Anda di halaman 1dari 26

RASA AMAN DAN NYAMAN

1.1 Latar Belakang


Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda
pada setiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak
uang. Ada juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks
keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman
yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan. Kondisi ketidaknyamanan
yang paling sering dihadapi klien adalah nyeri. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang
bersifat individual. Klien merespon nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya
berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti peka
terhadap sensasi nyeri yang dialami klien (Potter & Perry, 2001).
Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (International Association for theStudy of Pain,
IASP) mengatakan bahwa “Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan” (IASP, 1979 dalam Potter, 2005).
Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan utama
orang mencari bantuan perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang
paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami.
Individu yang merasa tertekan atau menderita akan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri
(Brunner & Suddart, 2001).
1.2 Tujuan Penulisan
Agar dapat lebih memahami tentang asuhan keperawatan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
1.4 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keamanan dan kenyamanan ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan ?
3. Apa saja masalah-masalah keamanan dan kenyamanan yang umum terjadi ?
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan
nyeri) Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual,
2000).
Keamanan adalah suatu kondisi aman, dan tentram, bebas dari cedera fisik dan psikologis serta
suatu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan
tentram (Potter& Perry, 2006).

2.2 Etiologi
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera.
2. Iskemik jaringan.
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak terkendali,
dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja
berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang
tetap dalam waktu yang lama.
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga
karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
5. Post operasi.
6. Tanda dan gejala fisik
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak mengeluh atau
mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk mengkajitanda-tanda vital dan pemeriksaan
fisik termasuk mengobservasi keterlibatansaraf otonom.
7. Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakantubuh yang khas dan
berespon secara vokal serta mengalami kerusakan dalaminteraksi sosial. Pasien seringkali
meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir,gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot,
melakukan gerakan melindungibagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.
8. Pengaruh Pada Aktivitas Sehari-hari
Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasidalam aktivitas rutin, seperti
mengalami kesulitan dalam melakukan tindakanhigiene normal dan dapat menganggu aktivitas
sosial dan hubungan seksual
2.3 Tanda dan gejala
1. Tekanan darah meningkat
Tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg
2. Nadi meningkat
Nadi berdetak lebih dari 90 x/m
3. Pernafasan meningkat
Pernafasan lebih dari 20 x/m
4. Raut wajah kesakitan (Menangis, merintih)
Pasien nampak menyeringai, meringis.
5. Posisi berhati-hati
Pasien nampak terlihat menghiundari nyeri, melindungi daerah nyeri.

2.4 Sistem yang berhubungan


2.4.1 Tulang
1. Bagian-bagian utama tulang rangka
Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang rangka orang dewasa terdiri
atas 206 tulang.Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam
kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan
fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis.
Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial skeleton dan
appendicular skeleton.
Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
a. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh
b. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang
melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot
yang melekat padanya.
c. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain
d. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah
tulang tertentu.
2. Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
Tulang pipih pada tengkorak dan iga
Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah, dan rahang.

3. Perkembangan dan pertumbuhan tulang


Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
Tulang didahului oleh model kartilago.Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model
korpus. Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan
ruang-ruang.Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel pembentuk
tulang (osteoblast), oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast). Tulang
berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis yang
menghasilkan tiga pusat osifikasi.Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis,
lembaran kartilago yang sehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago
memisah secara vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas
mendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua ruang membesar untuk
membentuk lorong-lorong vertical dalam kartilago yang mengalami degenerasi. Ruang-ruang ini
diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika
epifisis berfusi dengan korpus.
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut :
a. Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan 90% posfor. Konsentrasi
kalsium dan posfor dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagai contoh, apabila kadar kalsium
tubuh meningkat maka kadar posfor akan berkurang.
b. Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memilki aksi dalam menurunkan kadar
kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas normal.
c. Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan osteomalacia pada
usia dewasa.
d. Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum menurun, sekresi hormone
paratiroid akan meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoplastic dan
menyalurkan kalsium kedalam darah.
e. Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung jawab dalam peningkatan
panjang tulang dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
f. Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme protein.
g. Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan menghambat peran
hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada saat menopause, wanita sangat
rentan terhadap menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi langsung terhadap kehilangan
masa tulang (osteoporosis)
h. Androgen, seperti testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa tulang.
2.4.2 Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau
otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
1. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-serat kolagen
yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
2. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan fibrosa kuat yang
tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan sedikit bebas.
3. Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan yang
bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara relatif
tidak bergerak (mis : sendi sakroiliaka).
Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis. Membran ini
mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya
bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan
pada tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). Hitung sel darah putih pada cairan ini
normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuclear. Cairan synovial juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras dimana permukaan ini
berhubungan dengan tulang lain. Pada beberapa sendi terdapat suatu sabit kartilago fibrosa yang
sebagian memisahkan tulang-tulang sendi (mis., lutut, rahang)
Jenis sendi synovial :
a. Sendi peluru, missal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan gerakan bebas
penuh.
b. Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan contohnya adalah
siku dan lutut.
c. Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus. Sendi
pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.
d. Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi untuk
melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.
e. Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan contohnya adalah
sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.
2.4.3 Otot Rangka
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Ini
adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk.
Pada sel – sel, sitoplasma ini merupakan benang – benang halus yang panjang disebut miofibril.
Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel otot
akan memendekkan dirinya kearah tertentu (berkontraksi).
1. Ciri-ciri Otot
a. Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak melibatkan
pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk
kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas.
b. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
c. Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks.

d. Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.
2. Otot dan kerja otot
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya adalah untuk
menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan (kontraksi) otot. Dengan
memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang.
Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian terbesarnya mempengaruhi
fungsi (mis : pada tangan), tangan yang berhubungan langsung dengan tulang, atau dimana
kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendon fibrosa. Tendon menyerupai
korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (misalnya :pada bagian depan abdomen). Tidak
ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control
system saraf.
Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot bisep dari lengan atas
dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya tetap stasioner dan adalah asal (origo)
dari otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot
dan diketahui sebagai insersio dari otot.
Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia memendek. Otot ini
juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak tengadah karena titik insersinya.
Otot trisep pada punggung lengan atas adalah otot ekstensor: otot ini meluruskan sendi,
mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot bisep.

3. Struktur Otot Rangka


Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris tidak bercabang. Otot ini
disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak suplai darah dan saraf. Setiap sel mempunyai
banyak nuklei dan mempunyai penampilan lurik. Dindingnya atau sarkolema, mengandung
myofibril yang dibungkus dengan rapat dalam sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak
mitokondria. Warna merah dari otot berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti
hemoglobin dalam sarkoplasma.
Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara bergantian, disebut pita I dan A
secara berurutan. Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu mengandung proteinaktin, dan
lainnya mengandung protein myosin.
Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama lain, seperti ketika mereka
menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel otot saling mendekat. Serat otot memendek
sampai dengan sepertiga dari panjangnya saat kontraksi.
Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan, baik tanpa tendon (otot kepeng)
mis., otot interkostal, atau dengan tendon pada ujungnya (otot fusiformis) mis., otot bisep. Otot-
otot ini mempunyai rentang gerak yang besar tetapi relative lemah.
Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai rentang gerak lebih pendek.
Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut terhadap arah tarikan dan menyisip ke dalam
tendon sentral atau tendon pengimbang.
4. Histologi Otot
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri fiologis yaitu otot
polos, otot lurik, dan otot jantung.
Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)
Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm dengan inti terletak di
tengah. Myofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai corak melintang. Serabut reticular
transversa menghubungkan sel-sel otot yang berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga
membentuk unik fungsional. Otot polos tidak dibawah pengaruh kehendak.
Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)
Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-100 µm dan panjang 15
cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak dipinggir, dibawah sarcolema. Memanjang
sesuai sumbu panjang serabut otot. Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot yang
dibungkus jaringan ikat yang disebut endomycium. Bebefrapa endomycium disatukan jaringan
ikat disebut perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut
epimycium (fascia). Otot lurik dipersyafi oleh system cerebrosfinal dan dapata dikendalikan. Otot
lurik terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragm, bagian atas dinding oesophagus.
Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat otonom. Tetapi dapat
dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang, saling berhubungan dengan serabut otot
di dekatnya. Intinya berbentuk panjang dan terletak di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari
pada otot rangka.

5. Persarafan Otot Rangka


Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :
Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor regangan khusus,
gelondong otot
Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot
Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior substansia grisea dalam medula
spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama atau akson yang bercabang untuk mempersarafi
50 sampai 200 serat otot. Semua korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan
dalam medulla spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya, pada
motor end plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan simpanan asetilkolin dilepaskan dari
motor dan plate. Asetilkolin bekerja untuk memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang
besar aktivitas listrik untuk menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan
otot berkontraksi. Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi. Bila
impuls berhenti maka otot rileks.

