PENDAHULUAN
1
Sistem transmisi daya prinsipnya adalah menyalurkan daya dengan tujuan
meminimalkan daya yang hilang saat proses transmisi dilakukan, sehingga daya
output dapat digunakan sebesar mungkin untuk menghasilkan akselerasi atau kerja
yang optimal.
Objek Perencanaan Elemen mesin II ini yaitu pada sepeda motor
Kawasaki ninja. Untuk melakukan perencanaan ini dibutuhkan data – data
spesifikasi standard dari objek yang akan dibahas.
untuk menghasilkan performance yang maksimal. Sedikit dijelaskan
mengenai Kawasaki Nnja.
2
Memasuki bagian hal cara penyajian dari laporan tugas perencanaan yang
dilakukan memiliki bentuk sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan mengenai latar belakang perencanaan, tujuan
perencanaan, batasan perencanaan dan sistematika laporan
perencanaan.
3
BAB II
TEORI – TEORI PENDUKUNG
Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan
transmisi langsung dengan roda gigi. Dalam hal lain jika terdapat jarak yang
memisahkan kedua poros, maka cara transmisi putaran atau daya yang lain dapat
diterapkan, dimana sebuah rantai dibelitkan sekeliling puli atau sproket (roda gigi)
pada poros. Sehingga dengan jarak yang memisahkan kedua puli atau poros, maka
daya atau putaran dapat ditransmisikan sesuai yang diinginkan.
2.1 Cara Kerja Sistem Transmisi Penggerak Roda Belakang Sepeda Motor
Roda belakang dari sepeda motor akan bergerak sesuai dengan putaran
yang ditransmisikan oleh rantai rol. Daya rencana yang akan ditransmisikan ke
roda belakang. Sebelum daya dan putaran tersebut ditransmisikan ke roda
belakang, maka melalui kopling akan ditransmisikan ke roda gigi lurus
(perseneling). Direncanakan posisi perseneling pada posisi empat (percepatan
posisi empat berada pada putaran tertinggi). Pada posisi tersebut, putaran n1 poros
transmisi akan hampir sama dengan putaran poros sprocket kecil. Putaran n1
sprocket kecil akan ditransmisikan ke roda belakang (sprocket besar) melalui
rantai penggerak (rantai rol), dimana putaran akan mengalami reduksi sebesar n2
akibat dari transmisi rantai rol ke roda belakang, sehingga sepeda motor bergerak
dengan putaran n2.
2.2 Transmisi Rantai
Rantai transmisi daya yang tersusun dari mata rantai dengan bentuk
pengait rol – rol dan pengait gigi yang dirangkai dan terpasang pada sproket,
dimana perbandingan putarannya 6 : 1 dengan jarak hingga 4 meter.
Transmisi rantai bekerja dimana rantai mengait pada sproket dan
4
meneruskan daya tanpa terjadi slip sehingga menjamin perbandingan putaran yang
tetap. Rantai transmisi daya biasa digunakan jika jarak poros lebih besar dari jarak
transmisi roda gigi tetapi lebih pendek dari jarak transmisi sabuk.
Rantai sebagai transmisi daya dan putaran mempunyai keuntungan –
keuntungan seperti di bawah ini :
1. Mampu mentransmisikan daya dan putaran yang besar.
2. Transmisi rantai lebih kuat
3. Tidak memerlukan tegangan awal
4. Keausan yang kecil pada bantalan
5. Mudah pemasangan
Di sisi lain transmisi rantai memiliki memiliki beberapa kekurangan
seperti di bawah ini :
1. Variasi kecepatan yang ditimbulkan saat beroperasi tidak dapat
dihandari akibat lintasan busur pada sproket yang mengait pada mata
rantai.
2. Suara dan getaran karena tumbukan dan dasar kaki sproket.
3. Perpanjangan rantai karena keausan pena dan bus yang diakibatkan
oleh gesekan dengan sproket.
Rantai dalam sistem transmisi mesin dapat dibagi atas dua jenis, yaitu :
1. Rantai gigi
Bagian – bagiannya terdiri dari plat – plat berprofil roda gigi
dan pena yang disebut sambungan kunci. Rantai gigi merupakan elemen
penerus daya yang mengait pada sproket tanpaterjadinya slip dan
menjamin putaran roda yang tetap. Rantai gigi tersusun dari plat – plat
berprofil seperti roda giginya dan pena berbentuk bulan sabit yang disebut
sambungan kunci.
