Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Karya Ilmiah Ners Ini Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Ners (Ns)
Disusun oleh :
ERNIK TRI RAHAYU NINGSIH
18180100006
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Ners ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NPM : 18180100006
Tanda Tangan :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Study Ilmu
Keperawatan, Profesi Ners Sekolah Tinggi Indonesia Maju
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Mei 2019
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan nikmat-
Nya yang telah Dia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ners yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Pasca Operasi Sectio
Caesarea Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Gardenia Rumah
Sakit PMI BOGOR Tahun 2019.” Tujuan penyusunan penelitian ini untuk memenuhi
syarat kelulusan program profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju Jakarta.
1. Dr. Dr. dr. H. M. Hafizurrachman, MPH selaku Ketua Umum Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).
3. Ns. Eka Rokhmiati, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Jurusan Program Studi
Sarjana Keperawatan.
4. Ns. Bambang Suryadi, S.Kep, M. Kes, Selaku koordinator pendidikan profesi
Ners.
6. Ns. Ruswanti, Sp. Kep. Mat sebagai penguji yang memberikan masukan dan
ilmunya untuk peneliti.
iv
7. Teristimewa orang tua ku yang tak berhenti memberikan doa terbaik,
Suamiku, anak-anakku tersayang Naila Rifaya Meherunissa dan Faeyza
Nizzar Murtaza yang selalu rela melepaskan waktu bersama dan selalu
memberikan support, kekuatan, doa yang terindah.
8. Semua klien dan keluarga yang telah bekerjasama dengan baik selama asuhan
keperawatan.
9. Teman-teman seangkatan peneliti yang saling memberikan dukungan serta
motivasi dalam belajar.
10. Kawan–kawan di RS PMI BOGOR, khususnya Ruang Seruni yang selalu
memberikan dukungan dan pengertian selama proses belajar.
11. Semua pihak yang tidak penulis cantumkan yang telah bersedia membantu
dalam penyusunan karya tulis ini. Besar harapan penulis semoga Allah yang
membalas dan menambahkan nikmat bagi kita semua, Aamiin.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang. Penulis
berharap karya tulis ini dapat berguna bagi semua pihak. Semoga AAlah SWT selalu
memberikan rahmat dan karunia untuk kita semua.
Penulis
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI LAPORAN
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Indonesia Maju, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama : Ernik Tri Rahayu Ningsih
NPM : 1818010006
Program Studi : Program Profesi Ners, Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
vi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
Title : Nursing care for post operative clients sectio caesarean with pain
nursing problems in the room at the client in the surgery sectio
caesarea with the problem of nursing an acute pain at Gardenia ward
PMI Bogor Hospital in 2019
Name : Ernik Tri Rahayu Ningsih
NPM : 18180100006
ABSTRACT
Sectio Caesarea is an effort to the handling of the prosess of labor with complications aims
to save the mother and baby. Action section caesarea cause changes in the continuity of skin
tissue and will cause a pain response. Pain is a sensory experience that is brought by the
stimulus as a result of tissue damage and perceived in different of each individual. Acute pain
after surgery can cause a reaction of physical or psychological on the mother post partum
such as the mobilization of distracted, lazy activity, insomnia to impact on the care of the
baby. So need a way to control the pain so that the mother post partum quickly adapt to the
pain and accelerate healing. Intervention non pharmacological may be performed with the
relaxation of the handheld finger. handheld finger relaxation technique is an easy way to
manage emotions and develop emotional intelligence. Handheld finger relaxation technique
helps the body, mind and soul to achieve relaxation which will naturally triggers the release
of endhorphins which is a natural analgesic so pain is reduced. There is a significant
difference between before and after relaxation of the handheld finger on the mother post
section caesarea to lose the pain scale. It is recommended the nurse provides intervention
handheld finger relaxation to cope with pain in patients post surgery, especially post sectio
caesarea.
vii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
NPM : 18180100006
ABSTRAK
Sectio Caesarea merupakan upaya penanganan proses persalinan dengan komplikasi yang
bertujuan menyelamatkan ibu dan bayi. Tindakan sectio caesarea menyebabkan terjadinaya
perubahan kontinuitas jaringan kulit dan akan menimbulkan respon nyeri.Nyeri merupakan
pengalaman sensori yang dibawa oleh stimulus sebagai akibat adanya kerusakan jaringan
dan di persepsikan secara berbeda –beda dari setiap individu. Nyeri akut pasca operasi dapat
menimbulkan reaksi fisik maupuan psikologis pada ibu post partum seperti mobilisasi
terganggu, malas beraktifitas, susah tidur hingga berdampak pada perawatan pada bayi.
Sehingga perlu cara mengontrol nyeri agar ibu post partum cepat beradaptasi dengan nyeri
dan mempercepat penyembuhan. Intervensi non farmakologi dapat dilakukan dengan
relaksasi genggam jari. Teknik relaksasi genggam jari merupakan cara mudah untuk
mengelola emosi dan mengembangkan kecerdasan emosional. Teknik relaksasi genggam jari
membantu tubuh, pikiran, dan jiwa untuk mencapai relaksasi dimana secara alamiah akan
memicu pengeluaran hormon endorfin yang merupakan analgesik alami sehingga nyeri
berkurang. Ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi
genggam jari pada ibu post sectio caesarea untuk menurunkan skala nyeri. Disarankan
perawat memberikan intervensi relaksasi genggam jari untuk mengatasi nyeri pada pasien
pasca operasi khususnya post sectio caesarea.
Kata kunci : Sectio caesarea, Teknik relaksasi genggam jari, Nyeri akut
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...…... I
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..……. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... vi
ABSTRAK............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. Ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Persalinan.......................................................................................... 8
2.1.1 Definisi Sectio Caesarea................................................................... 9
2.1 2 Indikasi Sectio Caesarea……………………………………….….. 9
2.1.3 Kontra Indikasi……………………………………………….……. 12
2.1.4 Fatofisiologi……………………………………………………….. 12
2.1.5 Komplikasi……………………………………………………....… 14
2.1.6 Teknik Sectio Caesarea……………………………………….…... 15
2.1.7 Penatalaksanaan Sectio Caesarea…………………………………. 18
2.1.8 Intervensi Keperawatan…………………………………………… 19
2.2 Nyeri………………………………………………………………. 24
2.2.1 Definisi…………………………………………………………….. 24
2.2.2 Etiologi…………………………………………………………….. 25
2.2.3 Patofisiologi……………………………………………………….. 26
ix
2.2.4 Faktor faktor Yang Mempengaruhi ................................................... 32
2.2.5 Manifestasi Klinis .............................................................................. 36
2.2.6 Pengkajian Nyeri ............................................................................... 37
2.2.7 Intervensi ........................................................................................... 40
2.2.8 Mekanisme Ambulasi Dini Untuk Menurunkan Skala Nyeri ……. 41
BAB III ANALISIS KASUS
3.1 Pengkajian ............................................................................................. 45
3.2 Analisa Data .......................................................................................... 53
3.3 Masalah Keperawatan ........................................................................... 57
3.4 Intervensi Keperawatan....................................................................... 59
3.5 Implementasi Keperawatan ................................................................... 64
3.6 Evaluasi ................................................................................................. 67
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Profil Lahan Praktik .............................................................................. 71
4.2 Anlisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait ..................... 73
4. 3 Analisis Intervensi Keperawatan Dengan konsep dan Penelitian
Terkait.................................................................................................. 75
4.3 Implikasi Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Sectio Caesarea
Dengan Nyeri....................................................................................... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 81
5.2 Saran..................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo,
2009). Pada proses persalinan tidak semua janin dapat lahir secara normal
dengan pre eklamsia berat yang merupakan suatu kesatuan penyakit yang
perinatal, KPD (ketuban pecah dini), malposisi janin, plasenta previa, diabetes
pada ibu. Salah upaya untuk menyelamatkan ibu dan janin pada waktu proses
(Muhtar, 2011).
