6
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
1.
Hemoglobin 11,9 10,7-14,7 g/dL
2. UL
PH 6,0
Berat Jenis 1.010
Reduksi urin -
Eritrosit +2
Leukosit +2
Protein +2
Nitrit +
Keton -
Urobilin -
Bilirubin -
Sedimen leukosit 25-50
Sedimen eritrosit 5-10
Bakteri (+)
4. Widal test
S.Typhi O 1/80
S.Typhi H 1/80
S.Paratyphi A-H 1/80
S.Paratyphi B-H 1/80
• Rw Imunisasi :
Riwayat Imunisasi
Jenis I II III IV
BCG 1 bulan - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak - -
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan
7
Rw Persalinan :
Natal : Anak kedua, lahir normal, usia kehamilan cukup bulan, BBLR 1900
gr
Postnatal : Menangis spontan, Bernafas spontan, icterus (-), sianosis (-), kejang
(-)
8
Riwayat Sosial, Budaya, Ekonomi, Lingkungan dll
Ibu membawa anaknya ke Bidan untuk diobati panas dan nyeri perutnya serta Rasional
3 Kuratif
nyeri kencingnya dan diberikan obat penurun panas.
Ibu pasien membawa anaknya ke IGD RSU Muhammadiyah Surya Melati untuk
dilakukan pemeriksaan dan perawatan. Rasional
4 Rehabilitatif Pasien beristrahat dan memakan makanan yang bergizi Rasional
9
STATUS SOSIAL
NO KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengkap dan jelas)
Pasien belum bersekolah dan Pasien sehari hari di rumah, bermain dengan ibunya, selain itu pasien
1 Aktifitas sehari-hari
juga kadang bermain dengan teman-teman seusianya di rumah tetangganya.
Pasien lahir dengan berat badan lahir rendah,dan sekarang pasien nafsu makannya kurang dan tidak
menkonsumsi susu serta jarang mengkonsumsi makanan tambahan seperti buah. Pasien memiliki
2 Status Gizi status gizi kurang.
Sehari-hari pasien makan masakan ibu 2-3 kali sehari namun tidak pernah habis dan harus disuapin.
Jajan : jarang.
3 Pekerjaan Pasien usia anak-anak dan belum bekerja.
4 Jaminan Kesehatan Pasien belum dibuatkan jaminan kesehatan apapun oleh orang tuanya.
10
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN
KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
- Tanah dan bangunan rumah milik orangtua sendiri
- Luas bangunan ± 9 x 6 m
- Jenis dinding : tembok
- Jenis lantai : semen
1 Fisik - Sumber penerangan: listrik
- Ventilasi rumah: Kurang
- Atap terbuat dari genting
- MCK: 1 MCK
- Memiliki sumur air sendiri
2 Biologi - Hewan peliharaan: tidak ada
- SPAL: melalui selokan kecil
- Sumber air minum: air sumur
3 Kimia
- Sampah dibakar
- Pabrik di sekitar rumah : -
- Hubungan dengan anggota keluarga harmonis dan saling memperhatikan
4 Sosial - Hubungan dengan tetangga baik, hubungan dengan teman sekitar rumah baik dan erat, komunikasi
berjalan dengan lancar dan baik
5 Budaya - Sering mengikuti pengajian di langgar an yang diadakan tetangga sekitar rumah.
- Pasien dan keluarga tidak memiliki masalah yang serius
6 Psikologi
- Anak yang aktif
- Sumber penghasilan ayah Rp 2.000.000- 2.500.000/bulan, sumber penghasilan ibu Rp 0/bulan
7 Ekonomi - Kebutuhan pengeluaran sekitar Rp 2.500.000/bulan untuk kebutuhan makan, biaya listrik dan
kesehatan
11
8 Ergonomi Pasien bermain di rumah dan di tetangga dengan bebas tanpa memperhatikan ergonomi.
12
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)
Aspek 1:
Chief complain: panas
Fear: keluarga khawatir terjadi penyakit yang parah pada anaknya karena anak
rewel dan mengeluh nyeri perut
Wishes/hope: ingin segera sembuh dan keluhan dari anaknya hilang.
