A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan
disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses
dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru,
bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung,
biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta
Reference Library, 2004)
Abscess adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang tidak
akibat kerusakan jaringan, Hepar adalah hati (Dorland, 1996).
Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan
oleh infeksi.
1
Hati dapat dianggap sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat,
menyimpan, mengubah dan mengekskresikan sejumlah besar substansi yang
terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaan
fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari
traktus gastrointestinal; kemudian hati akan menyimpan atau
mentransformasikan semua nutrient ini menjadi zat-zat kimia yang
digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk keperluan metabolik. Hati
merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan metabolisme
glukosa dan protein. Hati membuat dan mengekresikan empedu yang
memegang peran uatama dalam proses pencernaan serta penyerapan lemak
dalam tractus gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah produk dari
dalam aliran darah dan mensekresikannya ke dalam empedu.
Fungsi metabolic hati terdiri dari; mengubah zat makanan yang
diabsorpsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh,
dikeluarkannnya sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan. Kedua;
mengeluarkan zat buangan dan bahan racun untuk diekresikan dalam
empedu dan urin. Ketiga; menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi
glikogen. Keempat; sekresi empedu garam empedu dibuat di hati di bentuk
dalam system retikula endothelium dialirkan ke empedu. Kelima;
pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum
dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin. Keenam; menyimpan
lemak untuk pemecahan berakhir asam karbonat dan air. Selain itu hati juga
berfungsi sebagai penyimpan dan penyebaran berbagai bahan, termasuk
glikogen, lemak, vitamin, dan besi, vitamin A dan D yang dapat larut dalam
lemak disimpan di dalam hati. Hati juga membantu mempertahankan suhu
tubuh secara luasnya organ ini dan banyaknya kegiatan metabolisme yang
berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir melalui organ ini
sehingga menaikkan suhu tubuh.
3. Etiologi
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab
yang terbanyak adalah E. coli, penyebab lainnya adalah :
Organisme Insiden (%) Organisme Insidensi
(%)
Aerob gram-negatif …….. 50 – 70 Anaerob ….. 40 – 50
Escherichia coli …….. 35 – 45 Fusdaacterium
2
Klebsiella nucleatum
Proteus Bacteroides
Serratia Bacteroides fragil
Morganella Peptostreptococus
Actinolbacter Actinomyces
Aerobgaram-positif ……….. …25 Clostridium
Streptococcus
faecalis
Streptokokus – B
Sterptokokus – A
Stafilokokus
4. Patofisiologi
a. Skema bagan
1) Terjadinya Amoebiasis hepar
Saluran Intestinal Koloni entamoeba Menghancurkan Sytem porta
histolytica dinding vena Intra hepatal
Amoebic hepatitis
Sembuh
Spontan
Kemudian lesi membesar
Amoebic liver
absces
Bacterio steril
3
Infasi kuman Saluran Vena porta Hepar
Pencernaan Sistem bilier
Sistem arterial
hepatik
Mengalami kerusakan jaringan
Infeksi Peradangan/inflamasi
Hancur
Gangguan tidur/pola Nyeri
tidur Rongga abses yang penuh
dengan cairan yang berisi
leucosit mati dan hidup, sel-sel
hati yang mencair serta bakteri
Abses
Intoleransi aktifitas
fisik perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan
6. Komplikasi
4
Komplikasi yang paling sering adalah berupa rupture abses sebesar 5–
15,6%, perforasi abses keberbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru,
pericardium, usus, intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang dapat terjadi
superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase. (Menurut Julius, Ilmu
penyakit dalam, jilid I, 1998)
7. Pemeriksaan penunjang
8. Pengobatan
a. Kemotrapi
b. Aspirasi Jarum
5
Panda abses yang kecil atau tidak toksik tidak perlu dilakukan
aspirasi. Hanya dilakukan pada ancaman ruktur atau gagal pengobatan
konserfatif. Sebaliknya aspirasi ini dilakukan dengan tuntunan USG.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien
tersebut.
