Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam metode geomagnetik, bumi diyakini sebagai batang magnet


raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi
menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama
magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan
magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik
yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya.
Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan
yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri
dari tiga tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap
tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi,
dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu atau
dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap proessing.
Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian, koreksi
topografi, dan koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil
pengolahan data dengan menggunakan software diperoleh peta anomali
magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat megnetisasi suatu
batuan yang di induksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai
akibat adanya perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan
untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-
masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting dalam pencarian
anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral
logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral
magnetik pada batuan semakin banyak.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode magnetik ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan metode magnetik ?
3. Bagaimana medan magnet bumi ?
4. Bagaimana metode pengambilan dan pengukuran data geomagnetic ?
5. Bagaimana pengolahan data metode magnetik ?
6. Apa kegunaan metode magnetik ?
7. Apa kelebihan dan kekurangan metode magnetik ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian metode magnetik
2. Mengetahui sejarah perkembangan metode magnetik
3. Mengetahui medan magnet bumi
4. Mengetahui metoda pengambilan dan pengukuran data magnetik
5. Mengetahui pengolahan data metode magnetik
6. Mengetahui kegunaan metode magnetik
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode magnetik

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini agar penulis dan
pembaca pada khususnya lebih mengetahui tentang survei magnetik, yang
merupakan salah satu metoda dalam teknik eksplorasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Magnetik

Gambar 1. Bentuk Magnetism

Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi


menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk
juga meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian
geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan
pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang
dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan
bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu
secara vertikal maupun horisontal.
Metode magnetik merupakan salah satu metode eksplorasi
geofisika yang dilakukan dengan meninjau hasil pengukuran anomali
magnetic. Anomali ini diakibatkan oleh perbedaan suseptibilitas atau
permeabilitas magnetik di satu daerah dari daerah di sekelilingnya.
Intensitas magnetik diukur menggunakan magnetometer.

3
4

Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang


magnet raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi
menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama
magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan
magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik
yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya.
Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan
yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia
dengan interval antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan
dengan kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenali dengan baik
dalam eksplorasi geomagnet yang dimunculkan sebagai anomali yang
diperoleh merupakan hasil distorsi pada medan magnetik yang diakibatkan
oleh material magnetik kerak bumi atau mungkin juga bagian atas mantel.
Variasi intensitas magnetik (anomali) diakibatkan oleh perbedaan
distribusi mineral yang bersifat ferromagnetik, paramagnetik, dan
diamagnetik. Metode ini digunakan pada studi geotermal karena mineral-
mineral ferromagnetik akan kehilangan sifat kemagnetannya bila
dipanaskan hingga temperatur tertentu, sehingga digunakan untuk
mempelajari daerah yang kemungkinan memiliki potensi geotermal.
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang
magnet raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi
menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama
magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan
magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali
magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen
magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan
sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap: akuisisi data lapangan, processing , interpretasi. Setiap tahap terdiri
dari beberapa perlakuanatau kegiatan.
5

1. Tahap akuisisi
Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan
pengukurandengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran
dilakukan.
2. Tahap processing
Pada tahap processing.Koreksi pada metode magnetik terdiri atas
koreksi harian (diurnal ), koreksi topografi (terrain) dan koreksi
lainnya.
3. Tahap interpretasi
Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu
batuan yangdiinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai
akibat adanya perbedaan sifatkemagnetan suatu material. Kemampuan
untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-
masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam
pencarian benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral
atau mineral logam.Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan
mineral magnetik pada batuan semakin banyak.Pengukuran magnetik
dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan interval antar titik ukur
10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan mineral-mineral
tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet yang
dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi
pada medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik kerak
bumi atau mungkin juga bagian atas mantel. Metode magnetik memiliki
kesamaan latar belakang fisika denga metode gravitasi,kedua metode
sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga keduanya
seringdisebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari segi
besaran fisika yangterlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang
mendasar. Dalam magnetik harusmempertimbangkan variasi arah dan
besaran vektor magnetisasi, sedangkan dalam gravitasihanya ditinjau
6

variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik


lebihmenunjukkan sifat residual kompleks. Dengan demikian, metode
magnetik memiliki variasi terhadap waktu lebih besar. Pengukuran
intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara.