Aspek 2:
Clinical diagnosis: Infeksi Saluran Kemih (N.30)
Differential diagnosis: Demam Typhoid (A01.0)
Aspek 3:
Riwayat BBLR
Gizi kurang
Membersihkan genitalia dari belakang ke depan
Aspek 4:
Tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan di Posyandu maupun
Puskesmas
Tidak memiliki jaminan kesehatan
Keadaan ekonomi pasien cukup
Aspek 5:
Fungsi sosial pasien : Tingkat 4
13
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF:
14
Fungsi sosial pasien : Tingkat 4 Rehabilitatif:
Istirahat cukup
Menjaga pola makan
Memberikan makanan tambahan seperti susu agar terdapat peningkatan
pada BB anak.
Menjagan hygiene kelamin
15
V. RESUME KASUS
1. Definisi
2. Epidemiologi
Infeksi Saluran Kemih merupakan salah satu infeksi bakteri yang umum
terjadi pada usia anak-anak, terhitung 5%-14% dari total kunjungan di IGD.
Prevalensi kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan efeknya besar pada
kesehatan anak , mulai dari usia neonatal hingga remaja.3
ISK diderita kebanyakan pada anak wanita sebesar 5% dan 1-2% pada laki-
laki. Pada usia > 1 tahun, baik bakteriuria maupun infeksi saluran kemih lebih
umum terjadi pada wanita. Penelitian yang dilakukan di Swedia memperlihatkan
bahwa setidaknya 3% anak wanita dan 1% anak laki-laki memiliki ISK
simptomatis hingga usia 11 tahun. 1
Insiden dari infeksi saluran kemih meningkat pada usia balita pada
perempuan dan laki-laki, sekitar pada waktu latihan toilet dan pada awal masa
pubertas pada wanita, dan biasanya merupakan infeksi asending.4
Menurut usia, berikut ini tingkat kejadian ISK pada anak wanita :
3. Etiologi
Etiologi tersering ISK pada anak ialah Escherichia coli. 2 Hampir seluruh
infeksi saluran kemih melalui asending dari tempat asalnya. Kebanyakan infeksi
berawal dari baldder, dari sini, patogen dapat meluas ke atas ke traktus urinarius
, ke ginjal yang disebut pyelonfritis dan berkemungkinan menyebar ke aliran
darah (bakteriemia). Infeksi bakteri merupakan penyebab paling umum pada
16
ISK, dengan E. Coli menjadi yang paling sering menjadi kuman patogen,
menyebabkan 75 – 90 % dari ISK. 1
4. Faktor risiko
Faktor resikonya antara lain :
5. Patogenesis
Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen (neonates) atau secara
ascending (anak-anak). Pathogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena
17
tergantung dari banyak faktor host, dan faktor organismenya. Bakteri dalam urine
dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesica urinaria, uretra.6
Pada bayi dan anak-anak biasanya bakteri berasal dari tinjanya sendiri yang
menjalar secara ascending. Bakteri uropatogenik yang melekat pada sel
uroepithelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan
dapat menyebabkan gangguan peristaltic ureter. Melekatnya bakteri ke sel
uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut.7
Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi
sebagai anti bakteri. Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri dapat
melekat, membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan
selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter
dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis dari cairan (films of fluid), apalagi bila ada
refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya vesica urinaria yang
terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot, akibatnya rasa ingin miksi
terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frequency), sakit waktu miksi
(dysuria). Mukosa vesica urinaria menjadi edema, meradang, dan perdarahan
(hematuria).6
Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medulla ginjal
dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urine akibat refluks berupa
atrofi ginjal. Pada pielonefritis akut dapat ditemukan focus infeksi dalam parenkim
ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi leukosit polimorfonuklear dalam jaringan
interstitial, akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu. Pada pielonefritis kronis akibat
