IDENTITAS
A. PENDERITA
1. Nama : An. M
2. Jenis Kelamin : laki - laki
3. Usia : 1 tahun 2 bulan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Kyai Sahlan 27 no 30 RT 07 RW 03
Desa / Kelurahan Manyar/ Kecamatan Gresik/
Kabupaten Gresik
6. Alloanamnesis : Ibu kandung pasien
7. Tanggal pemeriksaan : 26 april 2018 pukul 23.15 WIB
8.
B. ORANG TUA
1. Nama : Tn. S / Ny. R
2. Umur : 30 th/29 th
3. jenis kelamin: L/P
4. Agama : Islam/islam
5. pekerjaan : pedagang ikan/ ibu rumah tangga
6. status perkawinan: menikah/menikah
7. jumlah anak : 1 orang
8. alamat lengkap : Jl. Kyai Sahlan 27 no 30 RT 07 RW 03
Desa / Kelurahan Manyar/ Kecamatan Gresik/
Kabupaten Gresik
1
C. GENOGRAM (minimal 3 generasi)
Tn.B
60 th
An.M
14 bln
Keterangan:
Laki –laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
Status Keterangan
Nama Usia Pekerjaan
No Sex Hubungan Keluarga Perkawinan Domisili Serumah
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap)
Ya Tdk
(TK, K, J, D)
1 Tn. B L 60 th tidak bekerja Kakek kandung D - Tdk
2 Tn S L 30 th Pedagang ikan Ayah Kandung K Ya -
3 Ny.R P 29 th Ibu rumah tangga Ibu kandung K Ya -
4 An. M L 27 th - Pasien (anak) TK Ya -
5 Ny. A P 33 th Guru Bibi K - Tdk
Tn. J L 40 th Wiraswasta (Toko) Paman K - Tdk
3
II. DATA DASAR KESEHATAN
KU : Sesak napas
Pemeriksaan Fisik
Berat badan= 11 kg
Tanda vital :
4
RR : 52 x/ menit
Suhu : 38,4 ° C
SpO2 : 96%
Pemeriksaan generalis:
Kepala
Lidah dan bibir : bibir kering (-), lidah kotor(-), faring hiperemis (+)
Thorax
Paru :
Jantung :
-Perkusi :-
Abdomen :
5
Inspeksi : Distensi abdomen (-)
Ekstremitas : Akral hangat kering merah, Capillary Refill Time < 2 detik,
Ptekie (-), oedem (-)
RPD :
RPK:
- Ayah : alergi debu dan udara dingin, berupa gatal – gatal, asma (-)
- Ibu : asma (+)
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Ayah kandung pasien bekerja
sebagai pedagang , sedangkan ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien
tinggal bersama ayah danibu. Ayah pasien sering merokok, namun jarang merokok
di dalam rumah. Kondisi lingkungan rumah pasien tidak terlalu padat, ventilasi di
rumah pasien kurang baik. Pasien tidur menggunakan kasur kapuk. Memiliki
hewan peliharaan ayam di dekat rumah.Jaminan yang digunakan adalah BPJS.
Tidak ada tetangga maupun warga sekitar rumah pasien yang memiliki keluhan
sama dengan pasien
Riwayat Kehamilan
Saat hamil ANC rutin di bidan, riw.tekanan darah tinggi saat hamil (-), konsumsi
obat-obatan selama hamil (-), konsumsi jamu (-).
