Referat
Referat
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Labirintus Membranaseus
Labirintus membranaseus terletak di dalam labirintus osseus.
Rungan yang memisahkan keduanya disebut ruang perilimfatik, yang
berisi cairan perilimfe. Komponen labirintus membranaseus yang
terkait sistem keseimbangan adalah tiga buah duktus semisirkularis
dan dua organ otolit yaitu urtikulus dan sakulus. Kedua organ otolit
mengandung epitel sensoris yaitu makula, yang mengandung hair
2
cells dan sel-sel penunjang. Macula berada vertikel pada sakulus dan
horizontal pada utrikulus saat kepala dalam keadaan tegak. Labirintus
membranaseus berisi cairan endolimfe menyerupai cairan
ekstraseluler (rasio K : Na tinggi).1
3
4. Kanalis Semisirkularis (KSS)
KSS memberikan input sensoris tentang kecepatan kepala,
yang memungkinkan vestibulo-ocular reflex (VOR) untuk
menghasilkan gerakan mata yang sesuai dengan kecepatan gerakan
kepala. Hasil yang diinginkan adalah bahwa mata tetap diam di tempat
selama gerakan kepala sehingga memungkinkan penglihatan yang
jelas. KSS khususnya berperan dalam merespons akselerasi rotasional
kepala.1
5. Otolit
Perbedaan otolit dengan KSS: 1) otolit merespons terhadap
gerakan linear, sementara KSS merespons gerakan angular; 2) otolit
merespons terhadap akselerasi, sementara KSS merespons terhadap
kecepatan.1
6. Nervus Vestibularis
Serabut nervus vetibularis adalah proyeksi aferen dari neuron bipolar
yang badan selnya terletak di ganglion vestibularis (scarpa) di kanalis
auditoris internus (internal auditoris canal/ IAC). Nervus vestibularis
mengirimkan sinyal aferen dari labirin sepanjang perjalanan menuju
IAC. Selain itu, di dalam IAC berjalan juga nervus koklearis
(pendengaran), nervus fasialis, dan nervus intermedius (cabang
nervus fasialis yang membawa sensasi), dan arteri labirintin. IAC
berjalan melalui pars petrosa os temporalis untuk kemudian keluar di
fossa posterior setinggi pons. Nervus vestibularis memasuki batang
otak di pontomedullary junction.1
B. Aparatus Vestibular Sentral
Jalur vestibuler sentral mengordinasi dan mengintergrasi informasi
tentang gerakan kepala dan tubuh serta menggunakannya untuk mengontrol
keluaran dari neuron motoric yang menyesuaikan posisi mata, kepala, dan
tubuh. Proyeksi sentral system vestibular berperan dalam tiga kelompok
refleks utama:1
4
1. Membantu mempertahankan keseimbangan dan gaze selama
pergerakan
2. Mempertahankan postur
3. Mempertahankan tonus otot.
5
masuk sifatnya berbahaya maka akan disensitisasi dan bila bersifat biasa
saja maka akan dihabituasi.1
2.2. Vertigo
2.2.1. Definisi
Vertigo adalah suatu istilah yang berasal dari Bahasa latin, vertere, yangh
artinya memutar. Vertigo didefinisikan berbagai macam, namun pada garis
besarnya terdapat dua kelompok aliran, yaitu kelompok yang menganggap
vestibulum sebagai dasar kelainan, dan kelompok yang menganggap alat
keseimbangan tubuh sebagai satu kesatuan sumber kelainan. Kelompok pertama
mendefinisikan vertigo adalahg rasa berputar tubuhnya atau sekitarnya yang
disebabkan oleh gangguan labirin. Menurut kelompok kedua, vertigo adalah
gerakan sebenarnya atau hanya rasa gerakan yang disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh tingkat perifer atau sentral.2
2.2.2. Klasifikasi
6
1. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan
vestibular.
2. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang
timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual.3
7
Light Secara definitif tidak jelas, Istilah ini sekarang digunakan
headedness sering disebut dengan bergantian dengan presinkop
pusing, giddiness, wooziness
8
lebih efektif daripada medikamentosa.
