Anda di halaman 1dari 11

KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

PROFIL IBU DAN PERAN BIDAN DALAM PRAKTIK INISIASI


MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF

Bambang Budi Raharjo1

Mahasiswa Program Doktor Studi Pembangunan Univeritas Kristen Satya Wacana Salatiga
1

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Rendahnya cakupan Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI eksklusif di wilayah
Diterima 15 April 2014 Kabupaten Kendal berdasarkan temuan dalam studi pendahuluan, secara garis besar
Disetujui 5 Mei 2014 tidak terlepas dari faktor ibu dan peran bidan penolong persalinan yang merupakan
Dipublikasikan Juli 2014
petugas kesehatan yang pertama kali membantu ibu selama proses persalinan yang
Keywords: seharusnya memberikan informasi dan dukungan awal kepada ibu untuk segera
melakukan IMD dan melanjutkannya dengan ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan
Knowledge; pendekatan secara kuantitatif melalui survei dengan pendekatan cross sectional. Desain
Attitudes; ini digunakan untuk mengungkap cakupan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI
The role of the midwife; eksklusif pada bayi yang dilahirkan di bidan praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas
IMD; Limbangan dan Kaliwungu Kabupaten Kendal serta menguji hipotesis variabel
Exclusive breastfeeding karakterstik (profil) ibu dan peran bidan yang diduga berhubungan dengan praktik
inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif. Penelitian kuantitatif melibatkan
200 ibu yang melahirkan dengan pertolongan 20 bidan praktik swasta di Kaliwungu
dan Limbangan Kabupaten Kendal. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor ibu
yang berhubungan dengan praktik IMD adalah pengetahuan dan sikap ibu terkait IMD
dan ASI Eksklusif. Sedangkan yang berhubungan secara signifikan dengan praktik
ASI eksklusif adalah tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu. Demikian juga,
peran bidan juga secara signifikan berpengaruh terhadap praktik IMD dan praktik ASI
eksklusif.

MOTHER PROFILE AND ROLE OF MIDWIFE IN INITIATION


BREASTFEEDING EARLY AND PRACTICE EXCLUSIVE BREASTFEEDING

Abstract
In preliminary study, low coverage initiation breastfeeding early and exclusive breastfeed-
ing in the Kendal district can not be separated from the role of maternal factors and mid-
wife who is firstly helped the mother during the birth process that is supposed to provide
information and support to the mother to immediately IMD and exclusive breastfeeding.
This study used a quantitative approach through a cross sectional survey. This design is
used to describe of early breastfeeding initiation and practice of exclusive breastfeeding in
infants who born in private midwives Kaliwungu and Limbangan of district Kendal, and
testing hypotheses corelation between variabel of characteristics(mother profiles) and the
role of midwife with early breastfeeding initiation and practice of exclusive breastfeeding.
This study involving 200 mothers who gave birth in 20 person of midwife private practice
in Limbangan and Kaliwungu Kendal. The results showed that maternal factors associated
with the practice of IMD is the knowledge and attitudes of mother about IMD and exclusive
breastfeeding. Significantly level of education, knowledge and attitude of the mother as-
sociating with the practice of exclusive breastfeeding. Similarly, the role of the midwife also
significantly influence the practice of IMD and practice exclusive breastfeeding.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga
Email : bangbr99@yahoo.com
Bambang Budi Raharjo / KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

Pendahuluan (Depkes, 2001).