6
Riwayat Kelahiran :
Pasien merupakan anak pertama, Aterm / Spontan / ditolong bidan / BBL 3000 g /
Langsung menangis / asfiksia (-) / cyanosis (-) / ikterik (-) / kel.kongenital (-)
Riwayat Imunisasi :
7
Riwayat Sosial, Budaya, Ekonomi , Lingkungan
Istirahat
4 Rehabilitatif Rasional
Meneruskan pemberian makanan dan susu formula
8
STATUS SOSIAL
- TB= 80 cm
- BB= 11 kg
2 Status Gizi - Makan 2-3 kali/hari Makan berupa bubur kasar nasi dengan lauk seperti tempe , telur. Ibu pasien
jarang memerikan buah- buahan dan sayuran
- Minum susu formula
3 Pekerjaan -
9
KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
Rumah di kawasan padat penduduk. Rumah milik pribadi ukuran 10x9 m2, berdinding tembok, lantai
berkeramik, ventilasi kurang
Kamar pasien menggunakan kasur kapuk , menggunakan kipas angin
1 Fisik
Sumber penerangan listrik, pencahayaan cukup
MCK 1 buah, milik pribadi, Septic tank ditanam dibawah banguanan rumah
Dapur bersebelahan dengan MCK menggunakan penyekat
Menanam tumbuhan di dalam pot yang diletakkan didepan rumah
2 Biologi
memelihara hewan ayam 3 ekor ,di letakkan dibelakang rumah didekat dapur
SPAL melalui selokan kecil
3 Kimia Sumber air minum dari sumur
Dikamar menggunakan obat nyamuk elektrik
Hubungan antara pasien dengan keluarga baik dan harmonis
4 Sosial
Hubungan dengan tetangga juga baik
Ibu tidak mengerti cara untuk memperlancar ASI sehingga tidak keluar dan anak minum susu
5 Budaya
formula sejak usia 4 bulan
Hubungan ibu dan pasien dekat dan mendapat kasih sayang
6 Psikologi
Pasien bertemu ayah nya pada saat pagi dan menjelang tidur malam
Rumah warisan dari orang tua ibu
Pendapatan keluarga diperoleh dari ayah pasien
7 Ekonomi
Perabot rumah tangga milik sendiri
Sumber penghasilan ayah Rp. 1.500.000/bulan
8 Ergonomi Pasien tidur menggunakan kasur kapuk
10
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)
Aspek 1:
- Chief complain : sesak, demam, batuk, pilek
- Fear : takut jika sesak nya terus menerus
- Wishes/hope : berharap segera sembuh
Aspek 2:
- Clinical diagnosis : Bronkiolitis
- Differential Diagnosis : 1. Bronkopneumonia
2. Asma
Aspek 3:
- Belum mengerti pentingnya nutrisi dari makan dan ASI sebagai faktor
Aspek 5
11
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF :
- Chief complain : sesak, demam, batuk, pilek - Rutin mengikuti posyandu dan imunisasi
- Fear : takut jika sesak nya terus menerus
- Wishes/hope : berharap segera sembuh - Edukasi kepada orang tua pasien tentang nutrisi makanan yang bisa
diberikan kepada pasien agar dapat meningkatkan imunitas tubuh
- Mengurangi faktor resiko memperberat sakit pasien seperti debu dan
2 Klinis: faktor alergen lain seperti kasur kapuk bisa diganti dengan bahan lain.
Belum mengerti pentingnya nutrisi dari makan dan ASI sebagai dan bahan alergen seperti kasur kapul, kewan peliharaan
-
faktor menjaga imunitas tubuh Kuratif:
12
4 Eksternal: - Rawat jalan
- O2 nasal kanul 2 Lpm
- Keadaan ekonomi keluarga cukup - paracetamol syr 120 mg/5ml 1cth 3-4x / hari
- Keadaan pendidikan keluarga pasien yang cukup - nebul ventolin ½ +Nacl 2 cc
- Pasien mendapatkan perhatian dan kasih sayang cukup - Diet TKTP
Monitoring :
dari ibu, namun ayah pasien jarang bersama pasien
- Vital sign
karena pekerjaannya - Keluhan : : sesak, demam, batuk, pilek
- pasien tidur menggunakan kasur kapuk
Rehabilitatif:
- memiliki hewan peliharaan di dekat rumah
- ayah pasien sering merokok - Istirahat yang cukup
-
- Makan makanan yang bergizi
5 Fungsi Sosial:
(orang tua).
