Anda di halaman 1dari 13

Perencanaan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi

Oleh :
Gesa Endah Prastiti*
Dr.Ir. Pudjo Sukarno**

Sari
Seiring dengan diproduksikannya suatu sumur, maka performa sumur tersebut untuk dapat
memproduksikan fluida akan semakin menurun. Oleh karena itu dibutuhkan injeksi gas lift untuk memaksimalkan
produksi dari sumur tersebut. Dalam rotative gas lift , gas yang digunakan untuk injeksi merupakan gas dari
formasi yang terproduksi. Dengan rotative gas lift maka penggunaan gas yang terproduksi menjadi lebih efisien.
Metode perencanaan rotative gas lift mencakup pemilihan laju produksi awal, laju gas injeksi yang
dibutuhkan dan scheduling injeksi serta penyimpanan gas untuk injeksi. Optimasi dilakukan dari pembuatan
model reservoir, pemilihan letak sumur hingga pemodelan fasilitas permukaan dan produksi dilakukan selama 10
tahun. Selain itu tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini ialah perencanaan injeksi gas sehingga bisa
didapatkan kumulatif produksi sebesar-besarnya.
Karena produksi gas harian tidak mencukupi kebutuhan gas injeksi , maka skenario yang dikembangkan
ialah menyimpan sejumlah gas dari gas yang terproduksi terlebih dahulu. Injeksi gas dilakukan secara bertahap
pada 4 sumur mempertimbangkan laju produksi minyak dari suatu sumur. Setelah itu optimasi yang dilakukan
setiap jangka waktu setahun untuk mendapatkan laju gas injeksi yang optimum terhadap laju produksi minyak.
.

Kata kunci : Rotative gas lift , optimasi gas lift, scheduling injeksi

Abstract

By the time well produce, the performance of well to produce the fluid will be decrease. Therefore, gas
lift injection is needed to maximize the production from the wells. In rotative gas lift, produced gas from
reserveoir will be reinjection to the well . By using rotative gas lift, used of produced gas from reservoir will be
more efficient.
Rotative gas lift planning methods includes the selection of initial production rate, gas injection rate
required , the scheduling of injection and gas storage for injection. The optimization done by reservoir modeling,
select the best location of wells, surface facilities modeling and production optimization for 10 years. In addition,
the goals in this final project is plan the gas injection, so the maximum cummulative oil production can be
reached.
Because the daily gas production rate is not sufficient for gas injection, the scenario that developed by the
writer is storing the gas production first. Gas injection applied for 4 well gardually, considering the oil production
rate of each wells. Optimization also evaluated every year to determine the appropriate gas injection rate to get
optimum oil production rate.

Keywords: Rotative gas lift , gas lift optimization, gas injection scheduling

*) Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan - Institut Teknologi Bandung


