berfungsi untuk meningkatkan tekanan atau memapatkan fluida gas atau udara.
Mesinkompresor angin umumnya menggunakan motor listrik, mesin bensin, atau mesin
diesel sebagai tenaga penggeraknya
1. Frame (Kerangka)
Kerangka berfungsi sebagai tempat dudukan poros engkol, bantalan, silinder, serta tempat
penampungan minyak pelumas.
Connecting rod berfungsi untuk meneruskan gaya dari crank shaft ke batang torak melalui
cross head. Agar mampu menahan beban ketika kompresi, connecting rod harus tahan
bengkok dan juga kuat.
Cross head berfungsi untuk meneruskan gaya dari connecting rod ke batang torak. Cross
head bisa meluncur di bantalan luncurnya.
5. Cylinder (Silinder)
Cylinder merupakan tempat kedudukan dari water jacket dan cylinder liner.
Gas atau udara yang ada di dalam silinder perlu ditahan agar tidak keluar. Untuk
menahannya diperlukan silinder cover pada bagian front dan rear.
8. Water Jacket
Water jacket merupakan ruangan di dalam silinder yang berfungsi sebagai tempat
bersirkulasinya air sebagai pendingin.
9. Piston (Torak)
Piston atau torak merupakan part yang berperan untuk menghandel gas atau udara pada
proses suction (pemasukan), compression (kompresi), dan discharge (pengeluaran).
Piston rod atau batang torak berfungsi untuk meneruskan gaya dari cross head ke piston.
Dalam pergerakan piston rod dan berhubungan dengan bagian yang diam yaitu cylinder,
kebocoran gas bisa saja terjadi karena adanya clearance atau celah dari kedua bagian
tersebut. Untuk menahan kebocoran tersebut diperlukan packing rod yang terdiri dari
beberapa ring segment.
Dengan adanya ring oil scraper, maka kebocoran minyak pelumas pada frame dapat dicegah,
dan itulah fungsi dari ring oil scraper.
Gas Lift adalah salah satu bentuk sistem pengangkatan buatan (artificial lift) yang lazim
digunakan untuk memproduksikan fluida dari sumur-sumur minyak bumi. Sistem ini bekerja
dengan cara menginjeksikan gas bertekanan tinggi kedalam annulus (ruang
antara tubing dan casing), dan kemudian kedalam tubing produksi sehingga terjadi proses
aerasi (aeration) yang mengakibatkan berkurangnya berat kolom fluida dalam tubing. Sehingga
tekanan reservoir mampu mangalirkan fluida dari lubang sumur menuju fasilitas produksi
dipermukaan.
Syarat utama dari sistem ini adalah ketersediaan gas bertekanan tinggi yang digunakan untuk
proses aerasi fluida dalam lubang sumur. Gas bertekanan tinggi tersebut dapat berasal dari sumur
gas yang masih memiliki tekanan tinggi, atau dari sistem kompresi gas dengan menggunakan
kompresor.
Dibandingkan dengan sistem pengangkatan buatan lainnya seperti ESP (electric submersible
pump), PCP (progressive cavity pump), SRP (sucker rod pump), dan Hydraulic Pump; dapat
dikatakan bahwa gas lift memiliki tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi. Sistem gas lift juga lebih
dapat mengakomodasi faktor kesalahan desain, dimana suatu sistem gas lift yang didesain secara
kurang baik pada umumnya masih dapat mengangkat fluida dari dalam sumur.
Performa sebuah sumur gas lift sangat dipengaruhi oleh dua parameter penting yaitu kedalaman
titik injeksi (injection depth) dan laju aliran gas yang diinjeksikan (injection rate).Kedua
parameter tersebut pada umumnya merupakan hasil perhitungan dari desainer dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti performa reservoir, ketersediaan gas injeksi, tekanan
kerja gas injeksi, kemiringan sumur, dan lain sebagainya.
Secara garis besar, komponen utama dari suatu sistem gas lift dapat dikelompokkan ke dalam
peralatan permukaan (surface equipments), dan peralatan dalam sumur (downhole equipments).
Peralatan permukaan meliputi sumber gas tekanan tinggi (sumur gas atau kompresor), pipa saluran
gas injeksi, dan meter pengukur laju aliran gas injeksi (umumnya DP flowmeter). Sedangkan
peralatan dalam sumur meliputi satu atau beberapa gas lift mandrel (GLM) dan katup gas lift (gas
lift valve) yang dipasang di dalam mandrel.