Menurut Doenges,E.M (2000), data dasar pengkajian pasien dengan
Abses Hepar, meliputi:
a. Aktivitas/istirahat, menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu
lemah, latergi, penurunan massa otot/tonus.
b. Sirkulasi, menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia,
bunyi jantung ekstra, distensi vena abdomen.
c. Eliminasi, Diare, Keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus,
distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah
liat, melena, urine gelap pekat.
d. Makanan/cairan, menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan
dan peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik.
e. Neurosensori, menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma,
bicara tidak jelas.
f. Nyeri/kenyamanan, menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan
atas, pruritas, sepsi perilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri.
g. Pernapasan, menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan dangkal,
bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia.
h. Keamanan, menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, ekimosis,
patekis, angioma spider, eritema.
i. Seksualitas, menunjukkan adanya gangguan menstruasi, impotent, atrofi
testis.
2. Diagnosis keperawatan
6
a. Pola napas, tidak efektif berhubungan dnegan Neuromuskular,
ketidakseimbangan perceptual/kognitif.
b. Perubahan persepsi/sensori: proses pikir berhubungan dengan perubahan
kimia: penggunaan obat-obat farmasi.
c. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap pembatasan
pemasukan cairan secara oral (proses/prosedur medis/adanya rasa mual).
d. Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan, dan
integritas otot.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanisme
pada kulit/jaringan.
f. Resiko tinggi infeksi berubungan dengan luka oprasi dan prosedur
invasif.
g. Gangguan kebutuhan tidur berhubungan dengan proses penyakit, efek
hospitalisasi, perubahan lingkungan
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi/situasi,
prognosis, kebutuhan pengobatan.
3. Perencanaan
Perencanaan berdasarkan Doenges,E.M (2000) perawatan pasien pasca
operatif :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan
perseptual/kognitif.
Tujuan : pola pernapasan normal/efektif dan bebas dari sianosis atau
tanda-tanda hipoksia.
Intervensi :
1) Pertahankan jalan udara pasien memiringkan kepala
2) Auskultasi suara napas.
3) Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot
bantu pernapasan.
4) Pantau tanda-tanda vital secara terus-menerus.
5) Lakukan gerak sesegera mungkin
6) Observasi terjadinya yang berlebih
7) Lakukan penghisapan lendir bila perlu
8) Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan
9) Berikan terapi sesuai instruksi
7
b. Perubahan persepsi/sensori: proses pikir berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan farmasi
Tujuan: meningkatnya tingkat kesadaran
Intervensi:
1) Orientasikan kembali pasien secara terus-menerus setelah keluar dari
pengaruh anestasi.
2) Bicara dengan pasien dengan suara yang jelas dan normal.
3) Minimalkan diskusi yang bersifat negatif.
4) Gunakan bantalan pada tepi lakukan pengikatan jika perlu.
5) Observasi akan adanya halusinasi, depresi dan lain-lain.
6) Pertahankan lingkungan tenang dan nyaman.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral (proses
penyakit/prosedur medis/adanya rasa mual)
Tujuan: terdapat keseimbangan cairan yang adekuat.
Intervensi:
1) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran.
2) Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi
yang dilakukan.
3) Pantau tanda-tanda vital.
4) Catat munculnya mual/muntah, riwayat pasien mabuk perjalanan.
5) Periksa pembalut, alat drein pada interval regular, kaji luka untuk
terjadinya pembengkakan.
6) Berikan cairan parenteral, produksi darah dan/atau plasma ekspander
sesuai petunjuk. Tingkat kecepatan IV jika diperlukan.
7) Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur sesuai
petunjuk.
8) Berikan antiemetik sesuai kebutuhan.
d. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan
integritas otot, trauma musculoskeletal/tulang, munculnya saluran
dan selang.
Tujuan: rasa nyeri/sakit telah terkontrol/dihilangkan, klien dapat
beristirahat dan beraktifitas sesuai kemampuan.
Intervensi:
1) Kaji skala nyeri, intensitas, dan frekuensinya.