2008 yaitu 110 per perkelahiran di seluruh asia ( Gibbsons 2010 dalam
swasta bisa lebih dari 30 % (Dewi, 2007). Di Indonesia angka kejadian Sectio
1
2
karena di anggap mudah dan nyaman. Menurut data survey nasional pada
tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan (22,8%) dari seluruh
kerusakan (International Association for the study of pain); awitan yang tiba-
tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya
dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan
(Heather, 2018). Nyeri akut diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf-
dari daerah yang terluka ke otak. Sinyal nyeri dari daerah yang luka berjalan
sensasi seperti rasa panas dingin, nyeri dan sentuhan pertama kali
3
pasien dapat menyebabkan risiko komplikasi pada ibu maupun pada bayi. Ibu
dengan Post Sectio Caesarea merasakan nyeri yang akan berdampak pada
bonding attachment dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) tidak terpenuhi. Hal ini
sebagai makanan terbaik bagi bayi yang bermanfaat bagi ibu dan bayi tidak
Salah satu teknik non farmakologis yang dapat digunakan adalah dengan
(2011), teknik relaksasi genggam jari (finger hold) merupakan teknik relaksasi
4
dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh. Teknik relaksasi
genggam jari adalah suatu cara yang mudah untuk mengelola emosi dan
terdapat saluran atau meridian energi yang terhubung dengan berbagai organ
dan emosi (Cane, 2013). Menggenggam jari sambil menarik nafas dalam-
emosi, karena genggaman jari tangan kita (Liana, 2008). Dalam keadaan
hormon ini merupakan analgesik alami dari tubuh sehingga nyeri akan
telah dilakukan, antara lain; penelitian Astutik (2017) teknik genggam jari
untuk mengurangi nyeri dilakukan pada pasien post sectio Caesarea di Ruang
eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai p 0,000 (p<α), dan penelitian
efektifitas relaksasi genggam jari terhadap penurunan skala nyeri post sectio
kelompok kontrol nilai korelasi sebesar 0,41 dengan nilai R – square 18,6%
Sakit PMI Bogor bulan Januari tahun 2018 sebanyak 153 pasien persalinan
pada respon psikologis pada ibu. Beberapa pasien dengan Post Sectio
sakit bahkan bertambah sakit jika bergerak, kawatir mengenai luka operasi,
takut jahitan pada luka operasi akan terlepas, dan lain-lain. Penanganan nyeri
terapi medik dan manajemen nyeri yang sering dilakukan perawat secara non
penurunan nyeri kepada pasien Post Sectio Caesarea. Dengan edukasi terus
jari dapat sedikit demi sedikit dapat dilakukan oleh pasien sendiri sehingga
kejadian-kejadian tak terduga bisa dicegah sedini mungkin dan kejadian nyeri
beberapa penelitian dapat mengurangi keluhan nyeri pada pasien dengan Post
Caesarea.
Sectio Caesarea.
penelitian selanjutnya.
TINJAUAN TEORI
2.1. Persalinan
2.1.1 Definisi
keluar dari uterus ibu (Depkes, 2008). Sedangkan menurut Sumarah (2009),
turun ke luar jalan lahir. Menurut Manuaba (2008), ada beberapa teori
keberhasilan persalinan, antara lain; 1) Passage (jalan lahir) yang terdiri dari
presentasi, letak, sikap dan posisi janin; 3) Power yaitu kemapuan ibu
8
9
anjuran yaitu persalinan yang tidak dimulai sendiri tetapi dengan tindakan
Sectio Caesarea yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi dengan
indikasi tertentu.
melalui insisi pada dinding perut dan rahim dengan saraf rahim dalam
keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Mitayani, 2009). Sectio Caesarea
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
1. Indikasi Mutlak
stimulasi.
10
(3) Distosia.
(2). Wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena takut bayinya mengalami
dasar panggul.
(3). Wanita yang takut perubahan pada tubuhnya atau sexuality image setelah
melahirkan.
Caesarea adalah ketuban pecah dini. Penyebab ketuban pecah dini belum di
ketahui secara pasti. preventif tidak dapat dilakukan kecuali dalam usaha menekan
infeksi. Adapun penyebab ketuban pecah dini karena faktor infeksi, berkurangnya
kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri pada tri semester ke dua
serviks inkompeten (berkontraksi), selaput ketuban yang terlalu tipis, prolaps tali
pusat, mal presentasi janin dan uterus yang menegang berlebihan. ketuban pecah
terjadi sepsis yang akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas perinatal.
Selain itu juga akan menyebabkan infeksi pada ibu (Muchtar, 2009).
12
a. Janin mati
b. Syok
c. Anemia berat
2.1 4. Fatofisiologi
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah
karioamnionistis dan infeksi pada janin. Atau disebut juga sawar mekanik
terhadap infeksi. Setelah amnion terinfeksi oleh bakteri dan disebut kolonisasi
bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada 25% klien cukup
bulan yang terkena infeksi amnion, persalinan kurang bulan terkena indikasi
ketuban pecah dini daripada 10% klien persalinan cukup bulan indikasi ketuban
13
Keadaan cerviks yang baik pada kontraksi uterus yang baik, maka persalinan per
vagina dianjurkan, tetapi apabila terjadi gagal induksi cerviks atau induksi
cerviks tidak baik, maka tindakan sectio caesarea tepat dilakukan secepat
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontra indikasi untuk
melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur uteri
meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut
beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.
sekitar daerah insisi. Hal tersebut akan merangsang pengeluaran histamine dan
akut. Mobilitas fisik ikut terganggu akibat dari nyeri yang disarakan saat klien
2.1.5 Komplikasi
a. Hemoragik
Hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah pada otak. Paling buruk dari
b. Infeksi
Infeksi memiliki 5 tanda utama yaitu calor (panas), dolor (nyeri), rubor
c. Trombosis
Biasanya terjadi pada vena tungkai atau panggul. Risiko berupa embolisme
terutama pada ibu yang berisiko tinggi (usia diatas 35 tahun, anemia, riwayat
trombosit, obesitas)
d. Ileus
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila
ada jaringan rusak dan hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan cara
(Tazkiyah, 2014).
g. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang.
5. Tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk menahan penyebaran
6. Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak besar di
kemudian hari.
a). Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah, yang dapat menyebabkan
Teknik ini dengan menginsisi uterus dibuat menurut panjangnya pada korpus.
Karena meningkatnya risiko ruptura dalam kehamilan berikutnya maka operasi ini
jarang dibenarkan.
3. Plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan segmen bawah rahim.
17
dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada klien infeksi uterin
berat.
Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan, sebagai berikut :
d. Sectio Caesarea-Histerektomi
adalah:
1. Ruptur uteri
2. Atonia uteri
4. Fibroid
18
a). Jika tindakan bedah tidak berat, berikan klien diet cair.
b). Jika ada tanda infeksi, atau jika Sectio Caesarea karena partus macet
d). Pemberian infus diteruskan hingga klien dapat minum dengan baik.
e). Jika pemberian infus melebihi 48 jam berikan cairan elektrolit untuk
f). Sebelum keluar dari rumah sakit pastikan klien dapat minum dan makan
biasa.
2010).
4). Analgesik
b). Jika urine tidak jernih, biarkan kateter terpasang sampai urin jernih.
c). Kateter dipasang 48 jam jika pada kasus bedah karena rupture uteri,
pelvic peritonitis.
d). Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih pasang kateter sampai
mg per oral per hari sampai kateter dilepas (untuk mencegah sistitis).
6). Antibiotik
Jika ada tanda infeksi atau klien demam berikan antibiotik hingga klien
pembedahan.
20
tahapan prosedur yaitu setelah 6 jam pertama ibu dengan Post Sectio Caesarea
dan tungkai bawah, serta miring kiri dan miring kanan. Setelah itu, ibu mulai
dapat duduk setelah 6-10 jam Post Sectio Caesarea. Kemudian, secara bertahap
dapat mulai belajar berjalan secara perlahan dan perlu pengawasan (Puji, dkk,
2016).
Intervensi :
Manajemen nyeri
Manajemen obat
kali
Manajemen Lingkungan
nyeri
Intervensi:
Terapi latihan:ambulasi
a. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon
diperlukan
Intervensi:
Konseling laktasi
g. Diskusikan kebutuhan untuk istirahat yang cukup, hidrasi, dan diet yang
seimbang
Breast examination
Intervesi
e. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan laporkan
2.2 Nyeri
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
pain) yang tiba-tiba atau lambat dari intensitaas ringan hingga berat dengan
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatanya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
orang dalam hal skala atau tingkatannya dari intensitaas ringan hingga
A. Nyeri akut
Association for the Studi of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
International, 2018).
B. Nyeri kronis
awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat,
International, 2018).
Nyeri akut
Nyeri kronis
b. Distres emosi
c. keletihan
e. Malnutrisi
26
diri (Perry& Potter, 2008). Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh
oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta
interpretasi stimulus.
barang yang memberi beban penuh pada kakinya untuk mencegah cedera
lebih lanjut. Seorang klien yang memiliki riwayat nyeri dada belajar untuk
Sistem saraf tepi meliputi saraf sensorik primer yang khusus mendeteksi
Reseptor nyeri atau nosiseptor ini dapat dieksitasi oleh stimulus mekanis, suhu
atau kimia. Proses mekanisme nyeri melewati beberapa tahap, yaitu diawali
(Andarmoyo, 2013).
27
A. Stimulus
stimulus, penguat, dan penghantar menuju sistem safar pusat. Reseptor khusus
kulit dan juga dalam jaringan dalam tertentu, seperti periosteum, dinding arteri,
permukaan sendi serta falks dan tentorium serebri (Guyton, 1995 dalam
Andarmoyo, 2013).
cubitan; nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu yang berlebihan terutama
rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari
berhubungan dengan saraf aferen primer dan berujung di spinal cord (SSP). Bila
ada suatu stimulasi yang berasal dari bahan kimia, mekanik, listrik, atau panas,
stimulasi itu diubah menjadi impuls saraf pada saraf aferen primer. Selanjutnya
dengan reseptor ambang rendah yang secara umum dihantarkan oleh serabut
28
ambang tinggi yang dihantarkan oleh serabut saraf bermielin lebih kecil (A
Meskipun aktivasi yang kuat dari serabut reseptor nyeri pada kulit akan
menyebabkan hubungan visceral dari serabut yang sama, hal sebaliknya juga
vasodilatasi dan nyeri pada area tubuh yang berkaitan dengan serabut tersebut.
B. Transduksi
diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf.
Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas), atau kimia
kimia seperti prostaglandin dari sel rusak, bradikinin dari plasma, histamin dari
sel mast, serotonin dari trombosit dan substansi P dari ujung saraf nyeri
dan penurunan pH jaringan. Akibatnya, nyeri dapat timbul karena rangsang yang
secara perifer melewati cornus dorsalis dan corda spinalis menuju korteks
serebri. Cornus dorsalis dari medulla spinalis dapat dianggap sebagai tempat
antara sistem neuronal desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden
berakhir pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls
Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam cornus
informasi yang menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden
dan megaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecenderungan ini berlalu tanpa
Akibat sistem yang akan menutup “gerbang”. Stimulasi dari neuron inhibitori
sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri dan mencegah transmisi
sensasi nyeri.
30
C. Transmisi
yang terdiri dari dua macam, yaitu serabut A (A delta) yang peka terhadap nyeri
tajam dan panas disebut juga dengan first pain/ fast pain dan serabut C (C fiber)
yang peka terhadap nyeri tumpul dan lama yang disebut second pain/ slow pain.
kimia yang diduga dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari
bradikinin (Smeltzer & Bare, 2002). Di sisi lain, tubuh juga mengeluarkan
Contoh transmisi nyeri yang melalui serabut saraf C adalah nyeri cedera
.
31
D. Modulasi
neurotransmitter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron
supraspinalis.
E. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan safar pusat tentang impuls nyeri
sampai ke otak, nyeri dirasakan secara sadar dan menimbulkan respon berupa
prilaku dan ucapan yang merespon adanya nyeri. Perilaku yang ditunjukkan
seperti menghindari stimulus nyeri, atau ucapan akibat respon nyeri seperti
terhadap nyeri. Faktor ini mencakup nilai etnik dan budaya seseorang, tahap
sebelumnya, dan makna nyeri saat ini, serta ansietas dan stress.
a. Usia
Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui
skala nyeri kepada orangtua atau perawat. Pada masa orang dewasa kadang
(Tamsuri, 2007). Pada lansia, mereka lebih untuk tidak melaporkan nyeri
nyeri karena takut akan konsekuensi atau tindakan media yang dilakukan
b. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
berespon terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek
penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Aka n tetapi, toleransi terhadap
nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik
pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin (Perry & Potter,
2008).
