Otonomi Daerah
Otonomi Daerah
OTONOMI DAERAH
Disusun Oleh :
Kelompok V
1. Nova darma putra (161198)
2. Edwin aditya bayu (161199)
3. Dio agusta pratama (161201)
2018
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
nikmat dan kesehatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Selanjutnya shalawat beserta salam tak lupa pula kita kirimkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menyelamatkan umatnya dari
alam kegelapan menuju alam yang terang menderang.
Sukoharjo , 11/11/2018
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
C. Tujuan....................................................................................... ............1
A. Simpulan................................................................................... ............12
B. Saran......................................................................................... .............12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
1
PEMBAHASAN
Otonomi daerah berasal dari kata Nomos yang berarti hukum dan auto yang
berarti sendiri, jadi arti harfiah otonomi menetapkan hukum sendiri. Maksudnya
hak mengatur urusan rumah tangga (daerah) sendiri.[1]
Otonomi daerah adalah sebuah tema besar yang berada dalam ranah
administrasi pemerintahan. Otonomi daerah berhubunga erat dengan dasar
kedaulatan rakyat atau kerakyatan. Konkretnya sebagai mana dikemukakan oleh
Moh. Hatta sebagai salah seorang pendiri negara adalah bahwa sebenarnya
menurut dasar kedaulatan rakyat itu, hak rakyat untuk menentukan nasibnya tidak
hanya ada pada pucuk pimpinan negeri, melainka juga pada tiap tempat d kota, di
desa dan di daerah. Tiap-tiap golongan persekutuan itu mempunyai Badan
Perwakilan sendiri, seperti Gemeenteraad, Provinciale Raad dan lain-lainnya.
Dengan keadaan yang demikian maka tiap-tiap bagian atau golongan rakyat
mendapat autonomi (membuat dan menjalankan peraturan sendiri) dan zelfbestuur
(menjalankan peraturan-peraturan yang dbuat oleh dewan yang lebih tinggi),[2]
Pemahaman lebih sederhana dalam arti dapat dicermati lebih konkret tentang
otonomi ini diantaranya adalah berdasarkan UU yang mengatur tentang otonomi
daerah tersebut. Secara umum pemahaman tentang mekanisme pemerintahan
2
daerah dalam negara kesatuan tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan sistem
pemeritahan demokrasi.[4]
Visi otonomi daerah itu dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup
interaksinya yang utama yaitu: politik, ekonomi, serta sosial dan budaya.
Berdasarkan visi ini, maka konsep dasar otonomi daerah yang kemudian
melandasi lahirnya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999,
menerangkan hal-hal berikut:
4
yang dikecualikan tadi. Otonomi terbatas berarti adanya ruang yang
tersedia bagi pemerintah pusat untuk melakukan operasi di daerah
propinsi. Karena sistem otonomi tidak bertingkat (tidak ada hubungan
hirarki abtara pemerintahan propinsi dengan kabupaten/kota), maka
hubungan [ropinsi dan kabupateb bersifat koordinatif, pembinaan dan
pengawasan. Sebagai wakil pemerintah antara kaupaten dan kota dalam
wilayahnya, Gubernur juga, melakukan supervisi terhadap pemerintah
kabupaten/kota atas pelaksanaan berbagai kebijakan pemerintah pusat,
serta bertanggung-jawab mengawasi penyelenggaraan pemerintah
beradasarkan tonomi daerah di wilayahnya.
5
pembagian pendapatan darisumber penerimaan yang berkait dengan
kekayaan alam, pajak dan retribusi, serta tata cara dan syarat untuk
pinjaman dan obligasi daerah.
6
Dalam pertimbangan (konsideren) UU tersebut dikemukakan hal-hal sebagai
berikut:
7
1.Melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh kelompok
Negara.
8
Adapun inti dari tujuan diberikannya otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggung-jawab sebagaimana yang disebutkan dalam UU No. 32 tahun 2004
adalah di dalam rangka idealisme untuk:
2.Pendemokrasian.
UU yang dibuat tahun 2004 itu pun dinilai masih perlu disempurnakan.
Geliat dan kerinduan terhadap kehidupan demokratis melalui upaya demokratisasi
dan perubahan yang serba cepat menghendako akomodasi terhadap perubahan
tersebut. Hal ini dilakukan khususnya untuk menyempurnakan mekansme
oemelihan kepala daerah dengan akomodasi calon perseorangan di dalam
pemilihan kepala daerah. Diadakanlah perubahan secara terbatas atas UU tersebut.
Bahkan perubahan yang diberi klasifikasi “terbatas” tersebut, sebagaimana
disampaikan dilaksanakan sebanyak 2 kali.
9
admnistrasi pemerintahan tetapi menyangkut dan berkenaan dengan seluruh aspek
kehidupan rakyat di daerah.
Di dalam hubungan ini, daerah otonom yand dipimpin oleh Kepala Daerah
tersebut diberikan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus
pembangunan daerah sesuai dengan aspras dan kehendak rakyat d daerahnya. Hal
demikian berarti bahwa sebenarnya otonomi daerah itu mempunyai maksud
tertentu. Sebagaimana diamanatkan oleh UU Np. 32 tahun 2004 maksud otonomi
daerah itu adalah:
3.Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
kabupaten dan daerah kota, sedang pada daerah propinsi merupakan otonomi
yang terbatas.
BAB III
PENUTUP
11
A. Simpulan
Visi otonomi daerah itu dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup
interaksinya yang utama yaitu: politik, ekonomi, serta sosial dan budaya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
12
Azra, azyumardi.Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidatatullah Jakarta,
2003
13