B. Sejarah Perkembangan Metode Magnetik


Sejarah perkembangan Metode Magnetik telah dikenal sekitar 400
tahun yang lalu. Orang yang pertama kali melakukan penelitian
magnetisasi bumi secara ilmiah adalah Sir William Gilbert(1540 – 1603).
Gilbert adalah orang yang pertama kali melihat bahwa medan magnet
bumi ekivalen dengan arah utara – selatan sumbu rotasi bumi. Penemuan
Gilbert kemudian diperdalam oleh Van Wrede (1843) untuk melokalisir
endapan bijih besi dengan mengukur variasi magnet di permukaan bumi.
Hasil penelitiannya kemudian dibukukan oleh Thalen (1879) dengan judul
:” The Examination Of Iron Ore Deposite By Magnetic Measurement”
yang kemudian menjadi pionir bagi pengukuran magnetisasi bumi
(Geomagnet) Metode magnet adalah salah satu metode geofisika yang
digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan
memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh
kerentanan magnet batuan. Metode ini didasarkan pada pengukuran variasi
intensitas magnetik di permukaan bumi yang disebabkan adanya variasi
distribusi (anomali) benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi.
Variasi intensitas medan magnetik yang terukur kemudian
ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik dibawah permukaan,
kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin
teramati. Pengukuran intensitas medan magnetik dapat dilakukan di darat,
laut maupun udara. Susceptibilitas magnet batuan adalah harga magnet
suatu batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada umumnya erat
kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar
kandungan mineral magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga
susceptibilitasnya. Metoda ini sangat cocok untuk pendugaan struktur
7

geologi bawah permukaan dengan tidak mengabaikan faktor kontrol


adanya kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan gunung api.

C. Medan Magnet Bumi


Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau
disebut juga elemen medan magnet bumi (gambar I), yang dapat diukur
yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut
meliputi :
Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen
horizontal yang dihitung dari utara menuju timur
Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke
bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada
bidang horizontal.
Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk
menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai
yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari
hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang
dilakukan dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil
pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah
dengan luas lebih dari 106 km2..
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar
ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan
8

dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer,


maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal
(crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite ( ), titanomagnetite (
) dan lain-lain yang berada di kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari
pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan
(anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik
disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi.
Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap
magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta
berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit
untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya
bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek
medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang
dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976), sehingga dalam
pengukuran medan magnet berlaku :
dengan : medan magnet total bumi
medan magnet utama bumi
medan magnet luar
medan magnet anomali

D. Metode Pengambilan dan Pengukuran Data Geomagnetik


1. Metode Pengambilan Data Geomagnetik
Penyelidikan magnet biasanya dilakukan di darat, di udara dan di
laut. Teknik lapangannya tentu saja berbeda ketiga jenis survey ini,
walaupun operasi di udara dan di laut pada umumnya melakukan
9

penelitian yang sama juga peralatan rekamannya sama pula. Karena


pembacaan dan pengumpulan data lapangan sangat mudah dilakukan,
penyelidikan cara ini biasanya dipergunakan dalam penyelidikan-
penyelidikan pendahuluan. Maksudnya secara garis besarnya, setelah
ini biasanya dilanjutkan dengan penyelidikan lebih detail pada daerah-
daerah yang dianggap prospektip. Secara bersamaan, cara ini dapat
pula dipadukan dengan cara penyelidikan yang lain. Sifat penyelidikan
dapat secara langsung ataupun tak langsung terhadap obyek yang
dicari. Di darat, observasi magnetik biasanya dibuat pada posisi yang
tetap dengan stasion tersendiri yang biasa digunakan pula untuk survey
gravity. Di udara dan survey di laut, medan magnet direkam terus-
menerus dari pergerakannya. Dulu digunakan alat-alat untuk survey di
darat yaitu jenis type Schmidt keseimbangan magnetiknya digunakan
untuk mengukur komponen vertikal medan bumi atau komponen
horizontal. Tetapi pada akhir-akhir ini magnetometer flux-gate nuclear
precession (proton) kebanyakan digunakan untuk pengukuran didarat.
a. Penyelidikan dari udara
Biasanya dilakukan untuk memetakan daerah yang luas. Hasilnya
dapat memberikan petunjuk untuk penyelidikan selanjutnya. Alat
yang digunakan biasanya adalah flux-gate magnetometer, nuclear
precession. Kepekaan alat yang dipergunakan biasanya lebih tinggi
(1-5 gamma) dari pada yang dipergunakan di darat (10-20 gamma).
Penyebab utama mungkin biaya penyelidikan dari udara jauh lebih
mahal, pengukuran dapat dilakukan jauh diatas permukaan.
Pengukuran dilakuakan terhadap medan magnetik total sebab
untuk mengukur salah satu komponen, baik vertikal ataupun
horizontal, presisi posisi sangat menentukan, dan ini sukar
dilakukan pada penyelidikan ini. Ketinggian penerbangan
diketahui dari altimeter, pola lintasan diatur memotong struktur
geologi yang diperkirakan, dan pembacaan diulang secara overlap
untuk menghindari/mengetahui perubahan secular yang
10

