Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan
secara individual (Efendi, 2009).
Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada
abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia.
Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan.
Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan
lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat
hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan
yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).

Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria
berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90
tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun
atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan
umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun)
(Efendi, 2009).

Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI
(2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia (prasenilis) yaitu seseorang
yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih,
lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak
potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain.

Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun (sesuai
dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,
serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi
(Maryam dkk, 2008).

Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe
tersebut dijabarkan sebagai berikut.
- Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
- Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
- Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
- Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
- Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
- Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen
(ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).

Proses Penuaan
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks
multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada
keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal.
Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di
dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara
perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan (Maryam dkk, 2008).
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap cedera,
termasuk adanya infeksi. Proses
penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh
‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa
kondisi kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat
tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat
menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun.
Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa
saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak,
2009).
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara biologis,
mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan
semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya
(Tamher, 2009). Oleh karena itu, perlu perlu membantu individu lansia untuk menjaga harkat
dan otonomi maksimal meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan psikologis
(Smeltzer, 2001).

Teori-Teori Proses Penuaan


Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses
penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori spiritual.

Teori biologis
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stres,
teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara
genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi
efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel
yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental
dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi
persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka
sulit untuk dipahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya
penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk
menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi
yang berbeda dari stimulus yang ada.

Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interaksi
sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas
(activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development
theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory).
a. Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan
dan prestasinya berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang,
yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
b. Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan
menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
c. Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung bagaimana
seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan
aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
d. Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat ini merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup,
perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
e. Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua
merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan
tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak
menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya
diterapkan oleh lansia tersebut.
f. Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang
dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia
secara kelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang
demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah teori
ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa
stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan
kelompok etnik.

Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

Perawatan pada lansia di rumah

Perawatan di rumah untuk usia lanjut adalah suatu upaya pelayanan kesehatan secara
menyeluruh (baik segi promosi, prevensi, kurasi, dan rehabilitasi) untuk pasien usia lanjut
yang dilakukan oleh tenaga medik/paramedik di rumah pasien, dengan keterlibatan anggota
keluarga lain yang tinggal di rumah. Perawatan di rumah sebenarnya bukan monopoli pasien
berusia lanjut, namun data di luar negeri menunjukkan dari seluruh upaya perawatan di
rumah yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional, 85%nya dilakukan terhadap pasien-
pasien berusia lanjut. Perawatan di rumah secara prinsip dapat dilakukan oleh siapa saja,
mulai dari tenaga kesehatan profesional (dokter, perawat, fisioterapis), ahli gizi, care-giver,
hingga pekerja sosial. Yang penting adalah bahwa untuk melakukan perawatan usia lanjut di
rumah siapapun harus dibekali prinsip-prinsip pelayanan kesehatan bagi usia lanjut yang
bersifat paripurna dan interdisiplin.

Pasien usia muda yang mengalami perawatan di rumah sakit (akibat suatu penyakit
yang seringkali akut) umumnya kemudian akan pulih sepenuhnya dengan cepat tanpa perlu
bantuan tambahan. Hal tersebut sering tidak terjadi pada pasien berusia lanjut. Pasca
perawatan di rumah sakit, walaupun penyakit akutnya sudah teratasi, seringkali pada proses
pemulihan masih membutuhkan bantuan dan pendampingan sebelum sepenuhnya kembali ke
kondisi semula. Pada beberapa kasus bahkan proses pemulihan ini berjalan sedemikian
lambat dan berhenti pada tahap tertentu sehingga sebagian atau seluruh aktivitasnya perlu
dibantu, serta perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk membantu proses pemulihan agar
pasien sedapat mungkin kembali ke kondisi semula sebelum sakit.

pemulihannya, melakukan pengkajian dan memberikan perawatan bagi usia lanjut di


rumah ada hal-hal khusus yang harus diperhatikan. Secara umum, pasien usia lanjut (geriatri)
membutuhkan suatu pengkajian khusus yang meliputi berbagai komponen yang disebut
sebagai Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) atau Pendekatan Paripurna pada Pasien
Geriatri (P3G).

Komponen-komponen yang harus dikaji pada saat melakukan perawatan usia lanjut di
rumah adalah:

1. Kondisi fisik-medik

2. Status mental dan kognitif

3. Status fungsional

4. Status nutrisi

5. Penggunaan obat-obatan

6. Dukungan sosial (social support)

7. Pengkajian keselamatan dan keamanan rumah/lingkungan

Seperti sudah disebutkan di atas, pelayanan kesehatan usia lanjut di rumah harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah dibekali prinsip-prinsip pelayanan yang
komprehensif dan interdisiplin. Seorang dokter atau perawat yang melakukan perawatan usia
lanjut di rumah, yang karena keterbatasan seringkali datang seorang diri, harus menempatkan
dirinya sebagai anggota dan berlaku sebagai wakil dari suatu tim interdisiplin.

Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia


Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, dan perawatan lanjut usia serta
meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia.
Fungsi pelayanan dapat berupa pusat pelayanan sosial lanjut usia, pusat informasi
pelayanan sosial lanjut usia, pusat pengembangan pelayanan sosial lansia dan pusat
pemberdayaan lansia.

