Anda di halaman 1dari 84

Bagian Kesmavet

Fakultas Kedokteran Hewan


Institut Pertanian Bogor
Rumah Potong diatur dalam
Bab IV Kesmavet UU
Nomor 18 Tahun 2009 –
Pasal 61 dan 62
Kesmavet diatur dalam Bab VI
Bagian Kesatu: Kesmavet - Pasal 56 s/d 65
Bagian Kedua : Kesrawan – Pasal 66 & 67
Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia
No. 13/Permentan/OT.140/1/2010
tentang
Persyaratan Rumah Potong Hewan
Ruminansia dan
Unit Penanganan Daging (Meat
Cutting Plant)
Pemotongan Hewan
 Pemotongan hewan yang
dagingnya diedarkan:
• Dilakukan di Rumah Potong - kecuali
untuk kepentingan hari besar keagamaan,
upacara adat dan pemotongan darurat
• Mengikuti cara penyembelihan yang
memenuhi kaidah Kesmavet dan
kesejahteraan hewan
• Memperhatikan kaidah agama yang dianut
masyarakat
 Pemda Kabupaten/Kota wajib
memiliki rumah potong yang memenuhi
persyaratan teknis – dapat dimiliki
perorangan (swasta)
 Usaha rumah potong dilakukan oleh
Dokter Hewan Berwenang di bidang
pengawasan kesmavet
Definisi RPH
Kompleks bangunan dengan desain dan
konstruksi khusus yang memenuhi
persyaratan tekhnis dan higiene tertentu
serta digunakan sebagai tempat
memotong hewan potong selain unggas
bagi konsumsi masyarakat
Fungsi RPH
 Tempat memotong hewan dengan
higienis  RPH di Indonesia untuk
menghasilkan daging yang Aman, Sehat,
Utuh, dan Halal = ASUH
 Tempat pelaksanaan pemeriksaan
antemortem dan postmortem
 Tempat pengamatan penyakit hewan
menular
 Sumber pendapatan daerah
Fungsi RPH
Tempat memotong hewan
dengan higienis (Indonesia untuk
menghasilkan daging yang
Aman, Sehat, Utuh, dan Halal =
ASUH)
Tempat pelasanaan pemeriksaan
antemortem dan postmortem
Tempat pengamatan penyakit
hewan menular
Sumber pendapatan daerah
Hewan Potong
sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi,
burung unta dan hewan yang dagingnya
lazim dan layak dimakan manusia

Karkas
seluruh, setengah atau ¼ bagian dari hewan
potong sehat disembelih setelah pemisahan
kepala, kaki sampai karpus dan tarsus, ekor,
kulit, pada babi pengerokan bulu serta setelah
pengeluaran isi rongga perut dan dada
Jeroan
Organ (isi) rongga dada dan rongga
perut dari hewan potong sehat sembelih
yang lazim dan layak dimakan manusia

Daging
bagian-bagian hewan sembelih serta lazim
dan layak dimakan manusia
 Daging segar  baru disembelih, tidak
mengalami perlakukan apapun
 Daging segar dingin (chilled fresh meat):
suhu bagian dalam (internal temperature)
<4 °C
 Daging segar dingin disimpan pada chiller
atau refrigerator suhu -1 s/d 4 °C
 Daging beku (frozen meat): daging
yang dibekukan dengan cepat (quick
freezing) menggunakan blast freezer
dengan suhu <-20 °C
 Daging beku disimpan pada cold
storage (suhu <-18 °C)
Permentan No. 13/2010, Pasal 5