33
Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai faktor-
faktor yang mempengaruhi reaksi seseorang terhadap nyeri dan ekspresi nyeri
tersebut. Perilaku yang berhubungan dengan nyeri adalah sebuah bagian dari
untuk ekspresif terhadap nyeri, sementara individu dari budaya lain mungkin
orang lain.
budaya dapat mempengaruhi tingkat nyeri yang ingin ditoleransi oleh seorang
individu. Di beberapa budaya Timur Tengah dan Afrika, nyeri karena menyakiti
diri sendiri adalah sebuah tanda berduka atau berkabung. Pada kelompok lain,
nyeri mungkin terjadi sebagai bagian dan praktik ritual dan oleh karena itu
menoleransi nyeri menandai kekuatan dan daya tahan. Selain itu, terdapat variasi
terhadap rasa nyeri mereka dibandingkan individu yang berasal dari latar
cahaya, dan aktivitasnya, dapat menambah rasa nyeri. Selain itu, orang kesepian yang
tidak memiliki jaringan pendukung dapat mempersepsikan nyeri sebagai sesuatu yang
34
mempersepsikan nyeri sebagai sesuatu lebih ringan. Beberapa orang memilih untuk
menarik diri jika mereka sedang merasa nyeri, sementara orang lain lebih memilih
untuk mengalihkan rasa nyerinya kepada orang-orang dan aktivitas di sekitar mereka.
responnya terhadap nyeri. Dalam suatu situasi, misalnya, anak perempuan mungkin
tunggal yang menjadi pendukung ketiga anaknya dapat mengabaikan rasa nyeri
reaksi klien terhadap nyeri. Misalnya, balita sering kali lebih menoleransi nyeri saat
Individu yang mengalami nyeri secara pribadi atau yang melihat penderitaan orang
terdekat sering kali lebih terancam oleh kemungkinan nyeri dibandingkan individu
yang tidak memiliki pengalaman nyeri. Selain itu, barhasil atau tidak berhasilnya
Misalnya, seseorang yang telah mencoba beberapa tindakan pereda nyeri namun tidak
keperawatan.
35
f. Makna Nyeri
Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri dibandingkan klien lain,
bergantung pada keadaan dan interpretasi klien mengenai makna nyeri tersebut.
Seorang klien yang menghubungkan rasa nyeri dengan hasil akhir yang positif dapat
menahan nyeri dengan sangat baik. Misalnya, seorang wanita yang melahirkan anak
atau seorang atlet yang menjalani bedah lutut untung memperpanjang karirnya dapat
menoleransi rasa nyeri dengan lebih baik karena manfaat yang dikaitkan dengan rasa
nyeri tersebut. Klien ini dapat memandang nyeri sebagai sebuah ketidaknyamanan
Sebaliknya, klien yang nyeri kroniknya tidak mereda dapat merasa lebih
menderita. Mereka dapat berespons dengan putus asa, ansietas, dan depresi karena
mereka tidak dapat menghubungkan makna positif atau tujuan nyeri. Dalam situasi
ini, nyeri mungkin dilihat sebagai sebuah ancaman bagi citra tubuh atau gaya hidup
Ansietas dan stress Ansietas sering kali menyertai nyeri. Ancaman dari
sesuatu yang tidak diketahui dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa
yang menyertai nyeri sering kali memperburuk persepsi nyeri. Keletihan juga
Apabila nyeri mengganggu tidur, keletihan dan ketegangan otot seringkali terjadi dan
mengalami nyeri yang percaya bahwa mereka dapat mengontrol nyeri akan
mengalami penurunan rasa takut dan ansietas, yang akan menurunkan persepsi nyeri
36
mereka. Persepsi berupa tidak dapat mengontrol nyeri atau merasa tidak berdaya
nyeri dan ancaman yang potensial terhadap kesejahteraan klien. Nyeri post
operasi akan meningkatkan stress post operasi dan memiliki pengaruh negatif
sehingga dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam dan
1. Data Subjektif
a. Provokatif/paliatif
b. Kualitas/kuantitas
c. Region
38
d. Skala/Severitas
0 : Tidak nyeri
e. Timing
1. Data Objektif
b. Ekspresi wajah
mulut dengan rapat, membuka mata atau mulut dengan lebar, menggigit
c. Vokalisasi
d. Gerakan tubuh
e. Interaksi sosial
tidur/mudah terjaga.
Kriteria hasil:
Pain Control
Rencana tindakan :
Intervensi :
Managemen nyeri
e. Berikan informasi tentang penyebab nyeri, berapa lama akan berkurang dan
Managemen obat
c. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
41
Managemen Lingkungan
Nyeri dapat dikurangi atau diatasi secara farmakologi maupun non farmakologi.
a. Farmakologi
bersifat subjektif. Derajat nyeri penderita bisa ditentukan dengan skala nyeri 0 -
10 dimana 0 tanpa nyeri dan 10 nyeri terberat. Pada pengobatan dengan analgetik
faktor-faktor fisik turur serta menyertai, misalnya kesabaran individu dan daya
menerima rasa dari pasien. Secara umum analgetika di bagi dua golongan yaitu
analgetik non narkotik atau non opoid atau analgetik asetasol dan paracetamol
b. Nonfarmakologi
1) Stimulasi kulit
42
Cara kerja dari system ini masih belum jelas, sehingga bisa memblok
elektroda luar.
3) Akupuntur
4) Ambulasi
(kozier, 2010).
43
a. Pengertian
jari adalah merupakan tindakan relaksasi otot rangka yang dipercaya dapat
rasa nyeri. Menurut Liana (2008) dalam Pinandita (2011), teknik relaksasi
genggam jari (finger hold) merupakan teknik relaksasi dengan jari tangan
impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf
b. Tujuan
Untuk menurunkan rasa nyeri pada pasien post operasi Sectio Caesarea dan
2008).
Jenis relaksasi ini sederhana dan sangat mudah dilakukan oleh siapapu yang
berhubungan dengan jari tangan serta aliran energy dalam tubuh kita. apabila
transmisi srabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan cepat. proses ini
44
lebih kecil. proses ini terjadi dalam kornu medulla spinalis yang dianggap
sebagai tempat memproses nyeri. sel-sel inhibitori dalam kornu dorsalis medulla
sinaps menutup transmisi impuls nyeri sehingga bila tidak ada informasi nyeri
yang disampaikan melalui saraf asenden menuju otak maka tidak ada nyeri yang
sebagai berikut:
1) Cara melakukan teknik genggam jari peganglah tiap jari mulai dari ibu jari
3) Tarik nafas yang dalam dan lembut hembuskan nafas secara perlahan dan
ANALISIS KASUS
3.1 Pengkajian
A. Kasus Pertama
berasal dari suku sunda. Klien menganut agama Islam. Latar pendidikan
SMA. Sehari - hari hari kegiatan klien adalah seorang ibu rumah tangga.