**) Dosen Pembimbing Program Studi Teknik Perminyakan - Institut Teknologi Bandung

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 1


I. PENDAHULUAN II. TUJUAN
1. Melakukan pemodelan perencanaan injeksi
Seiring dengan diproduksikannya suatu gas lift secara terintegrasi sehingga diharapkan
sumur, performa sumur untuk mengangkat fluida ke dapat menggambarkan keadaan nyata di
permukaan akan semakin menurun. Hal ini lapangan.
disebabkan antara lain karena penurunan tekanan 2. Merancang rotative gas lift untuk
reservoir dan densitas fluida yang harus diangkat mengefisienkan gas yang dihasilkan
terlalu besar. Ketika tekanan reservoir terlalu kecil 3. Meningkatkan faktor perolehan minyak
bagi sumur, atau laju produksi yang diinginkan dengan optimasi injeksi gas lift.
terlalu besar dibandingkan tekanan reservoir yang
ada, sumur tidak dapat mengalir secara natural1. III. SISTEM ROTATIVE GAS LIFT
Untuk meningkatkan kinerja sumur tersebut,
dibutuhkan artificial lift untuk meningkatkan Gas lift merupakan salah satu teknologi untuk
performa sumur mengalirkan fluida ke permukaan. meningkatkan laju produksi minyak dari suatu sumur
Salah satunya ialah dengan metode Gas Lift. dengan menginjeksikan gas bertekanan tinggi ke
dalam tubing melalui annulus antara tubing dan
Salah satu pertimbangan utama dalam casing. Gas injeksi akan masuk ke dalam tubing
injeksi gas lift ialah jumlah gas yang tersedia. Dalam melalui valve/ mandrels. Setelah memasuki tubing,
tugas akhir ini gas yang diinjeksikan seluruhnya gas injeksi akan membantu proses produksi fluida
berasal dari total produksi gas lapangan tersebut, dengan 2 cara: (a) membentuk slug yang akan
yang disebut dengan closed rotative gas lift system. membantu mengangkat fluida ke permukaan, atau (b)
Dalam rotative gas lift system, gas bertekanan rendah gas injeksi akan terlarut dalam fluida dan
yang terproduksi akan dialirkan ke kompresor. menurunkan densitas fluida, sehingga dapat lebih
Keluaran dari kompresor yang berupa gas bertekanan mudah mengalir ke permukaan1.
tinggi akan kembali diinjeksikan ke dalam sumur
untuk membantu pengangkatan fluida. Injeksi gas Gas dapat diinjeksikan dengan dua cara,
secara kontinyu digunakan dalam closed rotative gas yaitu dengan continous atau dengan intermittent gas
lift system ini karena jumlah gas injeksi yang lift. Pada continous gas lift , gas diinjeksikan secara
dibutuhkan dan jumlah gas terproduksi yang akan terus menerus ke dalam sumur. Sedangkan pada
dialirkan ke kompresor konstan. intermittent gas lift , sejumlah gas diinjeksikan dalam
selang waktu tertentu. Pemilihan cara injeksi gas
Dalam tugas akhir ini, injeksi akan dilakukan berdasarkan kondisi sumur tersebut dan
dilakukan secara bertahap pada 4 sumur dengan jumlah gas injeksi yang tersedia. Kandidat sumur
mempertimbangkan jumlah kumulatif gas yang untuk continous gas lift ialah sumur dengan
terproduksi pada saat tertentu. Optimasi yang Productivity Index tinggi (> 0.5 stb/day/psi), laju
dilakukan meliputi laju produksi fluida, scheduling, produksi lebih besar dari 100 stb/d, dan dengan
dan laju injeksi gas. Dalam pembuatan model juga tekanan reservoir yang besar terhadap kedalaman4.
dilakukan pemilihan posisi sumur dengan
mempertimbangkan parameter reservoir seperti Gas yang digunakan untuk injeksi dapat
porositas dan saturasi. Pemilihan posisi sumur berasal dari reservoir itu sendiri atau mengalirkan
dilakukan berdasarkan total produksi dan jangka sejumlah pasokan gas dari luar. Disebut sebagai
waktu sumur tersebut dapat mengalir secara natural. closed rotative gas lift system jika seluruh gas injeksi
Dengan model yang telah optimal tersebut, dilakukan berasal dari produksi lapangan itu sendiri. Jika
optimasi scheduling injeksi gas lift, dengan jumlah gas produksi tidak memenuhi kebutuhan
mempertimbangkan batasan laju alir fluida yang injeksi,maka gas injeksi dapat ditambah dengan
diinginkan dan economic limit rate minyak yang pasokan gas dari luar, yang disebut dengan semi-
terproduksi. Selain itu penentuan jumlah gas yang closed rotative gas lift system.
akan diinjeksikan perlu dilakukan dengan teliti
Pada tugas akhir ini, operasi gas lift di suatu
sehingga dapat menghasilkan laju produksi minyak
lapangan akan dilakukan dengan menggunakan
yang optimum.
closed rotative gas lift system. Parameter terpenting
dalam injeksi dengan system ini ialah ketersediaan
gas bertekanan rendah yang dibutuhkan untuk dapat

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 2


membantu produksi fluida dari sumur yang terdapat Sedangkan tubing intake menunjukkan laju produksi
dalam lapangan tersebut. Gas bertekanan rendah yang untuk setiap pressure drop aliran di dalam tubing.
terproduksi di separator akan dialirkan ke suction
kompresor. Gas bertekanan tinggi keluaran dari Untuk reservoir dengan tekanan di atas bubble point,
kompresor akan diinjeksikan kembali ke dalam kurva IPR direpresentasikan dengan persamaan
tubing. straight line IPR sebagai berikut :

……………………………….(3.1)

Untuk aliran 2 fasa gas dan minyak maka persamaan


kurva IPR direpresentasikan dengan persamaan
Vogel7.

…………..(3.2)

Sedangkan untuk aliran vertikal multi fasa digunakan


Gambar 3.1Skema closed rotative gas lift system 3) persamaan Hagedorn-Brown, yang ditunjukkan pada
persamaan 3.3:
Dalam beberapa kasus, pada saat awal
produksi, dibutuhkan suplai gas tambahan dari luar …………………...(3.3)
untuk mengoperasikan system. Gas dari luar tersebut
akan tersirkulasi dalam system sebagai penggerak Injeksi gas pada suatu sumur akan
kompresor dan untuk menutupi kehilangan gas meningkatkan GLR fluida yang mengalir dalam
karena kebocoran, dimana jumlahnya sangat kecil tubing sehingga pressure drop aliran berkurang dan
sekali dibandingkan dengan jumlah gas injeksi yang fluida dapat lebih mudah mengalir ke permukaan.
tersirkulasikan. Jika diperoleh kelebihan gas yang Akan tetapi, jika aliran gas injeksi terlalu besar maka
terproduksi dapat dijual atau dimanfaatkan untuk dapat menghambat aliran fluida di dalam tubing.
kebutuhan yang lain. Oleh karena itu, dalam Nodal analysis kita dapat
melihat bagaimana performa tubing intake dengan
Banyaknya gas yang akan diinjeksikan berbagai nilai GLR seperti pada gambar 2.2.
sangat bergantung pada jumlah gas kumulatif
lapangan pada saat itu. Selain itu laju gas injeksi juga
disesuaikan dengan laju produksi yang diinginkan
dan keadaan reservoir sumur tersebut pada saat itu,
seperti bottomhole pressure dan watercut. Untuk
menentukan laju gas injeksi yang dapat menghasilkan
laju produksi optimum, maka dilakukan nodal
analysis.