13
V. RESUME KASUS
2.1 Definisi
istilah yang digunakan pada mengi (wheezing)yang terjadi pertama kali akibat
2.2 Epidemiologi
perawatan di Rumah Sakit.1 Angka kejadian bronkiolitis menurun tajam pada usia
imun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami bronkiolitis berat yang
keluatga yang terinfeksi, atau melalui kontak dengan tang yang terkontaminasi
sekret penderita. Di Amerika Serikat, puncak kejadian tahunan terjadi pada akhir
musim dingin dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Anak laki – laki
lebih sering terinfeksi dibandingkan dengan anak perempuan dengan rasio 1,5 : 1.2
Hal yang khas pada bronkiolitis akut adalah inflamasi respiratori dan
14
berkaliber kecil dan mengakibatkan timbulnya aliran ekspirasi yang inadekuat.
Sebagian besar kasus bronkiolitis berat terjadi pada bayi, hal ini terjadi akibat
kaliber saluran respiratori yang lebih kecil dan sistem pertahanan respiratori yang
masih imatur.2
2-4 bulan, dimulai pada bulan Oktober / November dan memuncak pada bulan
Januari atau Februari. Sedangkan 93% kasus terjadi antara bulan November dan
awal April, kasus sporadis dapat terjadi sepanjang tahun. Dalam iklim tropis /
subtropis, angka kejadian lebih lama dan tampaknya berkorelasi dengan musim
hujan. Tingkat serangan dalam keluarga setinggi 45% dan lebih tinggi di pusat
2.3 Etiologi
yaitu sekitar 50% - 90%, diikuti oleh human meta pneumovirus, virus influenza,
virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, dan yang peling jarang yaitu , dan
15
Usia kehamilan (bayi lahir < 29 minggu merupakan faktor risiko
2.5 Patofisiologi
merupakan tempat konduksi terakhir dari saluran pernapasan. Asinus (yaitu, unit
pertukaran gas paru – paru) terdiri dari bronkiolus, saluran alveolus, dan alveolus.
Lapisan nronkiolus terdiri dari sel – sel clara yang dapat mensekresi surfaktan dan
Perlukaan atau cedera pada bronkiolus dan akibat interaksi antara sel –
sel inflamasi dan sel mesenkim akan menyebabkan beragam kelainan patologis
dan sindrom klinis. Efek dari cedera bronkiolus dimulai dari 18 – 24 jam setelah
kematian sel alveolus, debris, dan invasi virus; air trapping; atelektasis;
napas.4
16
Mekanisme immunoligi yang kompleks berperan dalam patogenesis
kolostrum yang kaya akan immunoglobulin A (IgA) dapat melindungi anak dari
bronkiolitis. 4,11,12
bronkiolitis dan terjadi dalam 24 jam setelah infeksi. 12 Proliferasi dari sel – sel
goblet terjadi akibat dari sekresi mukus yang meningkat, sedangkan regenerasi
Sitokin dan kemokin, dirilis oleh sel epitel pernapasan yang terinfeksi,
yang terinfeksi.4,13,14
17
Infeksi dimulai dari saluran pernapasan bagian atas, kemudian menyebar
ke saluran pernapasan bagian bawah dalam beberapa hari. Infeksi dari virus ini
akan menyebabkan inflamsi pada bronkiolus ditandai dengan infiltrasi sel darah
putih pada peribronkial terutama sel – sel mononuklear dan edema pada
submukosa dan tunika adventicia. Edema terjadi akibat dari perlukaan langsung
oleh virus ataupun secara tidak langsung melalui aktivasi respon immun.3
2.6 Diagnosis
Anamnesis
-
Sering terjadi pada anak usia < 2 tahun insiden tertinggi usia 3 – 6
bulan.