Klien masuk rawat di RS pada tanggal 06 Februari 2018 pukul 22.50 WIB,
keluhan perut mules masih hilang timbul sejak pukul 17.30 WIB dan air
ketuban mulai mengalir pada pukul 18.00 WIB. Hasil pemeriksaan kala 1 fase
laten, denyut jantung bayi 159 x/menit regular. Pada tanggal 6 februari 2019
utama klien saat dikaji adalah rasa nyeri terutama saat mau melakukan
pergerakan merubah posisi, rasa nyeri seperti teriris –iris, nyeri pada daerah
luka operasi pada perut bagian bawah, tidak menyebar, skala nyeri 8 (1-10),
terasa nyeri antara 10-15 menit. Ekspresi wajah tampak meringis menahan
sakit. klien sudah di perbolehkan mobilasasi miring kanan dan kiri, tetapi
45
46
perut. Klien belum dapat beraktifas memenuhi kebutuhan sehari – hari seperti
penyakit jantung. Riwayat penyakit keluarga menurut klien tidak ada yang
penyakit jantung.
mmhg, Nadi 108x/menit irama teratur, repirasi 26 x/menit, tidak ada sumbatan
jalan nafas, suhu kulit teraba hangat 37 C. Tidak ada distensi tekanan vena
ada), ASI sudah mulai berikan bada bayi. Pada abdomen tampak cembung
terdapat luka opersai tertutup verban 18 cm, tidak tampak kemerahan maupun
pembengkakan sekitar luka operasi, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik tidak teraba lembek, nyeri tekan pada daerah luka operasi.
saat ini diberikan lunak TKTP , keluhan mual tidak ada, menelan baik, , diet
47
yang disajikan ¾ porsi habis sedikit demi sedikit karena mengeluh sakit pada
Pola eliminasi bak sebelum di rawat lebih dari 8 kali/hari, tidak ada
keluhan sakit saat bak, warna kuning saat ini bak melalui folly kateter no 16
jumlah urine 300 cc / 6 jam warna kuning keruh. BAB biasa 1 kali terakhir
saat ini klien masih terbaring di tempat tidur, pemenuhan aktifitas ADL di
bantu oleh petugas dan keluarga. Pemenuhan istirahat terganggu menurut kilen
kesehatan klien tidak ada, masalah gangguan seksualitas menurut klien tidaka
ada.
ada, bagaimana diberikan yang maha kuasa saja. Klien dan keluarga merasa
klien kawatair dan takut melahirkan harus dengan tindakan operasi. Klien akan
akan bercerita pada suami dan keluarga terutama pada ibu klien. Klien masih
tinggal bersama orang tua berperan sebagai istri dan anak dari orang tua klien .
Klien akan berusaha belajar merawat bayinya dengan bantuan orang tuanya,
dan berharap keadaan dirinya maupun bayinya selalu diberikan kesehatan. Nilai
leokosit 10.00 ribu/ul, trombosit 189 ribu/ul, haematrokit 30%, clooting time 3
x/menit, blooding time 5 x/menit. Terapi yang berikan infus RL 1500cc/24 jam
drip oksitosin 10 U selama 12 jam post SC, antibiotik cefriaxon 1 x 2000 gr,
B. Kasus Kedua
Bogor berasal dari suku sunda. Klien menganut agama Islam. Latar pendidikan
Strata I. Sehari - hari hari kegiatan klien adalah seorang ibu rumah tangga.
Klien masuk rawat di RS pada tanggal 18 Februari 2018 pukul 11.00 WIB,
1,3 tahun yang lalu. Dengan keluhan perut mules masih hilang timbul sejak
pukul 03.00 WIB, denyut jantung bayi 155 x/menit regular dan akan di lakukan
15.00 WIB keluhan utama klien saat dikaji adalah rasa nyeri terutama saat mau
melakukan pergerakan merubah posisi seperti miring dan duduk, rasa nyeri
seperti teriris –iris dan berdenyut - denyut, nyeri pada daerah luka operasi pada
49
perut bagian bawah, tidak menyebar, skala nyeri 8 (1-10), terasa nyeri antara
10-15 menit. Ekspresi wajah tampak meringis menahan sakit. klien sudah di
perbolehkan mobilisasi duduk dan belajar jalan, tetapi klien baru mencoba
duduk dengan bantuan sandaran tempat tidur saja karena bertambahnya rasa
sakit luka operasi, terlihat memegangi bagian perut bawah. Klien belum dapat
beraktifas memenuhi kebutuhan sehari – hari seperti makan dan minum secara
mandiri.
Sectio Caesarea 1,3 tahun yang lalu. Menurut klien opersai saat ini lebih terasa
sakit di bandingkan dengan yang lalu. Klien mempunyai riwayat anemia sejak
SMA tetapi tidak menjalani ada pengobatan tertentu, tidak mempunyai penyakit
keluarga menurut klien ada yang mempunyai penyakit seperti hipertensi yaitu
Nadi 100 x/menit irama teratur, repirasi 24 x/menit, tidak ada sumbatan jalan
nafas, suhu kulit teraba hangat 37,2 C. Tidak ada distensi tekanan vena
ASI bening keputihan), pembengkakan pada payudara tidak ada. ASI sudah
berikan bada bayi. Klien mengeluh kawatir bayi belum bisa menyusu dengan
baik, rewel/menangis saat menyusu. Klien mengatakan ASI ada tetapi belum
banyak. Ekspresi wajah ibu terlihat tegang saat menyusui ketika bayinya
hisapan/putting susu dan rewel/menangis, reflek hisap bayi cukup kuat. Posisi
cm, tidak tampak kemerahan sekitar luka operasi, tinggi fundus uteri 2 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik tidak teraba lembek, nyeri tekan pada
saat ini diberikan lunak TKTP , keluhan mual tidak ada, menelan baik, , diet
yang disajikan 1 porsi habis sedikit demi sedikit karena mengeluh sakit pada
Pola eliminasi bak sebelum di rawat lebih dari 7 kali/hari, tidak ada keluhan
sakit saat bak, warna kuning saat ini bak melalui folly kateter no 16 jumlah
urine 1800 cc / 24 jam warna kuning. BAB biasa 1 kali terakhir sebelum
klien masih di tempat tidur, pemenuhan aktifitas ADL di bantu oleh petugas
dan keluarga. Pemenuhan istirahat terganggu menurut kilen karena adanya rasa
51
nyeri luka operasi. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien tidak ada,
ada, Klien dan suami menerima dengan kehamilan saat ini walaupun di berikan
dengan jarak yang dekat. Klien dan keluarga merasa bahagia bersyukur
takut melahirkan dengan tindakan operasi kembali. Klien akan berusaha belajar
menghadapi suatu masalah kilen akan bercerita pada suami. Klien masih tinggal
di rumah sendiri berperan sebagai istri dan ibu dari anak – anak klien . Klien
akan merawat bayinya dengan bantuan orang tua dan pengasuh karena klien
masih mempunyai balita, dan berharap keadaan dirinya maupun bayinya selalu
ada. Klien pernah mengikuti program KB suntik 3 bulan sekali selama 5 tahun
setelah masa nifas. Riwayat imunisasi selama kehamilan saat ini tidak ada.
hemoglobin 9,7 g/dl, leokosit 7.58 ribu/ul, trombosit 310 ribu/ul, haematrokit
laboratorium hemoglobin 8.0 g/dl, leokosit 11.0 ribu/ul, trombosit 196 ribu/ul,
haematrokit 25 %.
