Anda di halaman 1dari 12

Rekayasa Drainase

Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No. 5 Tahun 2013 menyatakan bahwa


Kota Banjarmasin dikenal sebagai Kota Seribu Sungai dan terletak di bagian hilir
Sungai Martapura yang bermuara di Sungai Barito. Banyaknya jumlah sungai di Kota
Banjarmasin, sebagian besar wilayah kota awalnya merupakan daerah rawa dimana
selalu tergenang air yang dipengaruhi oleh permukaan air sungai yang mengikuti
pasang-surut air laut. Hasil dari laporan Kelompok Kerja Sanitasi Kota Banjarmasin,
2012 dalam Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Banjarmasin
yang menyatakan bahwa 52% genangan yang terjadi di Kota Banjarmasin disebabkan
oleh sistem drainase yang bermasalah.
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase
yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara
keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang
sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran
drainasekota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak
terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan
masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem
drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro
Kota Banjarmasin secara khusus dan Provinsi Kalimantan Selatan secara
khusus masih mengandalkan lalulintas air dan jalan sungai untuk penunjang
perekonomiannya sehingga perlu dipertahankan dan dipelihara. Banyak peruntukan
lahan yang tidak sesuai dan salah kaprah akibat pesatnya pembangunan kota. Tata
Universitas Gunadarma
1
Rekayasa Drainase

ruang yang menetapkan pembagian wilayah kawasan seperti permukiman, industri,


pelabuhan, perkantoran, perkotaan dan pasar, sepertinya hanya di atas kertas karena
kenyataan di lapangan sering terjadi alih fungsi lahan.
Sungai-sungai yang tadinya menjadi lintas alternatif guna mengurangi
kepadatan lalulintas darat sekaligus menjadi ciri khas guna memantapkan Banjarmasin
sebagai Kota Air kini banyak mendangkal dan menyempit. Bahkan beberapa di
antaranya sungai-sungai itu mati akibat pemanfaatan untuk kepentingan permukiman
yang akhirnya juga merusak ekosistem lingkungan. Selain kondisi sungai yang
memprihatinkan tersebut, pemukiman bantaran sungai di kota banjarmasin juga
merupakan salah satu pemicu rusaknya sistem drainase perkotaan yang ada di Kota
Banjarmasin, karena pertumbuhan pemukiman bantaran sungai ini semakin tua dan
semakin semrawut, yang disebabkan oleh kurang jelasnya orientasi tata ruang kota dan
minimnya rasa tanggungjawab pemerintah terhadap pentingnya bantaran sungai untuk
menunjang sistem drainase perkotaan di Banjarmasin. Hal tersebut di atas ditambah
dengan rusaknya bangunan-bangunan drainase buatan, berupa saluran-saluran drainase
di beberapa ruas jalan yang juga beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah
dan limbah rumah tangga.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Berapakah jumlah genangan di kota Banjarmasin Selatan?
2. Apa sajakah faktor yang mempenaruhi daya tamping system drainase?

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan penelitian adalah mengetahui daya tampung sistem drainase mikro
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya tampung sistem drainase mikro

Universitas Gunadarma
2
Rekayasa Drainase

dan mengevaluasi daya tampung sistem drainase mikro di Kecamatan Banjarmasin


Selatan.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mengetahui jumlah genangan yang terjadi dikota Banjarmasin selatan
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi system drainase dan evaluasinya

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun susunan sistematika penulisan yaitu sebagai berikut :
BAB 1 Pendahuluan
Berisi tentang gambaran umum mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan, dan Manfaat Penulisan.
BAB 2 Landasan Teori
Definisi mengenai sistem drainase perkotaan dan penjelasan tentang jenis-
jenis dari sistem drainase perkotaan.
BAB 3 Pembahasan
Berisi tentang evaluasi daya tampung sistem drainase di kecamatan
Banjarmasin selatan, faktor yang memepengaruhi sistem drainase tersebut
BAB 4 Penutup
Berisi tentang Kesimpulan dari Landasan Teori dan Saran yang mungkin bisa di
terapkan pada permasalahan ini.