5
Gambar 2.1. Rantai gigi [6].
Bila kita menginginkan transmisi dengan kecepatan tinggi
yaitu lebih dari 1000m/menit, tidak berisik, dan dapat mentransmisikan
daya yang besar, maka rantai gigi dapat digunakan. Namun karena
pembuatannya yang sulit karena memerlukan ketelitian dan bahan atau
material logam yang bervariasi menyebabkan harga rantai gigi mahal.
Ciri yang paling menonjol dari penggunaan rantai gigi adalah
dengan cepat bergerak setelah mengait secara meluncur dengan sproket
yang berprofil involut (evolven), mata rantai berputar sebagai satu benda
dengan sproket. Hal ini yang membedakan dengan rantai rol, dimana bus
mata rantai mengait sproket pada dasar kaki gigi. Dengan cara kerja di
atas, tumbukan pada rantai gigi jauh lebih kecil dari rantai rol.
Karena hal – hal di atas, maka dapat menyebabkan bunyi akan
sangat berkurang dan tidak akan bertambah keras walaupun kecepatan
bertambah tinggi. Begitu mudahnya pemasangan rantai gigi, toleransi pada
saat pemasangan tidak memerlukan ketelitian yang tinggi seperti pada roda
gigi.
2. Rantai rol
Terdiri atas pena, bus, rol dan plat mata rantai. Selanjutnya
dalam pembahasan di atas telah dijelaskan mengenai transmisi rantai gigi,
kemudian untuk transmisi yang menggunakan rantai rol akan dibahas pada
sub bab selanjutnya.
6
lebih pendek dari transmisi sabuk. Rantai rol terdiri dari pena, bus, rol, dan plat
mata rantai (Gambar 2.2).
Rantai rol yang bekerja mengait dengan dua roda gigi yang terpasang
antara dua poros dengan jarak tertentu. Rantai mengait pada sproket dan
meneruskan daya tanpa terjadi slip sehingga akan menjamin putaran yang tetap.
2.3.1 Material atau Bahan yang Digunakan
Bahan pembuatan pena, bus dan rol dipergunakan baja karbon atau
baja khrom dengan pengerasan pada kulit. Sedangkan untuk bahan sproket
biasanya dipakai besi cor kelabu (FC 25), baja karbon rol kontruksi umum
(SS 41), baja karbon kontruksi mesin (S 35 C) dan baja cor (SC 46), bisa
juga dipakai baja dengan paduan, namun harganya lebih mahal. Bahan
untuk sproket diusahakan pengerasan pada bagian gigi sproket dengan
cara pencelupan dingin, terutama untuk sproket dengan jumlah gigi
kurang dari 24.
Kemudian untuk bahan poros yang digunakan pada tranmisi rantai
rol biasanya menggunakan batang baja kkarbon yang difinis dingin (SC –
D), baja karbon untuk kontruksi mesin (SC), baja karbon tempa (SF),
7
maupun baja dengan paduan, seperti baja nikel krom (SNC), baja nikel
krom molibden (SNCM), baja krom (SCr) dan baja krom molibden
(SCM).
2.3.2 Pemilihan Rantai Rol
Dengan kemajuan teknologi akhir-akhir ini, kekuatan rantai
semakin meningkat. Rantai dengan rangkaian tunggal adalah yang paling
banyak digunakan. Rangkaian banyak, seperti dua atau lebih rangkaian
digunakan untuk transmisi beban berat.
Tata cara pemilihan rantai rol dapat dilihat menurut diagram pada
Gambar 2.3. Daya yang akan ditransmisikan (kW), putaran poros
penggerak dan yang digerakkan (rpm) dan jarak sumbu poros kira-kira
(mm), diberikan lebih dahulu. Daya yang akan ditransmisikan perlu
dikoreksi menurut mesin yang akan digerakkan dan penggerak mulanya,
dengan faktor koreksi.
Jumlah Faktor
rangkaian
2 1,7
3 2,5
4 3,3
5 3,9
6 4,6
8
Gambar 2.3. Diagram pemilihan rantai rol [6].