Sumur minyak yang beroperasi dengan sistem gas lift pada umumnya memiliki beberapa GLM
yang ditempatkan di titik-titik kedalaman tertentu di sepanjang tubing produksinya. Penempatan
GLM yang baik pada proses komplesi awal (initial completion) akan sangat menunjang
tercapainya performa optimal dari satu sumur minyak. Hal ini mengingat bahwa kadang-kadang
diperlukan penataan ulang terhadap letak dan setting katup gas lift untuk mendapatkan kondisi
operasi yang diinginkan. Penambahan atau perubahan letak GLM dikarenakan initial
completion yang kurang baik, atau konversi sebuah sumur menjadi sumur gas lift hanya dapat
dilakukan dengan kerja ulang (workover) berupa pencabutan tubing dari dalam sumur. Hal ini
tentu saja memerlukan biaya tinggi, terutama untuk sumur-sumur di anjungan lepas pantai.
Gas lift mandrel yang umum digunakan adalah jenis side pocket mandrel (SPM). Penggunaan
SPM memungkinkan katup gas lift untuk dipasang dan dicabut (atau sebaliknya) dari dalam
mandrel dengan wireline operation. Hal ini membuat sistem gas lift menjadi sangat fleksibel,
dimana penataan ulang katup-katup yang ada dapat dilakukan dengan relatif mudah dan murah
tanpa memerlukan pencabutan tubing produksi. Alat yang digunakan dalam wireline
operation untuk memasang dan mencabut katup gas lift biasa disebut kick over tool (KOT).
Penataan ulang katup-katup gas lift kadang-kadang diperlukan apabila dikendaki
perubahan setting tekanan kerja katup ataupun perubahan titik injeksi. Hal-hal tersebut
disesuaikan dengan perubahan beberapa parameter seperti penurunan tekanan reservoir, kenaikan
kandungan air (water cut), dan perubahan kondisi operasi di fasilitas produksi permukaan.
Penggantian katup-katup gas lift juga diperlukan apabila terjadi kerusakan.
Prinsip Dasar & Jenis Sumur Gas Lift serta Mekanika Katup Sembur Buatan
ا
A. Prinsip Dasar Gas Lift
B.
Tujuan operasi gas lift secara umum adalah untuk menciptakan “drawdown” sedemikian
rupa sehingga reservoir mampu mengalirkan sejumlahfluida seperti yang diinginkan. Faktor
utama yang menentukan dalam metode gas lift adalah perbandingan jumlah gas dengan cairan
(GLR atau Gas Oil Ratio) formasi pada sumur tersebut sudah lebih kecil dari GLR optimum, di
samping adanya penurunan tekanan dalam reservoirnya. Maka dengan menginjeksikan gas
bertekanan tinggi ke dalam tubing melalui annulus, menyebabkan densitas cairan di dalam tubing
menurun dan gradient tekanan dalam kolom tubing juga menurun, akhirnya timbul perbedaan
tekanan antara reservoir dengan tekanan dasar sumur(drawdown) yang lebih besar dari
sebelumnya dan mengakibatkan mengalirnya minyak dari reservoir ke permukaan, atau dapat pula
digunakan untuk menambah laju produksi total pada sumur minyak yang masih flowing tetapi laju
produksinya kecil. Berdasarkan system penginjeksian gasnya, sumur gas lift dapat dibedakan
menjadi dua yaitu continous gas lift dan intermitten, hal tersebut tergantung padaproductivity
index dan tekanan reservoirnya.
Tabel A
Kriteria Penentuan Sistem Injeksi (Pudjo sukarno, 1990)
PI BHP Sistem Injeksi
Tinggi Tinggi Continuous
Tinggi Rendah Intermittent
Rendah Tinggi Intermittent
Rendah Rendah Intermittent
Dimana :
PI tinggi > 0,5 bbl/hari/psi
PI rendah < 0,5 bbl/hari/psi
BHP tinggi, dapat mengangkat kolom cairan mminimal 70 % dari kedalaman sumur
BHP rendah, berarti kolom cairan yang terangkat kurang dari 70 %
a. Open Instalation
Adalah instalasi sumur gas lift dimana instalasi tersebut tidak dilengkapi dengan packer
dan standing valve, sehingga tekanan injeksi akan berpengaruh langsung terhadap formasi.