Nodal analysis adalah analisa system untuk


menentukan laju produksi dan tekanan pada suatu
nodal atau titik tertentu dalam system suatu sumur. Gambar 3.2 Contoh Nodal system analysis
Dengan nodal analysis kita dapat menganalisa
kinerja sumur. Pada sumur dengan titik injeksi Dari gambar 2.2 ditunjukkan bahwa GLR
didasar sumur, yang merupakan puncak lapisan semakin meningkat maka laju produksi akan semakin
produktif, maka dapat dipilih titik nodal di titik meningkat, sesuai dengan perpotongan antara kurva
injeksi tersebut. Sehingga dapat dilihat performa IPR dan tubing intake. Jika diplot antara laju
aliran dari reservoir ke titik injeksi dan aliran dari produksi dengan GLR atau Laju gas yang
titik injeksi ke permukaan. diinjeksikan maka diperoleh kurva Gas Lift
Performance Curve (GLPC). Kurva GLPC
Aliran dari reservoir digambarkan dalam menggambarkan hubungan antara laju injeksi gas
kurva IPR , yang menunjukkan pressure drop yang dengan laju produksi yang dapat digunakan untuk
dialami fluida dari reservoir ke dasar sumur.

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 3


menentukan laju injeksi gas yang optimum yaitu titik dimana penyebaran dilakukan dengan metode
puncak pada grafik GLPC gambar 3.3. geostatistik yang tersedia di software PETREL.
Harga porositas reservoir ini berkisar antara 0.024 –
GLPC 0.3. Harga permeabilitas didapat dengan
menggunakan korelasi porositas-permeabilitas yang
Laju produksi liquid ( STB/hari)

2500
berlaku di reservoir berikut. Dalam hal ini korelasi
2000 yang digunakan berasal dari grafik Fuchtbaurer6
1500 untuk formasi batupasir yang ditunjukkan pada
gambar 4. Perhitungan ini menghasilkan
1000
permebilitas di setiap grid block yang berkisar antara
500
0.01 mD- 610 mD.
0
0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5

laju gas injeksi (MMSCF/hari)

Gambar 3.3 Contoh kurva GLPC

Akan tetapi, tidak selalu titik paling atas yang


paling efektif dan ekonomis untuk diterapkan dalam
suatu sumur. Kita perlu memperhatikan apakah
kenaikan laju gas injeksi yang kita berikan
berpengaruh secara signifikan terhadap kenaikan laju
produksi5. Hal ini juga mengacu pada jumlah gas
injkesi yang tersedia. Dimana dalam closed rotative
gas lift system harus sesuai dengan jumlah kumulatif
gas yang terproduksi pada saat itu.

IV. PENGEMBANGAN MODEL SISTEM


ROTATIVE GAS LIFT yang
TERINTEGRASI
Gambar 4.1 Korelasi Fuchtbauer untuk tertiary
Untuk melakukan simulasi system rotative gas
sandstone
lift, pada tugas akhir ini dibuat model yang
mengintegrasikan model reservoir, model komplesi Model reservoir merupakan consolidated
sumur gas lift, dan fasilitas permukaan. Berikut ini sandstone dan memiliki aquifer dibawahnya dengan
akan dibahas pengembangan dari masing-masing volume 10 kali volume reservoir yang mengikuti
model. persamaan Fetkovich. Fluida reservoir adalah Black
Oil dengan API 30. Berdasarkan dimensi model
4.1 Model Reservoir
reservoir diperoleh Initial Oil in Place keseluruhan
Model yang dikembangkan ialah model reservoir ini ialah 5,088 MMSTB.
reservoir heterogen berbentuk segi empat dengan
Tabel 4.1 Properti fisik reservoir unit model
menggunakan software PETREL. Model berukuran
2000x2000 ft yang dibagi dalam 40x40 grid. No. Properti Harga Satuan
Reservoir tersebut berada pada kedalaman 4600 ft
1 Kedalaman 4600-4650 ft
dari permukaan dengan ketebalan 50 ft dan terbagi
atas 20 layer. 2 Tekanan reservoir 2009.6 @ 4650ft psi
3 Temp. reservoir 170 °F
Model reservoir yang digunakan merupakan
4 Tebal formasi 50 ft
reservoir heterogen, yang memiliki persebaran
porositas dan permeabilitas yang berbeda pada setiap 5 Permeabilitas 0.01-600 mD
grid. Data porositas diambil dari data Lapangan X, 6 Porositas 0.024-0.3

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 4


Tabel 4.2 Harga Parameter Fluida
No Parameter Harga Satuan
1 Gravity 30 API
2 Pb 1060 Psi
3 ρw 63,7 lb/ft3
4 SGgas 0.6636

Model reservoir ini diproduksi dari 4 buah


sumur yang masing-masing diperforasi pada
kedalaman antara 4600ft – 4650ft dengan
mempertimbangkan harga porositas terhadap
kedalaman. Hasil pemodelan dengan menggunakan
software PETREL dipindahkan ke dalam software Gambar 4.3 Hubungan Krw dan Kro
ECLIPSE.
4.2 Model Sumur dan Fasilitas Permukaan
Dengan menggunakan software ECLIPSE
dipilih lokasi 4 sumur dengan mempertimbangkan Pemodelan sumur gas lift dan fasilitas
kumulatif produksi minyak yang terbesar. Gambar permukaan dilakukan dengan menggunakan software
4.3 menunjukkan model reservoir beserta dengan PIPESIM dan menggunakan data kedalaman sumur
lokasi sumur. yang telah ditentukan dalam model reservoir. Pada
keempat sumur gas lift tersebut dipasang casing
dengan ukuran ID 5.5 inch dan kemudian di perforasi
dengan mempertimbangkan harga porositas. Tubing
yang digunakan berukuran 3.5 inch dan dipasang
hingga kedalaman 4610 ft. Flowline yang digunakan
memiliki ID 4 inch dengan roughness 0.001 inch
dengan ketebalan 0.5 inch. Panjang Flowline
merepresentasikan letak sumur sesuai model
reservoir yang dibuat di PETREL. Fluida dari sumur
langsung dialirkan menuju separator yang bekerja
pada tekanan 200 psi. Separator diletakkan di tengah
keempat sumur tersebut untuk meminimalkan
pressure loss .

Gambar 4.2 Model reservoir dengan 4 buah sumur


yang menunjukkan saturasi minyak

Gambar 4.3 menunjukkan hubungan antara


permeabilitas relative minyak (kro) dengan
permeabilitas relative air (krw). Dari gambar tersebut
dapat dilihat bahwa sifat batuan reservoir ini adalah
water wet dengan nilai Swirr sebesar 0.18 dan Sor 0.2.

Gambar 4.3 Fasilitas permukaan

Untuk desain instalasi sumur gas lift dilakukan


pada software PIPESIM dengan masukan harga
tekanan reservoir, productivity indeks, watercut,

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 5


GOR dan laju gas injeksi. PIPESIM secara akan Tabel 5.1 Waktu injeksi gas lift dan kebutuhan gas
menentukan kedalaman valve injeksi sesuai dengan
variable yang telah dimasukkan. Sumur Waktu Injeksi Laju gas injeksi
(bulan ke-) (mmscf/hari)
4.3 Field Planning Tool P2 21 0.43
P1 25 0.42
Integrasi antara model reservoir, sumur gas lift P4 25 0.30
dan fasilitas permukaan akan disimualsikan dengan P3 36 0.22
menggunakan software Field Planning Tool (FPT).
Software FPT menggabungkan hasil perhitungan
Seperti ditunjukkan pada tabel 5.1 diatas,
model reservoir dengan model fasilitas permukaan
total kebutuhan keempat sumur untuk mendapatkan
sehingga dapat diperoleh kinerja seluruh sistem
laju produksi minyak optimum ialah sebanyak 1.37
tersebut.
MMSCF/hari. Namun laju produksi gas awal dari
V. SKENARIO PERENCANAAN INJEKSI seluruh lapangan sebanyak 0.2 MMSCF/hari, seperti
GAS PADA SISTEM ROTATIVE GAS ditunjukkan pada gambar 4.2. Dengan demikian
LIFT produksi gas lapangan tidak memenuhi kebutuhan
gas injeksi untuk keempat sumur tersebut. Untuk
5.1 Skenario Penjadwalan Injeksi Gas Lift mengatasi masalah tersebut maka gas yang
terproduksi perlu disimpan sehingga mencapai
Sebagai base case, keempat sumur jumlah gas injeksi yang dibutuhkan.
diproduksikan secara alamiah dengan batasan laju
produksi sebesar 300 stb/hari dalam kurun waktu 1.6
sepuluh tahun. Suatu sumur akan diubah menjadi 1.4
laju gas (mmscf/hari)

sumur gas lift jika laju produksinya sama dengan atau 1.2
di bawah 100 stb/hari. Pada kondisi base case, untuk 1
kurun waktu 10 tahun dihasilkan produksi kumulatif 0.8
sebesar 1.175 MMSTB. Dengan jumlah cadangan 0.6
minyak sebesar 5.09 MMSTB maka Recovery Factor 0.4
dari reservoir tersebut ialah 23 %. 0.2
0
Berdasarkan pada base case tersebut maka
15
22
29
36
43
50
57
64
71
78
85
92
99
1
8

106
dapat ditentukan sumur yang memerlukan gas lift,
sebagai contoh sumur P2 membutuhkan injeksi gas waktu (bulan)
pada bulan ke-21 seperti ditunjukkan pada gambar
kebutuhan gas produksi gas
5.1. Secara sama penentuan waktu injeksi gas di
sumur yang lain ditunjukkan pada tabel 5.1.
Gambar 5.2 Laju kebutuhan gas dan laju produksi gas
350
Laju produksi minyak (STB/hari)

0.25 250
300
laju produksi gas (mmscf/hari)

