Psikologi sosial mempelajari banyak topik yang berkaitan dengan pemikiran dan
perilaku sosial. Karenanya tidak mengejutkan bahwa riset psikologi sosial juga
dilakukan pada sejumlah topik hukum. Pada bahasan berikut akan diulas mengenai
identifikasi saksi mata (eye witness) dan kesaksian, saksi palsu, deteksi
kebohongan, keputusan juri, kesaksian ahli, sikap terhadap hukuman mati, dan
diskriminasi dalam sistem hukum.
Dalam sebuah studi dua asisten periset berpura-pura sebagai konsumen yang
mengunjungi 63 toko. Agar pelayan toko memperhatikan mereka, asisten itu
sengaja berperilaku aneh. Misalnya, seorang asisten membayar sebungkus rokok
dengan dengan menggunakan uang recehan logam semua dan meminta petunjuk ke
lokasi yang jauh dari toko.
Dua jam kemudian, sepasang lelaki dengan mengenakan setelan datang ke toko,
memperkenalkan diri sebagai pengacara yang sedang magang dan meminta
pelayan toko mengidentifikasi si asisten dari enam foto. Pelayan yang
mengidentifikasi dengan tepat hanya 34 persen. Dengan kata lain, hanya 2 jam
setelah berinteraksi dengan orang yang aneh, 65 persen pelayan salah dalam
mengidentifikasi.
Baca juga: Pengertian Sistem Hormon dan Proses Kimiawi pada Manusia
Mengapa identifikasi saksi mata terkadang tidak dapat diandalkan? Para psikolog
sosial membedakan dua faktor yang mempengaruhi identifikasi saksi mata.
1. Estimator Variables
Variabel estimator adalah faktor yang terkait dengan saksi mata atau situasi dimana
suatu kejadian itu disaksikan. Jarak saksi mata dengan situasi atau kejadian yang
dilihatnya, besarnya rasa takut yang dirasakan saksi, dan ras dari saksi serta pelaku
kejahatan adalah contoh dari variabel estimator.
2. System Variables
Variabel sistem adalah faktor yang berada dibawah kontrol sistem pengadilan atau
hukum. Bias dalam urutan barisan tersangka dan pertanyaan sugestif yang diajukan
polisi atau jaksa adalah contoh dari variabel sistem.
Akuisisi
Penyimpanan
Kesempatan Melihat
Agar saksi mata bisa mendapat informasi dengan lengkap dan akurat tentang suatu
kejadian, saksi perlu mampu melihat dan mendengar secara jelas. Orang yang
menyaksikan suatu kejadian dari jarak 20 meter pada siang hari yang cerah akan
mampu memberikan informasi yang lebih baik daripada orang yang menyaksikan
kejadian dari jarak 100 meter pada saat gerimis.
Fokus Senjata
Bayangkan, anda akan menyimpan uang di bank saat tiba-tiba lelaki di belakang
anda mengeluarkan pistol. Orang itu menodong anda dan mengancam akan
menembak jika dia tidak segera diberi uang oleh teller bank. Anda sangat mungkin
melihat pada psitol saat teller mengambil uang. Akibatnya anda mungkin hanya
ingat tentang pistol daripada kejadian perampokan di bank itu. Fenomena ini
disebut sebagai weapon focus effect (efek fokus senjata) telah ditunjukkan dalam
beberapa studi (Steblay).
Bias Ras Sendiri
Interval Retensi
Lamanya waktu yang berlalu antara penyaksian suatu kejadian dengan melakukan
identifikasi atau pemberian kesaksian dikenal sebagai interval retensi. Mungkin
tidak mengejutkan lagibagi anda untuk mengetahui bahwa akurasi identifkasi saksi
mata akan menurun seiring dengan berlalunya waktu. Semakin lama interval antara
penyaksian kejadian dengan pemberian kesaksiansemakin kurang akurat
kesaksiannya.
Variabel Sistem
Variabel sistem merupakan faktor yang mempengaruhi identifikasi saksi mata yang
berada dibawah kontrol langsung dari sistem pengadilan atau hukum. Terdapat
beberapa aspek penting dalam variabel sistem:
Pertanyaan Sugestif
Hipotesis yang berasumsi bahwa informasi yang diterima oleh saksi setelah
melihat kejadian menggantikan ingatan tentang kejadian asli. Informasi pasca
kejadian, menggantikan informasi yang disimpan seseorang tentang kejadian itu
mengubahnya secara permanen.
Forgeting (Hipotesis Lupa)
Teori Monitoring
Teori ini berpendapat bahwa orang mempertahankan memori kejadian orisinil dan
informasi pasca kejadian. Probelmnya adalah saksi sering kesulitan dalam hal
source monitoring(monitoring sumber), sebuah proses yang dijalani seseorang
dalam menentukan dimana mereka mendapatkan beragam kepingan informasi.
Akibatnya, saksi mungkin secara kliru menyimpulkan bahwa kepingan informasi
itu berasal dari observasi atas kejadian orisinil.
Bias Lineup
Riset psikologi sosial terhadap identifikasi dan kesaksian saksi mata telah
diperhatikan dan dipakai oleh pembuat kebijakan. Misalnya terkait pedoman
wawancara yang mensugestikan untuk menggunakan pertanyaan terbuka daripada
menggunakan pertanyaan yang mengarahkan. Pedoman yang disugestikan riset
psikologi sosial juga merekomendasikan agar petugas kepolisian secara eksplisit
memberi tahu saksi mata bahwa pelaku mungkin ada atau mungkin tidak ada. Di
deretan.
Pembelaan Kriminal
Selain mempelajari saksi mata, psikolog sosial juga mempelajari pengalaman
pembela kriminal. Dalam bagian ini, akan dibahas tentang pembelaan kriminal
yaitu pengakuan palsu dan deteksi kebohongan.
Pengakuan Palsu
Ketika polisi menanyai tersangka kejahatan, mereka pada umumnya berusaha agar
tersangka mengakui kejahatan yang tidak dilakukannya, namun pengakuan palsu
tak jarang dilakukan. Kassin dan Wrightsman mengidentifikasi tiga tipe pengakuan
palsu.
Pengakuan kadang juga bisa dipaksakan (pengakuan palsu terpaksa) terjadi ketika
seseorang ditekan agar mengaku bersalah, tetapi secara pribadi tetap tidak
bersalah.
Deteksi Kebohongan
Orang berbohong acapkali memberi tanda emosional seperti banyak berkedip atau
menggoyangkan kepala. Dengan informasi non verbal tersebut, kadang pengamat
tidak mampu mendeteksi kebohongan. Kempampuan polisi dalam mendeteksi
kebohongan dapat menjadi masalah tersendiri bagi, meskipun profesional dalam
menyelidiki kasus kejahatan namun rendah kompetensinya dalam mendeteksi
kebohongan.
Mengingat pentingnya pengadilan oleh juri dalam sistem hukum Amerika, tidak
mengejutkan bahwa para psikolog sosial melakukan banyak riset terhadap
keputusan juri.
Pemilihan Juri
Pada awal setiap pengadilan, sebuah proses yang disebut voir dire dilakukan untuk
memilih para juri. Selama voir dire (pemilihan juri yang dilakukan pada awal
setiap pengadilan) hakim atau jaksa mengkaji calon-calon juri untuk mengetahui
opini atau bias yang mungkin mengganggu kemampuan mereka memberikan
keputusan yang adil. Jika ada alasan bahwa seorang juri tidak bisa memutuskan
dengan adil, ia tidak boleh menjadi juri.
Kasus hukuman mati menimbulkan isu yang sangat penting bagi pemilihan juri.
Dalam kasus hukuman mati, voir diresering dipakai untuk mengeliminasi calon juri
yang tidak mendukung hukuman mati. Pendukung protes death qualification
mengklaim bahwa juri yang tidak mendukung hukuman mati sangat mungkin
mendukung tersangka yang bersalah agar tidak mendapat hukuman mati.
Para psikolog sosial sering diminta untuk menjadi saksi ahli untuk menjelaskan
temuan riset guna memberi kerangka pemahaman bagi juri dan hakim dan untuk
mengevaluasi bukti dalam kasus tertentu (Monahan dan Walker). Dua isu utama
dalam kesaksian ahli adalah kualitas testimoni dan efeknya pada juri. Kualitas
kesaksian dari ahli adalah penting karena pengadilan tidak ingin juri
mempertimbangkan bukti yang tidak reliabel atau tidak jelas.
Jadi psikolog sosial bersaksi hanya tentang riset yang memenuhi standar hukum
untuk diterima sebagai bukti. Kesaksian ahli sangat berpengaruh apabila saksi ahli
bersaksi sebelum saksi lain dihadirkan, karena ia akan memberi kerangka untuk
mengevaluasi kesaksian saksi-saksi lain. Jadi kesaksian dari pakar yang
menghubungkan riset dengan kasus tertentu berpengaruh lebih besar daripada
kesaksian pakar yang hanya menyajikan seperangkat temuan riset.
Amicus curiae adalah dokumen yang ditulis oleh psikolog dan jaksa yang berisi
ringkasan literatur ilmiah yang diberikan pada pengadilan. Ringkasan amicus
(sahabat pengadilan) berisi ringkasan psikologi yang relevan bagi hakim untuk
memberi konteks ilmiah guna memutuskan kasus tertentu. Dengan menyusun
ringkasan amicus tersebut, para psikolog sosial dapat memberi bukti ilmiah pada
pengadilan yang dapat menghasilkan keputusan hukum yang lebih adil.
Daftar Pustaka