Penyakit Meniere6
Dianggap disebabkan oleh pelebaran dan ruptur periodik kompartemen
endolimfatik di telinga dalam; selain vertigo, biasanya disertai juga dengan tinitus
dan gangguan pendengaran. Belum ada pengobatan yang terbukti efektif; terapi
profilaktik juga belum memuaskan; tetapi 60-80% akan remisi spontan. Dapat
dicoba pengggunaan vasodilator, diuretik ringan bersama diet rendah garam;
kadang-kadang dilakukan tindakan operatif berupa dekompresi ruangan
endolimfatik dan pemotongan n.vestibularis.
Pada kasus berat atau jika sudah tuli berat, dapat dilakukan labirintektomi atau
merusak saraf dengan instilasi aminoglikosid ke telinga dalam (ototoksik lokal).
Pencegahan antara lain dapat dicoba dengan menghindari kafein, berhenti
merokok, membatasi asupan garam. Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium
dapat meringankan gejala. Simtomatik dapat diberi obat supresan vestibluer.
Neuritis vestibularis6
Merupakan penyakit yang self limiting, diduga disebabkan oleh infeksi virus;
jika disertai gangguan pendengaran disebut labirintitis. Sekitar 50% pasien akan
sembuh dalam dua bulan. Di awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur,
diberi obat supresan vestibuler dan anti emetik. Mobilisasi dini dianjurkan untuk
merangsang mekanisme kompensasi sentral.
2.2.3. Patofisiologi6
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan
apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
9
terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang
berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/ visus,
vestibulum dan proprioseptik, atau ketidak-seimbangan/ asimetri masukan
sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan
kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa
nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan
vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari
sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih
menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut
teori ini otak mempunyai memori/ ingatan tentang pola gerakan tertentu;
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/ tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf
otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang
akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi
timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom
sebagai usaha adaptasi gerakan/ perubahan posisi; gejala klinis timbul jika
system simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika system
parasimpatis mulai berperan.
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (takeda), teori dopamine (kohl) dan teori
serotonin (lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmitter tertentu dalam mempengaruhi system saraf otonom yang
menyebabkan timbulnya gejala vertigo
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau
10
peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang
terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan
menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing
factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan
saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul
berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis,
yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
2.2.4. Diagnosis6
Vertigo bukan suatu penyakit tersendiri, melainkan gejala dari penyakit
yang letak lesi dan penyebabnya berbeda-beda. Oleh karena itu, pada setiap
penderita vertigo harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang cermat dan
terarah untuk menentukan bentuk vertigo, letak lesi dan penyebabnya
Anamnesis6
1. Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar,
tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya.
2. Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo:
perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan.
3. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul,
paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu
mempunyai profil waktu yang karakteristik.
4. Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya
menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis.
5. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat,
antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/ vestibulotoksik dan
adanya penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi,
hipotensi, penyakit paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma
11
akustik.
Pemeriksaan Fisik6
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,
otologik atau neurologik – vestibuler atau serebelar; dapat berupa pemeriksaan
fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
serebelum.
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan
penyebab; apakah akibat kelainan sentral – yang berkaitan dengan kelainan
susunan saraf pusat – korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan
dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor
sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi,
hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.
Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk
vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan
terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.
Pemeriksaan Neurologis6
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg : penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-
mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada
posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita
tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik
cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata
12
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
13
Gambar 6. Uji Unterberger
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Baranyz): Dengan jari telunjuk ekstensi dan
lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas,
kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal
ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada
kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah
lesi.
e. Uji Babinsky-Weil: Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan
lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang seama setengah
menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan
dengan arah berbentuk bintang.
14
atau perifer.
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
15
Kepala harus menggantung ke bawah dari meja periksa
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus
tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau
directional preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika
16
abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat
maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika
abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-
masing telinga.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan
untuk merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian
nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli
perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli
konduktif tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan
Schwabach memendek.
b. Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness
Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.
Pemeriksaan Penunjang6
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
17
3. Neurofisiologi: Elektroensefalografi(EEG),Elektromiografi (EMG),
Brainstem Auditory Evoked Pontential (BAEP).
4. Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI)
2.2.5. Tatalaksana3
18
terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering
digunakan:
Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi
per oral atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena),
dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral.
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
19
Terapi BPPV:3
Edukasi3
20
DAFTAR PUSTAKA
21