0.2 200
250
200 0.15 150

150 0.1 100

100 0.05 50

50 0 0
1
9

105
17
25
33
41
49
57
65
73
81
89
97

0
1
9
17
25
33
41
49
57
65
73
81
89
97
105

waktu (bulan)

Waktu (bulan)
produksi gas gas produksi total(MMSCF)
P1 P2 P3 P4

Gambar 5.3 Laju produksi gas dan gas produksi total


Gambar 5.1 Laju produksi minyak

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 6


Jika produksi gas dikumpulkan sejak awal jumlah gas yang diinjeksikan akan tetap berputar
produksi hingga sepuluh tahun maka jumlah gas akan dalam sistem.
mencapai nilai 194,1 MMSCF. Jumlah gas yang
terproduksi sangat besar dibandingkan dengan jumlah 5.2 Skenario Optimasi Produksi
gas yang dibutuhkan untuk injeksi. Selain itu jika gas
Sesusai dengan yang telah dijelaskan di
dikumpulkan sejak awal maka akan membutuhkan
subbab sebelumnya bahwa injeksi gas akan dilakukan
jumlah tangki penyimpanan gas yang sangat banyak.
secara bertahap sesuai dengan kinerja masing-masing
Dalam perencanaan ini diasumsikan tangki yang
sumur. Sebelum dilakukan optimasi injeksi,
digunakan berukuran 10.000 m3 atau 0.353146
pemilihan batasan laju produksi juga diperhatikan
MMSCF dengan spesifikasi seperti ditunjukkan pada
dalam perencanaan produksi untuk mendapatkan
tabel 4.2 dibawah.
produksi minyak yang paling optimum. Dalam tugas
Tabel 5.2 Spesifikasi Storage Tank akhir ini penulis melakukan pemilihan berdasarkan
jumlah kumulatif minyak yang dapat terproduksi
Spesifikasi dalam kurun waktu 10 tahun. Batasan laju produksi
Volume storage tank 10000 m3 yang disimulasikan adalah 300 stb/hari, 500 stb/hari
Temperatur minimum -50 Celcius dan 700 stb/hari. Berdasarkan pemilihan tersebut
Ketebalan 62 mm didapatkan bahwa sumur dengan laju produksi 300
Tekanan Maksimum 3.3 MPa stb/hari menghasilkan kumulatif produksi minyak
Dengan kapasitas tangki seperti tabel 5.2 paling besar yaitu sebesar 1.18 MMSTB.
diatas, maka untuk memenuhi kebutuhan gas injeksi Perbandingan antara produksi minyak pada berbagai
keempat sumur dibutuhkan 4 tangki gas. Berdasarkan laju produksi dapat dilihat pada gambar 4.2.1 .
hasil simulasi, produksi gas disimpan selama 7 hari
untuk memenuhi kebutuhan injeksi gas keempat
1.4
sumur. Gas yang dikumpulkan selama 7 hari sebesar
1.395 MMSCF seperti ditunjukkan pada gambar 5.4 1.2
Kumulatif minyak (MMSTB)

di bawah. 1

0.8
1.6
0.6
1.4
1.2 0.4
Jumlah gas (MMSCF)

1 0.2
0.8
0
0.6
0 639 1308 1978 2647 3288
0.4
0.2 waktu (hari)

0 300 STB/hari 500 stb/hari

-0.2 0 1000 2000 3000 4000 700 stb/hari

waktu (hari)
Gambar 5.5 Perbandingan kumulatif produksi
Jumlah gas storage kebutuhan gas minyak untuk berbagai laju produksi

Dengan laju produksi 300 stb/hari, setiap


Gambar 5.4 Jumlah kebutuhan gas dan jumlah gas
sumur memiliki performa yang berbeda. Batas laju
tersimpan
produksi sumur yang akan diinjeksi ialah jika sumur
Sementara itu, gas yang terproduksi sebelum mencapai 100 stb/hari. Dari gambar 5.1 pada subbab
waktu penyimpanan gas untuk injeksi, diasumsikan sebelumnya, dapat dilihat kemampuan produksi
dijual dan dialirkan ke flowline terpisah dari fasilitas setiap sumur secara alamiah.
penyimpanan gas untuk injeksi. Demikian juga
Berdasarkan pada gambar 5.1 sumur
dengan gas yang terproduksi setelah gas diinjeksikan
pertama yang membutuhkan injeksi gas lift ialah
dialirkan ke flowline untuk penjualan sementara
sumur P2 dimana terjadi penurunan laju produksi
secara drastis dari 249.4 stb/hari menjadi 26.58

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 7


stb/hari pada bulan ke-21. Penentuan laju injeksi gas dilakukan produksi kumulatif akan meningkat
dilakukan berdasarkan GLPC yang dibuat sehingga recovery factor meningkat menjadi 35.7 %.
berdasarkan kondisi sumur pada laju produksi kurang Gambar 5.6 sampai 5.9 menunjukkan profil kenaikan
dari 100 stb/hari. Dengan data masukan yang laju produksi minyak sebelum dan sesudah dilakukan
meliputi tekanan reservoir, Productivity index, injeksi gas.
watercut, GOR dan tekanan wellhead, dengan
menggunakan simulator PIPESIM dapat ditentukan P1
laju injeksi gas optimum berdasarkan GLPC. Tabel
4.2.1 adalah data masukan ke dalam simulator 350
300