52
Terapi yang berikan infus RL 2000 cc/24 jam drip oksitosin 10 U selama
tablet.
53
1. Kasus pertama
Nyeri akut
54
2 Data Subyektif:
Kien mengeluh nyeri luka operasi Post Sectio Caesarea
terutama ketika akan melakukan Hambatan
pergerakan.
Terputusnya kontinuitas
mobilitas fisik
Data Obyektif: jaringan kulit
Post SC 5 jam 30 menit
klien tampak berbaring
membatasi pergerakan Pelepasan mediator nyeri
Tampak meringis menahan ( histamine, serotonin,
sakit terutama saat merubah bradikinin, leukotriene, dan
posisi miring prostaglandin)
Pemenuhan ADL di bantu oleh
keluarga dan petugas
Merangsang nociseptor
Thalamus
Kortek cerebri
Nyeri
2. Kasus kedua
Nyeri akut
2 Data Subyektif:
Kien mengeluh nyeri luka operasi Post Sectio Caesarea
terutama ketika akan melakukan Hambatan
pergerakan. Operasi sekarang lebih
sakit di bandingkan operasi Terputusnya kontinuitas mobilitas fisik
sebelumnya jaringan kulit
56
Data Obyektif
Post SC 5 1 hari
klien tampak bersandar dengan Pelepasan mediator nyeri
bantuan dari sandaran tempat ( histamine, serotonin,
tidur bradikinin, leukotriene, dan
Klien masih membatasi prostaglandin)
pergerakan walaupun sudah di
perbolehkan mobilisasi
berjalan. Merangsang nociseptor
Tampak meringis menahan
sakit terutama saat merubah
posisi miring dan duduk dan Thalamus
akan berdiri
Pemenuhan ADL di bantu oleh
keluarga dan petugas Kortek cerebri
.
Nyeri
terdiri dari:
nyeri
3.4.1 Kasus 1
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteri Hasil Intervensi Keperawatan
Noc Nic
1 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan agen cedera fisik o pain control Manajement nyeri
06 Data Subyektif o pain level Lakukan pengkajian nyeri
02 Kien mengeluh nyeri : secara komprehensif termasuk
20 P: Luka operasi Post Setelah dilakukan tindakan keperawatan lokasi, karakteristik, durasi,
I9 Sectio Caesarea, selama 3x24 jam Pasien tidak mengalami frekuensi, kualitas
terutama jika mau nyeri, dengan kriteria hasil: dan faktor presipitasi
Jam merubah posisi Indikator Saat di Target Observasi reaksi nonverbal
18. Q: Nyeri seperti teriris – kaji dari ketidaknyamanan
30 iris Mampu mengontrol 1 5 Bantu pasien dan keluarga
R: Daerah perut bagian nyeri (tahu penyebab untuk mencari dan
bawah pada luka nyeri, Mampu menemukan dukungan
operasi menggunakan Gunakan teknik teknik
S: Skala nyeri 8 ( 0 – 10 ) tehnik komunikasi terapeutik untuk
T: Terasa nyeri 15 menit nonfarmakologi mengetahui pengalaman nyeri
pada waktu mau untuk mengurangi pasien
melakukan pergerakan nyeri, Ajarkan tentang teknik non
mencari bantuan) farmakologi:relaksasi
Data Obyektif Melaporkan bahwa 2 5 genggam jari
Ekspresi wajah nyeri Berikan informasi tentang
meringis. berkurang dengan nyeri seperti penyebab nyeri,
Tampak kesakitan menggunakan berapa lama nyeri akan
terutama ketika akan manajemen nyeri berkurang dan antisipasi
merubah posisi tidur Melaporkan bahwa 2 5 ketidaknyamanan dari
miring. nyeri prosedur
Tekanan Darah 140/90 berkurang dengan Kolaborasi pemberian
mmhg. menggunakan analgesik
Nadi 108 x/menit. manajemen nyeri
RR 26 x/menit. Mampu mengenali 2 5 Manajemen analgesic
Terlihat memegangi nyeri
bagian perut. (skala, intensitas, Cek intruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
Terdapat luka post frekuensi dan tanda
nyeri) frekuensi
Sectio Caesarea
bagian perut bawah Tanda vital dalam 2 5 Cek riwayat alergi
rentang Monitor vital sign sebelum
tertutup verban 18 cm,
Normal dan sesudah pemberian
area sekitar luka
Tidak mengalami 2 5 analgetik pertama kali
operasi tidak tampak
gangguan istirahat Evaluasi efektivifas
kemerahan dan
Keterangan analgesic, tanda dan gejala
pembengkakan
1: Berat
2: Cukup berat Manajemen lingkungan
3: Sedang
4: Ringan Kontrol lingkungan yang dapat
5: tidak ada mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
60
3.4.2 Kasus 2
Implementasi yang telah dilakukan pada kedua kasus adalah sebagai berikut;
informasi tentang penyebab nyeri, berapa lama akan berkurang dan antisipasi
2).Manajemen obat; a. Melakukan cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi, b. Melakukan cek riwayat alergi, c. Memonitor vital sign sebelum
dan kebisingan.
65
genggam jari dilakukan setelah 5 jam 30 menit post operasi sectio caesarea
pada pukul 18.30 WIB. Klien mengeluh nyeri ketika akan merubah posisi
miring dengan skala nyeri 8 (0-10). Respon klien hanya mampu melakukan 3
jari disertai tarik nafas dalam selama ± 6 menit, klien belum tampak rileks,
mengeluh nyeri luka operasi tidak menyebar seperti teriris-iris terutama pada
awal pergerakan selama 10-15 menit. Kemudian klien diberi extra pengurang
nyeri dengan obat analgesik yang di resepkan yaitu injeksi ketorolac 30 mg via
Pada hari kedua tindakan relaksasi genggan jari dilakukan 3 kali yaitu
pada pukul 15.00 WIB, pukul 17.00 WIB dan pukul 19.00 WIB. Pada waktu
klien mengeluh nyeri pada saat merubah posisi miring, duduk dan ketika akan
menyusui bayinya. Respon klien mampu melakukan selama 10-15 menit, klien
mulai terlihat rileks, kooperatif selama tindakan, skala nyeri menjadi 5 (0-10),
rasa nyeri sekitar 5-10 menit seperti teriris dan tertarik tidak menjalar ke bagian
lain. terapi analgesik diberikan oral terjadwal pada pukul 17.30 WIB asam
Pada hari ketiga, tindakan relaksasi genggam jari dilakukan 3 kali pada
pukul 14.30 WIB, 16.00 WIB dan pukul 17.30 WIB, ketika klien masih
66
mngeluh nyeri pada saat klien awal melakukan pergerakan seperti dari tidur ke
Relaksasi genggam jari dilakukan 2 kali pada waktu /pukul 15.00WIB dan
pukul 18.00 WIB. Pada waktu Klien mengeluh nyeri ketika akan merubah
posisi miring, akan duduk dan menyusui bayinya dengan skala nyeri 8 (0-10).