Manusia dalam daur hidupnya mempu- The World Alliance for Breastfeeding Ac-
nyai fase tertentu, di mana pada fase tersebut tion (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat
mereka digolongkan dalam kelompok rawan diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan
gizi. Salah satunya adalah pada fase bayi. Pem- ASI pada 1 jam pertama kelahiran, yang kemu-
berian air susu ibu (ASI) sedini mungkin dan dian dilanjutkan ASI Eksklusif sampai dengan
pemberian secara eksklusif terbukti mening- enam bulan. Sedangkan di Indonesia, hanya 4
katkan imunitas bayi, serta menurunkan angka % bayi disusui ibunya dalam waktu 1 jam perta-
kesakitan dan kematian, sehingga potensi gene- ma setelah kelahiran dan 8 % ibu memberi ASI
tiknya dapat berkembang secara optimal. Eksklusif terhadap bayinya sampai 6 bulan.
Penelitian Karen M. Edmond (2006), Padahal diperkirakan sekitar 30.000 kematian
menunjukkan keterlambatan memberikan ASI bayi baru lahir (usia 28 hari) dapat dicegah me-
secara dini akan meningkatkan risiko kemati- lalui inisiasi menyusu dini.
an bayi. Sementara itu penelitian Dat V Duong Berdasarkan SDKI tahun 2007, pembe-
(2004) menunjukkan bahwa pemberian ASI se- rian ASI Eksklusif pada bayi di Indonesia me-
cara eksklusif dapat mencegah bayi mengalami nurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi
diare dan penyakit infeksi saluran pernafasan 39,5% pada tahun 2002-2003. Sedangkan caku-
akut (ISPA). Diare dan ISPA merupakan peny- pan ASI Eksklusif yang ditargetkan dalam Pro-
akit infeksi yang meningkatkan risiko kematian gram Pembangunan Nasional (PROPENAS)
bayi. dan Strategi Nasional Program Peningkatan
Memperhatikan pentingnya inisiasi me- Cakupan Air Susu Ibu (PP-ASI) adalah 80%.
nyusu dini dan pemberian ASI eksklusif pada Hal ini menunjukkan keadaan yang cukup
bayi, maka sudah selayaknya program inisiasi memprihatinkan, sehingga perlu upaya serius
menyusu dini dan ASI Ekslusif yang telah di- dan bersifat segera ke arah yang dapat menin-
canangkan pemerintah sejak satu dasawarsa gkatkan keberhasilan program ASI Eksklusif..
ini perlu lebih diperhatikan. Sesuai dengan sa- Rendahnya cakupan ASI eksklusif seba-
lah satu tujuan Millenium Development Goals gaimana tampak pada data di atas, menurut be-
(MDGs) adalah menurunkan angka kematian berapa penelitian sangat ditentukan oleh upaya
anak dengan target menurunkan angka kemati- pemberian ASI kepada bayi dalam 2 jam per-
an balita sebesar dua pertiga antara tahun 1990 tama. Pemberian ASI saja pada 2 jam pertama
hingga tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut disebut dengan inisiasi menyusu dini.
tersebut maka pemerintah melakukan strategi Penelitian Yuko Nakao (2008) di Jepang mem-
dan usaha, salah satunya yaitu melalui promosi buktikan bahwa pemberian ASI saja pada 120
pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. menit pertama setelah kelahiran adalah waktu
Untuk mendukung keberhasilan pro- yang sangat menentukan untuk pencapaian
gram pemberian ASI Eksklusif diharapkan pemberian ASI secara eksklusif minimal sam-
dapat tercapai maka salah satu cara yang da- pai bayi berusia 6 bulan. Penelitian lain di Nige-
pat dilakukan adalah dengan menerapkan ria juga menunjukkan bahwa kegagalan pem-
program inisiasi menyusu dini (Roesli, 2008). berian ASI secara eksklusif ditentukan bahkan
Inisiasi menyusu dini atau IMD merupakan oleh 60 menit pertama setelah kelahiran (DD
program yang sedang gencar dianjurkan pe- Awi; EAD Alikor, 2006).
merintah Indonesia. WHO dan UNICEF telah Institusi yang paling bertanggung jawab
merekomendasikan inisiasi menyusu dini seba- terhadap inisiasi menyusu dini adalah institusi
gai tindakan penyelamatan kehidupan, karena yang memberikan pelayanan persalinan, ter-
inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan masuk di dalamnya adalah rumah sakit, rumah
22% nyawa bayi sebelum usia 28 hari. Untuk bersalin, dan bidan praktek swasta. Laporan
itu diharapkan semua tenaga kesehatan di se- penelitian di beberapa negara menunjukkan
mua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swas- rendahnya cakupan inisisasi menyusu dini.
ta maupun masyarakat dapat mensosialisasikan Seperti penelitian DD Awi EAD Alikor (2006)
dan melaksanakan suksesnya program tersebut di Nigeria yang menunjukkan 73 % ibu yang

54
Bambang Budi Raharjo / KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

melahirkan melalui operasi caesar bayinya ti- Selain keinginan pemerintah dalam
dak mendapatkan inisiasi ASI secara dini. Pe- tanggung jawab mensejahterakan keluarga se-
nelitian Luke C. Mullany (2008) di Nepal juga bagai manifestasi dari regulasi politik, pemerin-
menunjukkan cakupan inisiasi menyusu dini di tah juga dihadapkan dengan realitas masyara-
rumah sakit sangat rendah, yaitu hanya 34%. kat pada tataran lokal. Pada tataran ini terbuka
Bahkan di Negara maju seperti Amerika pun kemungkinan faktor yang turut mempengaruhi
cakupan inisiasi menyusu dini juga masih ren- keputusan ibu (aktor) untuk tidak melaksana-
dah. Penelitian K.D Rosenberg (2008) di New kan inisiasi menyusu dini dan atau pemberian
York City Hospital menujukkan bahwa selama ASI eksklusif, antara lain adalah faktor internal
kurun waktu tahun 1979 sampai dengan tahun ibu maupun faktor eksternal seperti peran bi-
1996 cakupan inisisasi dini pemberian ASI di dan desa sebagai penolong persalinan ibu.
rumah sakit adalah 29% pada tahun 1979, dan
hanya meningkat menjadi 58% pada tahun Metode
1996.
Demikian pula yang terjadi di Indone- Penelitian ini menggunakan pendeka-
sia, beberapa penelitian menunjukkan bahwa tan secara kuantitatif. Penelitian ini dilakukan
cakupan inisiasi menyusu dini masih rendah. melalui survei dengan pendekatan cross sectio-
Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan nal. Desain ini digunakan untuk mengungkap
Mei – Juni 2008 terhadap inisiasi menyusu dini cakupan inisiasi menyusu dini dan pemberian
dan pemberian ASI eksklusif pada bayi yang di- ASI eksklusif pada bayi yang dilahirkan di bi-
lahirkan di dua bidan praktek swasta di wilayah dan praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas
kerja Puskesmas Limbangan Kabupaten Kendal Limbangan dan Kaliwungu Kabupaten Kendal
menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan sela- serta menguji hipotesis variabel karakterstik
ma kurun waktu tersebut yang mendapat ASI (profil) ibu dan peran bidan yang diduga ber-
dalam 2 jam pertama setelah kelahiran (inisiasi hubungan dengan praktik inisiasi menyusu
menyusu dini) hanya 25%. Selanjutnya dengan dini dan pemberian ASI eksklusif.
pengamatan selama 1 minggu, bayi yang men- Sebagai populasi sasaran dalam tahap
dapat ASI eksklusif selama satu minggu perta- penelitian ini adalah seluruh ibu bayi yang me-
ma sejak kelahiran hanya mencapai 46 %. lahirkan di seluruh bidan praktek swasta di wi-
Keadaan yang hampir sama juga terja- layah kerja puskesmas Limbangan dan Puskes-
di di daerah lain di Kabupaten Kendal. Studi mas Kaliwungu Kabupaten Kendal.
pendahuluan pada bulan Desember 2009 di Sampel penelitian dalam tahapan ini di-
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal me- rencanakan diambil dari seluruh populasi stu-
nunjukkan cakupan inisiasi menyusu dini yang di, yaitu diperkirakan diambil dari 10 bidan di
lebih rendah dibanding di Kecamatan Limban- Puskesmas Limbangan, dan 10 bidan di Pus-
gan. Dari 10 bidan praktik swasta di wilayah kesmas Kaliwungu, sehingga jumlah sampel
tersebut, menunjukkan hanya 20% saja yang adalah 200 orang ibu bayi. Dari jumlah popula-
program inisiasi menyusu dininya terealisasi. si studi sampel akan diambil dengan memper-
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan timbangkan beberapa kriteria, yaitu :
(Permenkes) No 450/2004 tentang ASI Eksklu- 1. Ibu dan bayi sebagai subyek penelitian ber-
sif, sudah ditegaskan bahwa setiap Rumah Sa- tempat tinggal di wilayah kecamatan Lim-
kit/ Rumah Bersalin/ Bidan Praktek Swasta bangan dan Kaliwungu kabupaten Kendal
harus mendukung dan mengkampanyekan minimal 1 minggu setelah melahirkan
program pemberian ASI saja pada bayi sejak 2. Ibu dari bayi bersedia menjadi subyek pene-
lahir sampai usia enam bulan (Depkes, 2004). litian
Namun pada kenyataannya program tersebut 3. Apabila bayi sebagai subyek penelitian me-
kurang berhasil. Data tentang cakupan inisia- ninggal sebelum 1 minggu setelah persalin-
si menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif an, maka subyek tersebut harus dikeluarkan
sebagaimana dipaparkan di atas menunjukkan sebagai subyek penelitian.
kegagalan program ini.