Oil Rate (STB/d)


PIPESIM dan laju gas injeksi optimum untuk setiap
250
sumur. 200
150
Tabel 5.3 Data masukan dan laju injeksi gas 100
50
0
P1 P2 P3 P4

0
8
16
24
32
40
48
56
64
72
80
88
96
104
P reservoir (psi) 1847 1816 1852 1851
Time (month)
Watercut(%) 32.2 15.76 26.17 27.45
natural gas lift
PI 5.6 3.12 4.3 3.74

GOR (scf/stb) 165.2 165.2 165.2 165.2 5.6 Perbandingan laju produksi sumur P1
P wellhead (psi) 500 500 500 500
P2
Injeksi gas 0.42 0.43 0.22 0.3
(mmscf/hari)
350
300
Oil Rate (STB/d)

250
Berdasarkan laju injeksi optimum tersebut, 200
150
maka dapat ditentukan kedalaman valve injeksi dan
100
tekanan injeksi yang harus disediakan. Demikian juga 50
ukuran valve yang dibutuhkan dapat ditentukan. 0
0
8
16
24
32
40
48
56
64
72
80
88
96
104
Sebagai contoh digunakan adalah valve tipe IPO seri
R20 dengan ukuran 1,5 inch dan ukuran port ½ inch
Time (month)
untuk semua sumur. Tekanan injeksi yang diberikan
dianggap 100 psi diatas tekanan bottomhole dengan natural gas lift
harapan gas dapat masuk ke dalam tubing pada
kedalaman titik injeksi. Pada tabel 5.4 berikut 5.7 Perbandingan laju produksi sumur P2
ditunjukkan kedalaman titik injeksi beserta tekanan
injeksi yang dibutuhkan untuk setiap sumur
berdasarkan hasil simulasi. P3

350
Tabel 5.4 Kedalaman Injeksi gas dan tekanan injeksi
300
Oil Rate (STB/d)

250
Variabel P1 P2 P3 P4 200
Kedalaman 3257.5 3059.2 3335.2 3258.4 150
Injeksi (ft) 100
Ptro (psi) 1959 1825 1800 1949 50
0
P wellhead 500 500 500 500
0
7
14
21
28
35
42
49
56
63
70
77
84
91
98
105

(psi)
Time (month)

natural gas lift


Semua variable yang dibutuhkan dipilih
sedemikian rupa yang dapat menghasilkan laju 5.8 Perbandingan laju produksi sumur P3
produksi yang maksimum. Setelah injeksi gas lift

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 8


Pada grafik 5.6 sampai 5.9 dapat dilihat bahwa injeksi tetap namun dibutuhkan tekanan injeksi yang
dengan injeksi gas lift, sumur akan dapat bertahan lebih tinggi yaitu 1938 psi.
lebih lama hingga sepuluh tahun dengan laju
produksi terkecil berkisar pada 50 STB/hari.

P4
Tabel 5.6 Kedalaman dan tekanan injeksi skenario2
350
300 Variabel P1 P2 P3 P4
Oil Rate (STB/d)

250 Kedalaman 3257.5 2995.7 3260.8 3258.4


200 Injeksi (ft)
150 Ptro (psi) 1959 1800 1800 1938
100
50 P wellhead 500 500 500 500
0 (psi)
0
7

105
14
21
28
35
42
49
56
63
70
77
84
91
98

Time (month)
Hal tersebut dapat terjadi karena tekanan
natural gas lift reservoir dan productivity index yang berubah.
Sehingga letak valve dan tekanan injeksi yang
dibutuhkan menyesuaikan agar didapat hasil yang
5.9 Perbandingan laju produksi sumur 4
paling optimum. Dengan Optimasi ini, kumulatif
Seiring dengan diproduksikannya lapangan produksi total berhasil meningkat sebanyak 1,1 %
tersebut, maka semakin lama tekanan reservoir yaitu mencapai angka 36,8 %.
semakin menurun dan harga watercut semakin besar.
Skenario optimasi ketiga dilakukan setahun
Tentu saja hal ini mengakibatkan jumlah gas injeksi
kemudian, yaitu pada bulan ke- 61. Pada optimasi
yang dibutuhkan berbeda. Untuk mengetahui hal
kedua ini, laju injeksi total yang dibutuhkan sama
tersebut maka dicoba untuk melakukan optimasi
dengan tahun sebelumnya, namun alokasi injeksi
dengan mendesain ulang laju injeksi gas optimum
berbeda. Untuk sumur P3 yang sebelumnya hanya
dan letak valve. Optimasi skenario pertama dilakukan
mebutuhkan gas injeksi sebesar 0.22 MMSCF/hari
setahun setelah dilakukan injeksi gas pada sumur P3,
kini meningkat menjadi 0.3MMSCF/hari. Demikian
yaitu pada bulan ke- 49. Tabel 5.5 adalah hasil dari
juga dengan sumur P4 yang menurun kebutuhannya
desain ulang injeksi gas lift.
menjadi 0.22 MMSCF/hari.
Tabel 5.5 Kebutuhan injeksi gas pada skenario 2
Tabel 5.7 Kebutuhan injeksi gas pada skenario 3
Sumur Laju gas injeksi (MMSCF/hari)
P1 0.42 Sumur Laju gas injeksi (MMSCF/hari)
P2 0.42 P1 0.42
P3 0.22 P2 0.42
P4 0.30 P3 0.30
Total 1.36 P4 0.22
Total 1.36

Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa


Tabel 5.8 Kedalaman dan tekanan injeksi skenario3
kebutuhan gas injeksi sumur P2 turun menjadi 0.42
mmscf/hari. Sementara itu kebutuhan laju injeksi gas Variabel P1 P2 P3 P4
untuk sumur P1, P3, dan P4 tidak berubah. Kedalaman 3146.5 2736.3 2995.9 3258.6
Sedangkan letak valve sumur P3, meskipun jumlah Injeksi (ft)
gas injeksi yang dibutuhkan tidak berubah, letak Ptro (psi) 1959 1722 1800 1938
valve sumur P3 berubah menjadi pada kedalaman P wellhead 500 500 500 500
3260.8 ft. Hal ini disebabkan oleh penurunan tekanan (psi)
reservoir. Sedangkan untuk sumur P4 , letak titik
Setelah dilakukan optimasi pada skenario 3,
maka recovery factor meningkat sebanyak 0.4%

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 9


menjadi 36.8 %. Perbandingan kenaikan nilai jumlah
produksi kumulatif dapat dilihat pada gambar 5.10 1950
Dari gambar dapat dilihat bahwa kenaikan kumulatif
produksi minyak kurang signifikan. 1900

1850

tekanan reservoir (psi)


2
1800
1.8
1.6 1750
Cummulative Oil (mmSTB)

1.4
1700
1.2
1 1650

0.8 1600
0.6 Optimasi 1 optimasi 2
0 639 1308 1978 2647 3288
0.4 waktu (hari)
Optimasi 3 natural
0.2 300 stb/hari 500 stb/hari

0 700 stb/hari
0 50 100 150

Waktu (bulan) Gambar 6.2 Penurunan nilai tekanan terhadap waktu

Pada laju produksi 700 stb/hari, tekanan


reservoir menurun dengan cepat sehingga sumur-
Gambar 5.10 Perbandingan jumlah produksi total dari sumur yang diproduksi pada laju produksi awal ini
berbagai skenario. lebih cepat mati. Tetapi jika dibandingkan dengan
sumur yang diproduksi pada laju produksi awal 500
VI. ANALISA
stb/hari , laju produksi 700 stb/hari menghasilkan
Dalam pemilihan laju produksi awal, kumulatif produksi yang lebih besar karena pada
pemilihan dilakukan dengan memproduksi sumur awal produksi sumur diproduksi secara maksimal.
P1,P2,P3 dan P4 pada laju produksi fluida 300
Setelah kurun waktu produksi tertentu,
stb/hari, 500 stb/hari dan 700 stb/hari. Dari grafik 6.1
sumur akan mencapai batas dimana tidak dapat
dibawah dapat dilihat bahwa apabila sumur
berproduksi secara alamiah lagi. Saat itulah
diproduksi dengan laju produksi awal 300 stb/hari
dibutuhkan injeksi gas untuk operasi gas lift.
menghasilkan kumulatif produksi yang paling besar.
Kebutuhan injeksi gas lift berbeda-beda tergantung
Hal ini dapat terjadi karena pada produksi 300
dengan kondisi sumur pada waktu tertentu. Semakin
stb/hari penurunan tekanan dari reservoir tidak terlalu
lama produksi, tekanan reservoir semakin menurun
signifikan sehingga cukup dapat mengimbangi laju
dan watercut semakin besar. Hal ini menyebabkan
produksi yang diinginkan.
injeksi gas lift yang dibutuhkan semakin besar. Dari
tabel 6.1 dapat dilihat bahwa kebutuhan gas injeksi
1.18
untuk sumur P2 meningkat dari 0.22 menjadi 0.3
1.17 MMSCF/hari pada skenario 3 . Akan tetapi pada
sumur P2, pada saat skenario ke 2 laju injeksi gas
1.16 yang dibutuhkan menurun menjadi 0.42
MMSCF/hari. Demikian juga dengan sumur P4 yang
1.15
kebutuhan gas nya menurun dari 0.3 menjadi 0.22
1.14 MMSCF/hari pada skenario ke-3 .
300 stb/hari 500stb/hari 700 stb/hari

