3.rasa Aman Dan Nyaman
3.rasa Aman Dan Nyaman
2.2 Etiologi
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera.
2. Iskemik jaringan.
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak terkendali,
dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja
berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang
tetap dalam waktu yang lama.
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga
karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
5. Post operasi.
6. Tanda dan gejala fisik
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak mengeluh atau
mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk mengkajitanda-tanda vital dan pemeriksaan
fisik termasuk mengobservasi keterlibatansaraf otonom.
7. Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakantubuh yang khas dan
berespon secara vokal serta mengalami kerusakan dalaminteraksi sosial. Pasien seringkali
meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir,gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot,
melakukan gerakan melindungibagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.
8. Pengaruh Pada Aktivitas Sehari-hari
Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasidalam aktivitas rutin, seperti
mengalami kesulitan dalam melakukan tindakanhigiene normal dan dapat menganggu aktivitas
sosial dan hubungan seksual
2.3 Tanda dan gejala
1. Tekanan darah meningkat
Tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg
2. Nadi meningkat
Nadi berdetak lebih dari 90 x/m
3. Pernafasan meningkat
Pernafasan lebih dari 20 x/m
4. Raut wajah kesakitan (Menangis, merintih)
Pasien nampak menyeringai, meringis.
5. Posisi berhati-hati
Pasien nampak terlihat menghiundari nyeri, melindungi daerah nyeri.
d. Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.
2. Otot dan kerja otot
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya adalah untuk
menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan (kontraksi) otot. Dengan
memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang.
Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian terbesarnya mempengaruhi
fungsi (mis : pada tangan), tangan yang berhubungan langsung dengan tulang, atau dimana
kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendon fibrosa. Tendon menyerupai
korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (misalnya :pada bagian depan abdomen). Tidak
ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control
system saraf.
Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot bisep dari lengan atas
dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya tetap stasioner dan adalah asal (origo)
dari otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot
dan diketahui sebagai insersio dari otot.
Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia memendek. Otot ini
juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak tengadah karena titik insersinya.
Otot trisep pada punggung lengan atas adalah otot ekstensor: otot ini meluruskan sendi,
mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot bisep.
2.4.4 Tendon
Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan otot ke tulang. Tendon
menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang. serat kolagen dianggap sebagai
jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.
2.4.5 Ligament
Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang, biasanya di sendi.
Ligament memungkinkan dan membatasi gerakan sendi.
2.5 Fungsi aman dan nyaman
Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari
kecelakaan baik pada pasien perawat atau orang yang bekerja dalam pemenuhan kebutuhan
tersebut. Prosedur pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan dalam pelayanan
keperawatan yang dilakukan adalah mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, menggunakan
masker, menggunakan desinfeksi dan sterilisasi, perawatan luka dan pembalutan, menjahit luka
dan mengangkat jahitan. Prosedur tersebut dilakukan dalam membantu mengurangi transmisi
patogen yang dapat di tularkan, sejalan dengan itu prosedur ini merupakan bagian pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan.
2.6 Klasifikasi keamanan dan kenyamanan
2.6.1 Keselamatan Fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau mengelurkan ancaman
pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin penyakit, kecelakaan,bahaya,atau
pemajanan pada lingkungan. Pada saat sakit, seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi
seperti infiksi, olehkarena itu bergantung padaprofesional dalam sistempelayanan kesehatan untuk
perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu di atas
pemenuhankebutuhan fisiologis.. Misalnya,seorang perawat mungkin perlu melindungiklien
disointasi dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi. (Potter&Perry, 2005).
2.6.2 Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami apa yang diharapkan
dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesionl pemberi perawatan kesehatan.
Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-
hal yang dijumpai dalam lingkungan.
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan keselamatan fisik dan
psikologis merekat tanpa bantuan dari profesional pemberi perawatan
kesehatan.Bagaimanapun,orang yang sakit atau acat lebih renta untukterancam kesejahteraan fisik
dan emosinya,sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi
mereka dari bahaya (Potter&Perry, 2005).
2.6.3 Karakteristik dari keamanan
Karakteristik dari kemanan mencakup 3 hal yaitu pervasiveness (mempengaruhi/mengisi),
perception (persepsi), dan management (managemen) (Craven, 2001)
1. Pervasiveness
Kemanan adalah pengisi, mempengaruhi segalanya. Scara khusus, individu sangat memperhatikan
kemanan pada setiap atau semua aktivitasnya, termasuk makan, bernafas, tidur, bekerja, dan
bermain. Secara umum, individu mengasumsikan atau bertanggung jawab terhadap kemanan dari
mereka sendiri.