Momen lentur selalu akan terjadi pada poros. Karena itu harus
diperiksa kekuatan lentur poros bila diameternya telah diberikan. Dengan
menggunakan putaran dari poros yang berputaran tinggi dan daya yang
telah dikoreksi, maka dapat dicari nomor rantai dan jumlah gigi sproket
kecil yang sesuai. Jumlah gigi ini sebaiknya merupakan bilangan ganjil
dan lebih dari 15. Sedangkan jumlah gigi minimum yang diizinkan adalah
13. Jumlah untuk gigi sproket besar juga dibatasi, maksimum 114 gigi
sproket. Perbandingan putaran dapat diizinkan sampai 10/1. Sudut kontak
antara rantai dan sproket kecil harus lebih besar dari 120o. Transmisi rantai
9
akan lebih halus dan kurang bunyinya jika dipakai rantai dengan jarak bagi
kecil dan jumlah gigi sproket yang banyak.
Rangkaian banyak dipakai bila rangkaian tunggal tidak mempunyai
kapasitas cukup. Perlu diperhatikan bahwa kapasitas rangkaian banyak
tidak sama dengan kelipatan kapasitas satu rangkaian. Dipandang dari segi
pembagian beban diantara rangkaian, pembebanan pada masing-masing
rangkaian akan semakin efektip bila jumlah rangkaian semakin kecil atau
lebih efektivitas yang besar bila memakai satu rangkaian.
Pada saat melakukan pemilihan sering kali nomor rantai tergantung
pada pemeriksaan diameter naf sproket sehingga pemeriksaan diameter naf
sproket yang cukup besar, nomor rantai maupun jumlah rangkaian dapat
berubah sesuai dengan ruangan yang tersedia.
Diameter lingkaran jarak bagi dp dan Dp (mm), diameter luar dk
dan Dk (mm) untuk kedua sproket dapat dihitung dengan rumus berikut :
Diameter lingkaran jarak bagi sproket kecil [6],
p
dp 180 0 mm
sin
z1
Jika jarak bagi rantai telah diketahui dan jumlah gigi sproket diketahui,
maka diameter naf maksimum dapat dihitung [6].
10
180
dB maks = cot 1 0,76 mm
z1
untuk diameter naf maksimum sproket besar [6],
180
DB maks = cot 1 0,76 mm
z2
Diameter bos atau naf dB dan DB (mm), adalah penting untuk lubang
poros, maka dapat dikecilkan dengan persamaan dibawah ini [6] :
5
ds 1 10 d B maks mm
3
atau
5
ds 1 10 DB maks mm
3
Jarak sumbu poros kedua sproket pada dasarnya dapat dibuat
sedekat mungkin, tapi jarak yang ideal adalah 30 sampai 50 kali jarak bagi
rantai. Untuk beban yang berfluktuasi, jarak tersebut harus dikurangi
sampai lebih kecil daripada 20 kali jarak bagi rantai. Maka, panjang rantai
yang diperlukan dalam jumlah mata rantai dihitung dengan rumus [6] :
z1 z 2 z z / 6,28 2
2Cp 2 1
Lp =
2 Cp
Dengan Cp jarak sumbu poros dalam jumlah mata rantai. Demikian untuk
panjang rantai dalam millimeter [6] :
L = Lp . p
Jika jumlah mata rantai dan jumlah gigi sproket telah diketahui, maka
jarak sumbu poros dapat dicari dengan persamaan berikut [6] :
2
1 z1 z 2 z z2
Cp = L L 1
2
z 2 z1 2
4 2 2 9,86
11
dimana :
p = jarak bagi rantai
z1 = jumlah gigi sproket kecil, dalam hal reduksi putaran.
n1 = putaran sproket kecil, dalam hal putaran reduksi putaran (rpm).
Beban yang bekerja pada rangkaian rantai F (kg) dapat dihitung [6] :
102 Pd
F spr = N
v spr
12
sistem penggerak roda belakang yang selanjutnya akan dibandingkan dengan
kontruksi standar.
3.1 Pengolahan Data Perencanaan
Langkah – langkah pengumpulan data perencanaan digunakan diagram alir
Langkah kesatu : data diambil dari spesifikasi kendaraan standar.
Langkah kedua : data dari spesifikasi kendaraan standar untuk data
tambahan dilakukan pengukuran terhadap objek.
Langkah ketiga : selanjutnya data – data dikumpulkan sebagai data yang
dibutuhkan dalam perencanaan dan data referensi sebagai
data pertimbangan dalam perhitungan.