Universitas Gunadarma
3
Rekayasa Drainase

Bab 2
Landasan teori

2.1 Definisi Sistem Drainase


Drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan maupun
kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak
terganggu. Drainase dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air
permukaan tapi juga air tanah. Sedangkan ilmu drainase yang akan dibahas adalah ilmu
pengetahuan tentang pengeringan tanah maupun kota yang ditujukan untuk keamanan
konstruksi bangunan, pertanian dan kesehatan lingkungan, dalam hal ini yang
dikeringkan adalah air hujan. Sasaran drainase adalah bangunan-bangunan, daerah-
daerah dan objek-objek lain yang sangat memerlukan sistem drainase yang baik, antara
lain: kota atau daerah pemukiman, jalan raya, jalan kereta api, gedung, lapangan
terbang, lapangan olah raga, stadion, kolam renang, plaza, daerah pertanian,
persawahan, hutan belantara, daerah yang selalu tergenang air, bendungan, dinding
penahan tanah, dan lain-lain. Pada Sistem Drainase Perkotaan, penanganan drainase
perkotaan adalah suatu kegiatana yang ditujukan untuk mengurangi genangan yang
bersifat rutin atau kronis di daerah perkotaan. Secara makro, kota merupakan simpul
aglomerasi dan interaksi manusia, dalam rangka memenuhi kodrat hidupnya sebagai
makhluk yang berbudaya. Dengan kata lain, kota sebagai suatu sistem terbentuk oleh
keterkaitan antara manusia (perilaku), kegiatan (interaksi manusia) dan tempat (wadah)
untuk berlangsungnya interaksi tersebut.

Universitas Gunadarma
4
Rekayasa Drainase

2.2 Jenis-Jenis Sistem Drainase


Sistem drainase perkotaan yang ada di Kota Banjarmasin secara umum dibagi menjadi
2 jenis berdasarkan pemanfaatannya, yaitu :
1. Sistem Drainase Alami
Sistem Drainase Alami adalah pengeringan air hujan tanpa campur tangan
manusia, yaitu bersifat natural dengan pergerakan kontur tanah menuju tempat yang
lebih rendah atau menuju cekungan-cekungan yang biasa disebut sungai, danau atau
bahkan ke laut.
a. air hujan yang mengalir di atas tanah (run off) masuk ke selokan-selokan dan
dibuang ke sungai.
b. Air hujan masuk kedalam tanah (infiltrasi) pada tanah yang daya serapnya
baik. Sedangkan tanah seperti tanah lempung murni (clay) sulit ditembus air.
Drainase alami tidak memerlukan bangunan-bangunan, selokan dan lain-lain
sehingga biayanya murah, karena drainase ini hanya memanfaatkan sifat air yang akan
mengisi wilayah yang lebih rendah. Drainase jenis ini merupakan drainase yang selama
ini berusaha dipertahankan keberadaannya di Kota Banjarmasin, contohnya anak-anak
sungai yang tersebar di Kota Banjarmasin.
2. Sistem Drainase Buatan (Artificial)
Sistem drainase buatan di Kota Banjarmasin adalah sistem drainase yang
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan-selokan pasangan batu/beton,
pipa-pipa, pompa air dan lain-lain sebagainya, sehingga memerlukan biaya yang relatif
mahal. Selain faktor biaya yang perlu diperhatikan pada sistem drainase buatan adalah
kemampuannya yang terbatas. Pembatasan dari panjang saluran drainase sampai
sungai bersifat arbriter. Kesemuanya tergantung kepada desain dan layout dari sistem
serta sangat dipengaruhi oleh kisaran pasang surut di sungai-sungai terdekat di wilayah
Banjarmasin. Hendaknya dipahami bahwa untuk masing-masing areal dan layout di
suatu scheme mungkin saja berbeda dan pembatasannya bersifat indikatif.
Universitas Gunadarma
5
Rekayasa Drainase

3. Drainase pasang surut


Satuan Lahan di daerah rawa pasang surut merupakan kombinasi dari dua
kualitas lahan hidrologis dengan satu kualitas tipe luapan lahan, satu kualitas
drainabilitas lahan dan satu kualitas tipe tanah. Pengalaman yang ada sejauh ini sangat
kurang untuk menentukan satuan lahan berdasarkan atas kualitas lahan seperti
digambarkan pada tabel pada lampiran. Dari pengalaman dapat dipelajari kombinasi
yang paling relevan dari kualitas lahan. Kedalaman efektif drainase adalah perbedaan
antara rata-rata permukaan tanah dengan rata-rata muka air di saluran sekunder terdekat
yang depengaruhi oleh gerakan pasang surut. Setelah upgrading/rehabilitasi saluran
dilakukan, maka kedalama efektif drainase akan semakin baik, dengan demikian
berpengaruh terhadap kualitas lahan secara dinamis. Klasifikasi kualitas lahan
mempertimbangkan kondisi lahan saat ini. Pada kasus dimana masalah genangan
dijumpai di lapangan, diasumsikan bahwa kondisi saat ini ataupun tindakan-tindakan
penyempurnaan yang diharapkan dilakukan mampu mengatasi masalah banjir atau
genangan di lokasi.