55
Bambang Budi Raharjo / KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

Hasil dan Pembahasan muh, Ringinarum, Pegandon, Ngampel, Pate-


bon, Kendal, Brangsong dan Kaliwungu.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sedangkan wilayah Kabupaten Kendal
Kabupaten kendal terletak pada 109°40’ bagian selatan merupakan daerah dataran ting-
- 110°18’ Bujur Timur dan 6°32’ - 7°24’ Lintang gi yang terdiri atas tanah pegunungan dengan
Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten ketinggian antara 10 - 2.579 meter dpl, meliputi
Kendal meliputi sebelah utara berbatasan den- Kecamatan Plantungan, Pageruyung, Sukorejo,
gan laut Jawa, Timur berbatasan dengan kota Patean, Boja, Limbangan, Singorojo, dan Kali-
Semarang, selatan berbatasan dengan kabu- wungu Selatan.
paten Semarang dan Temanggung, serta barat Jumlah penduduk Kabupaten Kendal
berbatasan dengan kabupaten Batang. Tahun 2010 sebanyak 899.211 jiwa, yang terdiri
Kabupaten Kendal mempunyai luas dari 443.974 (49,34%) penduduk laki-laki dan
wilayah sebesar 1.002,23 Km2 yang terbagi sebanyak 455.237 (50,66%) penduduk perem-
menjadi 20 Kecamatan dengan 265 Desa serta puan.
20 Kelurahan. Secara umum, wilayah Kabupat-
en Kendal terbagi menjadi 2 (dua) daerah data- Gambaran Karakteristik Ibu
ran, yaitu daerah dataran rendah (pantai) dan Berikut ini gambaran karakteristik ibu
daerah dataran tinggi (pegunungan). Wilayah meliputi umur, tingkat pendidikan, status
Kabupaten Kendal bagian utara merupakan pekerjaan, jumlah persalinan (kelahiran), tem-
daerah dataran rendah dengan ketinggian pat melakukan persalinan.
antara 0 - 10 meter dpl, yang meliputi Kecama- Dari tabel 1 di atas, dilihat dari umurnya,
tan Weleri, Rowosari, Kangkung, Cepiring, Ge- ketahui bahwa sebagian besar responden beru-

Tabel 1. Gambaran Karaktersitik Ibu

Karakteristik Kategori N %
Umur
< 20 tahun 37 18,5
20 – 30 tahun 110 55,0
> 30 tahun 53 26,5
Jumlah 200 100,0
Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar 59 29,5
Pendidikan Menengah 131 65,6
Pendidikan Tinggi 10 5,0
Jumlah 200 100,0
Status Pekerjaan
Bekerja 55 27,5
Tidak Bekerja 145 72,5
Jumlah 200 100,0
Jumlah Persalinan
> 3 kali 14 7,0
2 – 3 kali 85 42,5
1 kali 101 50,5
Jumlah 200 100,0
Tempat Melakukan Persalinan
Rumah Ibu 24 12,0
BPS 176 88,0
Jumlah 200 100,0
Sumber : Data Primer

