Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Nyeri adaiolalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri
merupakan keadaan ketika individu mengalami sensasi ketidaknyamanan dalam
merespon suatu rangsangan yang tidak menyenangkan (Lynda Juall,2017).
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association
for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan berlangsung
< 6 bulan (NANDA, 2017).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association
for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan berlangsung
> 6 bulan (NANDA, 2017).
1.2 Etiologi
Faktor resiko
1) Nyeri akut
a. Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
b. Menunjukan kerusakan
c. Posisi untuk mengurangi nyeri
d. Gerakan untuk melindungi
e. Tingkah laku berhati-hati
f. Muka dengan ekspresi nyeri
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
h. Fokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang, proses
berpilur)
j. Tingkah laku distraksi
k. Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil)
l. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
m. Perubahan nafsu makan
2) Nyeri kronis
a. Perubahan berat badan
b. Melaporkan secara verbal dan nonverbal
c. Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
d. Perubahan pola tidur
e. Kelelahan
f. Atrofi yang melibatkan beberapa otot
g. Takut cedera
h. Interaksi dengan orang lain menurun

Faktor predisposisi

1) Trauma
a) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan,
misalnya akibat benturan, gesekan, luka
b) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas
c) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam
atau basa kuat
d) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
2) Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
3) Peradangan
4) Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
5) Trauma psikologis

Faktor presipitasi

1) Ligkungan
2) Suhu ekstrim
3) Kegiatan
4) Emosi
1.3 Patofisiologi
a) Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui karnu dorsalis
yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks
sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
b) Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke
bagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan
persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
c) Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam
akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar akan mengakibatkan
aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme
sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan akut
terhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri.
Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula spinalis melaui serat eferen
dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,
sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan
rangsangan nyeri.
d) Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf,
sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls saraf. Pada
serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls lamban dan endogen opials
system supresif.

1.4 Komplikasi

a) Gangguan pola istirahat tidur


b) Syok neurogenik

1.5 Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan darah lengkap


b) CT scan
c) MRI
d) EKG
1.6 Penatalaksanaan keperawatan
a) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
b) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
c) Beri rasa aman
d) Sentuhan therapeutic
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan
energy antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit berarti ada
ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada pasien,
diharapkan ada transfer energy.
e) Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
f) Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan,
tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang terang, serta konsentrasi dari
pasien.
g) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang.
Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi audio (mendengar
musik), distraksi sentuhan massage, memegang mainan), distraksi intelektual
(merangkai puzzle).
h) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.
i) Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
j) Biofeedback
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang
respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter terhadap respon.
Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara
memasang elektroda pada pelipis.
1.7 Penatalaksanaan medis
a) Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan
jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik
akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat
dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat
(non narkotik), morphin (narkotik), dll.
1.8 Pengkajian
Berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau tertusuk.
R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala)
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri.
1) Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering mengubah posisi dan
menghindari tekanan nyeri.
2) Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang nyeri, suhu
meningkat
1.8.1 Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
1.8.2 Kriteria hasil dan intervensi
Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut Tujuan : Manajemen nyeri
berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (1400)
dengan 3x24 jam, Nyeri akut teratasi Aktivitas :
proses Kriteria Hasil 1.Lakukan
penyakit Pengetahuan: Manajemen nyeri (1843) pengkajian nyeri
(00132) Kode Indikator S.A S.T komperhensif
184302 Tanda dan gejala 3 4 yang meliputi
nyeri (PQRST) lokasi, durasi,
184306 Penggunaan yang 3 4 intensitas atau
benar dari obat yang beratnya nyeri
di resepkan 2. Berikan
184322 Teknik posisi yang 3 4 informasi
efektif mengenai nyeri,
184338 Tahu kapan untuk 3 5 seperti penyebab
mendapatkan bantuan nyeri, berapa
dari seorang lama nyeri akan
professional kesehatan dirasakan dan
Keterangan : antisipasi dari
1= Berat ketidaknyamanan
2 = Cukup berat nyeri
3= Sedang 3. Ajarkan
4= Ringan penggunaan
5= Tidak ada teknik non
farmakologi
seperti teerapi
music dan
relaksasi
4. berikan
individu penurun
nyeri yang
optimal dengan
peresepan
analgesic
5. beritahu dokter
jika tidak berhasil
atau jika keluhan
pasien saat ini
berubah
signifikan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya
6. informasikan
tim kesehatan
atau keluarga
terkait mengenai
stategi non
farmakologi yang
sedang digunakan
untuk mendorong
pendekatan
preventif terkait
dengan
manajemen nyeri

Anda mungkin juga menyukai