-
Anak yang menderita bronkiolitis mengalami demam atau riwayat
18
-
Bayi dengan bronkiolitis jarang tampak “toksik”. Bayi dengan tampilan
reaction).2
-
Pemeriksaan radiografi menunjukkan hiperinflasi dan infiltrat
(patchy infiltrate), tetapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat ditemukan
pada asma, pneumonia viral atau atipikal, dan aspirasi. Dapat pula
19
ditemukan gambaran atelektasis, terutama pada saat konvalesens akibat
sekret pekat bercampur sel – sel mati yang menyumbat, air trapping,
2.7 Penatalaksanaan
Terapi bronkiolitis terdiri dari terapi suportif, termasuk pemantauan
dari saluran respiratori atas dan pemberian oksigen. Pemberian oksigen dengan
menggunakan nasal kanula seringkali diperlukan. Pada kasus gagal napas atau
bulan, distres respiratori sedang sampai berat, hipoksemia (PO2< 60 mmHg atau
saturasi oksigen < 92% pada suhu kamar), apneu, ketidakmampuan untuk
menerima makanan secara oral dan kurangnya fasilitas perawatan yang ada di
rumah. Rawat inap pada pasien bronkiolitis risiko tinggi harus dipertimbangkan,
cairan melalui mulut atau yang memiliki tingkat pernapasan yang lebih
20
tinggi dari 70 kali / menit. Pasien dengan episode apnea harus
napas, croup, operasi saluran napas, dan asma untuk mengurangi upaya
perlu.4,15
b. Terapi Farmakologi
21
-
Bronkodilator : bronkodilator sering digunakan pada pasien dengan
ini.1,16
pemakaian beta agonis umumnya adalah untuk obstruksi jalan napas
pembersihan jalan napas. Batuk dan arus udara adekuat menjadi usaha
tersebut.9,17
-
Antiviral dan antibiotik: terapi antivirus tidak rutin dianjurkan untuk
mengurangi lama pemakaian ventilasi mekanik dan rawat inap, efek ini
22
imunosupresif yang mendasari dan bayi yang sakit parah dengan atau
tanpa ventilasi mekanik; pasien rawat inap usia < 6 minggu atau yang
pada anak dengan bronkiolitis. Studi jangka panjang tindak lanjut dari
23
hari pengobatan. Sumner et al, menggunakan data dari percobaan
virus. Dalam secara acak, double-blind trial dari 187 bayi yang lebih
lebih baik dari garam 0,9%, dan lebih baik dari saline hipertonik 3%.4
Inhalasi salin hipertonis mempengaruhi bersihan mukosiliar melalui
beberape mekanisme :
-
Efek mukolitik dengan memutuskan ikatan ion antar molekul gel
surface liquid).
-
Memicu batuk sehingga menimgkatkan daya bersihan jalan napas.
-
Mengurangi produksi biofilm Pseudomonas aeruginosa.