Instalasi jenis ini umumnya digunakan pada sumur gas lift dengan sistem injeksi yang continuous
flow.
c. Closed Instalation
Adalah instalasi sumur gas lift yang telah dilengkapi packer dan standing valve pada
rangkaian tubing di bawah operating gas lift valve. Instalasi ini akan efektif bila digunakan untuk
sumur gas lift dengan sistem injeksi yang intermittent flow. Adapun fungsi standing valve adalah
untuk menahan tekanan balik dari kolom fluida apabila tekanan tersebut lebih besar dari tekanan
dasar sumur. Sumur gas lift menurut instalasinya dapat dilihat pada
b. Casing Flow
Apabila laju alir produksi lebih besar dari batasan diameter tubing yang ada, maka sumur
diproduksikan dengan cara menginjeksikan gas bertekanan tinggi ke dalam tubing, sedangkan laju
alir produksi dari dasar sumur ke permukaan mengalir melalui casing (annulus).
Seiring waktu umur minyak akan kehilangan tekanan nya sehingga tidak mampu lagi untuk
mengalirkan minyak kepermukaan secara alamiah (Natural Flow). Pada kondisi ini sebagai
petroleum engineer seharusnya kita telah mempunyai analaisa apakah sumur ini akan
dikembangkan lebih lanjut atau ditinggalkan, mengingat beberapa factor yang harus diperhatikan,
yaitu besar cadangan tersisa yang masih mungkin diperoleh, tekanan reservoir, Productivity Index,
Fluida reservoir, komplesi sumur, besar biaya investasi, dan lain-lain.
Di antara beberapa jenis metode Artificial Lift yang ada, salah satu yang sangat populer untuk
diterapkan di sumur minyak adalah metode gas lift. Prinsip kerja dari teknik ini sangat sederhana,
yaitu dengan menginjeksikan gas kedalam sumur melalui annulus antara casing dengan tubing
produksi. Gas ini kemudian akan masuk melalui side pocket mandrel (SPM) kedalam tubing
produksi. Dengan masuknya gas tadi kedalam tubing dan bescampur dengan minyak didalamnya,
m
aka gas tadi akan menurunkan densitas minyak tadi menjadi lebih ringan sehingga akan mampu
untuk diproduksikan ke permukaan.
Permasalahan akan timbul ketika semua faktor saling mendukung bagi si sumur untuk dipasang
instalasi gas lift terhadapnya termasuk ketersediaan fasilitas kompresor dan tersedianya cadangan
gas yang melimpah, namun kondisi komplesi sumur tadi sendiri yang kurang mendukung.
Misalnya sumur-sumur yang dikomplesi dengan sistem monobore, sumur seperti ini tidak
mungkin untuk dilakukan instalasi gas lift seperti biasa yang menggunakan SPM sebagai media
masuknya gas. Sumur type ini tidak memiliki annulus antara casing dengan tubing produksi,
bahkan sumur jenis ini ada yang tidak menggunakan casing, melainkan tubing langsung disemen
dengan dinding formasi. Alhasil diperlukan inovasi baru untuk menjawab persoalan ini.
Coil tubing Gas Lift hadir sebagai solusi yang efektif dan terbukti dapat meningkatkan produksi
sumur minyak yang sudah tidak mampu berproduksi secara natural flow. Tidak adanya annulus
dalam sumur bukan menjadi suatu hambatan lagi. Dalam teknik gas lift metode ini, gas tidak
diinjeksikan melalui SPM. Gas diinjeksikan kedalam sumur melalui coil tubing yang dipasang
didalam tubing produksi. Fluida campuran antara minyak dengan gas injeksi akan mengalir keluar
melalu
i annulus baru, yaitu annulus antara tubing produksi dengan coil tubing didalamnya.
Berikut contoh gambar sumur yang dikomplesi secara monobore dan dipasang instalasi coil tubing
gas lift terhadapnya.
Dengan menggunakan teknik ini, gas tetap dapat diinjeksikan kedalam sumur dan tidak adalagi
hambatan dalam pelaksanaan gas lift bagi sumur tersebut, tentu saja tetap harus dilakukan
beberapa penyesuaian khusus, baik dari sisi perhitungan engineeringnya, maupun dari sisi
peralatan dipermukaan.
Kepala sumur untuk Coil Tubing Gas Lift