2. Persepsi
Persepsi seseorang terhadap bahaya mempengaruhi dalam penyusunan kemanan ke dalam
aktivitas sehari-hari mereka. Pengukuran kemanan efektif hanya sejauh sebagai seseorang yang
mengerti secara akurat dan menghindari bahaya. Manusia tidak mengerti faktor-faktor keamanan,
tetapi mereka belajar secara sendiri melalui proses kehidupan mereka. Kematangan membawa
dalam menyusun hal-hal yang mungkin membahayakan dan menyadari betapa pentingnya
keamanan. Keluarga, guru, pekerja kesehatan dan hukum berkontribusi dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan dan kesadaran akan keamanan dan prinsip-prinsip pencegahan injuri.
3. Management
Seseorang mungkin pada suatu waktu menyadari bahaya dalam lingkungannya. Ia akan mengukur
terhadap hal tersebut untuk mencegah bahaya dan mempraktekkan keamanan.
2.7 Faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya padaanak-anak dan lansia.
Anak kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri danprosedur yang dilakukan perawat yang
menyebabkan nyeri. Anak-anak jugamengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan
dan mengekspresikannyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki resiko tinggi
mengalamisituasi yang membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan
degeneratif.
2. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnyamenganggap bahwa seorang
anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis,sedangkan anak perempuan boleh menangis
dalam situasi yang sama. Namunsecara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam beresponterhadap nyeri.
3. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatuyang alamiah.
Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup.Sosialisasi budaya menentukan
perilaku psikologis seseorang. Dengandemikian hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran
fisiologis opial endogensehingga terjadilah persepsi nyeri.
4. Makna nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebutmemberi kesan ancaman,
suatu kehilangan, hukuman dan tantangan. Makna nyerimempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
5. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapatmempengaruhi persepsi nyeri.
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengannyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan
(distraksi) dihubungkandengan respon nyeri yang menurun.
6. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapatmenimbulkan suatu
perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapatperhatian dapat menimbulkan suatu masalah
penatalaksanaan nyeri yang serius.
7. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif danmenurunkan kemampuan koping
sehingga meningkatkan persepsi nyeri.
8. Pengalaman
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak selalu berarti bahwa
individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah di masa datang.
9. Gaya koping
Individu yang memiiiki lokus kendali internal mempersepsikan diri merekasebagai individu yang
dapat mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhirsuatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya,
individu yang memiliki lokus kendalieksternal mempersepsikan faktor lain di dalam lingkungan
mereka seperti perawatsebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu
peristiwa.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap merekaterhadap pasien
mempengaruhi respon nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukandukungan, bantuan dan
perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan namunkehadiran orang yang dicintai akan
meminimalkan kesepian dan ketakutan.
2.8 Gangguan Keamanan Dan Keselamatan
2.8.1 Beberapa bahaya yang sering mengancam klien :
1. Api /kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab kebakaran yang paling
sering adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga
elemen sebagai berikut: panas yang cukup, bahan-bahan yang mudah terbakar, dan oksigen yang
cukup.
2. Luka bakar (Scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas, seperti uap air panas. Burn
adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik, atau agen radioaktif.
Klien dirumah sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang mengalami penurunan
sensasi suhu dipermukaan kulit.
3. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi akibat lantai licin
dan berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan dengan pencahayaan yang kurang.
4. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui aktivitas kimianya jika
dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah yang cukup sedikit. Penyebab utama
keracunan pada anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya atau beracun yang sembarangan,
pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat
salah makan obat (karena penurunan pengelihatan) atau akibat overdosis obat (karena penurunan
daya ingat).
5. Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus diwaspadai oleh perawat.
Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat menyebabkan sengatan listrik bahkan kebakaran,
contoh: percikan listrik didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi. Salah satu
pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik yang grounded yaitu bersifat
mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung kepermukaan tanah.
6. Suara bising.
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran, tergantung
dari: tingkat kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar kebisingan serta
kerentanan individu. Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri dan gangguan
pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar. Terpaparsuara 85-95 desibel untuk beberapa
jam per hari dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah
85 desibel biasanya tidak mengganggu pendengaran.
7. Radiasi.
Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan atau pengobatan melalui
radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti
radiografi, fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan adalah
kalsium, iodine, fosfor.
2.9 Pengkajian
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya pelaksanaan nyeri yang efektif. Karena nyeri
merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-masing
individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri seperti factor
fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua
kompenen utama yaitu :
1. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.
2. Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman
subjektif. Mnemonic untuk pengkajian nyeri.
P
Provoking atau pemicu yaitu factor yang memicu timbulnya nyeri
Q
Quality atau kualitas nyeri
R
Region atau daerah perjalanan ke daerah lain
S
Severity atau keganasan, yaitu intensitasnya
T
Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya, kekerapan, dan sebab
2.10
Peningkatan metabolisme
Kalor meningkat
Hipertermi
dehidrasi
Penurunan aktifitas
Kelemahan otot
Intoleransi aktivitas
· Parasetamol
Paracetamol (parasetamol) merupakan obat yang aman jika digunakan sesuai petunjuk, meskipun
ada beberapa efek samping yang mungkin timbul.
b. Injeksi
· Ketorolac
Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-
inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi.
Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik
yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.
INDIKASI
Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai
berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac
secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif
sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk
digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan
penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat
biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.
Sangat sedikit orang yang mengalami efek samping akibat penggunaan parasetamol.
Namun, seperti pada obat apapun, ada sebagian orang yang mungkin mengalami efek samping
setelah mengambil parasetamol.
Efek samping berikut jarang terjadi, tetapi harus segera dikonsultasikan kepada dokter jika Anda
mengalaminya.
Demam yang disertai menggigil atau sakit tenggorokan yang tidak terkait dengan penyakit
sebelumnya menjadi tanda dari reaksi alergi terhadap parasetamol.
Luka, bintik-bintik putih di mulut dan bibir, dan luka pada mulut juga merupakan efek samping
lain yang bisa terjadi.
KONTRA INDIKASI
1. Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada
kemungkinan sensitivitas silang.
2. Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau obat
anti-inflamasi nonsteroid lain.
3. Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.
4. Penyakit serebrovaskular yang dicurigai maupun yang sudah pasti.
5. Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.
6. Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau bronkospasme.
7. Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID lain.
8. Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.
9. Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).
10. Riwayat asma
· Ranitidin
Ranitidin adalah obat yang diindikasikan untuk sakit maag. Pada penderita sakit maag, terjadi
peningkatan asam lambung dan luka pada lambung. Hal tersebut yang sering kali menyebabkan
rasa nyeri ulu hati, rasa terbakan di dada, perut terasa penuh, mual, banyak bersendawa ataupun
buang gas.
Di dalam lambung, ranitidin akan menurunkan produksi asam lambung tersebut dengan cara
memblok langsung sel penghasil asam lambung. Ranitidin sebaiknya diminum sebelum makan
sehingga saat makan, keluhan mual penderita telah berkurang. Ranitidin dianggap lebih potensial
dibandingkan antasida (obat maag yang sering ditemui dijual bebas di apotek ataupun warung).
Bila sakit maag cukup berat atau gejala tidak membaik dengan antacida, biasanya ranitidin akan
diresepkan.
Selain untuk sakit maag, ranitidin juga dapat digunakan untuk pengobatan radang saluranan
pencernaan bagian atas (kerongkongan), dan luka lambung. Ranitidin termasuk kedalam obat
maag yang aman. Pada beberapa kondisi berikut ranitidin sebaiknya tidak diberikan, yakni:
1. Riwayat alergi terhadap ranitidin;
2. Ibu yang sedang menyusui;
3. Pemberian ranitidin juga perlu diawasi pada kondisi gagal ginjal.
DOSIS
Ranitidin tersedia dalam sediaan sirup, tablet, maupun cairan suntikan. Ranitidin juga tersedia
sebagai obat generik maupun obat paten.
Ranitidin dalam bentuk tablet tersedia dalam ukuran dosis 75 mg, 150 mg, dan 30 mg. Ranitidin
dalam bentuk sirup tersedia dalam ukuran dosis 15 mg/ml. Sedangkan ranitidin dalam bentuk
cairan untuk disuntikan tersedia dalam ukuran dosis 1 mg/ml dan 25 mg/ml. Cairan suntikan
tersebut dapat disuntikan langsung ke dalam pembuluh darah atau ke dalam otot.
Dosis ranitidin untuk orang dewasa ialah 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari. Untuk
peradangan kerongkongan, ranitidin dapat diberikan hingga 150 mg tiga kali sehari. Dosis untuk
anak-anak ialah 2-4 mg/kg berat badan dua kali sehari. Dosis maksimal untuk anak-anak ialah 300
mg sehari.
2.13.2 Macam-macam alat keamanan dan kenyamanan
1. Nasal kanul adalah selang bantu pernafasan yang di letakan pada lubang hidung. Nasal
kanul memiliki keuntungan yaitu pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju,
pernafasan teratur, Pemasangannya mudah, Klien bebas makan, Pasient bebas berbicara dengan
nyaman.funsinya adalah untuk memenui kebutuhan oksigen dalam tubuh karena mengalami
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen.
2. Nebulizer
Nebulizer adalah alat untuk membantu kelancaran pernafasan bagi pasien. Karena gangguan
pernafasan, bila dibiarkan, bisa menurunkan kondisi pasien yang bersangkutan.