-
Meningkatkan kadar dua thiol (glutation dan tiosianat) yang
klinis bayi dirawat di rumah sakit yang tidak memakai ventilasi dimana
24
dengan lama tinggal di rumah sakit, kebutuhan oksigen, atau keparahan
skor klinis pada bayi dengan bronkiolitis. 4 Sebuah 2012 Cochrane review,
dada (getaran dan perkusi atau teknik ekspirasi paksa) telah menunjukkan
mungkin saja terjadi takipneu dan hipoksia, yang mengarah pada gagal napas
bronkiolitis.2,20
dapat terjadi kelainan minor pada fungsi paru dan hipereaktivitas bronkus
yang menetap selama bebrapa tahun. Penyakit ini mungkin kambuh tetapi
umumnya ringan, tetapi tetap harus dinilai dan diperlakukan sama seperti saat
lebih tinggi pada anak yang pernah dirawat dengan bronkiolitis saat bayi,
tetapi hal ini belum dapat diterangkan apakah kejadian ini bersifat kausal atau
25
jika anak rentan terhadap asma lebih memiliki kecenderungan untuk dirawat
di rumah sakit bila mengalami bronkiolitis. Angka kematian pada penyakit ini
adalah sekitar 1% - 2%, dan angka kematian tertinggi terjadi pada bayi
2.9 Pencegahan
anak berusia kurang dari 2 tahun dengan penyakit paru kronok (displasia
bronkopulmoner), bayi berat lahir sangat rendah (very low birth weight), dan
pada bayi dengan penyakit jantung kongenital, baik sianotik maupun non-
sianotik. Imunisasi influenza pada anak berusia lebih dari 6 bulan dapat
DAFTAR PUSTAKA
26
4. Maraqa, Nizar. 2017. Bronchiolitis. Pediatric General Medicine.
Medscape.
5. Papoff P, Moretti C, Cangiano G, et al. Incidence and predisposing factors
for severe disease in previously healthy term infants experiencing their
first episode of bronchiolitis. Acta Paediatr. 2011 Jul. 100(7):e17-23.
6. Stockman LJ, Curns AT, Anderson LJ, Fischer-Langley G. Respiratory
syncytial virus-associated hospitalizations among infants and young
children in the United States, 1997-2006. Pediatr Infect Dis J. 2012 Jan.
31(1):5-9.
7. World Health Organization. Health in 2015. Global Health Observatory
data. Available at http://www.who.int/gho/database/en/. December 2015;
Accessed: July 8, 2016.
8. Pudjadi, A., Hegar, B., Handryastuti, S., dkk,. 2009. Pedoman Pelayanan
Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal. 30 – 33
9. Anam, S., Kaswandani, N., Indawati, W., dkk. 2017. Better Respiratory to
the Health of All Indonesian Children. Indonesia Pediatric Respirology
Meeting 7th. UKK Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal. 141 –
162.
10. Hospital Care of Children in 2016. Bronchiolitis. Available at
http://www.ichrc.org/441-bronkiolitis
11. Irwan dkk, 2016. Diagnosis Dan Penanganan Terkini Bronkiolitis Pada
Anak. CDK-241 vol 43 no. 6.
12. Suprianto, B, 2006.Infeksi Respiratorik Bawah Akut Pada Anak. Sari
pediatri vol. 8 no.2 hal 100-106
13. Maraqa,N, 2018. Bronchiolitis. Division of Pediatric Infectious Diseases
and Immunology,University of Florida College of Medicine at
Jacksonville. https://emedicine.medscape.com/article/961963-overview
14. American Academy Of Pediatric.2006. Clinical Practice Guideline: The
Diagnosis, Management, And Prevention Of Bronchiolitis.
http://pediatrics.aappublications.org/content/pediatrics/134/5/e1474.full.pd
f
15. Gavin, R, 2010. Bronchiolitis . Starship Children’s Health Clinical
Guideline.
http://www.adhb.govt.nz/starshipclinicalguidelines/_Documents/Bronchiol
itis.pdf
27
16. Subanada, IB, 2009. Faktor- faktor yang berhubungan dengan bronkiolitis
akut. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD-RSUP Sanglah,
Denpasar. Sari pediatri vol. 10 no. 6
17. National Institute For Health And Care Excellent. 2015. Bronchiolitis In
Children: Diagnosis And Management.
https://www.nice.org.uk/guidance/ng9/resources/bronchiolitis-in-children-
diagnosis-and-management-pdf-51048523717
18. Oymar, K, 2014. Acute Bronchiolitis In Infant:Rview. Scandinavian
Journal Of Trauma Resusitation Et Emergency Medicine.
http://www.sjtrem.com/content/22/1/23
19. Cornelli, Et Al. 2012. Bronchiolitis. Pediatric Emergency Care Vol 28: 99-
103
20. Sharma, BS. 2016. Diagnosis & Management of Bronchiolitis in Children:
An Update. Austin J Emergency & Crit Care Med. 2017; 4(1): 1053.
Lampiran
28
Gambar :ruang tamu
29
Gambar : pasien dan ibunya
30