2.4.4 Tendon
Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan otot ke tulang. Tendon
menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang. serat kolagen dianggap sebagai
jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.
2.4.5 Ligament
Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang, biasanya di sendi.
Ligament memungkinkan dan membatasi gerakan sendi.
2.5 Fungsi aman dan nyaman
Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari
kecelakaan baik pada pasien perawat atau orang yang bekerja dalam pemenuhan kebutuhan
tersebut. Prosedur pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan dalam pelayanan
keperawatan yang dilakukan adalah mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, menggunakan
masker, menggunakan desinfeksi dan sterilisasi, perawatan luka dan pembalutan, menjahit luka
dan mengangkat jahitan. Prosedur tersebut dilakukan dalam membantu mengurangi transmisi
patogen yang dapat di tularkan, sejalan dengan itu prosedur ini merupakan bagian pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan.
2.6 Klasifikasi keamanan dan kenyamanan
2.6.1 Keselamatan Fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau mengelurkan ancaman
pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin penyakit, kecelakaan,bahaya,atau
pemajanan pada lingkungan. Pada saat sakit, seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi
seperti infiksi, olehkarena itu bergantung padaprofesional dalam sistempelayanan kesehatan untuk
perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu di atas
pemenuhankebutuhan fisiologis.. Misalnya,seorang perawat mungkin perlu melindungiklien
disointasi dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi. (Potter&Perry, 2005).
2.6.2 Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami apa yang diharapkan
dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesionl pemberi perawatan kesehatan.
Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-
hal yang dijumpai dalam lingkungan.
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan keselamatan fisik dan
psikologis merekat tanpa bantuan dari profesional pemberi perawatan
kesehatan.Bagaimanapun,orang yang sakit atau acat lebih renta untukterancam kesejahteraan fisik
dan emosinya,sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi
mereka dari bahaya (Potter&Perry, 2005).
2.6.3 Karakteristik dari keamanan
Karakteristik dari kemanan mencakup 3 hal yaitu pervasiveness (mempengaruhi/mengisi),
perception (persepsi), dan management (managemen) (Craven, 2001)
1. Pervasiveness
Kemanan adalah pengisi, mempengaruhi segalanya. Scara khusus, individu sangat memperhatikan
kemanan pada setiap atau semua aktivitasnya, termasuk makan, bernafas, tidur, bekerja, dan
bermain. Secara umum, individu mengasumsikan atau bertanggung jawab terhadap kemanan dari
mereka sendiri.
2. Persepsi
Persepsi seseorang terhadap bahaya mempengaruhi dalam penyusunan kemanan ke dalam
aktivitas sehari-hari mereka. Pengukuran kemanan efektif hanya sejauh sebagai seseorang yang
mengerti secara akurat dan menghindari bahaya. Manusia tidak mengerti faktor-faktor keamanan,
tetapi mereka belajar secara sendiri melalui proses kehidupan mereka. Kematangan membawa
dalam menyusun hal-hal yang mungkin membahayakan dan menyadari betapa pentingnya
keamanan. Keluarga, guru, pekerja kesehatan dan hukum berkontribusi dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan dan kesadaran akan keamanan dan prinsip-prinsip pencegahan injuri.

