2.1 Diare
2.1.1 Definisi Diare
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Berdasarkan waktu terbagi menjadi :
a. Diare Akut :
Terjadi akut dan berlangsung paling lama 3-7 hari.
b. Diare berkepanjangan :
Berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik :
Berlangsung lebih dari 14 hari.
2.1.2 Epidemiologi
Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5- 7 episode setiap anak
pertahun dalam dua tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun
pertama kehidupan. Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000
mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/1000 penduduk, berarti
meningkat dibanding survei tahun 1996 sebesar 280/1000 penduduk, diare masih
merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001
mendapatkan angka kematian bayi 9,4% dan kematian balita 13,2%.
Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan umur sekitar 80% kematian diare
tersebut terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. data terakhir menunjukkan bahwa
dari sekitar 125 juta anak usia 0-11 bulan, dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang
tinggal di negara berkembang, total episode diare pada balita sekitar 1,4 milyar
kali pertahun. Dari jumlah tersebut total episode diare pada bayi usia di bawah 0-
11 bulan sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali
pertahun.
2.1.3 Etiologi
Secara garis besar diare disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak 16
- Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus (paling sering), Astrovirus
Insidensi : Rotavirus (25 – 40%), Astrovirus (4-9%)
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli (paling sering) Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas
Insidensi : Campylobacter Jejuni (6-8%), Salmonella (3-7%), E.coli
(3-5%)
- Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Oxyuris)
Insidensi : Criptospiridium (1-3%), Giardia Lamblia (1-3%)
- Infeksi jamur : Candida albicans
a. Infeksi parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan lain-lain. Keadaan ini terutama terjadi pada anak
berumur di bawah dua tahun
1. Faktor non infeksi
a. Faktor malabsorbsi
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein
- Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa
a. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
tertentu
b. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas
c. Faktor imunodefisiensi
d. Sebab-sebab lain
4. Gangguan absorpsi
Terjadi biasanya akibat tindakan manipulasi bedah (reseksi usus yang luas)
sehingga menyebabkan kurangnya permukaan absorpsi untuk lemak dan
karbohidrat, cairan dan elektrolit dapat pula terjadi spontan karena fistul
enteroenterik.
Port D’entree
1. Transmisi secara langsung(direct)
a. Feces-oral
- Bakteri : tertelan/terminum makanan yang terkontaminasi bakteri
a) Tertelan makanan yang mengandung toksin. Toksin dapat
berasal dari Staphylococcus aureus, Vibrio spp., dan
Clostridium perfrigens. Tertelan ekostoksin (jenis neurotoksin)
dari Clostridium botulinum.
b) Tertelan organisme yang mensekresikan toksin. Organisme ini
berproliferasi pada lumen usus dan melepaskan enterotoksin.
c) Tertelan organisme yang bersifat enteroinvasif. Organisme ini
berproliferasi, menyerang dan menghancurkan sel epitel
mukosa usus. Misalnya Escherichia coli, Salmonella spp.,
Bacillus cereus, Clostridium spp, Vibrio cholerae,
Campylobacter, Yersinia enterocolitica, Staphylococcus aureus.
- Virus : tertelan melalui makanan
a) Misalnya Echovirus, Rotavirus, Norwalk virus.
- Protozoa : kista matang yang tertelan/terminum
a) Misalnya Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Giardia
lamblia, Cryptosporodium parvum.
- Jamur : flora normal pada esofagus, akan menginvasi usus pada
pasien yang immunocompromised
a) Misalnya, Candida albicans.
- Cacing : tertelan telur matang atau larva yang mengkontaminasi
makanan/minuman
a) Misalnya Ascaris lumbricoides, Strongyloides
stercoralis, Trichuris trichiura.
b. Inhalasi atau respiratory droplets
1. Penyebaran melalui kuman yang terhirup secara langsung ataupun
tidak sengaja terhirup/tertelan kuman yang dibatukkan.
2. Jarang atau bahkan tidak pernah sebagai media transmisi untuk
protozoa, cacing dan jamur.
3. Sering berperan sebagai media transmisi untuk virus. Misalnya,
Adenovirus, Mycobacterium tuberclosis.
2. Transmisi secara tidak langsung (indirect)
a. Arthropoda sebagai vektor
Yaitu arthropoda membawa bentuk infeksius dari kuman. Arthropoda
dapat mengkontaminasi makanan atau langsung menginfeksi manusia
dengan gigitan.
b. Melalui cairan parenteral
Yaitu biasanya infuse parenteral yang diberikan di rumah sakit. Cairan
intra-vena bisa saja terkontamintasi bakteri. Contohnya, Clostridium.