Gambar 6.1 Perbandingan kumulatif produksi


minyak untuk berbagai laju produksi

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 10


Tabel 6.1 Perbandingan kebutuhan gas injeksi pada
setiap skenario

P3
sumur skenario 1 skenario 2 skenario 3 1920 7
1900 6
P1 0.42 0.42 0.42 1880

pressure (psi)
1860 5
P2 0.43 0.42 0.42 1840 4
1820 3
P3 0.22 0.22 0.3 1800 2
P4 0.3 0.3 0.22 1780
1760 1
1740 0
0 1000 2000 3000 4000
Perubahan kebutuhan gas injeksi yang
diperlukan memang tidak terlalu signifikan. Hal ini time (days)
mungkin terjadi karena reservoir memiliki tenaga pressure Productivity index
pendorong dari aquifer yang menyebabkan PI liquid
meningkat setelah beberapa lama sumur
diproduksikan. Penurunan tekanan dan perubahan
Gambar 6.4 Tekanan dan PI sumur P3
productivity index dari setiap sumur dapat dilihat
pada gambar 6.2 sampai 6.5 di bawah.
P4
P1 1900 6
1940 9 1880
1920 5
8 1860
pressure (psi)

1900 1840 4
7
1880 1820
pressure (psi)

1860 6 3
5 1800
1840
1820 1780 2
4
1800 1760
3 1
1780 1740
2
1760 1720 0
1740 1
0 1000 2000 3000 4000
1720 0
0 1000 2000 3000 4000 time (days)

time (days) pressure Productivity index


pressure Productivity index

Gambar 6.5 Tekanan dan PI sumur P4


Gambar 6.2 Tekanan dan PI sumur P1
Penurunan tekanan reservoir yang kecil
menyebabkan peningkatan produksi kumulatif antara
P2
skenario 1, skenario 2 dan skenario 3 kurang
1920 6
1900
signifikan yaitu berkisar antara 0.4 sampai dengan 1
1880 5 % dari skenario sebelumnya. Untuk jangka waktu
1860 optimasi yang cukup kecil yaitu 1 tahun, keadaan
pressure (psi)

1840 4
1820 reservoir tidak ada perubahan yang signifikan. Pada
3
1800 grafik gambar 6.6 di bawah dapat dilihat kecilnya
1780 2
1760 peningkatan nilai recovery factor untuk masing-
1740 1 masing skenario.
1720
1700 0
0 1000 2000 3000 4000

time (days)
pressure Productivity index

Gambar 6.3 Tekanan dan PI sumur P2

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 11


2
SG = specific gravity
1.8 J = productivity index of well
1.6 Q = laju produksi (stb/hari)
1.4 = tekanan rata-rata reservoir (psi)
1.2 = tekanan alir dasar sumur (psi)
1
0.8 = gradient tekanan fluida dalam tubing
0.6 = densitas rata-rata fluida
0.4
0.2 = mixture velocity (ft/s)
0 D = ID tubing (in)
Swirr = Saturation water irreducable
skenario 1 skenario 2 skenario 3 natural
Sor = Saturation oil residual
Krw = Permeabilitas relative water
Gambar 6.6 Perbandingan kumulatif produksi Kro = Permeabilitas relative oil
minyak (MMSTB) pada berbagai skenario.

VII. KESIMPULAN & SARAN DAFTAR PUSTAKA

7.1 KESIMPULAN 1. Schlumberger. Gas Lift Technology.


1. Model dengan sistem terintegrasi telah 2. Schlumberger. PIPESIM FPT User Guide.
berhasil dibuat untuk melakukan perencanaan Schlumberger Information Solution.
injeksi gas lift. 3. Takacs, Gabor. Gas Lift Manual. PennWell
2. Model dapat digunakan untuk menentukan Corporation, 2005.
jumlah gas yang dibutuhkan dalam sistem 4. Guo, Buyon. Petroleum Production Engineering
rotative gas lift. : A Computer –Assisted Approach. Elsevier
3. Peningkatan recovery factor dapat dilakukan Science & Technology Books. 2007.
dengan desain ulang gas lift. 5. Nurdin, Syaiful . Closed Rotative Gas Lift
4. Apabila laju produksi gas harian tidak Optimization FOXTROT Area BP West
memenuhi jumlah gas yang perlu Java.2008. Tesis.
diinjeksikan maka dapat direncanakan untuk 6. Brown, K.E., et al, The Technology of Artifial
menyimpan gas sesuai dengan kebutuhan. Lift method, Volume 2a, The Petroleum
Publishing Company, Tulsa, 1980.
7.2 SARAN 7. Brown, K.E., et al, The Technology of Artificial
1. Perlu dilakukan penelitian untuk kondisi Lift Method : Production Optimization of Oil
reservoir tanpa aquifer dimana akan terjadi and Gas Wells by Nodal System Analysis,
perubahan tekanan reservoir dan perubahan Volume 4, PennWell Book, 1984.
produksi yang signifikan.
2. Kebutuhan gas injeksi untuk rotative perlu
dilakukan secara bertahap untuk menentukan
kebutuhan penyimpanan gas. Dalam hal ini
optimasi kapasitas tangki pengumpul gas
injeksi perlu dilakukan.

VIII. DAFTAR SIMBOL

Pwh = tekanan kepala sumur, psi


Pr = tekanan reservoir,psi
Qgas = laju gas, mmscfd
Ф = porositas, fraksi
K = permeabilitas, md
T = temperature, oR
cf = kompresibilitas formasi, 1/psi
ρg = densitas gas, lbf/ft3
ρw = densitas air, lbf/ft3
μg = viskositas gas, cp

Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 12


Perencanan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi 13

Anda mungkin juga menyukai