8
2) Evaluasi rasa sakit secara regular.
3) Kaji tanda-tanda vital.
4) Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin sesuai prosedur
operasi.
5) Letakkan reposisi sesuai petunjuk.
6) Dorong penggunaan teknik relaksasi.
7) Berikan obat sesuai petunjuk.
e. Kerusakan integeritas kulit berhubungan dengan ketidakcukupan
kekuatan dan ketahanan kesehatan.
Tujuan: klien memperlihatkan tindakan untuk meningkatan metabolik.
Intervensi:
1) Kaji kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional
2) Letakkan klien pada posisi tertentu.
3) Pertahankan kesejahteraan tubuh secara fungsional.
4) Bantu atau tindakan untuk melakukan latihan rentang gerak.
5) Berikan perawatan kulit dengan cermat.
6) Pantau haluaran urine.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi dan prosedur
invasif.
Tujuannya; tidak terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi
Intervensi:
1. Berikan perawatan aseptik dan anti septik, pertahankan cuci tangan
yang baik.
2. Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka jahitan)
daerah yang terpasan alat invasif.
3. Pantau seluruh tubuh secara teratur, catat adanya demam, menggigil
dan diaforesis
4. Awasi atau jumlah penggunjung
5. Observasi warna dan kejarnya uring
6. Berikan anti biotik sesuai indikasi
g. Gangguan kebutuhan istrahat tidur berhubungan dengan perubahan
lingkungan dan efek hopitalisasi
Tujuan: kebutuhan istrahat dapat terpenuhi
Intervensi:
1. Kaji kemampuan dan kebiasaan tidur klien
9
2. Berikan tempat tidur yang nyaman dengan beberapa barang milik
pribadinya contoh : Sarung, guling
3. Dorong aktifitas ringan
4. Intruksikan tindakan relaksasi
5. Dorong keluarga untuk selalu menemani.
6. Awasi dan batasi jumlah penggunjung
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi/situasi,
pragnosis kebutuhan pengobatan.
Tujuan: Menyatakan, pemahaman proses penyakit/pragnosis.
Intervensi:
1. Tinjau ulang pembedahan/prosedur khusus yang dilakukan dan
harapan masa dating.
2. Diskusikan terapi obat-obatan, meliputi penggunaan resep.
3. Indentifkasi keterbatasan aktivitas khusus.
4. Jadwalkan priode istirahat adekuat.
5. Tekankan pentingnya kunjungan lanjut.
6. Libatkan orang terkenal dalam program pengajaran. Menyediakan
instruksi tertulis/materi pengajaran.
7. Ulangi pentingnya diita nutrisi dan pemasukan cairan adekuat.
4. Pelaksanaan
Prinsip tindakan yang mendasari penanganan diagnosa keperawatan yang
dapat timbul, adalah:
a. Mempertahankan pola nafas efektif
b. Mempertahankan tingkat kesadaran klien
c. Mempertahankan keseimbangan cairan
d. Menerapkan manajemen nyeri
e. Mencegah terjadinya infeksi
f. Mempertahankan dan meningkatkan kebutuhan istrahat
g. Meningkatkan pengalaman pasien tentang proses penyakit dan prognosis.
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan adalah :
a. Pola napas efektif
b. Kesadaran klien stabil
c. Volume cairan adekuat
d. Berkurang atau hilangnya nyeri
10
e. Infeksi tidak terjadi
f. Kebutuhan istrahat klien dapat terpenuhi
g. Klien dapat memahami tentang proses penyakit
11
DAFTAR PUSTAKA
J. c. e. Underwood ( 2000 ).Patologi Umum dan Sistematika. Edisi II. Jakarta: Balai
Noer Sjaifoellah ( 1996 ). Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Jakarta:
Unibraw.
Bruner dan Suddarth ( 2000 ). Buku Ajaran KMB. Edisi 8. Jakarta: ECG
Microsoft Encantta Reference Library.( 2004 ). Liver, Amebiasis Abses and Calf
kedokteran ECG.
12