berlangsung sewaktu-waktu. Hal ini dapat dilakukan pula dengan


bantuan magnetometer lain yang ditempatkan di darat sebagai
pengecekkan menentukan lokasi/posisi pesawat yang biasanya
dibantu dengan pemotretan- pemotretan dari udara secara
bersamaan waktunya. Adakalanya dilakukan dengan radar,
sehingga posisi pesawat secara tepat dapat ditentukan. Hasil
pembacaan dilakukan secara periodik, kira-kira 1 detik. Tentunya
cara penyelidikan ini ada baiknya dan buruknya.
b. Penyelidikan di laut.
Alat yang digunakan biasanya adalah flux-gate dan proton
magnetometer. Alatnya biasanya ditarik sejauh 150 hingga 300
meter dibelakang kapal, maksudnya untuk menghindari pengaruh
dari kapal tersebut. Kedalamannya alat sekitar 15 meter di bawah
permukaan air laut. Penyelidikan laut memerlukan biaya yang
mahal. Kegunaannya terasa apabila secara bersamaan dilakukan
pula misalnya penyelidikan cara gaya berat. Sasarannya ialah
untuk memberikan konfigurasi struktur geologi di bawah dasar
laut. Disamping itu juga mempersiapkan peta geomagnet regional
c. Penyelidikan di darat
Cara penyelidikan ini merupakan cara yang paling tua
dilakukan orang. Letak dan penyebaran titik-titik pengamatan
disesuaikan dengan sasaran yang akan dicapai. Biasanya
dikombinasi dengan penyelidikan gaya berat sebab kerapatan titik
pengamatan hampir sama. Alat untuk penyelidikan di darat adalah
flux-gate magnetometer, alat ini paling praktis mudah dibawa dan
dipidah-pindahkan serta dapat cepat dibaca. Jarak titik pengamatan
dapat dekat sekali sekitar 10 meter tergantung pada perkiraan
besarnya sasaran yang dicari. Yang seringkali diukur dalam
penyelidikan ini ialah komponen vertikal medan magnet bumi.
Kadang- kadang medan total pun dapat diukur dengan
menggunakan proton magnetometer. Pembacaan ulang dilakukan
11

setiap satu atau dua jam pada tempat-tempat yang pernah diukur
sebelumnya. Maksudnya untuk mengetahui dan mengoreksi
terhadap variasi secara secular. Anomali yang harus diperhatikan
biasanya lebih dari 500 gamma. Rata-rata kepekaan alat sekitar 10
gamma. Sebab itu benda-benda besi disekitar alat akan
mengganggu selam pembacaan, hal ini harus dihindarkan. Keadaan
topografipun sangat berpengaruh pada pengukuran, begitu pula
susceptibilitas bahan tubuh magnet menentukan pula besar
kecilnya pengukuran medan magnet yang diteliti.

2. Metode Pengukuran Data Metode Geomagnetik


Alat yang digunakan dalam pengukuran geomagnetik adalah
magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan
magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton
Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur
nilai kuat medan magnetik total.

Gambar 2. Magnetometer

Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam


survei magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
 Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari
medan magnet bumi.
12

 Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak


titik pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi
 Sarana transportasi
 Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
 PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab,
Mag2DC, dan lain-lain.