56
Bambang Budi Raharjo / KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

mur antara 20-30 tahun yaitu 55,0%. Berdasar- Tabel 3. Gambaran Peran Bidan dalam Pro-
kan tingkat pendidikan, sebagian besar re- gram IMD dan ASI Eksklusif
sponden tersebut memiliki pendidikan tingkat
menengah (SMP-SMA) yaitu 65,6%. Berdasar- Kategori N %
kan status pekerjaannya, sebagian besar re- Peran Bidan Kurang 94 47,0
sponden tidak bekerja yaitu 72,5%. Jika dilihat Baik 106 53,0
dari tempat melakukan persalinan, sebagian Jumlah 200 100,0
besar dari mereka memilih Bidan Praktik Swas- Sumber : Data Primer
ta (BPS) sebagai tempat pertolongan persalinan
(88,0%), serta separoh dari mereka merupakan Dari tabel 3 di atas, diketahui bahwa
ibu-ibu muda yang baru pertamakalinya mela- menurut pengakuan responden, bidan masih
hirkan. banyak yang belum berperan secara maksimal
(baik) untuk mendorong dan memotivasi ibu
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu men- untuk melakukan IMD maupun ASI Eksklusif.
genai IMD dan ASI Eksklusif Hal ini terlihat masih ada 47,0% bidan yang be-
Berikut ini gambaran pengetahuan dan lum berperan secara maksimal (baik).
sikap ibu mengenai IMD dan ASI eksklusif.
Tabel 2. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Praktik Ibu dalam Melaksanakan IMD dan
mengenai IMD dan ASI Eksklusif ASI Eksklusif
Berikut ini gambaran praktik IMD dan
Kategori N % ASI eksklusif yang dilakukan oleh ibu.
Pengetahuan Kurang 105 52,5
Baik 95 47,5 Tabel 4. Praktik Ibu dalam Melaksanakan IMD dan
Jumlah 200 100 ASI Eksklusif
Sikap Kurang 96 48,0
mendukung Kategori N %
Mendukung 104 52,0 Praktik IMD Tidak 103 51,5
Jumlah 200 100 Ya 97 48,5
Jumlah 200 100
Sumber : Data Primer
Praktik ASI Eksklusif Tidak 119 59,5
Ya 81 40,5
Dari tabel 2 di atas, diketahui bahwa re- Jumlah 200 100
sponden yang memiliki pengetahuan tentang
Sumber : Data Primer
IMD maupun ASI Eksklusif kategori kurang
jumlahnya masih banyak, yaitu lebih dari sep-
aroh (52,5%). Sedangkan mereka yang sudah Dari tabel 4 di atas, diketahui bahwa se-
mengetahui IMD dan ASI eksklusif secara be- bagian besar tidak melaksanakan IMD. Data
nar adalah 47,5%. tersebut menunjukkan bahwa masih lebih dari
Dilihat dari sikapnya terhadap IMD separoh (51,5%) tidak melakukan IMD. De-
dan ASI Eksklusif, masih cukup banyak yang mikian juga dalam praktik ASI eksklusif, lebih
bersikap kurang mendukung (memiliki sikap dari separoh dari mereka juga tidak melaksana-
negatif) terhadap IMD maupun ASI Eksklusif kan ASI Eksklusif. Ibu yang tidak melaksana-
yaitu 48,0%. kan ASI eksklusif mencapai 59,5%.

Peran Bidan dalam Program IMD dan ASI Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Prak-
Eksklusif tik IMD
Berikut ini gambaran peran Bidan dalam Dari hasil penelitian, berikut ini disaji-
program IMD dan ASI eksklusif. kan faktor ibu yang berhubungan dengan prak-
tik IMD.

57
Bambang Budi Raharjo / KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

Tabel 5. Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Praktik IMD

Praktik IMD
Faktor Ibu Kategori IMD p value Kesimpulan
Tidak
Umur
< 20 tahun dan > 30 tahun 56,7 43,3 0,369 tidak berhubungan
20 – 30 tahun 48,9 51,1
Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar 61,0 39,0 0,216 tidak berhubungan
Pendidikan Menengah 47,3 52,7
Pendidikan Tinggi 50,0 50,0
Status Pekerjaan
Bekerja 58,2 41,8 0,314 tidak berhubungan
Tidak Bekerja 49,0 51,0
Jumlah Persalinan
> 3 kali 50,0 50,0 0,474 tidak berhubungan
2 – 3 kali 56,5 43,5
1 kali 47,5 52,5
Tempat Melakukan Persalinan
Rumah Ibu 41,7 58,3 0,418 tidak berhubungan
Bidan Praktik Swasta 52,8 47,2
Pengetahuan
Kurang 62,9 37,1 0,001 berhubungan
Baik 38,9 61,1 signifikan
Sikap
Kurang Mendukung 71,9 28,1 0,000 berhubungan
Mendukung 32,7 67,3 signifikan
Sumber : Data Primer