Respon klien mampu melakukan 8 jari disertai tarik nafas dalam selama 15
menit, klien belum tampak rileks, meringis, nyeri terasa teriris-iris, kemudian
klien diberi extra obat analgesik yang di resepkan kaltropen 1 sub. pukul 19.00
Pada hari kedua tindakan relaksasi genggan jari dilakukan 3 kali pada
pukul 14.00 WIB, pukul 16.00 WIB, dan pukul 19.30 WIB. Ketika klien
mengeluh nyeri pada saat merubah posisi tidur ke duduk menyusui bayinya
dan akan melakukan pergerakan berdiri latihan jalan. Respon klien mampu
tindakan, duduk tidak menggunakan sandaran, skala nyeri menjadi 5 dari 8 (0-
10), rasa nyeri seperti teriris-iris sekitar 5-10 menit. Obat analgesik kaltropen
Pada hari ketiga, tindakan relaksasi genggam jari dilakukan 3 kali pada
pukul 08.00 WIB, 10.30 WIB dan pukul 13.00 WIB, ketika klien masih
mngeluh nyeri pada saat klien awal melakukan pergerakan seperti dari duduk
ke berdiri kemudian berlajan. Rasa nyeri awal pergerakan seperti tertarik dan
24 jam pada kasus utama nyeri pada tanggal 8 Februari 2019 pada pukul
20.00 WIB. Kondisi klien keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,
genggam jari dan setelah di berikan obat analgesik. Q: Rasa nyeri seperti
10 menit.
Kontrol sesuai yang di anjurkan 5-7 hari di poliklinik jika tidak ada
keluhan lain.
69
3 x 24 jam pada kasus utama nyeri pada tanggal 21 Februari 2019 pada
pukul 14.00 WIB. Kondisi klien keadaan umum baik, kesadaran compos
genggam jari dan setelah di berikan obat analgesik. Q: Rasa nyeri seperti
10 – 15 menit.
Kontrol sesuai yang di anjurkan 3 hari di poliklinik jika tidak ada keluhan
lain.
BAB IV
PEMBAHASAN
rujukan untuk daerah Kota Bogor dan sekitarnya, juga merupakan rumah sakit
swasta tipe B yang telah terakreditasi paripurna. Pemilik dari RS PMI adalah
Perhimpunan Palang Merah Indonesia versi KARS 2012. RS PMI Bogor terletak
di Jl. Pajajaran no 80 Bogor, didirikan pada tahun 1931 oleh Belanda dan
dikelola oleh NERKAI, pada tahun 1951 diserahkan ke Markas Besar PMI. Saat
ini RS PMI Bogor memiliki kapasitas yang digunakan 257 tempat tidur.
Visi RS PMI Bogor adalah menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan
berkualitas. Untuk mencapai visi tersebut, ada beberapa misi yang dilakukan RS
RS PMI Bogor memiliki beberapa unit pelayanan terdiri dari Instalasi Rrawat
Jalan, Instalasi Rawat Inap, Ruang Intensif Care HCU/ICU dan ICCU, Instalasi
71
72
dibagi dalam beberapa tim dan diketuai oleh ketua tim. Salah satunya adalah ruang
rawat inap Gardenia. Ruang Gardenia merupakan salah satu pelayanan dengan
masalah atau gangguan ginekologi maupun obstetrik dan perawatan rawat gabung.
Ruang perawatan terdiri dari 2 tempat tidur untuk tindakan persalinan, 4 tempat
tidur untuk ruang observasi, 1 tempat tidur untuk ruang tindakan kelas VIP, 1
tempat tidur untuk ruang isolasi, 6 tempat tidur perawatan kelas 1, 5 tempat tidur
untuk perawatan kelas 2 dan 6 tempat tidur untuk perawatan kelas 3. Rumah Sakit
PMI merupakan rumah sakit tipe B sehingga pasien yang dilakukan perawatan
maupun tindakan lebih dari 50% dari rujukan fasilitas kesehatan lain, seperti pada
kasus persalinan dengan penyulit yang berisiko kematian ibu maupun bayi
persalinan dengan indikasi yang bervariasi salah satunya pada kasus ketuban pecah
dini, pre eklamsia, gawat janin, CVD, kelainan letak seperti letak sungsang,
plasenta previa, partus tak maju, tindakan induksi gagal, bekas sectio caesarea dan
6 penanggung jawab dinas sore atau malam, (I orang katim bertanggung jawab
ginekologi dan obstetri ada 4 dokter. Jumlah tenaga bidan ada 18 orang dengan
pelatihan baik pelatihan yang di selenggarakan di luar rumah sakit maupun yang
sebagainya.
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
Pada pembedahan sectio caesarea akan timbul rasa nyeri pada pasca
pembiusan terlebih dahulu. Pengaruh obat bius biasanya akan menghilang sekitar
74
2 jam setelah persalinan selesai. Setelah selesai efek obat bius, rasa nyeri akan
mulai dirasakan dan akan menimbulkan reaksi fisik maupun psikologi pada ibu
post partum.
nyeri akut. Pemilihan masalah nyeri karena nyeri merupakan salah satu masalah
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
the Studi of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari
mengalami masalah utama yaitu nyeri akut. Berdasarkan dari pengkajian yang
telah dilakukan pada kasus pertama dan kedua nyeri disebabkan oleh agen cedera
fisik yang berupa terdapatnya luka post pembedahan sectio caesarea. Proses
insisi.