Pendekatan Perawatan Lanjut Usia


Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui
perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut usia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau progresivitasnya. Perawatan fisik
umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu
melakukannya sendiri.
Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini,
terutama tentang hal yang terhubung dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatannya.

Pendekatan Psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien
lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan interpreter terhadap segala
sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk keluhan agar lanjut usia merasa
puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat
bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat ahrus mendukung mental mereka
kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah
beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan bahagia di masa lanjut usianya.

Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat dalam
melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama sesame klien
lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan
sosial, baik antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk mengadakan
komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk membaca surat kabar dan
majalah.
Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik dengan
sesama mereka maupun petugas yang secara lansung berkaitan dengan pelayanan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan lansia dipanti sosial tresna
wherda.

Tempat Yang Dapat Dijadikan Sebagai Aspek Pelayanan Bagi Lansia

Pelayanan Sosial di Keluarga Sendiri


Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yangdlakukan di
rumah sendiri atau dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan pelayanan yang diberikan
adalah membantu keluarga dalam mengatasi dan memecahkan masalah lansia sekaligus
memberikan kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarganya.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh:
a. Perseorangan : perawat, pemberi asuhan
b. Keluarga
c. Kelompok
d. Lembaga / organisasi sosial
e. Dunia usaha dan pemerintah
Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan, bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, penyuluhan gizi.
Pelayanan diberikan secara kontinu setiap hari, minggu, bulan dan selama lansia atau
keluarganya membutuhkan.

Foster Care Service


Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial yang
diberikan kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Lansia tinggal bersama
keluarga lain karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang dibutuhkannya atau
berada dalm kondisi terlantar.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah
yang dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah lansia terlantar, tidak
dapat dilayani oleh keluarganya sendiri.
Jenis-jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa :
1. Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan member makanan
2. Peningkatan gizi
3. Bantuan aktivitas
4. Bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan
5. Pendampingan rekreasi
6. Olahraga dsb

Pusat Santunan Keluarga (pusaka)


Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang tidak jauh daritempat tinggal
lansia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu keluarga/lanjut usia dalam mengatasi
permasalahan, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah lansia sekaligus member
kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarga.
Sasaran pelayanan adalah lansia yang tinggal/berada dalam lingkungan keluarga sendiri
atau keluarga pengganti. Lansia masih sehat, mandiri tetapi mengalami keterbatasan
ekonomi.

Panti Sosial Tresna Wherda


Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan perlindungan
untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan secara wajar.
Pelayanan yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:
Ø Kegiatan rutin
a. Pemenuhan makan 3x/hari
b. Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam gerak latih otak dsb)
c. Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama
d. Kerajinan tangan (menjahit, menyulam, merenda)
e. Menyalurkan hobi (bermain angklung, menyanyi, karaoke, berkebun)
Ø Kegiatan waktu luang
a. Bermain (catur, pingpong)
b. Berpantun/baca puisi
c. Menonton film
d. Membaca Koran
Prinsip Pelayanan
Dalam memberi asuhan keperawatan pada lansia, dilaksanakan dengan
memperhatikan bebrapa prinsip:
a. Tidak memberi stigma, pada dasarnya proses menua disertai masalah seperti kesepian,
berkurang pendengaran, kurangnya penglihatan dan lemah fisik. Hal tersebut merupakan
proses alamiah.
b. Tidak mengucilkan
c. Tidak membesar-besarkan masalah
d. Pelayanan yang bermutu
e. Pelayanan yang cepat dan tepat
f. Pelayanan secara komprehensif
g. Menghindari sikap belas kasihan
h. Pelayanan yang efektif dan efesien
i. Pelayanan yang akuntabel

C. Pemeliharaan dan Pelayanan


Pelayanan lansia (termasuk pelayanan kesehatan dan perawatan) mempunyai tujuan
kesejahteraan dan kemampuan lansia. Oleh karena itu, pelayanan keperawatan harus
diberikan kepada lansia, baik dalam dalam keadaan sehat maupun sakit dengan membantu
mempertahankan dan memberi semangat hidup mereka.
Sasaran upaya pelayanan kesehatan dan kesejahteraan lansia adalah:
Lansung
1. lanjut usia aktif
- komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai gizi, kesehatan dll
- mempertahankan kesehatan agar tetap mandiri

2. lanjut usia pasif (pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, asuhan
keperawatan.

Tidak lansung
- keluarga lansia, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial masyarakat
- pemeliharaan kesehatan masyarakat di PSTW pada umumnya dilaksanakan oleh petugas
kesehatan puskesmas secara berkala
- keperawatan lansia yang sakit, lansia yang mengalami sakit yang cukup serius dan perlu
dirawat secra intensif, dirujuk ke rumah sakit yang lebih bagus.
Lansia yang sehat secara fungsional masih bisa mandiri dan tidak tergantung pada
orang lain. Aktivitas sehari-hari maish penuh dan mampu merawat diri sendiri. Asuhan
keperawatan yang diperlukan adalah pencegahan primer yang mengutamakan peningkatan
derajat kesehatan dan pencegahan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai