𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
1 𝑡1
𝑉1 = 𝑉1 + 𝑡1 𝑉0 = 𝑉0 (1 + )
273 273
Pada temperatur t2°C untuk tekanan yang sama gas mempunyai volume
𝑡2
𝑉2 = 𝑉0 (1 + )
273
Jika persamaan 1 dibagi dengan persamaan 2 menjadi:
𝑉1 (273 + 𝑡1 )
=
𝑉2 (273 + 𝑡2 )
Lambang t menyatakan temperatur dalam skala °C. Di samping skala Celcius orang
dapat memakai Kelvin (°K) dimana 0°K = -273 °C. Temperature skala °K disebut
temperatur mutlak dengan lambang T. Hubungan antara t dengan T dapat dituliskan:
Jika temperatur dinyatakan dalam temperatur mutlak (°K) maka dapat dituliskan
sebegai berikut:
𝑉1 𝑇1
=
𝑉2 𝑇2
Jadi karena persamaan di atas Hukum Charles dapat pula dikatakan “Pada proses
tekanan tetap, volume gas berbanding lurus dengan temperatur mutlaknya”.
c) Persamaan Keadaaan
Hukum Boyle dan Charles dapat digabungkan menjadi hukum Boyle Charles yang
dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑃𝑉 = 𝐺𝑅𝑇
Harga R berbeda untuk masing-masing gas. Untuk udara kering harga R = 29,27 m/°K
sedangkan untuk udara lembab R = 29,46 m/°K.
Persamaan di atas dapat pula ditulis secara lain sbb:
𝑃𝑣 = 𝑅𝑇
Dimana v : V/G adalah volume spesifik (m3/kgf) karena v = 1/γ dimana γ = berat jenis
(kgf/m3) maka persamaan di atas dapat pula dituliskan sebagai berikut:
𝑃
= 𝑅𝑇
𝛾
𝑃𝑣
= 𝑅 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑇
1) Kompresi
Proses kompresi dibagi dalam 3 proses yaitu proses isotermal, adiabatik, dan
politropik. Perlakuannya adalah sebagai berikut:
1.1 Kompresi Isothermal
Jika satu gas dikompresikan, maka ada energi mekanik yang diberikan dari
luar kepada gas. Energi ini pun berubah menjadi panas dan temperaturnya naik jika
tekanan semakin tinggi. Namun jika dibarengi dengan pendinginan temperatur dapat
dijaga tetap. Ini disebut dengan kompresi isothermal (temperatur tetap). Hal ini dapat
ditulis sebagai berikut berdasarkan Pers. 7:
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑃𝑣𝑘 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃1 𝑉1𝑘 = 𝑃2 𝑉2𝑘 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
Di mana, k = Cp/Cv,
dengan Cp = 1,005 kJ/(Kg°C) dan Cv=0,712 kJ/(Kg°C)
Jika dibandingkan dengan proses isothermal dapat dilihat bahwa untuk
pengecilan volume yang sama, proses adiabatik akan menghasilkan tekanan yang
Lebih tinggi. Contohnya berdasarkan rumus yang telah ada, jika volume diperkecil
menjadi ½, maka kompresi adiabatik menjadi 2,64 kali lipat sedangkan kompresi
isothermal hanya 2 kali lipat. Namun kerja yang diperlukan pada kompresi
Dian=batik juga lebih besar.
𝑃𝑣𝑛 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃1 𝑣1𝑛 = 𝑃1 𝑣1𝑛 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
2) Perubahan Temperatur
Temperatur gas dapat berubah tergantung pada jenis proses yang dialami, hubungan
antara temperatur dengan tekanan adalah sebagai berikut:
2.1 Kompresi Isothermal
Seperti yang telah dijelaskan pada cara kompresi isothermal di atas dalam proses ini
temperatur dijaga tetap sehingga tidak berubah.
2.2 Proses Adiabatik
Tidak ada panas yang dibuang keluar silinder pada proses ini ataupun dimasukkan
sehingga fungsinya sendiri untuk menaikkan temperatur gas. Secara teoritis
temperatur yang dicapai oleh gas keluar adalah:
𝑃𝑑 (𝑘−10)/𝑚𝑘
𝑇𝑑 = 𝑇𝑠 ( )
𝑃𝑠
Head politropik adalah kerja per satuan massa yang diperlukan oleh kompresor pada
proses polytropik reversible dengan kondisi gas masuk dan keluar kompresor yang
sama.