Patogenesis
Patogenesis infeksi bakteri :
- Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran gastrointestinal
- Di lambung, bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, tetapi apabila
jumlah bakteri cukup banyak, ada bakteri yang dapat lolos sampai ke
dalam duodenum
- Di dalam duodenum, bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya
mencapai 100 juta koloni atau lebih per mililiter cairan usus halus
- Dengan memproduksi enzim mucinase, bakteri akan mencairkan lapisan
lendir yang menutupi permukaan sel epitel mukosa usus sehingga bakteri
dapat masuk ke dalam membran sel epitel mukosa
- Ada dua cara bergantung pada bakteri apa yang menginfeksi :
Bakteri langsung menginvasi sel epitel mukosa usus sehingga sel epitel
rusak, terbuka, dan lepas
Bakteri mengeluarkan toksin yang menyebabkan ATP menjadi cAMP.
cAMP merangsang sekresi cairan usus tanpa menimbulkan kerusakan
sel epitel usus. Cairan ini menyebabkan dinding usus akan
mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk
mengalirkan cairan ke bawah atau ke usus besar
Tetapi, ada pula bakteri yang mampu melakukan kedua infeksi tersebut
- Melalui jalur mana pun bakteri menginfeksi, akan menyebabkan
gangguan sehingga kerja usus halus maupun usus besar abnormal dan
menjadi diare. Diare ada yang bercampur lendir dan darah yang disebut
disentri.
Gejala dehidrasi :
1. Penilaian dehidrasi menurut kehilangan berat badan
a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2½%
b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2½-5%
c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%
Skor :
< 7 dehidrasi ringan
7 – 13 dehidrasi sedang
> 13 dehidrasi berat
2.1.6 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik)
2. Gangguan keseimbangan asam-basa
Asidosis metabolik
3. Hipoglikemia
4. Gangguan Gizi
Malnutrisi energi protein
5. Gangguan Sirkulasi
Syok hipovolemik
6. Hipokalemi (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia)
7. Intoleransi laktosa sekunder
2.1.7 Penatalaksanaan
Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam :
a. Mencegah dan menanggulangi dehidrasi
b. Mengobati kausa diare
c. Pengobatan simtomatik
d. Mencegah dan menanggulangi gangguan gizi
Penilaian A B C
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai
atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Probiotik
Probiotik (Lactic acid bacteria) merupakan bakteri hidup yang
mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan
kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh
epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor
dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk bakteri
patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus sehingga kolonisasi bakteri
patogen tidak terjadi. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik
dapat dipakai sebagai cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran
colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang
tidak rasional rasional (antibiotic associated diarrhea).
Mikroekologi mikrobiota yang rusak oleh karena pemakaian
antibotika dapat dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri probiotik.
Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan atau
gangguan keseimbangan mikrobiota komensal melalui 2 model kerja
rekolonisasi bakteri probiotik dan peningkatan respon imun dari sistem imun
mukosa untuk menjamin terutama sistem imun humoral lokal mukosa yang
adekuat yang dapat menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen
usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory IgA (SIgA).
Pengobatan simtomatik
a. Anti Diare
Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
antispasmodic/ spasmolitik atau opium (Papaverin, Extractum belladona,
Loperamid, Kodein) justru akan memperburuk keadaan karena akan
menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan
menyebabkan terjadinya perlipatgandaan (overgrowth) bakteri, gangguan
digesti dan absorpsi. Obat-obat ini hanya berkhasiat untuk menghentikan
peristaltik saja, tetapi justru akibatnya sangat berbahaya. Diarenya
terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi
bertambah berat yang akhirnya dapat berakibat fatal untuk penderita.
b. Adsorbents
Obat-obat adsorbents seperti kaolin, pectin, charcoal (norit,
tabonal), bismuth subbikarbonat dan sebagainya, telah dibuktikan tidak
ada manfaatnya.
c. Stimulans
Obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan
sebagainya tidak akan memperbaiki renjatan atau dehidrasi karena
penyebab dehidrasi ini adalah karena kehilangan cairan (hipovolemik
syok) sehingga pengobatan yang paling tepat adalah pemberian cairan
secepatnya.
d. Antiemetik
Obat antiemetik seperti chlorpromazine (largactil) terbukti selain
mencegah muntah juga dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan
bersama tinja. Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1
mg/kgbb/hari) cukup bermanfaat.
e. Antipiretik
Obat antipretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam
dosis rendah (25 mg/kgbb/hr) ternyata selain berguna untuk menurunkan
panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi
penyerta, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
d. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan
sebelum makan.
e. Menggunakan jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke
tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah,
jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari
sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.
2.2 Pneumonia
2.2.1 Definisi Pneumonia
Pneumonia dalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan
oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan
kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan
ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch).
KESIMPULAN
An. Usia mengalami diare akut dan dehirasi ringan sedang karena pada
anmnesis ditemukan,,, dan pemeriksaan fisik ditemukan... sehingga pada anak
ini diberikan tatalaksana berupa rehidrasi oral 75cc/kgBB yaitu sebanyak lebih
dari setengah gelas aqua besar. Lalu berikan zinc selama 10 hari dan lanjutkan
pemberian makanan pendamping ASI.
DAFTAR PUSTAKA