Untuk mendirikan rumah potong wajib


memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis.
Persyaratan teknis:
a. lokasi;
b. sarana pendukung;
c. konstruksi dasar dan disain bangunan;
d. peralatan.
 Lokasi RPH harus sesuai dengan dengan
Rencana Umum Tata Ruang Daerah
(RUTRD) dan Rencana Detil Tata Ruang
Daerah (RDTRD) atau daerah yang
diperuntukkan sebagai area agribisnis.
 Lokasi RPH harus memenuhi persyaratan
paling kurang sebagai berikut:
a. tidak berada di daerah rawan banjir,
tercemar asap, bau, debu dan
kontaminan lainnya;
b. tidak menimbulkan gangguan dan
pencemaran lingkungan;
c. letaknya lebih rendah dari pemukiman;
d. mempunyai akses air bersih yang cukup
untuk pelaksanaan pemotonganhewan
dan kegiatan pembersihan serta
desinfeksi;
e. tidak berada dekat industri logam dan
kimia;
f. mempunyai lahan yang cukup untuk
pengembangan RPH;
g. terpisah secara fisik dari lokasi kompleks
RPH Babi atau dibatasi dengan pagar
tembok dengan tinggi minimal 3 (tiga)
meter untuk mencegah lalu lintas orang,
alat dan produk antar rumah potong.
RPH harus dilengkapi dengan sarana/
prasarana pendukung paling kurang
meliputi:
a. akses jalan yang baik menuju RPH yang
dapat dilalui kendaraan pengangkut hewan
potong dan kendaraan daging;
b. sumber air yang memenuhi persyaratan
baku mutu air bersih dalam jumlah cukup,
paling kurang 1.000 liter/ekor/hari;
c. sumber tenaga listrik yang cukup dan
tersedia terus menerus;
d. fasilitas penanganan limbah padat dan cair.
 Kompleks RPH harus dipagar, dan
harus memiliki pintu yang terpisah
untuk masuknya hewan potong dengan
keluarnya karkas, dan daging
 Bangunan dan tata letak dalam
kompleks RPH paling kurang meliputi:
a. bangunan utama;
b. area penurunan hewan (unloading sapi)
dan kandang penampungan/kandang
istirahat hewan;
c. kandang penampungan khusus ternak
ruminansia betina produktif;
d. kandang isolasi;
e. ruang pelayuan berpendingin (chilling
room);
f. area pemuatan (loading) karkas/daging;
g. kantor administrasi dan kantor Dokter
Hewan;
h. kantin dan mushola;
i. ruang istirahat karyawan dan tempat
penyimpanan barang pribadi
(locker)/ruang ganti pakaian;
j. kamar mandi dan WC;
k. fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau
produk yang tidak dapat dimanfaatkan
atau insinerator;
l. sarana penanganan limbah;
m. rumah jaga.
 Dalam kompleks RPH yang menghasilkan
produk akhir daging segar dingin
(chilled) atau beku (frozen) harus
dilengkapi dengan:
a. ruang pelepasan daging (deboning
room) dan pemotongan daging (cutting
room);
b. ruang pengemasan daging (wrapping
and packing);
e. fasilitas chiller;
f. fasilitas freezer dan blast freezer;
g. gudang dingin (cold storage).
 RPH berorientasi ekspor dilengkapi
dengan laboratorium sederhana

 Bangunan utama RPH harus memiliki


daerah kotor yang terpisah secara
fisik dari daerah bersih
 Daerah kotor
a. area pemingsanan atau perebahan
hewan, area pemotongan dan area
pengeluaran darah;
b. area penyelesaian proses penyembelihan
(pemisahan kepala, keempat kaki sampai
metatarsus dan metakarpus, pengulitan,
pengeluaran isi dada dan isi perut);
c. ruang untuk jeroan hijau;
d. ruang untuk jeroan merah;
e. ruang untuk kepala dan kaki;
f. ruang untuk kulit; dan
g. pengeluaran (loading) jeroan
 Daerah bersih