Dari tabel 5 di atas, dilihat dari faktor ibu, penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence
variabel pengetahuan dan sikap ibu men- Green yang menyatakan bahwa pengetahuan
genai IMD dan ASI eksklusif secara sig- dan sikap merupakan faktor predisposisi (pe-
nifikan berhubungan dengan praktik ibu nentu) yang berhubungan dengan perilaku se-
dalam melakukan IMD. Ibu yang memiliki seorang. Hal ini mengindikasikan bahwa peng-
etahuan dan sikap akan memunculkan adanya
pengetahuan yang benar tentang IMD dan
perilaku yang sesuai dengan pengetahuan dan
ASI eksklusif, memiliki kecenderungan sikapnya. Hasil ini juga sama dengan penelitian
lebih besar melakukan IMD. Hal ini ditun- Wahyuningsih (2012) yang menjelaskan ada
jukkan dengan p value = 0,001. Demikian hubungan yang bermakna antara pengetahuan
halnya, ibu yang memiliki sikap yang men- ibu bersalin tentang inisiasi menyusu dini.
dukung (baik) terhadap IMD dan ASI eksk- Sebagian besar responden tidak meng-
lusif, memiliki kecenderungan lebih besar etahui secara benar tentang inisiasi menyusu
melakukan IMD. Hal ini ditunjukkan den- dini (IMD) dan ASI eksklusif. Hal ini terbukti
gan p value = 0,001. bahwa 52,5% responden dari memiliki peng-
Hasil analisis bivariat menunjukkan etahuan yang kurang tentang IMD maupun
bahwa faktor dari ibu yang berhubungan secara ASI eksklusif. Meski informasi tentang inisiasi
signifikan dengan praktik inisiasi menyusu dini menyusu dini (IMD) sudah mereka dapatkan
(IMD) adalah pengetahuan dan sikap mereka dari bidan saat ANC, tetapi cara-cara melaku-
terhadap inisiasi menyusu dini (IMD). Hasil kan inisiasi menyusu dini masih jarang sekali

58
Bambang Budi Raharjo / KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

Tabel 6. Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Praktik ASI Eksklusif

Praktik
ASI Eksklusif
Faktor Ibu Kategori p value Kesimpulan
ASI
Tidak
Eksklusif
Umur
< 20 tahun dan > 30 tahun 62,7 37,3 0,618 tidak
20 – 30 tahun 57,9 42,1 berhubunan
Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar 76,3 23,7 0,002 berhubungan
Pendidikan Menengah 54,2 45,8 signifikan
Pendidikan Tinggi 30,0 70,0
Status Pekerjaan
Bekerja 54,5 45,5 0,473 tidak
Tidak Bekerja 61,4 38,6 berhubungan
Jumlah Persalinan
> 3 kali 57,1 42,9 0,979 tidak
2 – 3 kali 60,0 40,0 berhubungan
1 kali 59,4 40,6
Tempat Melakukan Persalinan
Rumah Ibu 45,8 54,2 0,218 tidak
BPS 61,4 38,6 berhubungan
Pengetahuan
Kurang 69,5 30,5 0,004 berhubungan
Baik 48,4 51,6 signifikan
Sikap
Kurang Mendukung 81,2 18,8 0,000 berhubungan
Mendukung 39,4 60,6 signifikan
Sumber : Data Primer

diberikan dan dipraktikkan oleh bidan. Hal ini hal tersebut adalah berbeda beda antara lain
sesuai dengan hasil penelitian yang menyata- disebabkan karena takut bayinya jatuh kare-
kan bahwa sebagian besar dari responden tidak na tidak ada yang menjaga, sementara bidan
melakukan inisiasi menyusui dini. masih melakukan perawatan pada ibunya.
Menurut pengakuan sebagian re- Jika dilihat dari sikapnya, 48% responden
sponden, bahwa setelah bayi lahir tidak dilet- memiliki sikap yang kurang mendukung terha-
akkan di dada ibu melainkan di berikan kepada dap inisiasi menyusu dini (IMD) maupun ASI
ibu untuk disusui setelah diganti dengan kain eksklusif. Hal ini ditunjukkan dengan dengan
yang kering dengan tujuan bayi tidak kedingi- beberapa alasan, antara lain IMD tidak dilaku-
nan. Hal ini tidak sesuai dengan cara yang be- kan karena ibu masih merasa jijik karena bayi
nar dalam melakukan inisiasi menyusu dini. belum dibersihkan, ibu masih merasa kelelahan
Selain itu menurut sebagian bidan, akibat proses persalinan serta masih merasa re-
meskipun sudah pernah disosialisasikan baik pot setelah melahirkan.
lewat Dinas Kesehatan maupun lewat organ- IMD sangatlah penting dilakukan oleh
isasi IBI (Ikatan Bidan Indonesia), tetapi karena ibu karena IMD memiliki manfaat yang sangat
inisiasi menyusu dini merupakan hal yang baru besar bagi bayi. Data yang ada di Unicef, bahwa
dan masih banyak yang belum berpengalaman 35 anak dari 1000 kelahiran meninggal sebelum
sehingga masih banyak ibu yang tidak melaku- ulang tahun pertamanya. Salah satu sebabnya
kan inisiasi dini. Alasan mereka melakukan adalah karena tidak dilakukan inisiasi menyusu

59
Bambang Budi Raharjo / KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

dini. Melakukan inisiasi menyusui dini meru- ASI eksklusif, memiliki kecenderungan lebih
pakan salah satu usaha untuk menurunkan besar melakukan praktik ASI eksklusif (p value
angka kematian bayi. Selain itu berdasarkan = 0,001).
penelitian di Ghana terhadap 10947 bayi lahir Dari hasil penelitian diketahui bahwa
antara juni 2003 sampai juni 2004 disebutkan dari 200 orang responden, 59,5% ibu tidak
bahwa kematian bayi cenderung meningkat se- melakukan praktik ASI eksklusif. Hasil analisis
cara bermakna setiap hari apabila permulaan bivariat menunjukkan bahwa faktor yang ber-
menyusui itu ditangguhkan. hubungan secara signifikan dengan praktik ASI
Dengan menyusu dini bayi akan dapat eksklusif pada ibu adalah tingkat pendidikan
menyusu kemudian, sehingga kegagalan me- ibu, pengetahuan dan sikap terhadap IMD dan
nyusui akan jauh berkurang. Selain itu dengan ASI eksklusif.
inisiasi menyusu dini, bayi akan mendapat ko- Hasil penelitian ini sesuai dengan te-
lostrum yang sangat bermanfaat sehingga bayi ori Lawrence Green yang menyatakan bahwa
dapat menjaga survival (bertahan hidup) secara tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap
alami. Jika pada bayi lahir tidak diberi kesem- merupakan faktor predisposisi (penentu) yang
patan untuk dilakukan inisiasi menyusu dini, berhubungan dengan perilaku seseorang. Hal
maka survival alami bayi akan hilang. Insting ini dikarenakan seorang ibu akan melakukan
dan reflek bayi sangat kuat, jadi segera setelah praktik ASI eksklusif terlebih dahulu didasari
bayi baru lahir sangat siap untuk segera men- pada pengetahuan yang benar dan sikap yang
dapat asupan gizi. mendukung ASI eksklusif. Pengetahuan diper-
Tata laksana inisiasi menyusu dini yang oleh dari informasi yang diberikan oleh tenaga
dianjurkan yaitu suami atau keluarga untuk se- kesehatan khususnya bidan selama proses An-
lalu mendampingi saat melahirkan, kemudian tenatal Care (ANC) di masa kehamilannya.
keringkan bayi secepatnya dan tengkurapkan Sedangkan sikap akan muncul karena adanya
bayi di dada ibu dengan diselimuti dan biarkan pertimbangan-pertimbangan yang diperolehn-
bayi mencari puting sendiri dengan sentuhan ya dari informasi atau pengetahuan yang sudah
lembut ibunya tetapi tidak dipaksakan bayi ke mereka dapatkan. Hal ini sesuai dengan teori
puting susu. Ajzen yang menganggap bahwa orang akan
mempertimbangkan untung atau rugi dari per-
Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Prak- ilaku sesuai dengan analisis mereka.
tik ASI Eksklusif Hasil penelitian ini sesuai dengan peneli-
Dari hasil penelitian, berikut ini disaji- tian Iis Srinigsih (2011) yang menyatakan ada
kan faktor ibu yang berhubungan dengan prak- hubungan antara tingkat pendidikan ibu, ting-
tik ASI Eksklusif. kat penghasilan, dan pengetahuan ibu tentang
Dari tabel 6 di atas, dilihat dari faktor ASI dengan pemberian ASI eksklusif.
ibu, variabel tingkat pendidikan, pengetahuan Masih cukup banyaknya responden yang
dan sikap ibu mengenai IMD dan ASI eksklusif tidak mengetahui tentang ASI eksklusif serta
secara signifikan berhubungan dengan praktik manfaatnya bagi bayi menjadi salah satu faktor
ibu dalam melakukan praktik ASI eksklusif. penyebab ibu tidak memberikan ASI eksklusif
Ibu yang memiliki pendidikan tinggi memiliki kepada bayinya sampai umur 6 bulan. Dari hasil
kecederungan lebih besar untuk melakukan penelitian diketahui sebagian besar responden
praktik ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu tidak mengetahui secara benar tentang inisiasi
yang berpendidikan rendah. Hal ini ditunjuk- menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif. Hal
kan dengan p value = 0,002 ini terbukti bahwa 52,5% responden memiliki
Demikian halnya, Ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang IMD mau-
pengetahuan yang benar tentang IMD dan ASI pun ASI eksklusif.
eksklusif, memiliki kecenderungan lebih be- Kondisi tersebut akan semakin mempri-
sar melakukan praktik ASI eksklusif (p value = hatinkan jika kurangnya pengetahuan tentang
0,004). Demikian halnya, ibu yang memiliki si- IMD dan ASI eksklusif diikuti dengan sikap
kap yang mendukung (baik) terhadap IMD dan yang tidak mendukung (negatif) terhadap ASI
eksklusif sehingga berdampak pada tidak di-