3. Management
Seseorang mungkin pada suatu waktu menyadari bahaya dalam lingkungannya. Ia akan mengukur
terhadap hal tersebut untuk mencegah bahaya dan mempraktekkan keamanan.
2.7 Faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya padaanak-anak dan lansia.
Anak kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri danprosedur yang dilakukan perawat yang
menyebabkan nyeri. Anak-anak jugamengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan
dan mengekspresikannyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki resiko tinggi
mengalamisituasi yang membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan
degeneratif.
2. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnyamenganggap bahwa seorang
anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis,sedangkan anak perempuan boleh menangis
dalam situasi yang sama. Namunsecara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam beresponterhadap nyeri.
3. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatuyang alamiah.
Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup.Sosialisasi budaya menentukan
perilaku psikologis seseorang. Dengandemikian hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran
fisiologis opial endogensehingga terjadilah persepsi nyeri.
4. Makna nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebutmemberi kesan ancaman,
suatu kehilangan, hukuman dan tantangan. Makna nyerimempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
5. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapatmempengaruhi persepsi nyeri.
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengannyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan
(distraksi) dihubungkandengan respon nyeri yang menurun.
6. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapatmenimbulkan suatu
perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapatperhatian dapat menimbulkan suatu masalah
penatalaksanaan nyeri yang serius.
7. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif danmenurunkan kemampuan koping
sehingga meningkatkan persepsi nyeri.
8. Pengalaman
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak selalu berarti bahwa
individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah di masa datang.
9. Gaya koping
Individu yang memiiiki lokus kendali internal mempersepsikan diri merekasebagai individu yang
dapat mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhirsuatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya,
individu yang memiliki lokus kendalieksternal mempersepsikan faktor lain di dalam lingkungan
mereka seperti perawatsebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu
peristiwa.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap merekaterhadap pasien
mempengaruhi respon nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukandukungan, bantuan dan
perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan namunkehadiran orang yang dicintai akan
meminimalkan kesepian dan ketakutan.
2.8 Gangguan Keamanan Dan Keselamatan
2.8.1 Beberapa bahaya yang sering mengancam klien :
1. Api /kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab kebakaran yang paling
sering adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga
elemen sebagai berikut: panas yang cukup, bahan-bahan yang mudah terbakar, dan oksigen yang
cukup.
2. Luka bakar (Scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas, seperti uap air panas. Burn
adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik, atau agen radioaktif.
Klien dirumah sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang mengalami penurunan
sensasi suhu dipermukaan kulit.
3. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi akibat lantai licin
dan berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan dengan pencahayaan yang kurang.
4. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui aktivitas kimianya jika
dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah yang cukup sedikit. Penyebab utama
keracunan pada anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya atau beracun yang sembarangan,
pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat
salah makan obat (karena penurunan pengelihatan) atau akibat overdosis obat (karena penurunan
daya ingat).
5. Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus diwaspadai oleh perawat.
Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat menyebabkan sengatan listrik bahkan kebakaran,
contoh: percikan listrik didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi. Salah satu
pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik yang grounded yaitu bersifat
mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung kepermukaan tanah.
6. Suara bising.
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran, tergantung
dari: tingkat kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar kebisingan serta
kerentanan individu. Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri dan gangguan
pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar. Terpaparsuara 85-95 desibel untuk beberapa
jam per hari dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah
85 desibel biasanya tidak mengganggu pendengaran.
7. Radiasi.
Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan atau pengobatan melalui
radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti
radiografi, fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan adalah
kalsium, iodine, fosfor.

8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).


Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan oksigen akibat gangguan
dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien
tenggelam atau kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh adanya benda
asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk ke paru-paru. Jika klien tidak segera
ditolong bisa terjadi henti nafas dan henti jantung serta kematian.
9. Lain-lain
kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak berfungsi dengan baik
(equipment-related accidents) dan kesalahan prosedur yang tidak disengaja (procedure-related
equipment).

2.9 Pengkajian
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya pelaksanaan nyeri yang efektif. Karena nyeri
merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-masing
individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri seperti factor
fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua
kompenen utama yaitu :
1. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.
2. Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman
subjektif. Mnemonic untuk pengkajian nyeri.
P
Provoking atau pemicu yaitu factor yang memicu timbulnya nyeri
Q
Quality atau kualitas nyeri
R
Region atau daerah perjalanan ke daerah lain
S
Severity atau keganasan, yaitu intensitasnya
T
Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya, kekerapan, dan sebab

Tabel 2.1 : Pengkajian nyeri PQRST


3. Alasan MRS, yaitu keluhan utama pasien saat MRS dan saat dikaji. Pasien mengeluh
nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan sekarang, dan kesehatan sebelumnya.
4. Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
Data didapatkan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Anamnesa untuk mengkaji karakteristik
nyeri yang diungkapkan oleh pasien dengan pendekatan PQRS (provokatif/paliatif, quality,
radiation, severity). Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan perubahan klinis yang
diakibatkan oleh nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Data yang didapatkan mencerminkan respons pasien terhadap nyeri yang meliputi respon
fisiologis, respon perilaku, dan respon psikologis.
a. Respons Fisiologis
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak mengeluh atau
mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan
fisik termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung,
tekanan darah, dan ftekuensi pernapasan meningkat.
b. Respons Perilaku
Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir, gelisah,imobilisasi, mengalami
ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai dengan menghinndari
percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.
c. Respons Psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti
nyeri bagi klien.Arti nyeri bagi setiap individu berbeda-beda antara lain : Bahaya atau merusak,
Komplikasi seperti infeksi, Penyakit yang berulang, Penyakit baru, Penyakit yang fatal,
Peningkatan ketidakmampuan, danKehilangan mobilitas.