Gambar 3. Proton Magnetometer


Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan
menggunakan peralatan PPM, yang merupakan portable magnetometer.
Data yang dicatat selama proses pengukuran adalah hari, tanggal, waktu,
kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan lingkungan.
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan
adalah menentukan base station dan membuat station – station pengukuran
(usahakan membentuk grid – grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan
luasnya lokasi pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan
magnet di station – station pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang
bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi harian di base station.
13

E. Pengolahan Data Geomagnetik


Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan,
maka dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil
pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang
mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi
matahari dalam satu hari.
Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan
waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun
pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif,
maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik
yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif,
maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik
yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah
konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama
bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik
utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik
utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat
dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan
magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik
pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya
(setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
14

Dimana H0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik
tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode untuk
menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu model
topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat
(Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas
magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model
topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik
(ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya
(setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai
ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 - ΔHtop
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang
terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total
di topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan
digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah
permukaan yang mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam
bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang
diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.
a. Reduksi ke Bidang Datar
Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data
magnetik, maka data anomali medan magnetik total yang masih
tersebar di topografi harus direduksi atau dibawa ke bidang datar.
Proses transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses pengolahan
data berikutnya mensyaratkan input anomali medan magnetik yang
terdistribusi pada biang datar.
Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan
magnetik ke bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen
(equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent layer) dan
15

pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana setiap


teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1995).
b. Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang
datar lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik,
proses ini dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk
menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal yang berasal
dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan
topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak
boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali magnetik
lokal yang bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang
menjadi target survei magnetik ini.
c. Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi
target survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali
magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di
bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai
anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi
anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan
koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek
anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil
pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh
anomali regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada
ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta kontur anomali yang
dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan
pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.
d. Interpretasi Data Geomagnetik
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua,
yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif
16

didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang


bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur
geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan
magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi
setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur
geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi
yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau
model dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui
pemodelan matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada
beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya mungkin berbeda,
tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai
dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang biasa
digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan pemodelan tiga
dimensi.

F. Kegunaan Metode Geomagnet


1. Eksplorasi Minyak Bumi dengan Metode Magnetik.
Metode ini mengukur variasi medan magnetik bumi yang
disebabkan perbedaan properti magnetik dari bebatuan di bawah
permukaan. Survei magnetik dan gravitasi biasanya dilakukan di
wilayah yang luas seperti misalnya suatu cekungan (basin). Dalam
eksplorasi migas metoda gravity dan magnetik memang hanya
dipergunakan untuk tahap awal , terutama guna tujuan regional untuk
mengetahui konfigurasi basement (batuan dasar). Tujuan utamanya
adalah untuk mengetahui ketebalan sedimen, makin tebal makin bagus
dan potensial untuk source rock. Untuk penentuan struktur geologinya
digunakan metoda seismik.
2. Eksplorasi Panas Bumi dengan Metode Magnetik.
Keadaan reservoir panas bumi dapat digambarkan menggunakan
metode magnetik. Eksplorasi panas bumi dengan metode magnetic
17

dilakukan dengan menafsir secara kuantitatif terhadap tubuh intrusi.


Biasanya panas bumi terletak di daerah vulkanik. Kerentanan magnet
panas bumi sangat bergantung pada variasi batuan di lapangan yang
telah terpengaruh panas. Dengan mengetahui kerentanan (k) magnetik
batuan, dapat dikettahui informasi tentang panas bumi.
3. Eksplorasi Bijih Besi dengan Metode Magnetik.
Studi ini menggambarkan kemampuan metoda magnetik dalam
eksplorasi bijih besi (iron ore) yang yang berasosiasi dengan granit.
Besar anomali magnetik dipengaruhi sangat kuat oleh induksi
ferromagnetik bijih besi yang terkandung pada granit. Berdasarkan
pemodelan 2D dan inverse 3D dapat diduga bahwa granit pembawa
bijih besi mengintrusi secara menjari (dike) dengan jenis mineral
utama adalah magnetit. Batuan granit yang mengandung bijih besi
(iron ore) berasosiasi dengan anomali magnet besar (+). Metoda
magnetik berguna untuk memetakan dan menghitung potensi bijih besi
dibawah permukaan. Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk
menggambarkan bentuk tubuh ’iron ore’ di bawah permukaan
berdasarkan anomali magnetik dan geologi. Interpretasi dilakukan
dengan pemodelan ke depan (forward modeling) secara 2D dan 3D.
4. Eksplorasi Air Dengan Metode Magnetik.
Air tanah dapat menyebabkan suatu endapan yang menimbulkan
arus lemah (battery action). Arus ini akan menghasilkan medan
magnet. Pengukuran-pengukuran tegangan (voltase) secara sistematis
di permukaan dapat memperlihatkan suatu perubahan yang signifikan
jika terdapat mineralisasi di bawah permukaan.