60
Bambang Budi Raharjo / KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

lakukannya IMD maupun ASI kepada bayinya. Ibu yang mendapatkan informasi, motivasi dan
Meski sebagian dari bidan yang me- pelatihan secara baik dari bidan memiliki ke-
nolong persalinan mereka telah memberikan cederungan lebih besar untuk melakukan prak-
informasi mengenai manfaat IMD dan ASI tik IMD dibandingkan dengan ibu yang tidak
eksklusif saat ANC, tetapi oleh karena sikap mendapatkan informasi, motivasi dan pelati-
mereka terhadap ASI eksklusif yang terkadang han dari bidan. Hal ini ditunjukkan dengan p
longgar (tidak komitmen) membuat ibu akh- value = 0,000.
irnya mengambil keputusan untuk memberi- Dari hasil penelitian diketahui bahwa
kan makanan atau minuman tambahan ASI dari 200 orang responden, 47,0% menyatakan
termasuk di dalamnya adalah susu formula. bahwa peran bidan dalam mendorong dan
Salah satu faktor yang menyebabkan memberikan motivasi kepada ibu yang mela-
masih banyak ibu yang belum mengetahui ten- hirkan untuk melakukan IMD dan memberi-
tang ASI eksklusif serta sikapnya yang tidak kan ASI eksklusif. Hasil analisis bivariat men-
mendukung ASI eksklusif adalah karena ibu unjukkan bahwa peran bidan ini berpengaruh
tersebut masih jarang atau bahkan tidak per- terhadap praktik IMD yaitu ditunjukkan den-
nah mendapatkan informasi yang benar dan gan p value = 0,000.
lengkap mengenai ASI eksklusif. Informasi Terlaksananya pemberian ASI secara
yang didapatkan ibu dari bidan selama proses dini dimulai dari peran petugas kesehatan
ANC adalah hanya seputar cara pemberian ASI dalam melakukan proses pertolongan per-
saja. Hal tersebut dikarenakan bahwa sampai salinan, karena pada saat itulah peran petugas
saat ini belum pernah mengetahui/ mendengar dalam pemberian ASI sejak dini bisa dilihat.
tentang standar pelayanan khususnya standar Hal ini selaras dengan Depkes RI (2001), yang
pelayanan tentang pemberian ASI eksklusif. menyatakan bahwa bayi diberikan kepada ibu-
Yang selama ini diketahui adalah cara pembe- nya segera setelah lahir dan diletakkan di dada
riannya saja bahwa ASI eksklusif adalah bayi ibunya agar bayi tersebut mencari puting ibu-
diberikan ASI saja sampai 6 bulan, tetapi tidak nya sendiri sehingga proses IMD akan terjadi.
mengetahui bahwa pemberian ASI eksklusif Jadi berhasil tidaknya pelaksanaan IMD
perlu persiapan. Sehingga perlu penanaman si- sangat bergantung pada peran dari bidan seba-
kap yang baik untuk melaksanakan praktik ASI gai tenaga kesehatan penolong persalinan. Per-
Eksklusif. an petugas sangat penting dalam memotivasi
ibu untuk memberikan ASI sejak dini pada bayi
Pengaruh Peran Bidan terhadap Praktik IMD baru lahir. Ini sesuai dengan penelitian Tatiana
Dari hasil penelitian, berikut ini analisis O. Vieira, et.al (2010), yang menyatakan bahwa
pengaruh peran bidan terhadap praktik IMD dalam rangka meningkatkan tingkat menyu-
yang dilakukan ibu. sui dalam satu jam pertama kehidupan (IMD),
profesional perawatan kesehatan harus mem-
promosikan faktor mendukung praktek ini sep-
Tabel 7. Pengaruh Peran Bidan terhadap Prak-
erti bimbingan prenatal mengenai keuntungan
tik IMD
menyusui, persalinan per vaginam dan kelahi-
ran cukup bulan, dan merangsang praktik ini
Praktik IMD
p value dalam situasi yang rentan seperti sebagai ibu
Tidak IMD
dengan operasi caesar dan kelahiran prematur.
Peran Bidan
Peran bidan dalam memberikan peny-
Kurang 85,1 14,9 0,000 uluhan-penyuluhan dan motivasi pada ibu
Baik 21,7 78,3 tentang IMD dan ASI eksklusif, manfaat dari
Sumber : Data Primer
pemberian ASI sejak dini, serta manfaat ko-
lostrum sangat perlu dilakukan mulai sejak ibu
Dari tabel 7 di atas, diketahui bahwa tersebut melakukan ANC sampai dengan pasca
peran bidan secara signifikan berhubungan melahirkan. Di samping itu, bidan juga perlu
dengan praktik ibu dalam melakukan IMD. memberikan informasi mengenai dampak yang
akan terjadi bila bayi tidak diberikan ASI sejak