2.10

Ancaman terhadap pemenuhan rasa aman dan nyaman


Pathway

Bagan 2.1 : Pathway gangguan rasa aman dan nyaman

Emosi atau stress

Penurunan energi tubuh

Peningkatan metabolisme

Suhu tubuh meningkat

Penurunan fungsi saraf padaotot

Pecahnya pembuluh darah di otak

Kalor meningkat

Hipertermi
dehidrasi

Sistem imun menurun

Resiko tinggi infeksi

Pengeluaran keringat berlebih

Defisit volume cairan tubuh

Penurunan aktifitas

Kelemahan otot

Intoleransi aktivitas

Penurunan fungsi pada otot

Resiko tinggi jatuh

Penurunan rasa aman dan nyaman

Gangguan rasa aman dan nyaman

Menambahnya beban pikiran

2.11 Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Resiko cedera berhubungan dengan
a. Perubahan mobilisasi
b. Penataan lingkungan fisik
2. Resiko keracunan berhubungan dengan
a. Kontaminasi zat kimia pada makanan atau air
b. Penyimpanan obat-obatan yang mudah dijangkau anak
c. Penurunan penglihatan
2.12 Daftar Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko cedera berhubungan dengan perubahan mobilisasi
Tujuan : a. Agar pasien dapat mempertahankan kekuatan dan ketahanan sistem muskuloskeletal
dan fleksibilitas sendi – sendi.
b. Agar pasien mampu mempertahankan posisi fungsi, dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur.
Kriteria Hasil : a. Klien mampertahankan kekuatan dan ketahanan sistem muskuloskeletal dan
fleksibilitas sendi-sendi
b. Klien mampu mempertahankan posisi fungsi, dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur.
Intervensi keperawatan
Rasional
1. Observasi tanda dan gejala penurunan mobilitas sendi, dan kehilangan ketahanan
2. Observasi status respirasi dan fungsi jantung klien
3. Observasi lingkungan terhadap bahaya-bahaya keamanan yang potensial. Ubah lingkungan
untuk menurunkan bahaya-bahaya keamanan
4. Ajarkan tentang tujuan dan pentingnya latiha
5. Ajarkan penggunaan alat-alat bantu yang tepat
1. Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan keefektifan intervensi
2. Memberikan informasi tentang status respirasi dan fungsi jantung klien
3. Mencegah risiko cedera pada lansia
4. Meningkatkan harga diri: meningkatkan rasa kontrol dan kemandirian klien
5. Membantu perawatan diri dan kemandirian pasien
Tabel 2.2 : Daftar Intervensi KeperawatanResiko cedera berhubungan dengan perubahan
mobilisasi
Diagnosa 2 : Resiko keracunan berhubungan dengan Penurunan penglihatan.
Tujuan : Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau keracunan terhadap
makanan
Kriteria hasil:
1. Pasien mampu mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan keracunan makanan.
2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu.
Intervensi
Rasional
1. Memonitor status cairan pasien dengan hati-hati
2. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat tanpa gangguan bagi pasien.
3. Jika pasien mual, menyarankan dia untuk menghindari gerakan cepat, yang dapat
meningkatkan keparahan mual.
4. Jika pasien dapat mentolerir cairan mulut, menggantikan kehilangan cairan dan elektrolit
dengan kaldu, jahe, dan limun, sebagai toleransi.
5. Menilai tanda-tanda vital setidaknya setiap 4 jam.
6. Ajarkan pasien tentang masalah keracunan makanan, menggambarkan gejala dan penyebab
yang bervariasi.
7. Ajarkan pasien dengan tindakan pencegahan yang tepat.
Jika dehidrasi terjadi, mengelola lisan dan I.V. cairan seperti yang diperintahkan.
1. Bahaya yang dapat dimodifikasi dalam lingkungan rumah akan berkurang.
2. Klien akan menggunakan obat-obatan dan peralatan dengan benar dan melakukan tindakan
pengobatan.
3. Klien mengidentifikasi dan menghindari risiko yang mungkin dialami dalam komunitas.
3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
Tabel 2.3 : Daftar Intervensi Keperawatan Resiko keracunan berhubungan dengan Penurunan
penglihatan.
2.13 Pemeriksaan Penunjang
2.13.1 Macam – macam Pemeriksaan penunjang:
1. Macam – macam Pemeriksaan penunjang Non farmakologi
a. Audiometri
Mengetahui adanya gangguan pendengaran sehingga diketahui antara lain : Jenis ketulian ( Tuli
Kondusif atau Tuli Sensoneural) dan Derajat Ketulian ( gangguan dengar ) menggunakan alat yang
dinamakan Audiometri.
b. Elektrokardiografi
Mengetahui adanya kelainan – kelainan irama jantung dan otot jantung, pengaruh / efek obat –
obat jantung, adanya gangguan – gangguan elektrolit, memperkirakan adanya pembesaran jantung/
hipertropi antrium dan ventrikel
c. Radiologi
Untuk mendiagnosa kelainan pada organ tubuh seperti paru – paru , retak pada tulang.(Foto
Thorak, BNO-IVP, HSG ).
d. Treadmill
Untuk mengetahui kemampuan maksimal kerja jantung saat melakukan aktifitas , sehingga
dideteksi antara lain : Resiko Penyakit Jantung Koroner ( PJK )Berat atau tidaknya PJK seseorang,
Dosis aktivitas / olahraga bagi penderita PJK.
e. UltraSonography
Pemeriksaan struktur jaringan tubuh dengan menggunakan analisis gelombang Doppler /
ultrasonik yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.