a. pemeriksaan post-mortem;
b. penimbangan karkas;
c. pengeluaran (loading) karkas/daging
 Disain dan konstruksi dasar seluruh
bangunan dan peralatan RPH harus
dapat memfasilitasi penerapan cara
produksi yang baik dan mencegah
terjadinya kontaminasi.
Bangunan utama RPH harus memenuhi
persyaratan:
a. tata ruang didisain sedemikian rupa agar
searah dengan alur proses serta memiliki
ruang yang cukup, sehingga seluruh
kegiatan pemotongan hewan dapat
berjalan baik dan higienis, dan besarnya
ruangan disesuaikan dengan kapasitas
pemotongan;
b. adanya pemisahan ruangan yang jelas
secara fisik antara “daerah bersih” dan
“daerah kotor”;
b. adanya pemisahan ruangan yang jelas
secara fisik antara “daerah bersih” dan
“daerah kotor”;
c. memiliki area dan fasilitas khusus untuk
melaksanakan pemeriksaan postmortem;
d. lampu penerangan harus mempunyai
pelindung, mudah dibersihkan dan
mempunyai intensitas cahaya 540 luks
untuk area pemeriksaan post-mortem,
dan 220 luks untuk area pengerjaan
proses pemotongan;
e. dinding bagian dalam berwarna terang
dan paling kurang setinggi 3 meter
terbuat dari bahan kedap air, tidak
mudah korosif, tidak toksik, tahan
terhadap benturan keras, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi serta tidak
mudah mengelupas;
f. dinding bagian dalam harus rata dan
tidak ada bagian yang kemungkinkan
dipakai sebagai tempat untuk
meletakkan barang;
g. lantai terbuat dari bahan kedap air,
tidak mudah korosif, tidak licin, tidak
toksik, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi dan landai ke arah saluran
pembuangan;
h. permukaan lantai harus rata, tidak
bergelombang, tidak ada celah atau
lubang, jika lantai terbuat dari ubin,
maka jarak antar ubin diatur sedekat
mungkin dan celah antar ubin harus
ditutup dengan bahan kedap air;
i. lubang ke arah saluran pembuangan
pada permukaan lantai dilengkapi
dengan penyaring;
j. sudut pertemuan antara dinding dan
lantai harus berbentuk lengkung dengan
jari-jari sekitar 75 mm;
k. sudut pertemuan antara dinding dan
dinding harus berbentuk lengkung
dengan jari-jari sekitar 25 mm;
l. di daerah pemotongan dan pengeluaran
darah harus didisain agar darah dapat
tertampung
m. langit-langit didisain agar tidak terjadi
akumulasi kotoran dan kondensasi dalam
ruangan, harus berwarna terang, terbuat
dari bahan yang kedap air, tidak mudah
mengelupas, kuat, mudah dibersihkan,
tidak ada lubang atau celah terbuka pada
langit-langit;
n. ventilasi pintu dan jendela harus
dilengkapi dengan kawat kasa untuk
mencegah masuknya serangga atau
dengan menggunakan metode
pencegahan serangga lainnya;
o. konstruksi bangunan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga mencegah tikus
atau rodensia, serangga dan burung
masuk dan bersarang dalam bangunan;
p. pertukaran udara dalam bangunan harus
baik;
q. kusen pintu dan jendela, serta bahan
daun pintu dan jendela tidak terbuat dari
kayu, dibuat dari bahan yang tidak
mudah korosif, kedap air, tahan benturan
keras, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi dan bagian bawahnya harus
dapat menahan agar tikus/rodensia tidak
dapat masuk;
r. kusen pintu dan jendela bagian dalam
harus rata dan tidak ada bagian yang
memungkinkan dipakai sebagai tempat
untuk meletakkan barang.
 Kandang penampung dan istirahat
hewan harus memenuhi persyaratan
paling kurang sebagai berikut:

a. bangunan kandang penampungan


sementara atau kandang istirahat
paling kurang berjarak 10 meter dari
bangunan utama;
b. memiliki daya tampung 1,5 kali dari
rata-rata jumlah pemotongan hewan
setiap hari;
c. ventilasi (pertukaran udara) dan
penerangan harus baik;
d. tersedia tempat air minum untuk hewan
potong yang didisain landai ke arah
saluran pembuangan sehingga mudah
dibersihkan;
e. lantai terbuat dari bahan yang kuat
(tahan terhadap benturan keras), kedap
air, tidak licin dan landai ke arah saluran
pembuangan serta mudah dibersihkan
dan didesinfeksi;
f. saluran pembuangan didisain sehingga
aliran pembuangan dapat mengalir lancar;
g. atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak
toksik dan dapat melindungi hewan
dengan baik dari panas dan hujan;
h. terdapat jalur penggiringan hewan (gang
way) dari kandang menuju tempat
penyembelihan, dilengkapi dengan pagar
yang kuat di kedua sisinya dan lebarnya
hanya cukup untuk satu ekor sehingga
hewan tidak dapat kembali ke kandang;
i. jalur penggiringan hewan yang
berhubungan langsung dengan
bangunan utama didisain sehingga
tidak terjadi kontras warna dan
cahaya yang dapat menyebabkan
hewan yang akan dipotong menjadi
stres dan takut.
 Ruang pendingin/pelayuan harus memenuhi
persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. ruang pendingin/pelayuan terletak di
daerah bersih;
b. besarnya ruang disesuaikan dengan
jumlah karkas yang dihasilkan dengan
mempertimbangkan jarak antar karkas
paling kurang 10 cm, jarak antara
karkas dengan dinding paling
kurang 30 cm, jarak antara karkas
dengan lantai paling kurang 50 cm,
dan jarak antar baris paling kurang 1
meter;
c. ruang mempunyai fasilitas pendingin
dengan suhu ruang – 4 ºC sampai + 4
°C, kelembaban relatif 85-90% dengan
kecepatan udara 1 sampai 4 meter per
detik;
Pemotongan Hewan
Pengistirahatan Hewan
 Tujuan untuk mengembalikan
kondisi/kebugaran/ kesegaran hewan.
 Cadangan glikogen hewan lelah/stress
sangat sedikit. Jika hewan tersebut
disembelih maka kualitas daging yang
dihasilkanpun akan buruk
 Babi yang mengalami stress, jika
disembelih akan menghasilkan daging
yang pucat, lembek dan basah (PSE =
Pale, Soft, Exudative)
Pemuasaan Hewan
 Hewan yang akan disembelih sebaiknya
dipuasakan tidak makan (tetapi harus
tetap diberi minum ad libitum)
 Tujuannya: agar sanitasi dan higiene
pemotongan terjaga (karena isi saluran
cerna relatif kosong)
 Jika hewan tinggal >24 jam  maka
hewan harus diberi makan.
Pemeriksaan Antemortem
 Pemeriksaan kesehatah hewan sebelum
pemotongan
 Tujuannya:
• Hanya hewan sehat yang dipotong
• Pengendalian penyakit hewan
menular dan zoonosis (informasi)
• Penerapan peraturan perundangan
 Pemeriksa: Dokter Hewan atau
Paramedis di bawah pengawasan dokter
hewan
 Pemeriksaan ini dilakukan secara umum,
jika diperlukan maka dapat dilaksankan
pemeriksaan lebih lanjut dan
laboratorium
 Pemeriksaan antemortem harus
dilaksanakan < 24 jam sebelum
penyembelihan. Jika >24 jam maka
hewan tersebut harus diperiksa kembali
Pemingsanan Hewan Sebelum
Pemotongan (Stunning)
 Mekanis
 Listrik
 Gas

Tujuan pemingsanan:
Memudahkan proses pemotongan
manusiawi (animal welfare)
Pemingsanan secara
Mekanis
 Alat yang digunakan:
• Captive bolt pistol (penetrative, non
penetrative)
• Pemukul khusus (misalnya kayu): di
Indonesia untuk Babi
 Jika jarak waktu (interval) antara
pemingsanan dan pengeluaran darah
relatif lama  blood splashing
(hemoragi)
Pemingsanan dengan Listrik
 Pertama kali digunakan pada tahun
1930-an
 Menggunakan arus listrik bolak–balik
atau AC (alternating curent): arus listrik
yang digunakan >250 mA dan >75 Volt
selama 10 detik (yang dianjurkan):

• Low voltage electrical stunning


• High voltage electrical stunning
• Low voltage electrical
stunning: dua elektrode dijepit
pada kedua sisi kepala 75 V
(50Hz) <7 detik
• High voltage electrical
stunning: 300V, 2-3 detik:
aplikasi head to back /leg
stunning, biasanya menggunakan
restrainer conveyor.
 Butuh tenaga terampil dan
terlatih karena menggunakan
arus listrik sehingga resiko
tinggi)  masalah
keselamatan kerja hewan
 Harus segera disembelih atau
dikeluarkan darahnya setelah
pemingsanan  jika tidak
akan terjadi Blood splashing
Pemingsanan dengan
Gas
 Gas yang digunakan CO2
berkadar 65-70%
Pemotongan Hewan
Perhatikan:
 Hewan tidak boleh terlalu menderita
 Pengeluaran darah harus sempurna
 Agama (Islam), adat istiadat, dll.
 Penyembelihan : menggunakan pisau
yang tajam, bersih dan saniter
Stimulasi Listrik
 Memberikan aliran Listrik (AC) kepada
karkas melalui elektrode
 Efek optimum: 700V, 25 Hz (3000
pulsa), 2 menit, diterapkan < 30 menit
setelah penyembelihan
 Perhatikan keselamatan kerja
Pemeriksaan Postmortem
 Pemeriksaan kesehatan pada organ dan
karkas
 Dilakukan oleh Dokter Hewan atau
Paramedis di bawah pengawasan dokter
hean
 Tujuan: memisahkan organ dan atau
karkas yang tidak sehat
Pendinginan (Chilling)
Suhu bagian dalam karkas +1 °C s/d
+4 °C
Suhu ruang -1 °C s/d +1 °C
kelembaban relatif 85-90 %
Kecepatan udara 1 s/d 5 meter/detik
Lama 10-14 jam
Pembekuan
 Menggunakan blast frezzer
 Suhu -24 0C s/d -40 0C
 Kecepatan udara >2 meter /detik
 Lama <2 jam
Ruang Penyimpanan
Beku (Cold Storage)
 Untuk penyimpanan daging beku
 Suhu -18 0C s/d -25 0C
Proses Pemotongan
Sapi/Kerbau
Penerimaan hewan