61
Bambang Budi Raharjo / KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

dini, serta dampak jika bayi langsung diberikan sungan pemberian ASI eksklusif.
susu formula. Informasi-informasi tersebut Petugas kesehatan di kamar bersalin
sangat penting disampaikan sejak dini kepada harus memahami tatalaksana IMD dan laktasi
ibu agar memiliki motivasi yang kuat untuk yang baik dan benar, petugas kesehatan terse-
melakukan IMD. but diharapkan selalu mempunyai sikap yang
positif terhadap IMD dan ASI Eksklusif. Mereka
Pengaruh Peran Bidan terhadap Praktik ASI diharapkan dapat memahami, menghayati dan
Eksklusif mau melaksanakannya. Betapa pun sempitnya
Dari hasil penelitian, berikut ini analisis waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan
pengaruh peran bidan terhadap praktik ASI tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan
Eksklusif yang dilakukan ibu. waktu. untuk memotivasi dan membantu ibu
habis bersalin untuk melaksanakan IMD dan
Tabel 8. Pengaruh Peran Bidan terhadap Prak- ASI Eksklusif (Roesli, 2008, 2005). Keberhasi-
tik ASI Eksklusif lan menyusu dini salah satunya adalah berasal
dari dorongan dari petugas kesehatan. Hasil ini
Praktik ASI Eksklusif p juga serupa dengan penelitian Sandra Fikawati
Tidak ASI Eksklusif value dan Ahmad Syafiq (2010), yang menyatakan
bahwa masih rendahnya pemberian ASI ek-
Peran Bidan
sklusif di Indonesia dan masih kurang opti-
Kurang 80,9 19,1 0,000
malnya fasilitasi IMD dikarenakan kebijakan
Baik 40,6 59,4
ASI eksklusif belum lengkap dan komprehensif,
Sumber : Data Primer IMD belum masuk secara eksplisit dalam kebi-
jakan serta belum diimplementasikan secara
Dari tabel 8 di atas, diketahui bahwa per- maksimal oleh petugas kesehatan
an bidan secara signifikan berhubungan den-
gan praktik ibu dalam melakukan praktik ASI Penutup
Eksklusif. Ibu yang mendapatkan informasi,
motivasi dan pelatihan secara baik dari bidan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
memiliki kecederungan lebih besar untuk mel- bahwa faktor-faktor ibu yang berhubungan
akukan praktik ASI Eksklusif dibandingkan dengan praktik IMD adalah pengetahuan dan
dengan ibu yang kurang mendapatkan infor- sikap ibu terkait IMD dan ASI Eksklusif. Se-
masi, motivasi dan pelatihan dari bidan. Hal ini dangkan yang berhubungan secara signifikan
ditunjukkan dengan p value = 0,000. dengan praktik ASI eksklusif adalah tingkat
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu. Di
dari 200 orang responden, 47,0% menyatakan samping faktor ibu, peran Bidan juga secara
bahwa peran bidan dalam mendorong dan signifikan berpengaruh terhadap praktik IMD
memberikan motivasi kepada ibu yang mela- dan praktik ASI eksklusif.
hirkan untuk melakukan IMD dan memberi-
kan ASI eksklusif. Hasil analisis bivariat men- Daftar Pustaka
unjukkan bahwa peran bidan ini berpengaruh
terhadap ASI eksklusif yaitu ditunjukkan den- Awi DD; EAD Alikor. 2006. Barriers to Timely
gan p value = 0,000. Initiation of Breastfeeding among Mothers og
Hal ini sesuai kebijakan Depkes RI Healthy Full-term Babies Who Deliver at The
(2005) yang menyatakan bahwa dukungan yang University of Port Harcourt Teaching Hospital,
diberikan tenaga kesehatan dapat membangkit- Nigerian Journal of Clinical Practice Vol. 9 (1)
kan rasa percaya diri ibu untuk membuat kepu- 2006: 57-64
tusan menyusui bayinya. Informasi tentang Departemen Kesehatan RI. 2004. Permenkes Nomer
450/2004 tentang ASI Eksklusif. Jakarta:
perawatan payudara selama masa kehamilan,
Departemen Kesehatan RI.
lama menyusui, keuntungan menyusui, inisiasi
Depkes RI. 2001. Manajemen Laktasi : Buku
menyusui dini, merupakan dukungan tenaga Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan
kesehatan yang dapat menyukseskan kelang- di Puskesmas, Jakarta: Direktorat Gizi

62
Bambang Budi Raharjo / KEMAS 10 (1) (2014) 53 - 63

Masyarakat. Within 120 Minutes After Birth is Associated


Depkes RI. 2005. Kebijakan Departemen Kesehatan with Breastfeeding at Four Months among
Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Japanese Women: A Self Administresed
Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Jakarta: Pusat Questionaire Survey. International
Kesehatan Kerja Depkes RI. Breastfeeding Journal. Vol 3 :1.
Duong, Dat V. et al. 2004. Breastfeeding Initiation Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Ekkslusif seri 1.
and Exclusive Breastfeeding in Rural Vietnam. Jakarta: PT Pustaka Pembangunan Swadaya
Public Health Nutrition Journal. Vo 7 (6), p: Nusantara.
795 – 799. Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
Edmond, Karen M. et al. 2006. Delayed Breastfeeding Pustaka Bunda.
Initiation Increase Risk of Neonatal Mortality. Rosenberg, K D., C McMurtrie, B D Kerker, Y
Pediatrics. Journal of The American Na and E H Graham. 2008. Breastfeeding
Pediatrics.Vol 117; e380-e386. Initiation in New York City, 1979 to 1996.
Fikawati, Sandra; Ahmad Syafiq. 2010. Kajian American Journal of Public Health, Vol. 88,
Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Issue 12 1850-1852
Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini di Tatiana O Vieira, Graciete O Vieira, Elsa Regina
Indonesia. Makara, Kesehatan, vol. 14, no. 1, J Giugliani, Carlos MC Mendes, Camilla
Juni 2010: 17-24. C Martins and Luciana R Silva. 2010.
Iis sriningsih. 2011. Faktor Demografi, Pengetahuan Determinants of Breastfeeding Initiation
Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pemberian ASI within The First Hour of Life in a Brazilian
Eksklusif. KEMAS. Vol.6 No. 2. Population: Cross-Sectional Study. BMC
Mullany, Luke C.; Joanne Katz; Yue M. Li; Subarna Public Health 2010, 10:760.
K. Khatry; Breast-Feeding Patterns, Time Wahyuningsih. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu
to Initiation, and Mortality Risk among Bersalin dengan Inisiasi Menyusu Dini di
Newborns in Southern Nepal. J. Nutr. 138:599- Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto Ngentak
603, March 2008 Kujon Ceper Klaten. Jurnal Komunikasi
Nakao, Yuko, et. al. 2008. Initiation of Breastfeeding Kesehatan. Vol 3, No 01.

63

Anda mungkin juga menyukai