infeksi, adanya produk bakteri atau zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel
yang rusak, mengakibatkan parut ginjal (renal scarring).7
18
Gambar 2.2 patogenesis ISK 7
Penyebaran secara Hematogen jarang terjadi namun dapat terjadi pada usia
neonatus ataupun pada anak dengan imunodefisiensi. Streptococcus grup B,
Staphylococcus aureus, Candida dan Salmonella dapat menyebabkan pyelonefritis
melalui rute hematogen.7
6. Manifestasi Klinis
Gejala klinis infeksi saluran kemih bagian bawah secara klasik yaitu nyeri bila
buang air kecil (dysuria), sering buang air kecil (frequency), dan ngompol. Gejala
infeksi saluran kemih bagian bawah biasanya panas tinggi, gejala-gejala sistemik,
nyeri di daerah pinggang belakang, namun demikian sulit membedakan infeksi
saluran kemih bagian atas dan bagian bawah berdasarkan klinis saja.7
Sistitis : inflamasi paa mukosa blader dengan gejala disuria, stranguria, frekuensi,
urgensi, malodorouse urin, inkontinensia, hematuria, dan nyeri supra pubik.
Pyelonefritis: infeksi piogenik yang difus pada pelvis renal dan parenkima dengan
gejala demam (≥ 38 oC), namun tidak seperti pada usia dewasa, bayi dan balita tidak
terdapat gejala dan tanda yang spesifik seperti kurangnya nafsu makan, gagal
tumbuh, letargi, irritable, comit, dan diare. 17,19,20
19
Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut :
0-1 bulan : gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma,
panas, hipotermia tanpa diketahui penyebabnya, icterus (sepsis)
6-18 thn : nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat
menahan kencing, polakisuria, dysuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah
warna.7
20
Gambar 2.5 alur diagnostik ISK 15
7. Penatalaksanaan sesuai dengan standar diagnosis (medikamentosa dan non
medikamentosa)
Ada 3 prinsip pelaksanaan terapi infeksi saluran kemih :7
1. Memberantas infeksi
2. Menghilangkan faktor predisposisi
3. Memberantas penyulit
21
Gambar 2.5 Terapi parenteral ISK 3
Gambar 2.7 Tabel pilihan antibiotik pada ISK menurut American Academi of
Pediatrics13
Pemberian antibiotik sebagai terapi ISK :
a. Untuk Aisk bawah atau sistitis : 5-7 hari, per oral
b. Untuk ISK atas atau pielonefritis akut : 7-10 hari antibiotik parenteral
Jika setelah 3-4 hari pemberian antibiotik parenteral tampak
perbaikan klinis, pengobatan dapat dilanjutkan dengan antibiotik
oaral sampai pemberian antibiotik selesai atau lama pemberian
parenteral dan oral : 7-10 hari (Switch terpy).
c. Untuk ISK pada neonatus : 10-14 hari, parenteral.
22
d. Pemberian antibiotik parenteral harus dipertimbangkan pada anak
yang toksik, muntah, dehidrasi, ataupun yang mempunyai kelainan
pada sistem saluran kemih.
e. Jika kondisi pasien tidak membaik dalam waktu 48 jam, perlu
dilakukan biakan urin ulangan dan pertimbangan melakukan
pemeriksaan pencitraan segera untuk mengetahui kelainan urologi. 14
AAP (American Academy of Pediatrics) membuat guideline dalam proses diagnostik ISK
yaitu ditemukannya piuria atau bakteriuria pada analisa urin dan pada kultur urin yang
positif menampakkan pertumbuhan bakteri > 50.000/CFUs (Colony Forming Unit)
dapat dikomfirmasi merupakan suatu ISK. Dengan mengacu pada pemeriksaan
radiololgi, dengan menggunakan RBUS ( Renal-Bladder Ultrasonography) untuk
diagnostik pada seluruh pasien dan VCUG ( Voiding Ctstouretrography), pada kasus
tertentu saja. Adapun kriteria dalam menggunakan VCUG adalah : 1. Hasil yang
abnormal pada RBUS, 2. Infeksi yang recurrent, 3. Atypical clinical course. 16
8. Komplikasi
Gangguan ginjal akut
Bakteremia
Sepsis
Penyakit ginjal kronis
ISK dapt menyebabkan gagal ginjal akut, baktrmia, sepsis dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,
komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada
8-40 % pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko
terjadinya parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian
antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran
kemih.
9. Prognosis
Kematian sangat jarang terjadi pada anak dengan ISK. Systitis dapat
meberikan gejala radang saluran kemih seperti: urgensi, frekuensi, serta disuria
dan memerlukan antibiotik, namun jarang menyebabkan kerusakan ginjal. 12
Anak dengan pyelonefritis dapat mengalami inflamasi fokal pada ginjal atau
terjadi abses renal. Inflamasi apapun yang terjadi pada parenkim ginjal dapat
menjadi scar. 12
23
Dehidrasi merupakan komplikasi akut yang umum terjadi pada ISK anak.
Pemeberian cairan intravena diperlukan pada beberapa kasus. 12
24
Lampiran:
- Foto home visit dan home care
WC Kamar tidur
Ruang
Tamu
Rumah
pasien
tampak
dari
depan
25
- Foto pada saat anamnesis dan pemeriksaan fisik
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Farzana Hamid, dkk. 2013. Urinary Tract Infection in Children: A review. Delta Med
2. Novita, Suprapto. Sudung O. 2014. Infeksi Saluran Kemih dalam Kapita Selekta
3. Eric, Baligian. Michael, Burk. 2018. Urinary Track Infections in Children. Pediatrics in
http://pedsirevie.aappublications.org/
4. Elizabeth C. Jackson. 2015. Urinary Track Infection : Knowledge Updates and a Salute
Medical Center. Pediatrics in Review Journal. Vol. 36. No.4. USA. Viewed 1 Mei 2018
http://pedsirevie.aappublications.org/
http://wwwimedpub.com
6. Rusdidjas, Rafita Ramayati. 2002. Infeksi Saluran Kemih. In : Buku Ajar Nefrologi
Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2 nd ed.
9. Seung joo lee. 2015. Clinical Guidline for Childhood Urinary Tract Infection (Second
Revition). Chil. Kidney Dis. Vool. 19. Hal. 56-64. Seoul, South Korea. Viewed on 2
mei 2018
27
<www.chikd.org>
Lingkungan
11. Ana, Cristina. Eduardo. 2015. Update on the approch of Urinary Track Infection In
12. Donna, J Fisher. 2017. Pediatric Urinary Track Infection. Emedicine. USA. Viewed on
2 Mei 2018.
Https://emedicine.medscape.com/article/969643-ovrview#a1
13. Subcommitte on UTI. Urinary Tract Infection : Clinical Practice Guideline for the
Diagnosis and Management of the Initial UTI in Febrile Infant and Children 2024
Months. American Academy of Pediatrics. USA. Pediatrics Volume 128. No. 3. Pp.
595-610.
14. Sudung O, Pardede, dkk. 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi. Jakarta.
15. Hsiao, Wen Chen, dkk. 2011. Urinary Tract Infection in Children. Viewed on 3 Mei
2018
<www.intchopen.com>
16. Da Min Choi,dkk. 2015. Evaluation of New American Academyof Pediatric Guideline
for Febrile Urinary Tract Ifection”. Korean Journal Pediatric. Vol. 58, No. 9. Hal. 341-
346.
18. Andi Alfian,dkk. 2014. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter Di fasilitas Pelayanan
28
19. Rakel. R.E. Rakel, D.P. 2011. Textbook of Family Medicine. 2011.
20. Hooton TM.2012 Uncomplicated Urinary Tract Infection.Hooton. N Engl J Med.; 366:
1028-37.
29