Langkah keempat : data perencanaan akhir yang digunakan dalam
perhitungan.
DATA – DATA DIUKUR DARI OBJEK PERENCANAAN MODIFIKASI DATA KENDARAAN STANDAR
13
3.2 Diagram Alir Perencanaan
MULAI
3. Perencanaan Poros
8. Perencanaan bantalan ujung kerah, bantalan bola radial naf gear & bantalan bola radial roda
SELESAI
14
3.3 Sistem Transmisi Putaran pada Sepeda Motor
15
4. Kemudian sprocket kecil akan mentransmisikan putaran ke roda belakang
(sprocket besar) melalui rantai penggerak (rantai rol). Dimana putaran
akan mengalami reduksi sebesar n2. Dengan posisi poros sejajar, maka
putaran yang ditransmisikan rantai akan sama. Jika perbandingan reduksi i
= 2,6 diperoleh n2 = n3 = 3.497 rpm.
16
BAB III
PERENCANAAN SISTEM PENGGERAK RODA BELAKANG
SEPEDA MOTOR KAWASAKI NINJA
17
= 14,4 kW
18
gigi dapat dipilih untuk sproket kecil menurut table z1 = 13. Maka jumlah
gigi sproket besar z2 adalah [6] :
n1 z1 n2 z 2
9091,5 13
Maka, z2 33,8
3497
Diambil jumlah gigi z2 = 35.
4.2.4. Momen Puntir Rencana (T)
Momen puntir yang terjadi akibat putaran yang bekerja pada
poros dapat dicari dengan persamaan [6] :
Pd
T 9,74 105 Nm
n
1. Momen puntir yang akan diterima poros depan (T1)
14,4
T1 9,74 10 5
9091,5
= 1.542,7 kgmm
= 15.427 Nmm
2. Momen puntir yang akan diterima poros belakang (T2)
14,4
T2 9,74 10 5
3497
= 4.010,7 kgmm
= 40.107 Nmm
4.3 Poros
Perencanaan poros depan (penggerak) adalah jenis poros beralur dan poros
belakang (digerakkan) merupakan jenis gandar.
4.3.1. Poros sproket kecil
[6]
Poros sproket beralur dengan pengencangan spline hub .
Diketahui data – data untuk merencanakan poros :
- Momen puntir yang diterima poros depan T1 = 15427 Nmm
- Bahan poros sproket depan direncanakan baja yang difinis dingin
(S35C-D). Baja ditemper pada kulit luarnya agar tahan keausan
dan kelelahan puntir akibat putaran.
19
- Kekuatan tariknya σb = 600 N/mm2. Kekerasannya 144 – 216 HB.
Maka tegangan tarik ijin S35C-D [6] :
b
τa =
Sf1 Sf 2
600
=
62
= 50 N/mm2
Sf 1 : faktor keamanan untuk kelelahan puntir = 6.
Sf 1 : faktor keamanan untuk pembebanan dan konsentrasi
tegangan = 2.
- Tegangan lentur S35C-D, σa = 300 N/mm2 (270 – 400 N/mm2).
= 14,224 mm ≈ 15 mm
2. Panjang alur (lalur)
l alur = (0,75 – 1,5).ds
= (1,25) . 15 = 18,75 mm
3. Lebar alur ( b)
Perlu diperhatikan untuk lebar alur pada umumnya 25 – 35 %
dari diameter poros. Jika diambil 35 % dari diameter poros,
maka :
b = 35 % ( ds)
20
= 0,35 x 15
= 5,25 mm
4. Tinggi alur (h)
( d1 d s 1 )
h = mm
4
(25 15)
= 2,5 mm
4
4.3.2. Poros sproket besar
Poros belakang yang direncanakan adalah jenis gandar. Selanjutnya
data yang dibutuhkan dalam perencanaan poros belakang :
- Bahan poros baja karbon (S55C-D) dengan pengerasan kulit
melaui pendinginan air.
- Tegangan tariknya, σb = 1000 N/mm2 (810 - 1010 N/mm2). Maka
tegangan tarik ijin S55C-D [6] :
b
τa = S S
f1 f2
1000
=
62
= 83,334 N/mm2
Dengan harga Sf 1 = 6 & Sf 1 = 2.
- Tegangan lentur σa = 60 kg/mm2 (600 N/mm2). Maka tegangan
= 16,5 mm ≈ 17 mm
4.3.3. Pemeriksaan Kekuatan Poros
Analisa kekuatan poros yang akan direncanakan akibat dari putaran
yang bekerja [6].
1. Pemeriksaan kekuatan poros beralur sproket depan
21
a. Tegangan lentur yang terjadi pada poros (p 1)
5,1 T1
p 1 = 3
N / mm 2
ds
5,1 15427
= 3 = 23,3 N/mm2
15
b. Gaya tangensial pada permukaan poros (Ft prs 1 )
T1
Ft prs 1= N
(0,5 d s 1 )
15.427
=
(0,5 15)
= 2057 N
c. Tegangan yang terjadi pada permukaan sisi alur (pa)
Ft prs 1
pa = 2
N / mm 2
( d s / 4)
2057
= = 11,6 N/mm2
( 15 2 / 4)
d s13 a
Tijin 1= Nmm
16
15 3 50
= = 33117 Nmm
16
Tijin 1 = 33117 Nmm ≥ T1 = 15427 Nmm
Poros baik untuk putaran yang direncanakan
22
Mt ijin 1 = 0,75 . pa . i . lalur . h . rm Nmm
rm : diameter rata – rata.
(d1 d s 1 ) (25 15)
rm 10 mm
4 4
Maka, momen lentur ijin maksimum :
= 0,75 11,6 6 18,75 2,5 10
= 24468,75 Nmm
Mt ijin 1 = 24468,75 Nmm ≥ Mt 1= 16558,6 Nmm
Poros baik dan aman
M B 0;
M B R A l P1 (l l1 ) (W 0,5 l ) P2 (l l 2 ) P3 l 0...(2)
Dari persamaan diatas dapat dihitung gaya reaksi yang
bekerja pada poros roda kendaraan adalah [3] :
a. Gaya reaksi pada roda belakang (RB)
P1 l1 W 0,5 l P2 l 2 P3 l
RB = N
l
[300 422 1090 (0,5 1245) 800 722 800 1245]
=
1245
23
= 1910,6 N
b. Gaya reaksi pada roda depan (RA)
P1 (l l1 ) W 0,5 l ( P2 (l l 2 ) P3 (l l )
RA = N
l
[300 (823) 1.090 (0,5 1245) 800 (523) 800 (0)]
=
1245
= 1080 N
c. Momen puntir yang diijinkan poros belakang (Tijin 2) [6]
3
d s1 a
Tijin 2 = Nmm
16
17 3 83,334
= 80349 Nmm
16
Tijin 2 = 80349 N.mm ≥ T2 = 40107 N.mm
Memenuhi syarat & aman
5,1 40.107
= 41,6 N / mm 2
17 3
τa S55C = 83,334 N/mm2 ≥ 41,6 N/mm2
Baik & memenuhi syarat
d s23 a
Mt 2 = Nmm
32
17 3 50
=
32
= 24104,5 Nmm
f. Panjang poros minimum ( j) [6]
Diketahui jarak antar tumpuan/lengan ayun/swing arm
diukur g = 180 mm dan beban statis total Ws = 2990 N.
24
( j g ) Ws
Mt 2 = N .mm
4
Maka,
4 Mt
j = g
2
mm
Ws
4 24104,5
= 180
2990
= 218,7 mm
≈ 220 mm
Maka lebar tiap tumpuan poros/lengan ayun/swing arm kiri
220 180
dan kanan x = = 20 mm.
2
g. Momen lentur maksimum (Mt ijin 2) [6]
RB j
Mt ijin 2 = Nmm
4
1910,6 220
=
4
= 105083 Nmm
Mt ijin 2 = 105083 Nmm ≥ Mt 2 = 24104,5 Nmm
Baik dan aman digunakan
25
p
mm
dp = sin 180
z
1
12,7
53 mm
= sin 180
13
180
= 12,7 cot 1 0,76
13
= 38 mm
b. Diameter naf maksimum sproket besar (DB maks)
180
DB maks = p cot 1 0,76 =
z2
180
12,7cot 1 0,76
35
= 127,6 mm ≈ 128 mm.
4.4.2. Pemeriksaan Diameter Poros dan Diameter Naf [6]
Diameter naf harus diperiksa untuk menghindari momen lentur
yang berlebihan dan naf tidak eksentris, sehingga harus direncanakan
diameter poros yang tidak terlalu besar.