2. Farmakologi adalah obat:


a. Obat
· Asamefenamat
Asam mefenamat merupakan salah satu jenis obat anti inflamasi non-steroid. Obat ini berfungsi
meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menengah, serta mengurangi inflamasi atau
peradangan.
Tentang Asam Mefenamat
Jenis obat
Anti inflamasi non-steroid
Golongan
Obat resep
Manfaat
Meredakan rasa sakit dan inflamasi
Dikonsumsi oleh
Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun
Bentuk
Tablet, kapsul, obat cair yang diminum
Tabel 2.4 : Tentang obat Asamefenamat

· Parasetamol
Paracetamol (parasetamol) merupakan obat yang aman jika digunakan sesuai petunjuk, meskipun
ada beberapa efek samping yang mungkin timbul.
b. Injeksi
· Ketorolac
Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-
inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi.
Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik
yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.

INDIKASI
Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai
berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac
secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif
sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk
digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan
penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat
biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.
Sangat sedikit orang yang mengalami efek samping akibat penggunaan parasetamol.
Namun, seperti pada obat apapun, ada sebagian orang yang mungkin mengalami efek samping
setelah mengambil parasetamol.
Efek samping berikut jarang terjadi, tetapi harus segera dikonsultasikan kepada dokter jika Anda
mengalaminya.
Demam yang disertai menggigil atau sakit tenggorokan yang tidak terkait dengan penyakit
sebelumnya menjadi tanda dari reaksi alergi terhadap parasetamol.
Luka, bintik-bintik putih di mulut dan bibir, dan luka pada mulut juga merupakan efek samping
lain yang bisa terjadi.
KONTRA INDIKASI
1. Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada
kemungkinan sensitivitas silang.
2. Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau obat
anti-inflamasi nonsteroid lain.
3. Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.
4. Penyakit serebrovaskular yang dicurigai maupun yang sudah pasti.
5. Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.
6. Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau bronkospasme.
7. Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID lain.
8. Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.
9. Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).
10. Riwayat asma

· Ranitidin
Ranitidin adalah obat yang diindikasikan untuk sakit maag. Pada penderita sakit maag, terjadi
peningkatan asam lambung dan luka pada lambung. Hal tersebut yang sering kali menyebabkan
rasa nyeri ulu hati, rasa terbakan di dada, perut terasa penuh, mual, banyak bersendawa ataupun
buang gas.
Di dalam lambung, ranitidin akan menurunkan produksi asam lambung tersebut dengan cara
memblok langsung sel penghasil asam lambung. Ranitidin sebaiknya diminum sebelum makan
sehingga saat makan, keluhan mual penderita telah berkurang. Ranitidin dianggap lebih potensial
dibandingkan antasida (obat maag yang sering ditemui dijual bebas di apotek ataupun warung).
Bila sakit maag cukup berat atau gejala tidak membaik dengan antacida, biasanya ranitidin akan
diresepkan.
Selain untuk sakit maag, ranitidin juga dapat digunakan untuk pengobatan radang saluranan
pencernaan bagian atas (kerongkongan), dan luka lambung. Ranitidin termasuk kedalam obat
maag yang aman. Pada beberapa kondisi berikut ranitidin sebaiknya tidak diberikan, yakni:
1. Riwayat alergi terhadap ranitidin;
2. Ibu yang sedang menyusui;
3. Pemberian ranitidin juga perlu diawasi pada kondisi gagal ginjal.