Universitas Gunadarma
6
Rekayasa Drainase

Bab 3
Pembahasan

3.1 Evaluasi daya tampung sistem drainase di kecamatan Banjarmasin


selatan

Sumber: Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin, 2013

Diketahi bahwa sistem drainase di Kecamatan Banjarmasin Selatan terjadi


genangan yang paling besar yaitu 39% dibandingkan sengan Kecamatan
Banjarmasin lainnya.

Universitas Gunadarma
7
Rekayasa Drainase

Daya Tampung Drainase Mikro Di Kecamatan Banjarmasin Selatan

Universitas Gunadarma
8
Rekayasa Drainase

1. Peningkatan debit
Menurunnya kapasitas sungai dan saluran drainase sehingga tidak mampu
menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Sampah
Manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan
pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai.
3. Sedimentasi
Sedimentasi dari sampah yang menumpuk dan amblesan tanah akibat
pembangunan permukiman di atas sungai dan saluran drainase.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
Kondisi dimana saluran mengalami perubahan kondisi fisik dikarenakan oleh
sampah dan sedimentasi serta tumbuhnya tanaman didalam saluran.
5. Reklamasi
Reklamasi merupakan proses pengeringan badan perairan untuk pembuatan
daratan baru dari dasar laut atau dasar sungai dan pengambilan air tanah yang

Universitas Gunadarma
9
Rekayasa Drainase

berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air


laut pasang.
6. Peningkatan jumlah penduduk
Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahan infrastruktur
perkotaan, disamping peningkatan penduduk selalu diikuti oleh peningkatan
limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.

Sumber: Observasi lapangan,survey dan perhitungan 2016

Universitas Gunadarma
10
Rekayasa Drainase

Bab 4
Penutup

4.1 Kesimpulan
1. Daya Tampung Sistem Drainase Mikro Di Kecamatan Banjarmasin Selatan
Dari Hasil Perhitungan, Terdapat 9 Saluran Atau 23.08% Saja Yang Mampu
Menampung Debit Banjir Rancangan Yaitu Saluran Pada Jl. Rk Ilir Kiri, Jl.
Muning Kiri, Jl. Muning Kanan, Jl. 9 Oktober Kanan, Jl. 9 Oktober Kiri, Jl.
Pekauman, Jl. Mutiara RT 23, Jl. Rantauan Darat Kiri, Dan Jl. Rantauan Darat
Kanan. Serta Terdapat 30 Saluran Atau 76.92% Yang Tidak Mencukupi
Untuk Menampung Debit Banjir Rancangan
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tampung Sistem Drainase Mikro
Di Kecamatan Banjarmasin Selatan, Terdapat 30 Saluran Atau 38.46%
Dipengaruhi Oleh Peningkatan Debit; 16 Saluran Atau 20.51% Dipengaruhi
Oleh Sampah; 18 Saluran Atau 23.08% Dipengaruhi Oleh Sedimentasi; 10
Saluran Atau 12.82% Dipengaruhi Oleh Penyempitan Dan Pendangkalan
Saluran; Dan 4 Saluran Atau 5.13% Dipengaruhi Oleh Pasang Surut.
3. Evaluasi Daya Tampung Sistem Drainase Mikro Di Kecamatan Banjarmasin
Selatan, Terlihat Bahwa Saluran Yang Mengalami Masalah Adalah Saluran
Yang Kondisi Dimensi Saluran Dan Debit Salurannya Lebih Kecil Daripada
Debit Banjir Rencana. Turunnya Daya Tampung Sistem Drainase Yang
Disebabkan Oleh Peningkatan Debit Dan Penumpukan Sampah Yang
Bercampur Dengan Kandungan Sedimen Yang Terbawa Oleh Aliran Air Saat
Hujan Sehingga Terjadi Penyempitan Dan Pendangkalan Saluran Serta
Aktivitas Pasang Surut Sehingga Daya Tampung Saluran Tidak Lagi Mampu
Melayani Debit Air Yang Ada.

Universitas Gunadarma
11
Rekayasa Drainase

4.2 Saran
1. Perlu dilakukan pemeliharaan baik secara rutin, berkala, maupun secara
khusus dan rehabilitasi untuk normalisasi saluran drainase baik pengangkatan
sampah, pengerukan sedimentasi, dan pembersihan dimensi saluran secara
menyeluruh, ataupun pembuatan dimensi saluran yang lebih besar agar
saluran drainase dapat menjalankan fungsinya secara optimal.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan pemerintah untuk selalu
memelihara dengan tidak membuang sampah ke saluran drainase dan
membersihkan saluran dari sampah, sedimentasi dan tumbuhan liar yang
menghambat aliran air dan menurunkan daya tampung sistem drainase.

Universitas Gunadarma
12

Anda mungkin juga menyukai