26
1. Diameter poros dan diameter naf depan
Untuk poros sproket kecil, ds1 = 15 mm dengan diameter naf
maksimum sproket kecil dB maks = 38 mm sebaiknya diperkecil
menjadi :
5
ds 1 10 d B maks
3
5
15 10 38 mm
3
27
p z1 n2 m / det ik
v =(
60 1000
12,7 13 3497 9,6 m / det ik
=
60 1000
4.4.4. Daerah Kecepatan Rantai (vizin)
Daerah kecepatan dalam perencanaan rantai rol jangan melebihi
dari kecepatan yang diizinkan, karena dapat menyebabkan suara yang
berisik, terjadi slip dan membahayakan keselamatan.
Daerah kecepatan yang diizinkan [6],
vizin = ( 4 – 10 ) m/s.
Karena itu untuk kecepatan rantai rol yang terjadi,
4 m/s ≤ v = 9,6 m/s ≤ 10 m/s
Kecepatan memenuhi syarat sehingga rantai rol yang
direncanakan baik dan aman.
4.4.5. Ukuran Rantai Rol yang Direncanakan (Lp)
Diketahui panjang antar sumbu poros sproket depan dan
belakang diukur C = 520 mm, maka jarak dalam jumlah satuan mata
rantai Cp [6] :
C 520
40,945 mata rantai
p 12,7
z1 z 2
2 C
z 2 z1 / 6,28 2
Lp = p
2 Cp
=
13 35
2 ( 40,945)
35 13 / 6,28 2
2 40,945
28
102 Pd
FB rol = N
v
102 14,4
= 9,6
5
= 153 kg
= 1530 N
Batas kekuatan tarik rantai nomor # 40 :
Batas beban tarik ijin rata – rata ≥ Beban tarik rencana
FB = 19500 N ≥ FB rol = 1530 N
FB
Sƒrol =
FB rol
19500
=
1530
= 12,7
4.4.8. Pembebanan Maksimum Ijin
Beban maksimum yang diizinkan menurut nomor rantai # 40, F U
= 300 kg (3000 N). Sehingga pembebanan maksimum yang akan
diterima oleh rantai rol FU maks tidak boleh melebihi beban maksimum
yang diizinkan. Diketahui FU rol = Ws = 2990 N. Maka [6],
FU maks = 2990 N ≤ FU = 3000 N
Baik dan aman digunakan
29
Material rantai dipilih baja nikel krom (SNC 21), perlakuan panas dengan
pendinginan minyak, kekerasannya 235 – 341 HB.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka rantai rol dipilih
nomor # 40 sebagai rantai yang akan dipakai. Maka persyaratan menurut rantai rol
nomor # 40 adalah sebagai berikut :
4.5.1. Nomor rantai # 40
30
Fu > Fu rol
3000 N > 2990 N
Aman dan baik digunakan
31
Diameter sproket kecil ds 1 = 15 mm
Diameter sproket besar ds 2 = 17 mm
Diameter jarak bagi sproket kecil dp = 53 mm.
Diameter jarak bagi sproket besar Dp = 141,7 mm
Diameter naf maksimum sproket kecil dB maks = 35 mm
Diameter naf maksimum sproket besar DB maks = 40 mm
Bahan kedua sproket adalah baja untuk kontruksi mesin (S30C)
Kekuatan lentur S30C σa = 290 N/mm2 (290 – 340 N/mm2) dan
kekerasan = 179 – 255 HB (JIS G 4501).
Selanjutnya dimensi lain yang belum ditentukan adalah [6] :
1. Modul (m)
Modul gigi kedua sproket sama.
jarak bagi
m
z
53
=
13
= 4
2. Diameter lingkaran kepala (dg)
a. Sproket kecil (dg 1)
dk 1 = ( z1 2) m mm
= (13 2) 4
= 60 mm
b. Sproket besar (dg 2)
dk 2 = (35 2) 4
= 148 mm
3. Diameter lingkaran dasar (df)
a. Sproket kecil (df 1)
df 1 = z1 m cos mm
= 13 4 cos 20 0
32
= 21,5 mm
b. Sproket besar (df 2)
df 1 = 35 4 cos 20 0
= 57,5 mm
4. Tinggi kepala gigi (hk )
hk = k m mm
= 1,0 . 4
= 4 mm
dengan k faktor tinggi kepala yang besarnya = 0,8 – 1,2.