Nebulizer itu gunanya untuk yang punya masalah dengan saluran pernafasan, seperti batuk, pilek,
atau asma, yang juga berfungsi untuk membantu mengeluarkan dahak. Dia lebih bagus dibanding
obat oral karena tidak mengendap dalam darah, karena bentuknya uap, jadi efek samping obat
sangat kecil. Nebu ini tidak cuma buat asma, buat batuk pilek juga ampuh penggunaannya sama
dengan obat oral 3 x sehari, campuran uapnya biasanya juga obat-obat yang memang untuk
memperlancar jalan nafas kalau anak yang asma, bisa pakai ventolin yang ampul, bisolvon solution
& NaCl dosisnya tergantung berat badan & umur si anak sebaiknya konsul ke dokter biar dosisnya
tepat.
3. Kursi Roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami kesulitan berjalan
menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera, maupun cacat. Alat ini bisa
digerakkan dengan didorong oleh pihak lain, digerakkan dengan menggunakan tangan, atau
digerakkan dengan menggunakan mesin otomatis.
4. Tempat tidur pasien
Fungsi atau kegunaan dari ranjang pasien atau tempat tidur pasien adalah tempat tidur yang
digunakan oleh seseorang yang menderita sakit atau yang biasa disebut pesakitan. Ranjang ini
dapat digunakan dirumah sakit, klinik, puskesmas atau dirumah, ranjang pasien yang digunakan
oleh pesakitan hendaklah ranjang yang nyaman dan aman agar pada saat digunakan untuk tidur
seseorang yang sakit tidak merasakan kesakitan. Ranjang pasien mempunyai beberapa jenis sesuai
dengan kebutuhan yang digunakan.
5. Tripod
Tongkat Kaki 4 dan kaki 3 adalah alat bantu berjalan berupa tongkat dengan kaki-kaki berjumlah
4. Tongkat bisa diatur tinggi rendahnya agar bisa digunakan oleh orang dengan segala umur.
Cocok digunakan oleh Lansia dan untuk rehabilitasi setelah kecelakaan atau operasi.
6. Walker
Walker adalah salah satu alat bantu berjalan yang kerangkanya terbuat dari bahan logam. Alat ini
dilengkapi dengan dua gagang yang berfungsi sebagai tempat yang penggunaannya digunakan
sebagai tempat pegangan serta menggunakan empat kaki sebagai penumpunya. Salah satu jenis
walker adalah standar walker. Walker jenis ini biasanya digunakan untuk orang tua yang masih
kuat mengangkat alat ini untuk berjalan, biasanya orang yang menggunakan alat ini membutuhkan
bantuan dari orang lain.
7. Kruk
Kruk adalah alat bantu yang terbuat dari logam atau pun kayu dengan panjang yang cukup untuk
diraih dari axilla sampai ke tanahatau lantai. Kruk memiliki permukaan cekung yang disesuaikan
di bawah lengan dan sebuah balok melintang untuk tangan untuk menyangga berat badan.
a) Jenis-jenis Kruk
Pada dasarnya kruk dibagi dua yaitu kruk axilla dan kruk nonaxilla. Kruk nonaxilla dapat
mentransfer 40-50% berat badan, sedangkan kruk axilla dapat mentransfer sampai 80% berat
badan. Hal ini membuat kruk axilla lebih baik dalam menopang badan.
Kruk axilla memiliki dua bidang tegak lurus yaitu penopang bahu dan pegangan tangan. Kruk
tersedia dalam berbagai ukuran berbeda. Extension crutchpada kruk merupakan tambahan agar
panjang kruk dapat disesuaikan, sehingga berguna pada anak-anak yang dalam proses
pertumbuhan agar dapat disesuaikan dengan perubahan tinggi anak. Selain itu berguna di rumah
sakit agar dapat digunakan oleh banyak orang. “Kruk ortho” memiliki penyangga bahu yang
berkontur dan pegangan tangan yang dapat disesuaikan, sehingga lebih nyaman dalam
penggunaannya.
2.14 Penatalaksanaan
Stimulasi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
a. Kompres dingin
b. Counteriritan, seperti plester hangat.
c. Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan stres. Teknik relaksasi
memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, dan emosi
pada nyeri (Potter & Perry, 2006).
d. Stimulasi Kutaneus Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai
obat seperti kapsul, cairan injeksi, dan sebagainya. Placebo umumnya terdiri dari larutan gula,
larutan salin normal, atau air biasa (Tamsuri, 2007).
e. Teknik Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.Contoh :
membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain .( Priharjo, 1996 ).
2.15 Pencegahan
2.15.1 Pencegahan Rasa Aman Nyaman di Rumah Sakit
1) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.
2) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.
3) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik,
menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
4) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.
5) Menghindari kecelakaan :
a. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.
b. Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah.
c. Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.
d. Meja yang mudah dijangkau.
e. Kereta dorong ada penghalangnya.
6) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas
angin, dan lain-lain.
7) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti
tabung oksigen dan termos.
8) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.
9) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien
terpisah antara infeksi dan non-infeksi.
10) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.
11) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan.
12) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.
13) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu
menggunakannya.
14) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.