Yang di tujukan dalam rumus :
Kapasitas
Kapasitas kompresor sentrifugal dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk seperti :
1. Inlet volume flow (ICFM) atau actual inlet volume flow (ACFM).
2. Standard inlet volume flow (SCFM) pada kondisi standard yaitu pada tekanan 14,7 psia
dan suhu 60oF = 520o R.
3. Mass flow rate : kapasitas yang dihitung dalam laju aliran massa dengan satuan
lbm/minute.
Hubungan antara kondisi standard dengan kondisi inlet (actual), dapat digunakan persamaan
gas ideal :
Dimana :
Ps = Tekanan standard = 14,7 psia
Ts = Temperatur standard = 60o F = 520o R
maka didapat :
Bila kapasitas dihitung dalam laju aliran massa, maka harus dilihat hubungan kapasitas dan
laju aliran massa.
Catatan : Angka 144 merupakan faktor konversi dari psia ke lb/ft2 . Karena 1 foot-pound = 12
inch-pound, maka 1 lb/ft2 = 144 psi.
Bila dikoreksi terhadap faktor kompresibilitas, maka :
4. Daya
Ada beberapa daya yang berhubungan dengan gas :
4.1 Daya gas
Daya yang di terima oleh gas di namakan gas power atau aerodinamic power yang dapat
dihitung dengan persamaan :
Kompresor adalah mesin atau alat mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan
tekanan atau memampatkan fluida gas atau udara. Kompresor biasanya menggunakan motor
listrik, mesin diesel atau mesin bensin sebagai tenaga penggeraknya. Udara bertekanan hasil
dari kompresor biasanya diaplikasikan atau digunakan pada pengecatan dengan teknik spray/
air brush, untuk mengisi angin ban, pembersihan, pneumatik, gerinda udara (air gerinder) dan
lain sebagainya.
Secara umum kompresor dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompresor perpindahan
positif (Positive replacement compressor) dan kompresor dinamik (Dynamic compressor).
Pengelompokan tersebut didasarkan pada cara pengubahan energinya/kompresinya. Berikut
diagram dari jenis-jenis kompresor:
Kompresor jenis ini akan mengisap udara luar dari satu sisi ke sisi yang lain
tanpa ada perubahan volume. Torak membuat penguncian pada bagian sisi yang
bertekanan. Prinsip kompresor ini ternyata dapat disamakan dengan pompa
pelumas model kupu-kupu pada sebuah motor bakar. Beberapa kelemahannya
adalah: tingkat kebocoran yang tinggi. Kebocoran terjadi karena antara baling-
baling dan rumahnya tidak dapat saling rapat betul.Berbeda jika dibandingkan
dengan pompa pelumas pada motor bakar, karena fluidanya adalah minyak
pelumas maka film-film minyak sendiri sudah menjadi bahan perapat antara
dinding rumah dan sayap-sayap kupu itu. Dilihat dari konstruksinya, Sayap kupu-
kupu di dalam rumah pompa digerakan oleh sepasang roda gigi yang saling
bertautan juga, sehingga dapat berputar tepat pada dinding.
1.2.2 Rotary Compressor Screw
Rotary Compressor Screw (Komresor Putar Sekrup) Tipe kompresor screw masuk
kedalam jenis kompresor positive displacement rotary, yang umumnya digunakan
untuk mengganti kompresor piston, bila diperlukan udara bertekanan tinggi
dengan volume yang lebih besar.
Dimana jenis kompresor ini terdiri dari dua buah helical screw yang saling
berpasangan, dimana yang satu mempunyai bentuk cekung dan yang lainya
berbentuk cembung sehingga dapat memindahkan udara secara aksial kesisi lainya
dan menghasilkan udara bertekanan.
Fluida kerja pompa dan kompresor adalah jelas berbeda, yang satu menggunakan
udara dan yang lainnya menggunakan fluida kerja zat cair. Karena proses
pemampatan fluida kerja akan mengalami kenaikan tekanan dan temperatur,
maka harus dirancang suatu konstruksi yang dapat mendinginkan temperatur
udara mampat. Alasan yang mendasari perlunya pendinginan adalah secara
termodinamika kerja kompresor akan naik apabila temparatur udara mampat yang
dihasilkan tinggi. Pada pompa kenaikan temperatur air yang ke luar tidak terlalu
tinggi, karena langsung didinginkan oleh zat cair, jadi tidak ada masalah pada
pompa.