5. Tinggi kaki (hf )
hf = k m c k mm
33
Gambar 4.7 Dimensi sproket depan yang direncanakan.
34
Pada analisa gaya roda gigi lurus ada tiga gaya yang terjadi saat
kontak dengan rantai rol, yaitu gaya tangensial (Ft), gaya radial (Fr) dan
gaya normal (Fn).
Pada saat putaran diterima oleh poros sproket kecil n1 = 9091,5
rpm, maka rantai rol akan mendistribusikan putaran yang menghubungkan
sproket kecil dan sproket besar, dimana mekanisme kerja dari rantai rol ini
akan mereduksi putaran menjadi n2 = 3497 rpm.
Gambar 4.9. Gaya – gaya yang bekerja pada roda gigi [6].
102 14,4
= 25,2
35
= 583 N
Pd adalah daya yang akan ditransmisikan.
c. Gaya normal (Fn spr 1)
Ft spr1
Fn spr 1 = N
cos
583
=
cos 20 0
= 1430 N
dengan α : sudut tekanan kerja = 200 [6].
d. Gaya radial (Fr spr 1)
Fr spr 1 = Ft spr 1 . tan α
= 583 . tan 200 = 1304 N
e. Tegangan lentur yang terjadi pada sproket (σspr)
Ft H
σ spr 1 = 2
N / mm 2
bh /6
583 9,6
=
10 7 2 / 6
= 68,5 N/mm2
Dengan,
H : tinggi gigi = 9,6 mm; b : lebar gigi = 10 mm;
m : modul = 4; h : tebal gigi jarak bagi = 7 mm.
σa S30C = 290 N/mm2 σ spr 1 = 68,5 N/mm2
Aman dan baik digunakan
Dengan cara yang sama, maka analisa tegangan untuk sproket
besar seperti tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Tabel analisa gaya sproket kecil (variabel 1) dan besar (variabel 2).
B A B IV
36
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari perencanaan kontruksi sistem
penggerak roda belakang sepeda motor Kawasaki ninja. berikut ini data – data
yang digunakan dalam perencanaan :
Daya maksimum rencana yang akan ditransmisikan, Pd = 16 hp (12
kW)
Putaran poros maksimum direncanakan no = 9500 rpm
Perbandingan reduksi i = 2,6
Jarak sumbu roda depan dan belakang l = 1245 mm
Jarak sumbu poros antar sproket diukur C = 520 mm
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan ini berisi dimensi dan analisa kekuatan dari kontruksi yang
direncanakan yang meliputi poros depan dan belakang, spline hub, sproket depan
dan belakang, bantalan dan rantai penggerak.
5.1.1. Poros
Poros yang direncanakan adalah poros beralur untuk di sproket
depan dan poros jenis gandar untuk di sproket belakang.
1). Poros sproket depan (poros penggerak)
Tabel 5.1. Dimensi poros beralur sproket depan.
poros poros tingkat Alur poros
ds1 (mm) pertama Panjang alur Tinggi alur Lebar alur
d1 (mm) la (mm) h (mm) b (mm)
15 25 18,75 2,5 5,25
37
Tegangan lentur ijin ≥ Tegangan lentur terjadi ≥ Tegangan permukaan alur
τa S35C-D = 25 N/mm2 ≥ τporos 1 = 23,3 N/mm2 ≥ pa = 11,6 N/mm2
38
5.1.2. Spline hub
Spline hub atau key berfungsi sebagai pengunci sproket pada poros
depan.
Tabel 5.3. Dimensi spline hub.
5.1.3. Sproket
Sproket yang direncanakan adalah sproket depan (penggerak) dan
belakang (pengikut). Dari perhitungan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1). Putaran input yang diterima sproket kecil nspr 1 = 9091,5 rpm
2). Putaran yang diterima sproket besar nspr 2 = 3497 rpm
3). Jumlah gigi sproket kecil/depan z1 = 13
4). Jumlah gigi sproket besar/belakang z2 = 35
5). Bahan kedua sproket adalah baja untuk kontruksi mesin (S30C)
Kekuatan lentur S30C σa = 290 N/mm2dan kekerasan = 179 –
255 HB
6). Analisa gaya dan tegangan yang terjadi pada kedua sproket
mengalami sedikit perbedaan, hal ini disebabkan transmisi pada
rantai sering terjadi variasi kecepatan. Perbedaan dapat dilihat
pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Analisa gaya sproket kecil (variabel 1) dan besar (variabel 2).