Pemeriksaan antemortem dan


pengistirahatan hewan (12 – 36 jam)
Pemingsanan

Penyembelihan (HALAL)
Pengeluaran Darah

Stimulasi
Listrik
Pemisahan Kepala, Kaki (s/d
Tarsus dan Karpus)

Pengulitan
Pengeluaran jeroan
(Rongga perut dan rongga dada)
Ruang Kotor
Ruang Bersih

Pemeriksaan Karkas
postmortem „Panas”
Pencucian
Jeroan
Pendinginan (karkas dingin) Pembekuan
(cold storage)

Distribusi
Proses Pemotongan Babi

Penerimaan Hewan

Pemeriksaan antemotem dan


Pengistirahatan hewan (≥12 jam)

Pemingsanan

Penyembelihan dan
Pengeluaran darah
Pemisahan kaki (s/d tarsus dan karpus)

Perendaman dalam air hangat

Pengerokan bulu

Pengeluaran jeroan (rongga


perut dan rongga dada) Ruang Kotor
Ruang Bersih
Pemeriksaan Karkas
Postmortem “Panas”
Pencucian
Jeroan
Pendinginan (Karkas Dingin)

Pembekuan
(daging beku)

Distribusi cold storage


Kesejahteraan Hewan
segala urusan yang berhubungan dengan
keadaan fisik dan mental hewan menurut
ukuran perilaku alami hewan yang perlu
diterapkan dan ditegakkan untuk
melindungi hewan dari perlakuan setiap
orang yang tidak layak terhadap hewan
yang dimanfaatkan manusia

UU Nomor 18 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (42)


 Kesejahteraan hewan berarti
bagaimana hewan dapat mengatasi
kondisi tempat hidupnya
 Terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara kesehatan hewan dan
kesejahteraan hewan (kesrawan)
 Perbaikan kesrawan di peternakan
dapat memperbaiki produktivitas dan
keamanan pangan, yang tentunya
menuju keuntungan ekonomis
Kesrawan  pemenuhan kebutuhan
dasar hewan agar hewan (five freedom):
bebas dari rasa lapar, haus, dan malnutrisi
(freedom from hunger, thirst, and
malnutrition)
bebas dari ketidaknyamanan (freedom from
discomfort)
bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit
(freedom from pain, injury and disease)
bebas mengekspresikan perilaku alaminya
(freedom to express normal behaviour)
bebas dari rasa takut dan tertekan (freedom
from fear and distress)
Untuk kepentingan kesejahteraan
hewan dilakukan tindakan yang
berkaitan dengan penangkapan dan
penanganan; penempatan dan
pengandangan; pemeliharaan dan
perawatan; pengangkutan;
pemotongan dan pembunuhan; serta
perlakuan dan pengayoman yang
wajar terhadap hewan
Pasal 66 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2009
UU No 18 Tahun 2009 Pasal 66 ayat (2)
Ketentuan kesejahteraan hewan dalam
rantai penyediaan daging dilakukan
secara manusiawi yang meliputi:

 penempatan dan pengandangan


dilakukan dengan sebaik-baiknya
sehinggamemungkinkan hewan dapat
mengekspresikan perilaku alaminya;
 pengangkutan hewan dilakukan
dengan sebaik-baiknya sehingga
hewan bebas dari rasa takut dan
tertekan serta bebas dari
penganiayaan
 pemotongan dan pembunuhan
hewan dilakukan dengan sebaik-
baiknya sehingga hewan bebas dari
rasa sakit, rasa takut dan tertekan,
penganiyaan, dan penyalahgunaan;
 perlakuan terhadap hewan harus
dihindari dari tindakan
penganiayaan dan penyalahgunaan
 RPH Ruminansia  Peraturan
Menteri Pertanian
Nomor 13/Permentan/Ot.140/1/2010
tentang Persyaratan Rumah Potong
Hewan Ruminansia dan Unit
Penanganan Daging (Meat Cutting
Plant)
Prinsip Umum
Kesejahteraan Hewan pada
Pemotongan Hewan Sapi
(Terrestrial Animal Health Code OIE
Chapter 7.5)
Penanganan Ternak
OIE 7.5.1 dan 7.5.2
 Ternak ditangani dengan efisien dan dengan
cara sedemikian rupa sehingga
meminimalkan risiko gangguan kesehatan
dan kesejahteraan hewan
o Personil (pekerja) yang cocok – pelatihan
o Fasilitas , sarana dan prasarana yang
memadai (misalnya alat transportasi,
kandang, gangway, restraining box)
Transportasi Ternak
OIE 7.5.2
 Ternak dimasukkan, dipindahkan, dan
dikeluarkan dari alat transportasi dengan
baik untuk menghindari kecelakaan dan luka,
dan meminimalisasi risiko terganggunya
kesehatan dan kesrawan
o Fasilitas loading/unloading harus sesuai
untuk memasukkan/mengeluarkan ternak
dari truk
o Loading/unloading dilakukan sedemikian
rupa dan menggunakan fasilitas yang
menghindarkan ternak dari stres, sakit
atau celaka
o Hewan yang sakit harus diobati atau
disembelih secara manusiawi untuk
mencegah penderitaan lebih lanjut
o Truk bersih dan sesuai untuk transportasi
ternak tanpa menyebabkan stres atau luka
o Transportasi dilakukan tanpa penundaan
dan tanpa menimbulkan stres dan luka,
serta tidak memasukkan hewan tambahan
o Hewan yang sakit atau terluka
diidentifikasi, serta diobati dan ditangani
dengan baik
o Personil yang cocok untuk menangani
ternak sepanjang rantai penyediaan tanpa
menimbulkan stres dan celaka
Penggemukan Ternak (feedlot )
OIE 7.5.2

 Fasilitas dirancang dan dibangun untuk


menampung dan memberi makan ternak
dalam jumlah yang sesuai tanpa
mengenyampingkan kesrawan
o Disain, fasilitas, dan peralatan di feedlot
memfasilitasi pergerakan alami ternak,
tidak menyebabkan stres atau kecelakaan
o Ternak dijaga dalam kelompoknya (sosial)
dan memiliki ruang yang memadai dalam
kandang untuk mengekspresikan perilaku
normalnya tanpa risiko cedera
o Disain dan fasilitas di feedlot dapat
menghindari stres, agresif, sakit atau
cedera, serta tidak menimbulkan
gangguan pada ternak di kandang lain
o Hewan yang diketahui cedera, sakit, atau
stres ditangani dengan baik
Penyembelihan tanpa
pemingsanan
OIE 7.5.9

 Hewan ditangani dan ditahan secara


manusiawi dan disembelih secara baik untuk
meminimalkan penderitaan
o Hewan ditangani dan dirubuhkan dengan
manusiawi
o Penyembelihan dengan pisau tajam dan
panjang yang memadai
o Penyembelih kompeten
o Setelah disembelih, darah dibiarkan keluar
sampai mati – tidak ada refleks kornea
Penyembelihan dengan
pemingsanan
OIE 7.5.7 dan 7.5.8

 Pemingsanan efektif dan dapat diandalkan


untuk mencegah penderitaan hewan sampai
hewan mati
o Penyembelihan hewan di RPH tidak
menyebabkan hewan stres
o Setelah pemingsanan, hewan segera
disembelih dengan efektif hingga mati
o Pemingsanan dilakukan dalam restraining
box yang didisain untuk jenis hewan dan
tujuan pemingsanan dan dioperasikan
dengan baik sesuai dengan hasil yang
diinginkan
o Personil yang melakukan pemingsanan
harus kompeten
o Penyembelihan pada leher dilakukan
dengan baik – biarkan darah keluar
sampai hewan mati  tidak ada refleks
kornea
Penyembelihan Hewan
Bunting
OIE 7.5.5

 Hewan betina yang sedang bunting harus


ditangani secara terpisah, dan jika
disembelih janin tidak boleh diselamatkan

Anda mungkin juga menyukai