Nyeri akut diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf-saraf perifer.
yang terluka ke otak. Sinyal nyeri dari daerah yang luka berjalan sebagai impuls
dihantarkan ke thalamus, pusat sensoris di otak dimana sensasi seperti rasa panas
farmakologi pada masalah nyeri salah satunya dengan teknik relaksasi genggam
jari (finger hold) merupakan teknik relaksasi dengan jari tangan serta aliran
energi di dalam tubuh. Teknik relaksasi genggam jari adalah suatu cara yang
Disepanjang jari-jari tangan kita terdapat saluran atau meridian energi yang
terhubung dengan berbagai organ dan emosi (Cane, 2013). Menggenggam jari
menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari tangan kita
jari untuk mengurangi nyeri dilakukan pada pasien post sectio caesarea di Ruang
sebagian besar mengalami nyeri ringan (60%). Didapatkan hasil 0,001 ≤ 0,05
skala nyeri yang signifikan setelah diberikan pegangan tangan teknik relaksasi
antara kelompok eksperimen menyatakan nyeri sedang (56,2%) dan nyeri ringan
(50%) yang sebelumnya pada kelompok kontrol nyeri berat (62.5%). Ada
pengaruh relaksasi genggam jari terhadap perubahan skala nyeri pada pasien post
post sectio caesarea yang dilakukan Atun Raudatul (2015), hasil penelitian
kelompok kontrol nilai korelasi sebesar 0,41 dengan nilai R- square 18,6% dan
Hal ini sama dengan yang penulis lakukan pada kasus/masalah utama yaitu
masalah nyeri akut yang ada pada ke dua pasien post sectio caesarea dengan
antara relaksasi nafas dalam dengan menggam jari sampai dengan ke lima jari
lain dengan waktu 3 menit setiap jari tangan. kemudian klien di minta menarik
setelah 5 jam 30 menit post sectio caesarea. Klien mengeluh nyeri ketika akan
merubah posisi miring dengan skala nyeri 8 (0-10). Klien hanya mampu
melakukan 3 jari disertai tarik nafas dalam selama ± 6 menit, klien belum
tampak rileks kemudian klien diberi extra pengurang nyeri dengan obat analgesik
yang di resepkan. Skala nyeri berkurang menjadi 6. Pada hari kedua tindakan
relaksasi genggan jari dilakukan 3 kali ketika klien mengeluh nyeri pada saat
merubah posisi miring, duduk dan ketika akan menyusui bayinya. Klien mampu
melakukan selama 10-15 menit, klien mulai terlihat rileks, kooperatif selama
tindakan, skala nyeri menjadi 5 (0-10), rasa nyeri sekitar 5-10 menit. Pada hari
ketiga, tindakan relaksasi genggam jari dilakukan 3 kali ketika klien masih
mngeluh nyeri pada saat klien awal melakukan pergerakan seperti dari tidur ke
78
posisi duduk, duduk ke berdiri kemudian berjalan sekitar 15 menit. Skala nyeri
sebelum tindakan pada awal bergerak menurut klien 8 menjadi 4 (nyeri sedang).
Pada kasus ke dua pada Ny. Y dilakukan teknik relaksasi genggam jari
setelah 24 jam post sectio caesarea. Klien mengeluh nyeri ketika akan merubah
posisi miring, akan duduk dan menyusui bayinya dengan skala nyeri 8 (0-10).
Klien mampu melakukan 8 jari disertai tarik nafas dalam selama 15 menit, klien
belum tampak rileks kemudian klien diberi extra pengurang nyeri dengan obat
analgesik yang di resepkan. Skala nyeri berkurang menjadi 6. Pada hari kedua
tindakan relaksasi genggan jari dilakukan 3 kali ketika klien mengeluh nyeri pada
saat merubah posisi tidur ke duduk menyusui bayinya dan akan melakukan
pergerakan berdiri latihan jalan. Klien mampu melakukan selama 20 menit, klien
mulai terlihat rileks, kooperatif selama tindakan, skala nyeri menjadi 5 dari 8 (0-
10), rasa nyeri sekitar 5-10 menit. obat analgesik sesuai yang di jadwal
pemberian obat. Pada hari ketiga, tindakan relaksasi genggam jari dilakukan 3
kali ketika klien masih mngeluh nyeri pada saat klien awal melakukan
pergerakan seperti dari duduk ke berdiri kemudian berlajan. Rasa nyeri awal
pergerakan sekitar 10- 15 menit. Skala nyeri sebelum tindakan pada awal
hasil yang sama yaitu nyeri sedang akan tetapi pada skala nyeri yang berbeda
setelah dilakukan tindakan relaksasi genggam jari. Rasa nyeri belum hilang, hal
tersebut dapat terjadi karena beberapa hal seperti luka post operasi masih dalam
79
individu memandang nyeri bukanlah suatu ancaman, maka individu tersebut akan
dapat beradaptasi dengan baik. Menurut Patastik ( 2013 dalam Haniyah 2016 ),
menyatakan bahwa tidak semua orang terpajan terhadap stimulus yang sama
mengalami intensitas nyeri yang sama. Perbedaan nyeri yang dirasakan oleh
setiap individu di dukung oleh teori yang di jelaskan oleh Hidayat dan Uliyah
(2008) menyatakan bahwa nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebut yang
Rasa nyeri yang dirasakan klien berbeda, hal tersebut di dukung oleh teori
nyeri di pengaruhi oleh sejumlah faktor seperti usia, Jenis kelamin, lingkungan,
kecemasan, pengalaman nyeri masa lalu, dan lain-lain. Dimana faktor tersebut
nyeri, misalnya seseorang yang telah mencoba beberapa tindakan pereda nyeri
intervensi keperawatan.
80
nyeri akut akan sangat berdampak pada perawat dan pasien. Peran perawat dalam
melakukan tindakan mandiri berupa mengatasi masalah yang dialami klien yaitu
salah satunya dengan teknik relaksasi genggam jari untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri sesuai dengan prosedur yang ada, maka hasil yang di harapkan
kepada klien dapat di capai secara optimal, klien akan terhindar dari resiko
Berdasarkan pengkajian pada kedua kasus pada pasien post sectio caesarea
dengan masalah utama yang sama yaitu nyeri akut, di akibatkan oleh agen cidera
fisik. Intervensi berupa teknik relasasi genggam jari untuk mengurangi nyeri
yang sederhana mudah dilakukan akan tetapi mempunyai manfaat yang besar
pada klien dan keluarga sebelum menjalani tindakan operasi. Hal ini bertujuan
selain membina hubungan yang baik, klien akan mempersiapakan baik fisik
maupun psikologis, dan keluarga merupakan salah satu yang dapat berperan
5.1 Kesimpulan
melalui insisi pada dinding perut dan rahim dengan saraf rahim dalam keadaan
utuh serta berat diatas 500 gram.Tindakan sectio caesarea dilakukan bertujuan
pengalaman nyeri masa lalu, dan lain-lain. Dimana faktor tersebut dapat
masalah nyeri salah satunya dengan teknik relaksasi genggam jari (finger hold).
jari tangan terdapat saluran atau meridian energi yang terhubung dengan
berbagai organ dan emosi. Dalam keadaan relaksasi secara alamiah akan memicu
81
82
Pada kedua klien dengan masalah utama nyeri akut post sectio caesarea
dilakukan relaksasi genggam jari selama 20-30 menit terbukti dapat mengurangi
perbedaan yang tidak terlalu mencolok, hal ini dapat disebabkan oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi nyeri seperti yang sudah disebutkan diatas juga luka
post operasi masih dalam fase inflamasi sampai hari ke lima pasca operasi.
5.2 Saran
nyeri.