39
Tabel 5.5 Dimensi Sproket besar.
jarak Tinggi Tinggi Jarak Tebal gigi Lebar
bagi dp lingkaran kepala kaki hf bagi dasar kaki gigi
(mm) dasar df gigi hk 1 (mm) lingkar h (mm) dalam
(mm) (mm) t (mm) b (mm)
141,7 57,5 4,8 4,8 12,56 7 10
40
5). Pelumasan yang digunakan adalah pelumasan dengan cara tetes
minyak dengan SAE 20 atau SAE 30 yang dianjurkan.
6).
Tabel 5.6 Dimensi sistem reduksi penggerak roda belakang yang direncanakan.
5.1.5. Bantalan
Bantalan yang direncanakan adalah bantalan poros (bushing),
bantalan untuk naf gear dan bantalan untuk roda.
1). Bantalan radial ujung kerah (bushing)
a. Material yang digunakan baja karbon kontruksi S30C.
b. Panjang bantalan l = 80 mm
l
c. Panjang bagian luar kerah 20 mm
3
d. Diameter kerah ujung B = 32,5 mm
e. Lebar kerah b = 5 mm
f. Daya yang diserap oleh bantalan ujung H’ = 0,0525 kW
2). Bantalan naf gear roda belakang
a. Jenis bearing adalah bantalan peluru radial dengan alur
tunggal dan sekat ganda nomor 6004 ZZ.
b. Material yang digunakan jenis perunggu atau baja paduan
tembaga.
41
c. Beban dinamis spesifik bantalan bola radial 6004 ZZ, C =
735 kg = 7350 N
d. Pr = beban radial = 1264 N
e. Umur pemakaian bearing ln = 9383 jam
Tabel 5.7 Dimensi bantalan bola radial naf gear 6004 ZZ [6].
dalam luar Lebar/tebal Jarak antara sisi-
d (mm) D (mm) B (mm) sisi bola r (mm)
20 42 12 1
1264
(dua) pada satu poros maka 632 N.
2
e. Umur Pemakaian bantalan bola radial naf gear ln = 19627
jam
Tabel 5.8 Dimensi bantalan bola radial roda belakang sepeda motor [6].
dalam luar Lebar/tebal Jarak antara sisi-
d (mm) D (mm) B (mm) sisi bola r (mm)
17 35 10 0,5
5.2. Saran
a. Rantai rol dan bearing yang digunakan harus sering mendapat
pelumasan berkala.
b. Pengecekan ukuran penyetelan rantai. Rantai rol jangan terlalu jatuh
menggantung (kendor) karena saat beroperasi akan terasa berat dan
saat start perlu waktu untuk menarik beban. Demikian juga untuk
penyetelan rantai rol terlalu kencang (tegang) dapat mengakibatkan
42
sering terjadi spin dan kemungkinan terpelanting karena gerakan motor
bisa liar, serta dapat menyebabkan umur transmisi skunder pendek
karena gesekan yang terlalu besar antar komponen akibat ketegangan
penyetelan.
c. biasakan menggunakan suku cadang asli dan hindari pemakaian suku
cadang palsu.
d. Kenyamanan dan keselamatan nyawa lebih berharga daripada selisih
harga suku cadang asli dan palsu (relatif harga tidak terlalu jauh).
e. Hindari kondisi yang dapat menyebabkan kemungkinan berkurangnya
umur komponen (beban berlebihan, kerusakan jalan, kondisi basah,
dll.)
f. Hindari berbagai variasi gerakan saat berkendara yang dapat
menimbulkan tumbukan secara tiba - tiba dan membahayakan nyawa.
DAFTAR PU S TAKA
1. Khurmi R.S Gupta, J.K. Machine Design, Third Edition. Eurasia Publishing
Home Ltd, Ram Nagar, New Delhi, 1982.
43
2. Nieman G, Priambodo Bambang. Elemen Mesin, Jilid I, Edisi Kedua.
Erlangga, Jakarta, 1992.
3. Sularso, Suga Kiyokatsu. Pemilihan dan Perencanaan Elemen Mesin, Cetakan
Ketujuh. Pradnya Paramitha, Jakarta, 1991.
44