DOSIS
Ranitidin tersedia dalam sediaan sirup, tablet, maupun cairan suntikan. Ranitidin juga tersedia
sebagai obat generik maupun obat paten.
Ranitidin dalam bentuk tablet tersedia dalam ukuran dosis 75 mg, 150 mg, dan 30 mg. Ranitidin
dalam bentuk sirup tersedia dalam ukuran dosis 15 mg/ml. Sedangkan ranitidin dalam bentuk
cairan untuk disuntikan tersedia dalam ukuran dosis 1 mg/ml dan 25 mg/ml. Cairan suntikan
tersebut dapat disuntikan langsung ke dalam pembuluh darah atau ke dalam otot.
Dosis ranitidin untuk orang dewasa ialah 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari. Untuk
peradangan kerongkongan, ranitidin dapat diberikan hingga 150 mg tiga kali sehari. Dosis untuk
anak-anak ialah 2-4 mg/kg berat badan dua kali sehari. Dosis maksimal untuk anak-anak ialah 300
mg sehari.
2.13.2 Macam-macam alat keamanan dan kenyamanan
1. Nasal kanul adalah selang bantu pernafasan yang di letakan pada lubang hidung. Nasal
kanul memiliki keuntungan yaitu pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju,
pernafasan teratur, Pemasangannya mudah, Klien bebas makan, Pasient bebas berbicara dengan
nyaman.funsinya adalah untuk memenui kebutuhan oksigen dalam tubuh karena mengalami
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen.
2. Nebulizer
Nebulizer adalah alat untuk membantu kelancaran pernafasan bagi pasien. Karena gangguan
pernafasan, bila dibiarkan, bisa menurunkan kondisi pasien yang bersangkutan.
Nebulizer itu gunanya untuk yang punya masalah dengan saluran pernafasan, seperti batuk, pilek,
atau asma, yang juga berfungsi untuk membantu mengeluarkan dahak. Dia lebih bagus dibanding
obat oral karena tidak mengendap dalam darah, karena bentuknya uap, jadi efek samping obat
sangat kecil. Nebu ini tidak cuma buat asma, buat batuk pilek juga ampuh penggunaannya sama
dengan obat oral 3 x sehari, campuran uapnya biasanya juga obat-obat yang memang untuk
memperlancar jalan nafas kalau anak yang asma, bisa pakai ventolin yang ampul, bisolvon solution
& NaCl dosisnya tergantung berat badan & umur si anak sebaiknya konsul ke dokter biar dosisnya
tepat.
3. Kursi Roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami kesulitan berjalan
menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera, maupun cacat. Alat ini bisa
digerakkan dengan didorong oleh pihak lain, digerakkan dengan menggunakan tangan, atau
digerakkan dengan menggunakan mesin otomatis.
4. Tempat tidur pasien
Fungsi atau kegunaan dari ranjang pasien atau tempat tidur pasien adalah tempat tidur yang
digunakan oleh seseorang yang menderita sakit atau yang biasa disebut pesakitan. Ranjang ini
dapat digunakan dirumah sakit, klinik, puskesmas atau dirumah, ranjang pasien yang digunakan
oleh pesakitan hendaklah ranjang yang nyaman dan aman agar pada saat digunakan untuk tidur
seseorang yang sakit tidak merasakan kesakitan. Ranjang pasien mempunyai beberapa jenis sesuai
dengan kebutuhan yang digunakan.
5. Tripod
Tongkat Kaki 4 dan kaki 3 adalah alat bantu berjalan berupa tongkat dengan kaki-kaki berjumlah
4. Tongkat bisa diatur tinggi rendahnya agar bisa digunakan oleh orang dengan segala umur.
Cocok digunakan oleh Lansia dan untuk rehabilitasi setelah kecelakaan atau operasi.
6. Walker
Walker adalah salah satu alat bantu berjalan yang kerangkanya terbuat dari bahan logam. Alat ini
dilengkapi dengan dua gagang yang berfungsi sebagai tempat yang penggunaannya digunakan
sebagai tempat pegangan serta menggunakan empat kaki sebagai penumpunya. Salah satu jenis
walker adalah standar walker. Walker jenis ini biasanya digunakan untuk orang tua yang masih
kuat mengangkat alat ini untuk berjalan, biasanya orang yang menggunakan alat ini membutuhkan
bantuan dari orang lain.
7. Kruk
Kruk adalah alat bantu yang terbuat dari logam atau pun kayu dengan panjang yang cukup untuk
diraih dari axilla sampai ke tanahatau lantai. Kruk memiliki permukaan cekung yang disesuaikan
di bawah lengan dan sebuah balok melintang untuk tangan untuk menyangga berat badan.