G. Kelebihan dan Kekurangan Metode Geomagnetik


1. Kelebihan Metode Geomagnetik
a. Metode ini sensitive terhadap perubahan vertical, umumnya
digunakan untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat
hydrothermal yang kaya akan mineral ferromagnetic, struktur
18

geologi. Umumnya tubuh intrusi, urat hydrothermal kaya akan


mineral ferromagnetic(Fe3O4, Fe2O3) yang memberi kontras pada
batuan sekelilingnya.
b. Mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat
kemagnetannya bila dipanasi mendekati temperatur Curie oleh
karena itu efektif digunakan untuk mempelajari daerah yang
dicurigai mempunyai potansi Geothermal.
c. Data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak serumit
metoda gaya berat. Penggunaan filter matematis umum dilakukan
untuk memisahkan anomaly berdasarkan panjang gelombang
maupun kedalaman sumber anomaly magnetic yang ingin
diselidiki.
2. Kekurangan Metode Geomagnetik
Setiap jenis batuan di bumi walaupun dalam pengklasifikasian atau
penamaannya sama, dapat saja mempunyai sifat dan karakteristik yang
spesifik akibat peristiwa geologi yang dialaminya. Sehingga bisa
memberikan data yang didapat bisa berbeda dengan kenyataan yang
sebenarnya di bawah permukaan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode magnetik merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang


dilakukan dengan meninjau hasil pengukuran anomali magnetic. Anomali ini
diakibatkan oleh perbedaan suseptibilitas atau permeabilitas magnetik di satu
daerah dari daerah di sekelilingnya. Intensitas magnetik diukur menggunakan
magnetometer.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri dari tiga
tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri
dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan
penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk
koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap proessing. Koreksi pada
metode magnetik terdiri atas koreksi harian, koreksi topografi, dan koreksi
lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat megnetisasi suatu batuan
yang di induksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat
adanya perbedaan sifat kemagnetan suatu material.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://cindradjumadi.blogspot.co.id/2013/09/magnetik.html (05 April 2016)


http://dokumen.tips/documents/metode-geomagnetik-55c9c6c7be9d1.html(05
April 2016)
https://poetrafic.wordpress.com/2010/10/06/metode-geomagnet (05 April 2016)

20
Teknik Eksplorasi Metoda Magnetik

I. Kritik dan Saran


1. Syarif Hidayatullah
Penyaji tidak menggunakan alat pointer yang telah disediakan pada
saat menjelaskan materi yang di tampilkan.
2. Jefri Julianda Putra
Materi yang di tampilkan dip pt terlalu ringkas.

II. Sesi Pertanyaan


1. Denny Prananda Gebrion
Perbedaan metode magnetic dengan metode grafitasi ?
Jawab : Data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak serumit
metoda gaya berat. Penggunaan filter matematis umum dilakukan
untuk memisahkan anomaly berdasarkan panjang gelombang maupun
kedalaman sumber anomaly magnetic yang ingin diselidiki. Selain itu
juga metode grafitasi lebih kompleks dan lebih rumit daripada metode
magnetic.
2. Jefri Julianda Putra
Pada eksplorasi air dengan metode magnetic apa yang di tangkap ?
Jawab : air tanah dapat menyebabkan suatu endapan yang
menimbulkan arus lemah (battery action). Arus ini akan menghasilkan
medan magnet. Pengukuran- pengukuran tegangan (voltase) secara
sistematis di permukaan dapat memperlihatkan suatu perubahan yang
signifikan jika terdapat mineralisasi di bawah permukaan.
3. Josep L. Marpaung
Bagaimana efektivitas metode magnetic ? pada tahap eksplorasi apa
metode magnetic digunakan ? bagaimana cara menentukan antar

21
22

titiknya ? dan sampai radius berapa metode magnetic dapat


menangkap sinyal di bawah permukaan tanah ?
Jawab : utnuk mengeetahui efektivitas metode manetik tergantung
pada kontras magnetic di bawah permukaan. Eksplorasi dengan
menggunakan metode magnetic dilakukan pada tahap eksplorasi tidak
langsung, dimana pencarian bahan galian tanpa melakukan kontak
langsung dengan bahan galian tersebut. Cara menentukan jarak antar
rata pada setiap kasus memiliki jarak antar titik 25 m, namun jarak ini
dapat berubah karena semakin dekat jarak antar titik pengukuran maka
data yang di hasilkan akan semakin akurat namun biaya yang di
keluarkan juga semakin banyak. Untuk kedalaman pengukuran dengan
menggunakan metode magnetic, yaitu sekitar ±200 m ke dalam tanah.

Anda mungkin juga menyukai