a) Jenis-jenis Kruk
Pada dasarnya kruk dibagi dua yaitu kruk axilla dan kruk nonaxilla. Kruk nonaxilla dapat
mentransfer 40-50% berat badan, sedangkan kruk axilla dapat mentransfer sampai 80% berat
badan. Hal ini membuat kruk axilla lebih baik dalam menopang badan.
Kruk axilla memiliki dua bidang tegak lurus yaitu penopang bahu dan pegangan tangan. Kruk
tersedia dalam berbagai ukuran berbeda. Extension crutchpada kruk merupakan tambahan agar
panjang kruk dapat disesuaikan, sehingga berguna pada anak-anak yang dalam proses
pertumbuhan agar dapat disesuaikan dengan perubahan tinggi anak. Selain itu berguna di rumah
sakit agar dapat digunakan oleh banyak orang. “Kruk ortho” memiliki penyangga bahu yang
berkontur dan pegangan tangan yang dapat disesuaikan, sehingga lebih nyaman dalam
penggunaannya.
2.14 Penatalaksanaan
Stimulasi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
a. Kompres dingin
b. Counteriritan, seperti plester hangat.
c. Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan stres. Teknik relaksasi
memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, dan emosi
pada nyeri (Potter & Perry, 2006).
d. Stimulasi Kutaneus Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai
obat seperti kapsul, cairan injeksi, dan sebagainya. Placebo umumnya terdiri dari larutan gula,
larutan salin normal, atau air biasa (Tamsuri, 2007).
e. Teknik Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.Contoh :
membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain .( Priharjo, 1996 ).
2.15 Pencegahan
2.15.1 Pencegahan Rasa Aman Nyaman di Rumah Sakit
1) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.
2) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.
3) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik,
menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
4) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.
5) Menghindari kecelakaan :
a. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.
b. Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah.
c. Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.
d. Meja yang mudah dijangkau.
e. Kereta dorong ada penghalangnya.
6) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas
angin, dan lain-lain.
7) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti
tabung oksigen dan termos.
8) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.
9) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien
terpisah antara infeksi dan non-infeksi.
10) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.
11) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan.
12) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.
13) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu
menggunakannya.
14) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.

2.15.2 Pencegahan Rasa Aman Nyaman Di Rumah


Berikut adalah tindakan pencegahan terhadap bahaya cedera:
1. Bayi
Upaya melindungi keselamatan bayi antara lain dengan menyediakan alat permainan yang besar,
lunak, tidak beujung tajam; tidak meninggalkan botol bayi yang masih penuh saat bayi masih
menyusu; menjauhkan benda-benda kecil, tajam, beracun dari jangkauan bayi; menutup stop
kontak dan kabel dengan pembungkus khusus.
2. Anak-anak
Upaya perlindungingan bagi anak antara lain: dengan menggunakan pengaman pada sisi tempat
tidur , tidak meninggalkan anak sendiri saat duduk, berjalan, mandi dan lain-lain; memasang
pengaman pintu yang kokoh dan aman; mengajari anak berenang sedini mungkin tetapi tetap
dalam pengawasan.
3. Prasekolah
Ajarkan anak untuk tidak berbicara atau menerima apapun dari orang asing. Ajarkan anak selalu
berjalan di pinggir dan meminta bantuan bila hendak menyeberang. Tegaskan anak untuk tidak
memakan makanan yang tergeketak di piggir jalan.
4. Usia sekolah
Ajarkan anak cara menggunakan alat bermain/beraktivitas. Ajarkan anak cara bersepeda yang
aman dan ingatkan mereka untuk selalu menggunakan helm dan pelindung sendi kaki atau tangan.
Jauhkan ala-alat elektrik dari jangkauan anak. Tekankan rasa bertanggung jawab pada anak selama
bermain atau berpergian.
5. Remaja
Ajarkan remaja cara mengendarai mobil/ sepeda motor secara terstruktur serta cara mengatasi
masalah mesin. Ingatkan remaja untuk mengendarai mobil dalam batas kecepatan, selalu
menggunakan sabuk keselamatan, dan tidak mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Tekankan
bahaya penggunaan obat-obatan dan alkohol. Kenali setiap perubahan pada perilaku dan kebiasaan
dan dengarkan argumen mereka.

Anda mungkin juga menyukai